Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Kisah Seratus Susu ~ Tamat

salah satu favorit cerita di forum ini....
mulustrasinya bikin tambah ngaceng.....
ditunggu kelanjutannya tante sari suhu....
 
Luar biasa... layak jadi referensi penulis² baru yang tertarik dengan genre setengah baya. Bagus! 👍
 
Saat melewati ruang tamu, aku melihat adik Tante Sari sedang menonton TV dengan hanya mengenakan celana dalam. Namanya Tante Erni, tubuhnya pendek chubby, warna kulitnya jauh lebih putih dibandingkan Tante Sari. Warna puting yang gelap menarik perhatianku. Anehnya dia tidak kaget atau berusaha menutupi susunya, bahkan raut wajahnya saja tidak tampak heran melihatku.

Suasana yang aneh membuatku tidak tahu mau berbuat apa selain hanya tersenyum canggung. Tante Erni tertawa melihat ekspresi wajahku, "Kamu kenapa kelihatan bingung begitu?" "Oh nggak apa-apa tante," jawabku sambil mengalihkan pandangan dari puting ke matanya. "Sini duduk dulu," lanjutnya sambil menarik tanganku. Aku duduk di sebelah kirinya, lalu Tante Sari duduk di sebelah kiriku.

Tante Erni menanyakan kebenaran tentang gosip yang beredar. Aku menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi dan kakaknya membantu membelaku. Duduk diapit empat susu gantung tentunya membuatku sange dan kontolku sudah ngaceng dari tadi. Tante Erni menyelipkan tangannya ke dalam celanaku dan menggenggam kontolku.

Tante Sari kemudian memeluk tubuhku dan dan menarik tangan adiknya sambil bercanda, "Erni. Ini punya gw!" Kemudian dia berdiri dan menarik tanganku untuk ke kamarnya.

Kamar Tante Sari kecil dan sederhana, hanya ada ranjang, lemari pakaian dan meja rias. Tante Sari langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Tampak kedua susu yang besar bergoyang-goyang karena gerakan tubuhnya. Melihat itu membuatku tidak sabar, aku langsung membuka kaos dan celana pendekku. Tante Sari tidak berhenti memandangi kontolku.

Aku meremas kedua susunya, ukuran yang sangat besar membuat tanganku tidak bisa menggenggam seluruhnya. Lalu kucium bibirnya sambil mengusap memeknya. Aku menyuruh Tante untuk mengubah posisi tubuhnya menjadi menungging. Pantatnya tampak besar dan empuk.


Kedua tanganku membuka kedua belahan pantatnya, memeknya terlihat tembem terhimpit oleh lemak. Aku membuka belahan memeknya dengan lidahku, lalu mulai menjilatinya. Permainan lidahku membuat tante mendesah kecil.

Setelah beberapa menit, tante duduk di pinggir ranjang dan menghadap ke arahku yang sedang berdiri. Dia mulai menghisap kontolku sambil tangannya meremas kedua pantatku. Aku yang sedang menikmati kegelian di palkon dikejutkan oleh pintu yang tiba-tiba terbuka. Aku sempat mengira bahwa kami di gerebek, kontolku langsung menciut. Ternyata Tante Erni masuk ke dalam kamar.

"Erni! Kamu ini ngagetin Budi. Lihat kontolnya sampai lemas begini," ucap Tante Sari sambil tertawa dan mengibaskan kontolku dengan tangannya. "Santai Bud. Lanjut saja, Tante mau ngecas HP," ucap tante Erni sambil tertawa. Dengan cueknya dia duduk di ujung ranjang dan mencolokan charger ke tembok dan HPnya. Tante Sari melanjutkan hisapannya, membuat kontolku mulai tegang lagi.


Tante Erni membuka celana dalamnya, lalu duduk dan memperhatikan kami. Agak aneh ditonton seperti ini, seakan-akan aku adalah sebuah objek hiburan. Tante Sari yang menyadari kalau aku kurang nyaman berusaha menenangkanku, "Sini sayang, kamu lihatin tante saja." Dia meletakkan tangannya di belakang kepalaku lalu merebahkan tubuhnya sambil menarik kepalaku dengan lembut.

Bibirku di kecup lalu dilumat dengan permainan lidahnya yang sederhana. Aku memasukan kontol ke memeknya lalu mulai menggoyangkan pinggulku. Berbeda dengan wanita yang masih muda, memek tante terasa kering tidak licin. Tapi hal ini tidak menghentikanku untuk menggenjotnya.

Tante menghentikan ciumannya lalu mendesah. Susunya bergoyang-goyang mengikuti irama tusukanku. Kedua tanganku meremas susunya, sambil sesekali memilin putingnya. Tante menutup mata sambil meraba kacangnya. Setelah beberapa menit, aku mulai terbiasa ditonton oleh Tante Erni. Aku melihat dia sesekali mengusap memek dan menggoyangkan pahanya, seperti yang sudah gatal ingin diewe juga.


Tubuhnya yang besar membuatku bingung untuk mengganti posisi ngewe yang aneh-aneh. Akhirnya aku hanya mempercepat goyangan pinggulku sampai crot di dalam memek Tante Sari. Memeknya yang kering meyakinkanku bahwa dia sudah menopause dan tidak akan bisa hamil lagi. Tante Sari mengelap memeknya lalu melihat ke Tante Erni sambil berkata, "Erni, giliran kamu sekarang."

Aku mendekat ke Tante Erni. Dari dekat terlihat memeknya ditumbuhi bulu yang lebat, tidak dicukur seperti kakaknya. "Memang kamu masih kuat Bud?" tanya Tante Erni. "Kuat dong tante. Tante mau aku cuci burung dulu nggak?" "Ngapain Bud, bekas kakak sendiri ini," jawabnya.


Dia merebahkan tubuhnya lalu membuka selangkangannya. Aku mulai memasukan lidahku ke dalam memeknya. Agak bau hanyir, mungkin karena bulunya yang lebat. Berbeda dengan kakaknya, kepunyaan Tante Erni baru dijilat sebentar saja sudah becek.

Setelah beberapa saat, dia mengecup bibirku lalu berkata, "Bud, tante saja yang di atas. Kasihan kamu capek." Aku tiduran terlentang lalu Tante Erni memasukan kontolku ke memeknya. Terasa perih setelah kontolku masuk ke memeknya yang becek. Memek kakaknya yang kering ternyata tanpa kusadari membuat kontolku lecet.

Goyangan Tante Erni lambat dan teratur. Dia mendesah kecil dan tampak menikmati kontolku yang menggesek dinding memeknya. Aku sebenarnya sudah tidak terlalu bernafsu karena aku lebih suka dengan tubuh kakaknya, dan rasa penasaranku sudah terpuaskan. Tapi tidak mungkin juga aku menolak ada memek gratis di depanku.

Tante Sari tiduran menyamping di sampingku. Melihat susu bulatnya membuatku bernafsu lagi. Aku menghisap putingnya, meremas susunya, mencium bibirnya. Semua gerakan kulakukan untuk mempertahankan tegangan kontolku yang terasa perih. Tiba-tiba goyangan Tante Erni semakin cepat, dia mencabut memeknya lalu tiduran terlentang. Tubuhnya menggeliat, kedua kakinya bergerak ke kanan dan ke kiri. Desahan kecil mengiringi orgasmenya.

Aku mengubah posisi ke atas Tante Sari, lalu mengarahkan kontolku ke mulutnya. Dengan sigap dia menghisap kontolku sambil memijat bijinya. Kontolku terasa perih, sekarang ditambah lagi biji yang ngilu. Setelah beberapa saat, aku crot di dalam mulutnya, dan dia menelan semuanya. Bermandikan keringat, kami bertiga tiduran bersebelahan, dan aku di tengah.

Tante Sari tertawa: "Bud, tante belum pernah crot di mulut dan tadi reflek untuk menelan."

Aku hanya tertawa mendengarnya.

Tante Erni: "Lebih enak punya siapa Bud?"

Sebenarnya kalau memek lebih enak yang Tante Erni karena becek, tapi bagiku lebih menarik tubuhnya Tante Sari. Aku harus berbohong untuk menjaga perasaan keduanya.

Aku: "Sama-sama enak koq Tante. Aku bingung memilihnya."

Tante Sari mengelus kepalaku: "Nggak terasa ya kamu sudah besar sekarang. Akhirnya tante bisa nyobain burung kamu."
"Bilang saja nanti kalau kamu mau ngewe lagi, jangan malu-malu."

Aku: "Iya tante."

Percakapan kecil berlanjut. Kedua tante ini memberikan nasihat-nasihat seputar kehidupan, dan saran untuk menjauhi tetangga yang tukang gosip. Aku pamit pulang dan di rumah langsung mandi, kontolku terasa perih saat terkena air. Ini pertama kalinya aku ngewe memek kering begitu. Kalau susunya tidak besar, aku tidak mau ngewe dia lagi.

Sejak itu kami sering ngewe. Tante Sari memiliki segudang alasan untuk memanggilku ke rumahnya, mulai dari memperbaiki keran air, genteng bocor, TV rusak, ada laba-laba, dan lainnya.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd