Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA I BLAME SATAN FOR MY SINS

Bimabet
Safitri III



Hari ini terpaksa aku harus berangkat ke sekolah sendirian, Safitri memintaku mengizinkannya, merepotkan pikirku.


Sekolah sangat membosankan, ingin rasanya cepat-cepat kembali ke rumah dan memandang badan dan wajah Safitri, meski aku hanya bisa memandang sekilas.


Sesampainya dirumah, kulihat ia sedang berbincang dengan Eyang, lebih tepatnya dimarahi, hahaha.


Orangtua mana yang tak marah melihat cucu gadisnya duduk diteras dengan menggunakan pakaian "terbuka", menurut Eyang itu sudah sangat tidak pantas, meski bagiku itu hal yang wajar, celana pendek dan kaos oblong yang biasa digunakan pria/wanita saat santai diteras, maklum Eyang Pram orangnya "old school"


Aku hanya lewat sembari cekikikan, ia melirik ke arahku tajam saat ia tahu aku sedang mengejeknya.


Aktivitas kita lebih banyak dilakukan didalam kamar masing-masing, entah apa yang ia lakukan didalam kamarku, sedangkan aku sibuk "ngemong"/mengasuh adik-adikku, biasanya Uti yang melakukan tugas ini, tapi beliau sedikit tidak enak badan.


Setelah Isya' kedua adikku turun kebawah melihat tayangan TV kesukaan mereka, sementara aku binggung apa yang harus kulakukan.
Aku memeras otak, ingin rasanya berdua didalam kamar bersama Safitri yang sedari tadi kudengar hanya diam tanpa suara dari dalam kamar.


Aku punya ide, pura-pura mengambil laptop supaya bisa melihat bodynya yang mulus berbulu walau hanya sekejap.


A:Dek, mau ngambil laptop, buka bentar kamarnya.


Safitir malah tak bergeming, kukeraskan sekali lagi suaraku, baru ada jawaban
B: Apa mas?
A: Buka bentar kamarnya, mau ngambil laptop iniloh
B: Ganggu ajasih, orang mager juga
A: Ye dasar anak monyet, kamar siapa juga
B: Ngawur, aku anaknya Mama Rodiyah yang tiap lebaran ngasih kamu sangu paling banyak loh, awas aku bilangin.
A: Duh bawel, makanya cepet buka pintunya


Diam sesaat, setelah itu dia membuka pintu dengan kasar sembari memayunkan bibirnya, menyodorkan laptop dengan kasar ke dadaku


Kok bisa tahu laptopku ditaruh dimana, pikirku.


Ah, sialan. Aku hanya bisa melihat beberapa detik sebelum ia kembali menutup pintu kamarku.


Tepat jam 09.00 WIB, BBM yang biasanya sepi tiba-tiba ada notifikasi masuk, ya! Safitri! Ia memintaku lagi untuk membelikan cemilan kesukaannya, sangat merepotkan!


Aku sempat menolak, beralasan dingin dan ngantuk, tapi satu hal yang membuatku menuruti kemauannya, ia berjanji akan memberiku hadiah, entah hadiah apa yang kuterima malam ini, semoga itu berbau-bau kenikmatan.


Aku berangkat dengan semangat, sengaja tak kupakai jaketku, hihihi, agar ia lebih iba melihat perjuanganku membelikannya cemilan walau jarak rumah-supermarket hanya beberapa ratus meter, hahaha.


Kupacu langkahku menaiki tangga, lalu kugedor pintu dengan pelan, takut membuat Eyang dan Uti terbangun, jika malam ini aku mendapatkan kesempatan untuk melepas perjakaku, pastilah hanya sebentar, karena nanti malam Eyang dan Uti sudah bangun melakukan Sholat Tahajud yang biasa mereka lakukan.


Safitri tersenyum melihatku membawa cemilan kesukaannya, ia mempersilahkanku masuk lalu dengan semangat membuka cemilan dan memakannya dengan serakah.


A:Kalau laper makan, bukan ngemil
B: Ga laper, cuman kehilangan sedikit energi.
A: Wah habis ngapain lu? Kamar mas habis lu pakai buat apa?
B: Ga ngapa-ngapain kok


Katanya sembari sedikit membuang tatapan matanya, aku mencoba menelusuri keadaan sekitar kamarku, tak sengaja saat sedikit mengeser selimut bermotif Machester Unitedku, spray dengan motif yang sama terlihat sedikit basah, mataku melotot tetapi kucoba menyembunyikan ekpresi terkejutku dari Safitri yang asyik mengunyah cemilan.


A: "Hayo, ini apa?" kataku sembari menunjuk spray yang basah
Dengan sigap ia terkejut mencoba menutupi spray itu dengan badannya, aku menghentikan aksinya, lalu kucolek spray yang basah itu
B:Mas, jangan dicium!


Tak ada bau, hanya sedikit lengket, apa ini?
A: Dek, kamu habis ngapain sih?
B: Bukan apa apa itu, aku tadi minum tumpah
A: Masak air minum lengket gini
B: Air gula, maksudku
A: Kamu kapan suka gula? Kamu kan anti makan yang manis-manis, apalagi minum.


Safitri tampak kemerahan, ia pasti berbohong, aku tau ia menyembunyikan sesuatu dariku.


A: Jangan-jangan kamu habis?
B: Heh! Ngawur aja!
A: Iya ini, pasti habis???


Aku hanya mengira-kira padahal aku sungguh tak tau apa yang ia lakukan, pengetahunku tentang Sex memang ada tapi tak pernah membayangkan seperti apa, hanya bayang-bayang biasa yang dijelaskan teman-teman mesumku


Ia seperti kehabisan kata-kata, dan kata terakhir yang ia keluarkan adalah?


B:Jangan bilang siapa-siapa ya mas.


Entah, sumpah meskipun aku membocorkan rahasia Safitri, aku sendiri tak tahu apa yang ia lakukan!


Aku mencoba berpura-pura mengetahui apa yang ia lakukan
A:Gapapa, udah biasa.
B:Emang mas juga biasa?
A:Biasa apa?
B:Itu?
A:Itu apa?
B:Coli!
A:Coli apa sih dek?
B: Wah katrok, coli itu kayak mainin burungmu sendiri ituloh mas
A:Walah, tak kira apa, ya lumayan sering sih
B:Berarti wajar kan, kalau aku juga gitu.
A:Kamu sering?
B: Gak juga sih
A: Ah, bohong
B: Ya kadang 3x atau 4x
A: Loh loh loh
B: Soale aku ketagihan lihat film porno mas, diajari si Silvi ituloh, gatau kok kalau gak mainin itu rasanya gatel gitu pas lihat film
A: Silvi? Serius?
B: Iya silvi, tapi jan bilang-bilang
A: Makanya tak panggil² tadi gak denger, ternyata lihat film bokep
A: Masa si Silvi temanmu yang jilbab lebar itu suka nonton film porno?
B: Eh, malah dia yang ngajarin kok
A: Gawat, hancur hancur.
B: Malahan dia udah gak P, dia pernah tidur sama gurunya di pondok.
A:Gila bener si Silvi, keliatannya aja alim padahal...
B:padahal apa?
A:Liar, hahaha.
B:Ngatain aku?
A:Lah ngapain, wong ngatain si Silvi kok aku
B:Aku kan juga suka nonton film, berarti aku juga liar ya?
A:Kan kamu tetep P
B:Katanya Silvi kalau udah pernah "itu" udah gak P
A: Gatau, coba browsing


Setelah beberapa menit, ia berkata
B:Bisa jadi mas kalau jarinya dimasukin ke liang vagina terus ngerobek selaput dara
A:Kamu dimasukin jari ga?
B: Engga, cuman tak gesek² doang
A: Ya masih P berarti
B:Tapi beneran loh mas, jangan bilang siapa-siapa
A:Iyaiya, oiya mana hadiahku?
B:Nanti dulu, nanti malem tak BBM lagi, jam 2an, biar orang-orang tidur beneran.
A: Duh, ya ketiduran aku jam segitu
B: Mau gak?
A: Iyaudah deh, iya. Tak tunggu jam 2an ya, awas kamu ketiduran
B: Suiyap boss!
Kata Safitri sembari menjulurkan lidahnya


Ini awal dari semua yang akan kulakukan, sentuhan wanita pertama kali diarea sensitive ku yang membuatku sampai sekarang maniac sexs.


Bagaimana kelanjutannya? Tunggu saja!
Kentang? Biarin! Ini bukan sekedar cerita COPAS, peace!
Ane demen sm cewek yg model kyak bgni, neeh...
Squirter....

Demen bnget kl liat cewek kejang² sambil squirt kmn² pas dpt O....
:D
 
afitri IV

Kulihat jam didinding kamar adikku masih menunjukkan jam 01.26, masih belum ada BBM masuk dari Safitri, mataku berjuang melawan kantuk yang menyerang. Samar-samar kudengar suara air kran menyala dari toilet bawah, sepertinya Eyang dan Uti sudah bangun untuk melaksanakan kegiatan seperti biasanya.

Aku mencoba mengusir rasa kantukku dengan meminum jus mangga di lantai bawah, berpapasan dengan Eyang Pram yang selesai wudhu.

Perlu diketahui para pembaca, Eyang Pram sangat jarang ada di rumah, beliau biasa mengisi pengajian, beliau juga ketua salah satu Majelis keagamaan, seringkali beliau tak pulang beberapa hari karena ada urusan di pondok.

Aku bertanya-tanya, apa Safitri benar-benar serius dengan perkataannya, aku takut akan kecewa lagi seperti saat ia memintaku menciumnya, itu hanya akal-akalan dia, jahat sekali mempermainkan gairahku.

Jam 02 lebih tak kunjung aku menerima pesan darinya, ah sialan. Lebih baik aku tidur saja, ini kedua kali aku dibodohi remaja 2 tahun dibawahku yang baru saja menginjak 18 itu, kurang ajar.

Waktu berlalu, pagi-pun menyambut tidurku yang hanya beberapa jam, sedikit ku lirik kamarku ternyata sudah kosong, argh memang benar-benar sialan!

Ku tanyakan pada Uti perihal kepergian Safitri dipagi buta, ternyata Bude Rodiyah menyusulnya kemari, ia harus izin lagi untuk menemani acara khusus Bude, entah apa, aku tak tau pasti, Uti hanya menjelaskannya sesaat saja.

Beberapa hari berlalu, sampai suatu saat, Safitri kembali mengirim pesan kepadaku, kuacuhkan begitu saja, jujur aku masih jengkel kepadanya, ia berkata bahwa ia sekarang ada di kota dingin, menemani Bude Rodiyah yang menjenguk teman karibnya yang sakit, aku tak terlalu peduli, bahkan aku tak membalas pesan yang ia kirimkan, sepertinya ia kesal, beberapa kali mencoba menelponku, nada notifikasi menganggu Me Time ku yang sedang asyik bermain game pc keluaran terbaru, sepupu sialan, tak menguntungkan.

Beberapa hari setelah itu, aku tak lagi menyusulnya berasalan aku harus berangkat lebih pagi karena bimbel, sedikit menghindar darinya yang suka bermain lidah, jam istirahat berlaku, ia menghampiriku dengan beberapa teman gadisnya, seperti biasa, satu kelas menyorakiku, drama yang kubuat malah membuatku semakin malu, alih-alih membuat Safitri nyaman tanpa gangguan, sekarang aku yang harus menanggung malu, sialan.

Ia mengaku salah, meminta maaf padaku secara langsung, didepan teman-temanku, ah sudahlah, pembaca pasti tau apa yang aku rasakan, mukaku semakin dicoreng, ingin sekali rasanya oplas menghilangkan mukaku yang sekarang, tapi haram:(

Kuakui, Safitri pandai berakting, ia seolah-olah memang benar-benar pacarku saat disekolah, orang-orang percaya akan hal itu, bodohnya.

Saat jam sekolah selesai, kudapati pesan ia memohon untuk bareng pulang denganku, ingin rasanya kubalas sekali lagi dengan mengacuhkan gadis cantik ini, tapi suara lembutnya tak mampu ku tolak, ia beberapa kali mengirim vn memohon kepadaku, apalah daya seorang bujangan sepertiku ini.

Dengan setengah terpaksa aku turuti kemauannya, didepan teman-temannya ia memelukku dari belakang,ah kedua payudaranya yang besar itu menghantam punggungku, ini kesempatan, sengaja sedikit kupelankan laju motorku dari parkiran sekolah menuju gerbang keluar, ini momen langka yang mungkin terjadi hanya disekolah.

Ia mengoceh sepanjang jalan, tak ku hiraukan sama sekali, sempat menangis dengan sikapku yang acuh ini, hey scorpion boy jangan dikecewakan ya, haha.
Jebol juga pertahanan ku setelah ia semakin mengeratkan pelukan di tubuhku.

Gundukan empuk itu semakin menekan punggungku, nikmat rasanya, sungguh, menyesal aku tak segera mengenal wanita, padahal para gadis disekolahku cantik-cantik, Safitri membuatku segera ingin punya pacar yang bisa kunikmati payudaranya.

"Janji, buat terakhir kali, malam minggu jemput mas"
"Gak mau, nanti gitu lagi"
"Janji mas, please, percaya sekali aja"
"Iyaudah,emang satnight mau kemana?"
"Nanti aja, tak kasih tau, nanti pamitin sama Mama, bilang aku mau nginep sana ya, main sama Zikri(Adik nomor 3ku)
"Iyaudah, tak pamitin. Awas ingkar lagi, sumpah gak akan percaya lagi aku sama kamu"
"Iya" (Safitri semakin mengeratkan pelukan)

Jalanan ke Rumah yang biasanya hanya ku tempuh 10 menit menjadi hampir 30 menit lamanya, itu semua karena aku masih nyaman dengan gundukan empuk yang terus menempel, kupelankan sekali jalan CBku, beralasan habis diganti karbulator, cewek gak akan paham dan pasti percaya, trik amatiran!

Malam Minggu Jam 08.00

Aku datang menjemput Safitri yang sudah siap diteras bersama Bude Rodiyah, aku memamitkannya lalu pergi, dijalan lalu ia memberitahuku ada penginapan/losmen yang bagus dan murah, pas dengan kantor siswa sepertiku, sesuai janjinya, ia akan menciumku, beginilah takutnya kita, tak berani berpacaran ditempat gelap yang biasa dilakukan pemuda-pemudi +62 sekarang, karena banyak sekali yang kenal dengan Eyang Pram, sekaligus kami, secara tidak langsung, hanya berciuman saja kami harus menyewa losmen yang benar-benar aman, sebegitunya, tapi sepadan dengan gadis yang kubonceng saat ini, tak apalah kehilangan uang 1 lembar bergambar Presiden dan wakilnya, padahal itu uang sakuku selama 4 hari, 4 11hari kedepan harus beralasan ekstra kulikuler agar dapat uang tambahan.

Aku menyangka, aku sangat memperhatikan penampilan Safitri, yang jelas ia tampil sangat beda, ia mencopot kerudungnya dan mengurai rambut pendeknya yang sebahu itu, memakai masker, menggunakan jaket jeans yang sobek-sobek dengan setelan kaos oblong putih polos, celana hitam panjang dengan sepatu putih yang stylish pas dengan tubuhnya, wow! Itu semua sempat ia lakukan dengan berganti di toilet umum dipasar, dasar gadis gila, tapi memang patut ku apresiasi, dengan setelan seperti itu tak akan ada yang bisa mengenalinya, kita akan aman dijalanan, sedangkan aku? Ah aku siapa, Eyang Pram hanya beberapa kali mengajakku dan bertemu orang banyak, itupun hanya menjadi supir cadangan, saat supirnya Pak Min berhalangan, membuatku sedikit berada dibawah garis terkenal dibawah bayang-bayang Eyang Pram, berbeda dengan cucu cucu putrinya yang sering ia boyong ke pondok, diperkenalkan, dll.

Sesampainya di Losmen,kita menyewa kamar hanya beberapa jam saja, ini pertama kalinya untukku, jantungku serasa mau copot, kali ini kita benar-benar tak ada halangan sama sekali, tak ada Eyang atu Uti atau siapapun yang akan menganggu kita, keringatku sempat membasahi dahiku, grogi nervous menjadi satu, aku takut tak sesuai dengan keberanianku saat pertama ingin mencumbu Safitri, aku membayangkan akan jadi patung saat didalam kamar itu, kami dipandu 1 orang yang membawa kunci kamar, ditunjukkan lalu ia mengingatkan waktu selesai sewa kamar lalu beranjak pergi, Safitri tersenyum kepadaku lalu melangkahkan kami imutnya kedalam duluan, mengejekku dengan menyibakkan rambut pendeknya.

Safitri berlari kecil saat aku mengejarnya kedalam kamar mandi.

"Mandi dulu mas, gerah"

Entah, setan jenis apa yang merasukiku saat ini, penisku tak bisa dikendalikan, aku ingin sekali lebih dari cium yang ia janjikan, mungkin keperawanan atau payudara ranum yang lumayan besar itu juga tak apa.

Diluar kontrol diriku sendiri, aku mengatakan hal yang tidak senonoh yang seharusnya tidak diucapkan oleh seorang sepupu

"Mandi bareng aku?"

"Ye ngarep, aku kan cmn janjiin ciuman" katanya sembari menguci pintu kamar mandi

"Ah, sialan" hampir 20 menit aku merebahkan tubuhku diranjang yang sedikit keras ini, tak nyaman sekali, masih nyaman kasurku sendiri, menunggu si cantik yang tak kunjung membelai peniskuyang sedari tadi tegak menantang

"Loh, "itumu" kok berdiri mas?" kata Safitri sembari sedikit terbelalak melihat batangku yang memberontak keluar dari celana

"Jangan mikir yang aneh-aneh" ujarnya lagi duduk dipinggir ranjang mengeringkan rambut sebahunya yang basah.

"Inget dosa loh" tambahnya

Aku tak habis pikir apa yang sedang ia pikirkan saat ini, dia yang mengajakku, dia sendiri yang sekarang membullyku?

Psywar? Sepertinya begitu

Ku jawab setenang air,
"Ya kalau keblablasan gimana?"

"Tanggung jawablah"

"Gimana?"

"Nikah!"

"Ya gaboleh dek"

"Lari, jauh kemana kek, biar bisa nikah"

"Ya gak bisa gitu"

Safitri langsung melompat ke tubuhku, menindihi perutku, mencumbu bibirku dengan ganasnya, sempat tak bisa bernapas dibuat gadis kecil ini.

"Emmm, hmmmm"

Harum, wangi, manis. Itu yang kurasakan saat bibir dan lidahnya bermain, menghantam mulutku, memaksa keluar semua cairan didalam mulutku, ini sangat nikmat, tak pernah ku bayangkan sebelumnya, sangat rugi aku tak pernah menyentuh wanita kalau jadinya senikmat ini.

Anganku melayang, jauh entah kemana. Nafsu yang mengontrolku sepenuhnya sekarang.

Ku elus-elus lenbut punggung halus yang dihias jerawat jerawat kecil yang sedikit geli ditanganku, kucari kait BH yang isinya selalu membuatku penasaran itu, namun, sepertinya ia tak ingin bermain cepat, ini jelas lebih dari ciuman biasa yang ia tanyakan beberapa mingguyang lalu, ia mendorong dadaku kembali menyusup ke kasur, ciumannya turun ke leherku, ini gila, pasti ia bukan sekedar ingin belajar, tapi sudah PRO! sapuan lidahnya membuatku bergidik, bulu-bulu halus disekujur tubuhku beriringan mengikuti nada dan tempo jilatannya, arghh! Nikmatnya!!!!!!

Entah apa yang ia sisipkan dalam sapuan lidahnya, itu membuatku keluar dari kepribadian ku yang biasanya, Syah yang polos dan cuek, dingin dan tidak peka yang lebih mencintai game pc daripada cinta konyol bodoh ini dibuat keluar dari jalur yang mainstream-ku

Waktu cepat berlalu, samar-setengah sadar ia telah membuka kaos cotton polosku, memainkan ujung pentilku dengan lidah imut merahnya, arghhh rasanya semakin nikmat, bulu halusku bergetar

"Shhhhh ahhh shhhhh, dekkkk!"

Ia menatapku, tersenyum tipis, lalu melanjutkan aksinya menyeruput pentilku seolah-olah itu makanan siap saji yang lezat! Tubuhnya setengah menungging, ia mengoyangkan pantat ranumnya ke kiri-kanan, aku tak kuasa menahan laju sperma yang akan meledak ini, argh, kelemahan perjaka yang hanya dimanjakan oleh jarinya sendiri tak akan kuat menahan serangan brutal gadis 18-tahun yang punya hasrat dan rasa penasaran yang AMAT SANGAT TINGGI.

Ia tak memberiku kesempatan sama sekali meski hanya untuk sekedar meremas payudaranya, ia menguasai tubuhku 100% saat ini meski aku bisa saja membanting badan kecil imutnya berbalik menjadi aku yang diatas lalu dengan paksa memasukan kepala penisku menembus merobek selaput sucinya yang harusnya ia berikan kepada suaminya bukan kepada sepupunya yang "aneh" ini. Namun, tak kulakukan, serangan demi serangan hanya kunikmati sebagai hadiah yang tak akan pernah bisa aku lupakan.

"Dek, shhhhh, arhh, shhhh, dekkkk!"

"Apaa?!!!" Safitri melotot, sepertinya ia marah aku menganggu keseruannyayang saat ini sedang mengobel-obel pusarku dengan lidahnya, aku tak jadi melanjutkan perkataanku, takut ia akan marah lalu menghentikan aksinya.

....

Celana itu ditarik paksa, sempat kutolong namun ia menolak, celana jeans dengan cd tak mampu lagi menyembunyikan penisku dari serangan kocokan tangan si kecil imut Safitri, dia bukan lagi seorang gadis polos yang hanya hobby tinju dan mengaji bersama Eyang Pram, aku tak mengenalinya sekarang, sunggu ini berbalik 360° dari yang biasa ia tampilkan kepada semua orang

Ia cekikikan sembari mengocok penisku yang mulai panas, ia menatapku persis seperti artis porno yang disuting, dengan wajah imut dan ekspresi mengoda, ia mampu membuatku membisu diam seribu gaya bahasa.

Sepersekian detik, ia mulai melahap pelan dari ujung kepala penisku sampai ¼ bagian batangnya, gila sekali, ini gila! Pantas saja laki-laki tak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran lubang surgawi, ini alasannya! Mulut sudah begini enaknya, apalagi tempat basah gelap enak yang dinamakan Vagina itu????

"Shhhh ashhhh hmmmmmp oughh dekk, shhh Safitriiii, ahshhhh, dekkkk"

Ia memuntahkan penisku, lalu menyentil kepalanya sedikit keras, menghilangkan rasa nikmat yang baru aku rasakan, oh fuck

"Duh, ahhh sakit!"

"Makanya mulutmu diem'o mas!"

"La gimana dek, wong enak"

"Duh, yaudah ga diterusin loh"

"Iyaiya, maaf"

"Ditutup bantal aja, suaranya keras, isini ilo(malu itulo)"

Ia mengambil tas kecilnya, mengeluarkan tisu basah lalu mengelap mulutnya lanjut menuju batangku.

"Udah"

"Ha?"

"Udah, ayok pulang"

"Fit? Fit?"

"Iya, ayo pulang, udahan"

Wth, wtf, wth is going on here?!

Hey, apa maksudnya ini, ia membuatku sebegitu tegangnya lalu scr tiba-tiba mengajak kembali?

Apa yang sedang terjadi? Sungguh aku tak mengerti!

Hanya ini hadiahnya? Ah, maaf. Ini saja sudah menjadi hal tabu.

Sialan, tapi aku belum sempat mengerayangi tubuhnya

Bner khan....
Ardansyah telah direnggut keperjakaannya.
Pelakunya : Safitri....

Qra² kpn giliran Syah merawanin Fitri, ya...

Cm Dia, n TS doang tau..
Ane seeh cm reader yg demen comment doang...

Mantul updatenya, hu...
Monggo dilanjoetz...

:semangat:
 
Terakhir diubah:
Maafkan daku, masalah percintaan membuat daku lupa janji.

Maafkan aku, aku sangat berdosa.

Hanya itu yang bisa kuucapkan saat Safitri menangis ketika selaput daranya kurobek perlahan menggunakan tongkat ssktiku ini.

Beberapa hari berlalu sejak kejadian itu,

Aku sangat ingat jelas bagaimana seorang yang polos sepertiku ini tega menyetubuhi sepupuku sendiri, hingga tak ada sisa didalam pikiranku sendiri untuk berhenti.

Setelah kejadian di Losmen, aku hampir tak pernah lagi menyapa Safitri, bahkan aku juga enggan lagi melakukan apapun yang berhubungan dengannya, kejadian ini berlangsung lumayan lama, sekitar 1 bulan,.

Sampai ia benar-benar menawarkan dirinya untukku.

Ia datang kepadaku, tepat setelah umurnya bertambah menjadi 19 tahun, kala itu keadaan dirumah sangat sepi, Eyang Pram dan Uti harus berangkat ke Pondok untuk menghadiri Haul, kedua adikku juga diajak, acaranya mungkin akan berlangsung sekitar 2 hari 1 malam.

Ia datang menangis kepadaku, seolah bertanya ada apa denganmu? Ia datang dengan keadaan kacau balau, seperti baru saja putus cinta pertamanya, mungkin aku cinta pertamanya, meski kami sepupu.

Ia mendorongku dadaku keras, ia melakukan "itu" lagi, persis seperti di Losmen, namun kali ini ia membiarkan tanganku menjelajah tubuh indahnya, kaos polos dengan gambar hello kitty ia buka dengan terburu-buru, BH pink menjadi tujuan utama mataku memandang, aku hanya bisa pasrah dengan posisi tubuh dibawah ditindihi seorang gadis dengan sejuta kekalutan didalam pikirnya.

Ia memandu tanganku, membantu melepaskan kaitan BHnya, menyikap tabir yang selama ini membuatku penasaran, jengkel dan marah hingga beberapa detik yang lalu, saat ini aku benar-benar senang, entah ini nikmat atau kebejatan moral. Tak terbesit sedikitpun hukum agama yang selalu dibicarakan Eyang atau balasan-balasan nantinya, intinya aku sekarang ingin menikmati tubuhmu, sungguh aku menginginkan itu.

Payudaranya sangat indah, bulat sempurna, dihias dengan puting coklat kemerahan yang samar, sangat sangat lembut, tanganku tak bisa berhenti meremasnya, ia mendekatkan wajahnya, mencumbuku, membuatku harus bertarung melawan serangan lidahnya yang saat ini menjelajah rongga mulutku, sedikit kesulitan untuk tetap meremas buah dadanya, ia lalu sedikit memajukan tempatnya, menindihi perutku, menyodorkan kedua payudaranya agar itu terjamah oleh mulutku yang sudah lapar dikontrol nafsu syetan yang terkutuk.

"Ah mas, enak mas" ia mendongakan kepalanya keatas, ia menikmati ini, sungguh tampak jelas wajahnya, perhatianku sedikit teralihkan, beberapa menit selanjutnya aku menjilati leher putihnya, otot-otot hijau terlihat jelas seperti tunas pohon yang baru tumbuh.

Penisku yang basah karena oral yang ia lakukan beberapa menit yang lalu mulai mengering, tapi tidak dengan hasratku yang semakin membanjiri pikiranku.

Kasur empuk yang biasa menjadi tempatku membuang sperma setelah aktivitas soloku memainkan penisku sekarang menjadi saksi bisu cinta terlarang kita berdua.

Ia beranjak berdiri, membuka celana training hitamnya, memamerkan cd lucu bermotif bunga yang membuatku semakin penasaran, bau tubuhnya sudah bercampur aduk denganku, keringat membasahi kami, kedua insan yang ditakdirkan untuk saling bertukar kenikmatan.

Tak seperti dicerita dewasa yang sering ku baca, vaginanya tak harum seperti bau bunga, ini jelas sekali berbau pesing, mereka membodohiku. Tapi aku setuju dengan mereka, ini tak menghentikan aksiku menjilati sekitar kemaluan bahkan lubangnya ,meski terasa sedikit asing dan anyir dilidahku, bulu yang disebut jembut itu baru tumbuh beberapa, lucu menghiasi.

Aku tak kaget dengan respon tubuhnya, mengeliat, mencoba menolak namun juga menarik, aku tak tau persis apa yang ia rasakan, tapi sepertinya itu sungguh nikmat, inilah nikmat yang sesungguhnya, bukan nikmat yang akan dirasakan nanti setelah kematian seperti kata Eyang, Eyang tak sepenuhnya jujur kepadaku, ia tak pernah bercerita tentang nikmat yang ini, sungguh Eyang seorang yang menyembunyikan sesuatu.

Aku meminta Safitri sedikit mengendurkan cengkraman pahanya, membuatku sangat sesak bernapas, aku lalu bangkit, ini step terakhir, aku sangat terkejut dengan aksinya, tak terduga, ia bangkit menarik penisku mengulumnya sebentar lalu berkata "Dibasahin lagi, nanti biar gak terlalu sakit"

Pelan- ia menuntutku mencari celah di vaginanya, jangan sampai salah tusuk,
Percobaan pertama bahkan aku tak bisa menemukan mana tujuan penisku berada
Percobaan kedua, penisku mulai mengering
Percobaa ketiga, aku tak kuat mendorong
Ini sungguh menyiksa, membuatku sedikit kehilangan hasrat untuk menjebol keperawanan sepupuku ini.

Ia lalu berinisiatif untuk memposisikan diri WOT, mengarahkannya sendiri, lama menunguku yang ****** ini.

Sekali lagi, dengan sabar ia menahan perih, ini masuk, aku merasakannya, otot vaginanya seperti menolak penisku masuk, ia menahan perih, mengigit bibir bawahnya, ia mengangkangkan pahanya lebih lebar, arg ini sangatttt nikmat, rasanya tak terbayang, sungguh!sungguh!

Sempat tercipta bunyi, krek krek, aku tak tau persis bunyi apa yang keluar dari vaginanya, tapi ia tampak sedikit berhenti beberapa saat, mengatur nafasnya, ini juga menyiksa kepala penisku yang mulai panas, kemudian dengan telaten, pelan, step by step, ¼ dari penisku sudah tertanam didalamnya, ia melepaskannya lagi.

"Sumpah, perih mas, tunggu dulu mas"

Aku memaklumi, aku sendiri merasakan meski tak sesakit yang ia rasakan.

Kemudian, ia memintaku yang kembali berada diatas, setidaknya vaginannya sudah mengeluarkan oli pelumas yang otomatis aktif saat ada barang asing yang akan memasuki liang surgawi itu.

Creghh! Ini jebol! Hangat panas, kuintip ada darah membasahi penisku, ia memejamkan mata, menarik tubuhku merapat, lalu mengigit pipiku kuat-kuat, gadis gila.

Ia menahan bokongku, sebentar saja berhenti, sangat perih ujarnya.

Wajahnya melas memerah, Safitri menahan sakit yang amat, antara kasihan dan nafsu, maaf tapi nafsu ini lebih besar daripada biasanya.

Darahku berdesir merasakan nikmatnya sengama ini, tubuhku sebentar kaku sebentar rileks,.

Perlahan, kita mulai sedikit memainkan tempo, tusukan demi tusukan meski tak sampai mengena ke ujung rahimnya.

Ia menangis, rasa bersalah memghentikan aksiku,

"Dek, kamu kenapa?"
"Gapapa kok mas"
"Serius dek, apa berhenti aja?"
"Jangan, aku seneng kok"
"Seneng gimana?"
"Seneng akhirnya aku bisa ngasih hadiah sama kamu mas, jangan marah lagi ya"

Kata-katanya yang terakhir, meyadarkanku betapa bajingannya aku ini, hanya karena tak diberi hadiah yang sesuai dengan apa yang ada diotak penisku,aku sampai benar-benar marah kepadanya.,

Maafkan aku.

Ia meminta sedikit waktu jeda,perih panas, perasaan bahagia sedih bercampur aduk.

Kami berbaring, penisku setengah keras, tapi tak bisa kupaksakan, tak punya hati sekali jika memang iya, antara cinta dan nafsu, syetan terkutuk penyebabnya!

Kami berbaring, bercerita ngalor ngidul tentang masa kecil yang kami habiskan bersama sebagai seorang keluarga, betapa momentum hangat yang tak pernah terlupakan, kala itu kita masih benar-benar polos saat mandi bersama, ataupun saat kita telanjang.

Tapi saat ini, ini berbeda, aku telanjang dan Safitri-pun juga tak mengenakan sehelai benangpun, memang polos. Tapi berbeda, hal yang dikatakan jauh dari kata normal, jauh dari moral dan anggapan masyarakat, Incest berbahaya, tetapi aku terlanjur mulai ada "rasa".

Rasa cemburu saat ia ditembak oleh banyak siswa laki-laki, atau rasa marah saat ia tak datang tepat waktu, atau tak memberi kabar walau hanya "say hi" entah itu rasa yang normal atau bukan, sejenak aku melupakan kalau kami ini sepupu, yang lahir dari satu kakek dan satu nenek yang sama.

Angan hilang, kami kembali ke keadaan sekarang, ia sepertinya mulai bergejolak lagi, bersamaan dengan datangnya gelora yang mencuat secara tiba-tiba, mulut kami berpangutan, kali ini berbeda, ini dibarengi dengan rasa, rasa cinta sepertinya.

Aku memperlakukannya layanya kita pengantin malam pertama, menghabiskan tenaga dikala matahari tak tampak, hanya deruan suara jangkrik yang samar terdengar.

Ia mulai memainkan tubuhku, meski kadang ia bergerak menahan rasa sakit.

Kamasutra yang paling pas sepertinya.

Aku membalikkan badannya pelan, mencumbu sekitar leher hingga ketiak, membuatnya bergeliat lagi, seperti tadi.

Ia menatapku, berhenti sejenak.

Ia tertawa, mengingatkanku bahwa masih ada bercak darah kering dibatang penisku yang belum dibersihkan, kami tertawa.

Ia menuntut penisku masuk kedalam toilet dilantai bawah, telanjang berjalan bersama, seolah-olah pasangan muda, rumah ini seakan-akan menjadi milik kita, meski hanya sejenak.

Toiletnya cukup luas, bahkan untuk mandi 5 orang bersamaan ini cukup, memang ini toilet keluarga sekaligus toilet tamu.

Ia mencuci batang penisku dengan sabar, sesekali meremas lembut kedua aksesoris bulat dibawahnya, tersenyum, melemparkan senyuman manisnya yang membuat setiap siswa laki-laki ingin memilikinya, beruntungnya aku, menjadi sepupu serta kekasih rahasia meski tak pernah ada kata.

Kami bercumbu lagi, tanpa rasa khawatir.
Aku teringat satu adegan di video porno, aku mengangkat tubuh kecilnya keatas, menahan bokongnya dengan kedua lenganku, memepetkan tubuhnya ke tembok lalu mulai menikmati kedua buah dada ranumnya.

Ia mendesis, mendesah tak karuan, suaranya mengema mengelitik telinga kanan kiriku, aku tak sanggup mendengarnya lebih lama lagi, penisku sudah bereaksi, aku sedikit menahan badanku, menarget lubang kenikmatannya namun gagal, tubuhnya tak mampu ku tahan lagi, ia tertawa, momen romance itu tak tereksekusi secara epik. Sayang sekali!

Kami kembali ke kamar, kembali lagi sifat asli Safitri yang beringas, seperti tak merasa sakit lagi, ia mulai beringas seperti awalan. Mengoral batang penisku 3x lebih nikmat, bahasanya Deepthroat, sungguh itu nikmat, wajahnya sedikit ambigu saat ia menelan mentah-mentah batangku seluruhnya, ia menahan batuk.

Shhhh, arghhhh dek!!!

Aku mendesah tak karuan saat ia benar-benar membuatku gila.

Aku tak tahan, sedari tadi hanya diperbolehkan diam dan pasif.

Aku menarik penisku dari mulutnya, menariknya ke samping, mengangkat satu pahanya ke atas, tusukan miring tak jua berhasil.

Ia kembali tertawa, memang masih amatir.

Ia menyarankan kamasutra yang bisa dilakukan siapa saja, bahkan seorang amatir sekalipun, aku tersipu malu, jujur.
Aku mempraktekkan apa yang aku lihat ternyata tak semudah yang terlihat.

Aku meludahi vaginanya, lalu mulai memasuki liang itu, NIKMAT SEKALI!

Otot vaginanya menjepit, sangat-sangat menjepit, membuatku mendesah sejadi-jadinya, nafasku berat begitu juga Safitri. Ia menoleh ke kanan kiri, jemarinya memeras bantal yang ia pakai kuat-kuat.

Otot vaginya seperti beradaptasi, aku mengendurkan tusukanku, menjilat lembut putingnya, lalu mulai menusuk-nusuk dengan pelan, ia mulai menikmati ini.

Shhh,ahhh, ghhhhh, aghhhhh, shhhhh ughh shhh masss, masss ardiannnsyahhhh, ughhh, sakitt masss

Ucapannya malah membuatku bergairah, sedikit ku naikkan tempo, meski sekali lagi vaginanya menolakku terlalu jauh menembus liang itu.

Argh dek! Mas mau keluarr, dekk!!!!

Ingin meledak rasanya, ini tak lumrah seperti saat onani, kurasakan betul-betul ingin meledak.

"Jangan dikeluarin didalem mas, nanti adek hamil"
"Iiiii...iya dekkkk"

Tak sempat kutarik, otot vaginanya menahan penisku keluar, mungkin ½ dari total spermaku tumpah didalam liang vaginanya, ia meringis saat aku mencabut paksa penisku keluar, mengeluarkan sisa-sisa spermaku diatas perut putihnya.

Ogh, oghhb, hngggg, nafasku sangat berat.

Aghhh, keringatku bercucuran, tenagaku seperti habis! Aku ingin tidur malam ini, tentu dengannya, berpelukan sampai pagi.

Pagi harinya, kami sama-sama bolos sekolah, melanjutkan peperangan tadi malam dengan mencoba beberapa gaya yang variatif, asyik juga ternyata.

Kami tak bisa lama-lama, siang ini kami harus keluar dari rumah, apa kata Eyang nanti kami berdua dirumah yang sama saat jam sekolah?

Alhamdulillah....

Maturnuwun sanget, suhu@NovelisMesum atas Update yg ini...
Suhu bner² ngembaliin ane k kenangan lma, waktu ane msih SMP dmn ane yg msih perjaka, ngejebol perawan mantan ane yg Panlok.....

Sekali lg ane ucapin maturnuwun sanget ya, hu...

:ampun:
 
Terakhir diubah:
UPDATE. MAAF MAAF SERIBU MAAF, PEKERJAAN YANG MEMAKSA NUBIE HARUS ALL IN!
ENJOY AND KEEP KENTANG


Safitri.



Hubunganku dan Safitri berakhir begitu saja, Bude Rodiyah mencium bau mencurigakan, ia memutuskan untuk mengirim Safitri pergi ke pondok, belum puas menjamah tubumu kenapa kau harus pergi?

Yang kami takutkan semuanya terjadi, ini seperti hal yang tak bisa kami percaya, aku dan safitri selalu bermain rapi, tapi kenapa masih ada jejak? Mungkin karena memang insting dan kekuatan batin keluarga kami yang kuat, Eyang juga sudah mengendus kecurigaan saat kami sering bersama-sama.

Safitri mau tak mau dipindahkan ke pondok yang notabe pondokan itu keras dan mengekang, pengasuhnya kebetulan sahabat karib Eyang Pram.

Aku khawatir jiwa Safitri yang bebas tak bisa menerima itu dengan cepat.

"Mas, kalau adek dipaska mondok, mas bawa lari ya" isi BBM dari Safitri.

Antara kacau, lemas semuanya campur aduk, aku tak bisa berbuat apa-apa.

Bila memang harus membawa Safitri kabur, jelas itu mustahil bagiku.,

BBM itu hanya ku baca tanpa balasan, aku binggung.

Dua hari setelahnya, Safitri benar-benar pergi, melanjutkan perintah orangtuanya ke pondok.

Sejak saat itu, ia tak pernah memberiku kabar, BBMnya pun tak aktif.


Ini sebagian salahku, tapi apa dayaku?


Bude Rodiyah

Seminggu setelah perginya Safitri ke pondok, Bude Rodiyah mendatangiku secara tiba-tiba bertepatan acara pondok yang diselenggarakan oleh Eyang,

"Ikut bude sekarang!" kata Bude Rodiyah sembari menarik tanganku kasar, wajahnya marah sekali, bahkan kedatangannya tak sadari oleh Uti yang berada didalam kamar,

"Kemana bude?"

"Diem kamu!"

"Mau dibawa kemana bude?"
"Anak kurang ajar! Ikut kamu sekarang!" kata Bude Rodiyah melotot padaku, perasaanku sudah tak enak. Ini pasti lanjutan rentetan pristiwaku dengan Safitri, gadis polos yang pernah kutiduri itu

Ia mendorongku paksa memasuki mobil yang sudah disupiri seorang pria, supir baru Bude yang masih muda.

Dijalan menuju entah kemana, Bude Rodiyah hanya diam, kebanyakan meneteskan air mata yang cepat-cepat ia usap. Aku binggung, apa yang terjadi padanya? Kita mau kemana?

Oh, jalan semakin jelas ketika aku mulai hafal ini jalan kemana, kerumah Bude Rodiyah!

Mampus aku diadili orang ini!

Ia langsung memasukkanku ke ruang tamu, tak ada teh tak ada suguhan apapun, hanya suguhan makian dari awal aku datang.

"Kamu emang iblis! Dajjal gak punya hati kamu!

Aku hanya diam mendengarkan makiannya.

Bude Rodiyah sesengukan menahan ledakan tangisannya yang ia selimurkan menjadi makian yang parah kepadaku.

"Kamu berdosa! Kamu tau apa dosamu?!! Hah?!!!" kata Bude tiba-tiba menjambak rambutku kasar

Bangsat nih MILF! Aku peju-in juga muka sok alim itu!

"Kamu tega meniduri Safitri! Dia cerita semuanya! Bajingan kamu bajingan!" katanya sembari menampar menjambakku, intinya saat itu aku disiksa, jelas wajar aku membela diri, aku mendorong paksa tubuh gemas Bude Rodiyah hingga ia jatuh ke sofa.

Wajahnya makin merah padam, ia mencoba mengambil asbak diatas meja, menghantamkannya ke wajahku, hampir saja!

Supirnya sampai masuk melerai, ia terlihat kewalahan melihat kami seperti ini, aku hanya mendefense! Gobloknya, supirnya malah membuatku tak bisa bergerak, Bude Rodiyah malah leluasa memukulku.

"Cukup Bude!!!!" kataku teriak kencang

Itu membuat Bude Rodiyah, ia seperti tercenggang, lalu ia duduk istigfar

"Mas lepasin! Kamu gak punya hak ikut campur urusan saya sama bude!" kataku kasar, padahal aku tau kalau ia mau meninjuku, niscaya aku pingsan seketika, hahahaha.


Supir beliau ringkuh, ia berjalan pergi.

Bude Rodiyah kembali menangis, ia menundukkan wajahnya, tangis semakin dalam.

"Maafin saya bude, tapi itu bukan sepenuhnya salah saya"

Bude langsung memandangku tajam!
Kaget bangsat!

"Kamu bilang ini bukan sepenuhnya salahmu, hah iya?"
"Safitri juga salah bude! Dia yang maksa-maksa saya, sumawallahi saya gak pernah sebelumnya seperti itu"

"Kamu jangan bawa-bawa Tuhan!"

"Saya berani sumpah, kalau memang cuma saya yang bersalah biar saya yang diazab, habis ini ayo kita sama sama menghadap ke Eyang, bukan salah saya sepenuhnya, saya gak pernah memang sebelumnya, Safitri ngasih saya kode-kode, dia aslinya stress Bude kayak gini, semenjak Pakde gak ada Bude makin keras sama safitri, dia malah terkekang sekarang nyari jalannya sendiri, kalau udah gini sekarang apa semua salah saya sendiri?"

Kataku nyerocos, Bude terdiam seribu bahasa, hahaha jujur waktu itu aku ngomong apa yang dipikirin, tanpa direncanakan, cerdas juga amatir sepertiku ini, hahahahaha.

Bude lalu beranjak pergi, membanting pintu kamarnya lalu terdiam

Aku yang tengsin, keluar dari rumah terkutuk itu lalu mencari sang Supir untuk mengantarku pulang.

Dijalan aku hanya diam, supir itu ku ketahui namanya Mas Arman, ia juga tak berbicara sedikitpun, dipertengahan jalan, HP beliau yang ditaruh di dekat seat, diantara dua jok, tiba-tiba menyala tanpa bunyi, notifikasi senyap yang hanya menampilkan isi

Aku setengah kaget, didalam isi BBM yang terlihat sekilas itu, nama MAJIKAN terpampang jelas, isi pesannya kurang lebih,

"Sayang,habis nganterin anak itu cepet pulang, aku stress"

Dia tak mengetahuinya, aku kaget setengah mati!

Yuhuuuuuuuu! Ada kesempatan? Trobos ajalah anying!

Bar anake, mboke ki..

Setan lg² cma bsa cokul sndri, g kebagian Ardiansyah....
=))
 
UPDATE
Keuntungan berteman dengan Syetan

Sikap Bude Rodiyah kembali baik padaku secara tiba-tiba setelah kami perang dingin selama beberapa bulan, tak lazim, aku-pun tahu alasannya. Jelas ia tau aku yang mengintipnya pekan lalu, karena telpon yang tak terjawab di hpnya adalah telpon dari Uti, lalu Uti menjelaskan maksud kedatangan-ku waktu itu yang disambutnya dengan seribu alasan mutakhir yang membuat Uti Sih percaya kepada mulutnya yang haus sperma itu.

Andai saja kita saling membuka kartu AS, maka resiko kekalahan diderita oleh Bude Rodiyah, 2:1.

Jika dia bercerita masalah incestku dengan Safitri aku masih bisa kabur, entah kemana yang penting jiwaku selamat mungkin mencari Ayah, tapi Bude?
Karirnya? Hartanya? Namanya? Ia pasti juga tau resiko itu, taruhan yang sangat besar, aku bermain dengan percikan korek api, sedangkan ia berani membakar lumbung, jelas api siapa yang lebih besar.

Teringat cerita nabi yang disampaikan Eyang, tahan tak terbakar, kalau Bude? Jelas sudah matang! Hahahahaha.

Aku memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin, rencana yang tadinya tak pernah kususun karena menurutku hal yang sangat tidak mungkin terjadi, meniduri anak dan ibunya? Jauh dari kata mungkin!

Tapi dikehidupanku yang serba random ini, ini terjadi!
Rencana Setan memang indah, xixixixi.

Aku tak merasa berdosa, karena ku tahu ini semua tipu daya syetan dan aku terjerumus kedalamnya, tapi ini nikmat sungguh, aku tak bisa berhenti dari kecanduan incest yang tiba-tiba ini, layaknya morfin, merangsang seluruh selku, merasuki alam bawah sadar dan membuatku terbang seolah-olah dunia ini aku yang mengendalikan.

Bude Rodiyah mulai aktif memberiku kabar, menanyakan apapun tentangku, sampai suatu ketika ia mengundangku ke salah satu tempat restoran mahal di pusat kota, aha! Ini pasti tricknya agar aku tak buka suara, maaf ya sudah terbaca! Hahahaha! Apa anda kira dengan saya yang selalu menatap laptop, bermain game berjam-jam dan memiliki sedikit "mental illness" ini mampu kau bodohi? Tunggu dulu, semua strategy politik yang aku pelajari secara otodidak dari game sudah menjadi skill pasifku, hahaha, gamer pasti tahu bahasaku.

Bertemulah kita di cafe x, tempat mahal yang dikunjungi orang-orang ekonomi menengah-atas.

Beliau berbicara banyak seputar tentang aktifitasnya, cara mengajar, bercerita tentang murid-muridnya, suasana keluarga banyak hal yang ia bahas aku hanya mengangguk saja, karena memang sedari tadi aku hanya tertarik dengan tubuhnya, sayang rapat sekali tak ada celah.

Berlanjut hingga sore hari, suasana dicafe tampak cukup sepi, hingga ia berani berbicara masalah "itu"

"Syah, ini ada uang buat jajan kamu" kata Bude sembari mengeluarkan 10 lembaran merah diatas meja
"Buat apa bude?"

"Ya saking aja, kamu bude liat-liat suka ngegame, beli game yang baru"

"Enggak, makasih bude" kataku menolak secara halus

Sejak kapan ia memperhatikanku, lonte syariah ini pasti mengorek informasi dari Bulik Marni atau Uti Sih

"Loh, bude ada rejeki, bawa aja uangnya"

"Ini serius bude?"

"Iya, udah ambil aja"

"Kesempatan!" ujarku dalam batin

Setelah aku mengantongi uang tsb, bude lalu berbicara, sudah kuduga sebelumnya

"Tapi ya gini lo syah, biar sama-sama enak, Bude punya rahasia kamu, kamu punya rahasia bude, videonya dihapus aja, biar kita ga saling curiga ya syah"

"Jadi bude udah tau ya?"

"Daripada kita satu keluarga bubrah, mending kita saling diam aja ya syah"

"Gimana ya bude?"

"Maksudnya?" satu alisnya naik

"Bude ini kan sering ceramah gini gitu, masalah yang kemarin saya sama safitri jg bude marah, tapi ternyata bude ya sama aja"

"Heh! Syah! Jangan kurang ajar kamu ya, bude kemarin sudah maafkan kamu, skrg bude cuman minta hapus videonya, setelah itu urusan masing-masing" katanya sedikit naik, aku tak gentar sama sekali, malah penisku semakin ereksi.


"Saya ngomong apa adanya bude, sekarang begini kalau sampai video ini dilihat sama Pakde gimana? Atau mungkin bisa saya sebarkan ke media sosial"

"Gak papa, sebarin aja, nyawa kamu melayang, Bude pasti lapor ke Pakde mslh kamu sama Safitri"

"Kalau berani nekat-nekatan, saya berani bude, toh saya masih bujang"

Bude Rodiyah diam sejenak, beliau terlihat sinis, dengan tatapan penuh dendam.
"Rencanamu berhasil, syetan!" teriakku girang dalam batin

"Terus mau kamu gimana?! Ngomong aja langsung jangan bertele-tele"

"Saya mau Bude pecat Mas Arman"

"Bisa aja! Apa mau sekarang Bude pecat, ya emang dia sih dalang semuanya itu, yang bikin Bude terjebak!" katanya berdalih

Dasarnya aja emang lonte syariah sepertimu lah yang gampang tergoda, vaginamu yang sepi pengunjung itu yang membuatmu lupa segalanya.

"Semua sebab akibat bude, hubungan timbal-balik"

"Jadi kamu seolah-olah bilang kalau Bude juga mau sama dia?"

"Nyatanya, divideo kayak begitu kok"

"Makin kurang ajar ya kamu!"

"Saya sudah bilang bude, saya ngomong apa adanya, saya gak bertele-tele!"

Aku yang berada diatas angin sekarang!

"Bude akan pecat Arman sekarang!"

Bude Rodiyah langsung menelpon Arman detik itu juga dan memakinya dari telpon agar berhenti kerja mulai sekarang

"Kamu saya pecat! Uang pesangon saya transfer, kamu bikin masalah, dan ingat kalau sampai rahasia ini bocor saya tau harus kemana cari kamu!" kata Bude berapi-api
Posisinya untuk bertahan dari serangan balik Arman masih bisa karena Bude juga tau keluarga kecil Arman yang ia boyong ke sini, Arman tak bisa memanfaatkan kondisinya, tapi tidak denganku, pembalasanku sebentar lagi terbayarkan.

"Sudah, sekarang cepat hapus videonya"

"Gak bisa gitu bude"

"Loh, maksudmu apa? Kamu sudah tak kasih uang, arman sudah tak pecat, masih kurang?"

"Yang saya mau sebenarnya Bude nurut sama saya, apapun yang saya minta Bude harus turutin, itu permintaan saya"

"Kurang ajar kamu, anak kemarin sore berani manfaatin budemu sendiri, pantes ayahmu pergi lebih milih tingga disana gak balik tau kelakuan anaknya yang kayak begini!"

"Terserah bude mau bilang apa, Syah memang masih kemarin sore, tapi Syah punya bukti buat bikin Bude hancur selamanya!"

"Kurang ajar!!!" teriakan itu dibarengi semburan air minum yang ada didalam gelas tepat mengenai wajahku, bangsat ini MILF!

Bude langsung beranjak pergi, meninggalkan ku sendirian yang benggong jadi pusat perhatian, ah tidak mudah menahlukkan Ibu beruang ya, hahaha. Tapi ini awal dari segala rencana Syetan yang ada dikepalaku, Oh Syetan kabulkan-lah permintaanku, bantu aku mendapatkan vagina Bude.

Kentang?
Sabar, semua proses!
Ini bukan cerita copypaste!

Hajar silite, Syah...
Ane yakin msti seneng, de'e...

:top:
 
Bimabet
Long Update

Buat para suhu yang req long, mohon maaf karena mmg menyita banyak waktu dan pengetikan lewat hp.


Enjoy!


Kegiatan sekolah cukup menyita tenagaku, sore itu aku merebahkan badan ke ranjang empuk yang pernah jadi saksi bisu bersama Safitri, ah kenangan yang indah, sayang harus berakhir secepat itu.

Telepon berdering kesekian kalinya, aku tak begitu memperhatikan layar handphoneku krn asyik mengotak-atik game dilayar laptopku ini.

"Bulik Marni"
7 panggilan tak terjawab

Aku coba telpon kembali, kurasa ini penting.

"Le, tolong bulik, jaga toko sebentar"
(Nak, tolong tante)
"Kulo nembe wangsul bulik"
(Saya baru aja pulang tante) (dari sekolah)

"Bulik ono rencang sedo le"
(Tante ada teman yang meninggal)

"Waduh, nggeh pun, kulo perjalanan sakniki"
(Waduh, yasudah, saya berangkat sekarang)

"Nggeh nak, bulik rantos"
(Iya nak, tante tunggu)

Aku pun bergegas berangkat ke toko bulik, tak apalah, bulik sangat baik padaku, ia sering memberiku uang jajan saat ada rejeki, itung-itung membantu beliau.

Sesampainya disana, aku bertemu dengan Bulik Marni yang sudah bersiap-siap membungkus beras takziah

"Le, nanti Shinta teko, pean oleh wangsul"
(Nak, nanti shinta datang, kamu boleh pulang)

"Oh enggeh, kulo rantosi shinta"
(Iya, saya tunggu shinta)

"Ngkok yen ra reti, telpon wae nang Shinta"
(Nanti kalau gak ngerti, telpon saja ke Shinta)

"Nggeh bulik"
(Iya tante)

Bulik Marni langsung berangkat bersama rombongan membawa mobil cherry milik pak carik yang serekan dengan Bulik sewaktu SMA.

Shinta? Terakhir bertemu dengannya 2 tahun yang lalu, karena aku juga sibuk dengan urusanku.

Dia hanya tamatan SMP, omongan² tetangga Bulik tentangnya sedikit miring, aku hanya dengar rumor itu sebatas angin lalu.

Hampir satu jam setengah aku menjaga toko itu, berkali2 juga aku menelpon Shinta u/ menanyakan harga dari produk, pusing dibuatnya, tokonya tak terlalu besar tapi lumayan bikin keringetan, hahaha.

"Iyaudah deh mas, aku kesana" ujar Shinta kepadaku melalui telepon

10 menit kemudian Shinta datang membawa sepedah, celana pendek selutut, kaos putih joglo rambutnya dikuncit.

Tubuhnya sintal, terbentuk lumayan, ia gadis yang kiranya semua orang kenal dengannya krn "vulgar" yang sering ia tampilkan, apalagi culture masyarakat "tertinggal" seperti di desaku yang masih "lurus" tak terjamah oleh budaya asing yang liberal, mungkin seperti itu sedikit gambaran tentang Shinta.

"Mas, aku iki mau jek umbah-umbah"
(Mas, aku tadi ini masih nyuci")
"Gek piye dek, aku ra reti regone"
(Mau gimana dek, aku gak tau harganya"
"Yowis, mas'e kape balik saiki tah?"
(Yaudah, mas mau pulang sekarang kah?)
"Iyo i dek, kesel aku"
(Iya dek, cape aku)

Tak terlalu banyak yang kami omongkan, sejenak aku sudah memacu cbku kembali ke rumah, ditenggah perjalanan terpikirkan ide yang sangat brilian yang tiba-tiba muncul di otakku.

Bagaimana jika Bude kembali aku ancam?

Pikiran itu terbesit secara tiba-tiba, memang syetan tau kapan waktunya berbisik kepada manusia untuk melakukan hal yang jahat "nikmat"

Aku semakin deras memacu kopling cbku, segera sesampainya dirumah, aku membuka salah satu situs porno terkenal yang kiranya semua orang tahu, aku pilih video persetubuhan Bude dengan Arman, tangan jahilku memberanikan diri screenshot lalu kukirim ke Bude Rodiyah dengan tulisan
"Siap dikirim"

Satu jam kemudian, ia membalas BBMku, kali ini ia memelas memohon kepadaku agar tak menyebarkan video skandal LONTE SYARIAH vs SUPIR PRIBADI, judul videoku.

"Bude kabari sebentar lagi, Bude masih disekolah ada urusan"

"Saya tunggu Bude"

Balasku dengan emot wajah syetan, hahahaha.

Ku tunggu sampai matahari bosan menyinari bumi, berganti menjadi rembulan yang agaknya sedikit membawa hawa dingin, kusimak layar hp yang sedari tadi kosong tiada notif penting yang membuat jiwa syetanku tergugah.

"Sabar, tunggu"(kata hati)
Wait what? Bukan kata hati, itu kata Syetan yang bersemayam dalam benak pikir kotorku.

Aku menyeringai puas saat Bude membalas BBM di jam dan waktu yang pas untuk bercinta!

"Bude tunggu kamu dirumah, kalau keluar jangan sampai ada orang tahu, masuk kayak biasanya, ayo diomongin lagi"

Hahahaha!

Inilah saatnya, SYETAN KITA BERANGKAT!

Aku tak membalas pesan itu, kemudian merencakan set up plan yang ku gadang-gadang akan berhasil memuaskan Bude kurang belaian.

Pernah dengar Tisu Magic?

Ya, senjata utamaku, jujur karena terlalu banyak onani sendiri waktu pertama ditinggal Safitri, penisku mudah layu, karena tak ada lagi lubang yang bisa aku masuki setiap saat penis ini ingin memuntahkan zat besinya.

Tak tanggung², sehari bisa 5-6x aku beronani, pikiran terbang melayang membayangkan menyetubuhi Bude Rodiyah, kadang Bulik Marni, kadang kedua sepupuku, hampir² semua orang dikeluarga kecuali Uti Sih, aku tak tertarik pada yang sudah uzur.


Dijalan menuju kerumah Bude, hal-hal indah digambarkan oleh temanku Sang Syetan lewat imajinasi pikirku, ah kau memang teman terbaik mencapai kepuasan rohani.

Aku menuntun sepedahku memasuki garasi rumah Bude Rodiyah, seperti biasa jalan masuk rahasia yang hanya anggota keluarga saja yang tau.

Ia sudah menungguku diruang tengah keluarga sembari menonton tv.

Pakaiannya seperti biasa, tertutup meski dihadapanku, daster bermotif batik mega mendung dengan hijab berwarna abu-abu

Ia lalu membenarkan posisi duduknya dan melambaikan tangan menyuruhku duduk didepannya.

"Sudah lama nunggu Bude?"

"Sudahlah syah, ayo cepat diselesaikan"

"Ardiansyah datang kan mau nyelesaikan"

"Kamu gk kasian apa sama Bude yg tiap hari mikir masalah itu, banyak beban belum lagi disekolah, tolonglah syah kamu yang ngerti, dihapus aja videonya, toh Bude juga udah sendirian dirumah, Arman sudah Bude pecat, cmn ada pembantu"

"Iya bude, kan Syah bilang bude harus nuruti kemauan saya"

"Mau kamu aslinya gmn syah, jgn bkn bude tambah binggung, coba kamu bilang" katanya dengan wajah memelas

"Bude emg bener pecat Arman, tp wong kayak gitu namanya kebutuhan Bude, saya tau, bisa aja Bude skrg pecat Arman tp Bude tetep main dibelakang Pakde"

"Bude sudah tobat, Bude salah"

"Bude ga salah"

"Maksudnya?"

"Bude emg itu hak Bude, itu kebutuhan kok, jujur saya minta daripada Bude main sama orang lain, saya bisa bantu Bude" kataku tenang, pasrah, lidahku licin tak sekaku seperti sebelumnya yang takut dengan sosok Bude Rodiyah yang terlihat angkuh dan tegas ini .

"Maksudnya?!"

"Saya bisa gantiin Pakde ngasih Bude kebutuhan"

"Kurang ajar kamu Syah!"

"Jujur saya juga pingin ngerasain apa yang dirasain Arman, kalau Bude menolak, itu hak Bude, tp saya juga punya hak membuka skandal ini"

"Syah! Aku ini Budemu, ini smkin salah nak"

"Kalau salah mending sekalian bude, jangan nanggung toh dosanya sama"

"Astagfirullahaladzim syah!"

"Yasudah, bude mau gak nurutin mintanya saya?"

"Kalau engga, ya monggo besok diliat video bude kesebar, kalau iya, ini syah simpen rapet² biar kita sama² enak"

Bude Rodiyah menangis, ia sesengukan, aku hanya mematung diam didepannya, kali ini syetan kembali menjamah pikiranku, ia menyuruhku untuk duduk disebelahnya.

"Udah bude nurut aja, pasti aman sama isyah"

Ia menoleh kepadaku dengan tatapan sayu, kode lampi hijau, aku menyerebot ke bibirnya lalu kucium ala-ala amatir yang tak pernah ciuman sebelumnya, awalnya ia hanya diam sembari terus mengelap air matanya yang jatuh berurai itu.

"Jangan, aku bud"

Saat ia membuka mulutnya untuk menyelesaikan kata² beliau, aku malah memasukan paksa lidahku kedalam rongga mulutnya, rasanya sedikit masam.

Tak berselang lama, sepertinya gairah Bude Rodiyah jadi aktif setelah tanganku dengan lancangnya berani meremas payudaranya dari luar daster yang ia gunakan.

"Emm!"
Ia mengadahkan kepala ke atas, kaget dengan aksiku barusan tapi tak menolaknya.

"Susumu enak bude!"

Aku merebahkan badannya ke sofa, ia hanya terdiam menuruti arahan tanganku.

Kepalanya ku tahan dengan tangan kiriku, mulutku beradu dengan mulutnya, tangan kananku aktif menjelajahi payudaranya dengan lembut.

"Ogh, hgggn"

Mulutnya mulai meracau, ini sifat aslinya, ini wajahnya yang tanpa topeng pencitraan tai kucing itu

Lidahnya mulia aktif membalas lidahku, menusuk paksa rongga mulutku, panjang juga lidahnya.

Dasternya kusingkap sampai paha, entah syetan model apa yang membuatku bergairah sangat2 bergairah ini, ide2 kreatif muncul untuk membuatnya semakin aktif.
Tanganku meraba² halus, membelai pahanya yang besar itu, sesekali kusrempetkan ke vaginanya yang terlihat besar bahkan saat tertutup, ia hanya memandangi aksiku sembari menunjukkan wajah nafsunya yang tak tahu malu itu.

"Kamu yang mulai, jangan salahkan Bude!"

Ia lalu menjambak rambutku saat aku asyik menjilat² halus paha luarnya, ia lalu meloloskan dasternya sampai atas, ku tahan laju jilbab yang rupanya akan ia lepas juga.

"Tetep pakai hijab bude"

Ia terdiam sebentar, lalu meneruskan aksinya meloloskan bhnya sendiri, sungguh payudaranya sangat besar, pentilnya hitam dengan ukuran aerola yang luas, ia mengagahiku, aku duduk santai sembari ia menyodorkan kedua toketnya persis didepan mulutku, memang Bude Binal!

Ia terus meracau saat aku menjilat, mengigit payudaranya yang dihiasi aerola hitam pekat itu.

"Shhshhshh! Ashh, shhhh!" racau Bude

Tangannya aktif menjamah tubuhku, sesekali ia meremas kedua aksesoris penisku, menimbulkan rasa sakit. Sangat-sangat binal, pantas saja Arman betah disini, disuguhi permainan Bude ala Kuda Liar dan juga fasilitas mencukupi, siapa yang tidak betah hidup disini? Tololnya pakde membiarkan istrinya ini digagahi orang lain, dan sekarang digagahi kemenakannya sendiri.


Hanya dengan beberapa jilatan pasif yang kuberikan pada tubuh bude, sekitar payudara dan lehernya sudah membuatnya seperti orang gila, dia memang benar-benar wanita yang kurang perhatian lelaki, pikirku.

"Masukin syah"


Ia meloloskan cd biruku, tanpa basa-basi dengan gerakan mulut yang cepat ia meludahi penisku dengan ludah yang entah berapa lama ia simpan, itu lumayan banyak membuat batang penis dan aksesorisnya basah.

Ia mengocoknya dengan kecepatan yang mampu melukai batangku,

"Shh, ahh sakit Bude"

Sialnya, ia malah mendaratkan tamparan ke wajahku lumayan keras lalu berkata
"Udah diem kamu! Pokoknya kamu yang mulai semua, jangan salahin bude!"

Ia lalu melanjutkan journey-nya ke daerah selangkanganku, menjilat, mencium entah apa yang ia lakukan dibawah sana, kepalaku mengadah keenakan, tak sanggup aku menahan ledakan sperma yang seperti akan keluar sebentar lagi, ini jauh lebih enak daripada apa yang disuguhkan Safitri sebelumnya, ini terasa lebih pengalaman dan alami, insting liarnya yang bekerja.

Ia sesekali memasukan biji bolaku kedalam mulutnya meskipun sedikit memaksa.

"Arghh, shhh, shhh agh enakk bude"

Ia menekuk batang penisku ke kiri, mengigitnya halus, gila permainan apalagi ini, yang ku tahu sex gaya seperti ini disebut-sebut hardcore?

Berkali-kali ia seolah ingin menelan habis batang penisku yang tak terlalu besar ini, ia menekan rongga mulutnya, aku bisa merasakan ujung penisku menabrak tenggorokannya, dihabisi seluruh batang ini, sensasi ini yang kiranya membuatnya banyak/hampir semua manusia lupa akan kehadiran dosa, mereka tak mengenal itu semua saat seperti ini, aku juga sependapat kalau Syetan memang kuat untuk mengoda kita melakukan ini, sangat-sangat nikmat! Ini kegilaan yang amat luar biasa!

Ia memandangku dengan tatapan tajam, senyumnya menyeringai, ia berhasil membuat lelaki muda menjerit kesakitan, ia berhasil membuat lelaki ini berdesir, berdetak kencang, ia berhasil membuatku!!!!!
"Argh!!!!!! Shhhhhhh!!!" spermaku tumpah saat Bude semakin menjadi mengoral penisku, mengigit kasar batangnya, sensari nyeri nikmat ini tak mampu lagi ku bendung.

Kental putih sperma itu jatuh diatas wajah+jilbabnya yang terurai, ia kegirangan, spermaku yang belum tuntas keluar malah semakin dihisap semakin dahsyat, aku mengejang, badanku mengigil sesaat, ini NIKMAT! SUNGGUH NIKMAT! AKU AKAN HIDUP DAN MATI HANYA UNTUK INI!" BAWA AKU KE NERAKA AKU TAK PEDULI ASAL AKU BISA MERASAKAN KENIKMATAN SEPERTI INI SELAMA DIDUNIA" pikirku yang semakin jauh dari jalan kebenaran.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd