Deniscavalerra
Semprot Holic
Hanya sekedar berbagi kisah pengalaman pribadi tentang cerita antara aku, bos dan istrinya.
Perkenalkan namaku Dennis, umur 30 pada saat itu, aku bekerja sebagai sales head di sebuah perusahan finance ( perusahaan pembiayaan kredit kepemilikan mobil) atau yg lebih familiar dengan sebutan leasing.
Atasanku bernama Bos Tom, dia adalah kepala cabang yang baru satu bulan bertugas di kantorku setelah sebelumnya menjabat sebagai kepala cabang selama tiga tahun di kota Surabaya, dia pindah ke Bandung karena regulasi perusahaan yang hanya membolehkan maksimal tiga tahun menjabat sebagai kepala cabang di suatu tempat.
Selama dua bulan tidak ada hal istimewa antara aku dan Bos Tom, sampai saat pada suatu hari, saat aku sedang berada di ruangan Bos Tom, ponselku berdering, suara kicauan burung murai menjadi nada dering ku saat itu, aku angkat telpon, ternyata salah satu bawahan ku menelpon menanyakan tentang aplikasi pengajuan kredit nasabah yang belum aku setujui.
Setelah aku tutup telpon, Bos Tom langsung berkata
" Wah hobi burung juga ternyata kamu Den "
"Iya bos iseng aja buat isi waktu" Jawabku
Dia bercerita bahwa dia juga adalah seorang penghobi burung, tapi karena harus pindah ke Bandung, sebagian burung peliharaannya ketika di Surabaya dia jual, sebagian lagi dia berikan kepada teman dan saudaranya, dia pun tertarik untuk memelihara burung lagi, singkat cerita, dia memintaku untuk membelikannya seekor burung murai.
Sore hari selepas kerja, dia memintaku untuk menemani dia minum di sebuah bar yang letaknya berada tepat di pusat kota.
Aku hanya memesan satu gelas bir dingin, dan dia memesan satu gelas long island, disusul dengan beberapa sloki red label.
Waktu menunjukan pukul 20:30, aku lihat kelopak mata Bos Tom mulai memerah, menandakan alkohol sedang bereaksi di aliran darahnya.
Topik pembicaraan pun mulai berubah, dari yang semula membahas masalah kerjaan lalu masalah burung, dan kali ini mulai menjurus ke masalah pribadinya, mulai dari kegagalan rumahtangga nya dengan istri sebelumnya, sampai permasalahan rumahtangga dengan istrinya saat ini yang telah berjalan hampir tiga tahun namun belum dikaruniai keturunan.
Saat sedang asik ngobrol, ponsel Bos Tom berdering,
" Iya mam, sebentar lagi papa pulang, ini lagi hangout minum bir doang sama Dennis"
Setelah dia menutup telponnya, Bos Tom langsung berbicara " Bro, gw seneng ngobrol sama lu, tapi bini gua dah nungguin di rumah, dia masih merasa takut di rumah sendiri, karena dia baru tiba dari surabaya lima hari yang lalu, besok besok gua harap lu mau nemenin gua hangout lagi".
Aku mengiyakan ajakannya kemudian bergegas untuk pulang.
Setelah kejadian aku dan Bos Tom minum di bar, kami berdua menjadi semakin akrab, di kantor kita bersikap profesional sebagai seorang atasan dan bawahan, tapi diluar kantor, kami layaknya dua orang sahabat, dia semakin sering ngajakin aku hangout, semakin sering kami hangout, semakin banyak pula aku tahu tentang masalah pribadinya, karena setiap kali hangout, apalagi kalau minum, dia selalu bercerita tentang permasalahannya tanpa ada rasa malu atau sungkan kepadaku.
sedikit cerita tentang diriku, aku adalah seorang yang mudah bergaul, basic pekerjaanku dulu sebagai seorang marketing mengajarkan aku untuk bisa membaca situasi, kapan harus menjadi pendengar yang baik, dan kapan saat yang tepat untuk berbicara, kapan ngomong serius dan kapan untuk bercanda, dari pengalaman itu aku menjadi sesosok yang disukai untuk menjadi teman curhat, baik teman lelaki ataupun perempuan, karena mereka merasa nyaman, aku tidak hanya bisa memberikan simpati, tapi bisa juga berempati terhadap teman teman curhatku.
ilustrasi penampakan
Denis Cavalerra
Usia 30
Tinggi 175 cm
Berat 80 kg
Hari Jum'at September 2013 Bandung diguyur hujan sedari pagi, selepas kerja Bos Tom minta ditemani lagi olehku untuk minum di sebuah bar, kali ini letaknya di kawasan Bandung utara.
Seperti biasa aku hanya memesan segelas bir dingin, kali ini bir hitam menjadi pilihanku, sedangkan Bos Tom memesan segelas gin martini.
Obrolan diawali dengan keluh kesah dia yang sudah merasa stress dengan pressure kerjaan.
Bir hitam miliku masih tersisa setengah gelas, sedangkan gin martini Bos Tom telah habis, diapun melambaikan tangan kepada waiters untuk memesan satu shoot Jack Daniel.
Pesanan tiba, bos Tom langsung meneguk Jack Daniel pesanannya sampai habis tak tersisa setetes pun.
" Ini minuman favorite gw sejak jaman gw masih kuliah dulu Den, anjing gw kangen mabok Den, gw open bottle ya Den, nanti kalo gw mabok, lu antar gw balik ke rumah, soalnya kalo mabok, gw ga berani nyetir mobil "
Aku tidak lantas mengiyakan permintaan dari Bos Tom.
" Waduh mobil saya gimana bos kalau saya harus nganterin bos pulang kerumah, terus nanti gimana istri Bos kalau Bos Tom pulang dalam kondisi mabuk"
" Masalah istri tenang aja gw dah biasa balik mabok, kalau masalah mobil lu coba tanya ke security bisa ga titip mobil di parkiran sini " Ucap bos Tom memberikan solusi.
Akupun beranjak keluar untuk koordinasi kepada security bar, dan security tersebut mengizinkan aku dan menjamin keamanan mobil aku setelah aku iming imingi dengan satu lembar merah bergambar Presiden dan wakil presiden pertama Republik Indonesia.
Sebotol jack Daniels, sepiring kacang goreng dan satu porsi tahu crispy tersaji di meja kami.
Malam ini aku menjadi pendengar cerita Bos Tom yang sedang bernostalgia mengenang masa masa mudanya saat menjadi seorang mahasiswa yang bengal, ekspresi bahagia tersirat dari wajah dan matanya yang memerah karena aliran darah yang telah terkontaminasi oleh alkohol, tawanya lepas, tak nampak kegundahan darinya padahal kurang lebih satu jam sebelumnya dia nampak lusuh dan tak bergairah lantaran stress tekanan kerja.
Ilustrasi penampakan Bos Tom
Tommy Handoko
Usia 42 tahun
Tinggi 168 cm
Berat 88 kg
Waktu menunjukan pukul 22:15 WIB. Botol Jack Daniels sudah berkurang setengahnya, Bos Tom sudah mulai tepar aku ajak dia pulang, dia pun mengiyakan ajakanku.
Dia berjalan sedikit sempoyongan tapi nampak masih bisa kontrol, aku tancap gas mobil mengantarkannya pulang kerumahnya yang terletak tak jauh dari pusat kota Bandung, dia duduk di kursi depan dalam perjalanan beberapa kali dia hampir muntah tetapi masih bisa dia tahan.
20 menit berlalu, akhirnya kami sampai dirumah Bos Tom, aku membukakan gerbang, parkir mobil lalu membantu Bos Tom turun dan berjalan menuju teras rumahnya.
Tak lama berselang pintu rumah terbuka, nampak seorang wanita berparas cantik dengan rambut panjang terurai sebatas pinggang menggunakan daster batik membukakan pintu, aku yakin dia istri Bos Tom, aku lantas menyapanya. " Malam Ibu, saya rekan kerja bapak Bu, dimintai bantuan sama bapak untuk mengantar beliau pulang "
" Oh iya mas, ini pasti mas Dennis ya, bapak sering cerita kok sama saya tentang mas Dennis, saya Riska mas, istrinya pak Tom"
Jawabnya sambil mengulurkan tangannya.
Aku sambut uluran tangannya, halus, putih bersih dan terasa dingin, wajar, sedari pagi sampai saat ini Bandung tak henti diguyur hujan.
Setelah berkenalan, Bu Riska lalu membantu Bos Tom melepaskan sepatu sambil meminta tolong kepadaku
" Mas, bisa minta tolong antar bapak masuk, maaf ya mas "
" Baik Bu " Jawabku sambil bergegas meraih tangan bos Tom lalu kuletakan diatas bahuku, akupun memapah bos Tom yang berjalan slebor untuk duduk disofa ruang tengah.
Setelah Bos Tom masuk, aku kemudian berpamitan pada bos Tom dan istrinya, tapi bos Tom melarangku.
" Bentar bentar Den, lu tolong antar gw ke toilet, pengen jackpot #muntah ni gw "
Aku lantas mengantarnya ke toilet, bos Tom muntah di closet sambil aku pijat pijat tengkuknya, istrinya pun menghampiri sambil membawakan handuk dan piama untuk suaminya.
" Mas tunggu sebentar ya di luar, saya mau gantiin pakaian bapak, nanti kalau sudah selesai, saya minta tolong untuk bantu bapak ke ruang tengah"
Sambil tersenyum manis Bu Riska meminta tolong kepadaku.
10 menit berlalu, Bu Riska memanggilku, lantas aku segera menghampiri dan membantu bos Tom berjalan ke ruang tengah.
. " Lu jangan dulu balik Den, tolong pijitin dulu gw sebentar, barusan di kamar mandi lu pijitin gw kerasa enak banget " Pinta bos Tom
Aku pun mengiyakan permintaannya, sambil aku pijit kepala bos Tom.
" Mas Dennis mau minum apa? "
Tanya Bu Riska
"Waduh jadi merepotkan"
" Ahh nggak kok, justru saya yg merepotkan Mas Dennis malem malem gini nganter bapak pulang dalam kondisi mabuk"
"Kopi pahit aja Bu, kopi tanpa gula" Jawabku
Lantas Bu Riska pergi ke dapur, dan akupun melanjutkan sesi memijat Bos Tom.
Tak lama berselang Bu Riska kembali membawakan segelas kopi, teh untuk suaminya dan beberapa macam makanan ringan"
"Silahkan mas kopinya, sekalian ini cemilannya dimakan" Ucap Bu Riska.
"Iya Bu nanti saya minum, terimakasih banyak"
"Sama sama mas" Jawab Bu Riska mengangguk sambil tersenyum manis.
" Ternyata lu jago mijit juga ya Den, belajar darimana lu? " Tanya bos Tom
"Dulu waktu saya SMP sampai beberapa tahun setelah lulus SMA, saya pernah ikut latihan silat kampung bos, nah di padepokan itu bukan hanya mempelajari beladiri, tapi juga belajar tehnik memijat, urut, dan pengobatan alternatif"
" Ooh pantes aja lu jago pijit. Beneran loh mam, pijitan Dennis enak banget, Papa langsung berasa enakan padahal tadi kepala kerasa berat banget, mama mau juga di pijit ?" Ucap bos Tom sambil bertanya pada istrinya.
" Dipijit siapa pap? Mas Dennis? Nggak lah kasian mas Dennis capek, seharian kerja, nemenin papap terus anterin papap ehh papap minta pijit pula" Jawab Bu Riska.
Hatiku mulai degdegan, terbayang bagaimana jadinya kalau Bu Riska mau aku pijit, karena aku ga terbiasa memijit perempuan, apalagi ini istrinya bos, mana cantik seksi pula.
" Bro, lu capek ga? Kalo lu ga capek, gw minta tolong, habis lu pijitin gw, lu pijitin juga bini gw ya "
Busettt makin degdegan aja ni jantung, keringat mulai bercucuran di mukaku, dan kalau saja bisa bercermin, aku yakin mukaku memeraah saat itu.
" Siap bos, kalau ibu belum ngantuk si ga apa apa, semoga aja pijitan saya cocok, paling nanti kalo saya sudah beres mijitin bos, saya ijin istirahat sebentar untuk ngopi sambil merokok sebentar" Jawabku.
Sesi memijat bos Tom selesai, dia nampak lebih segar, tak terlihat tanda-tanda kalau dia baru saja mabuk, aku ijin untuk pergi ke teras untuk beristirahat sambil merokok, namun bos Tom melarangku.
"Sudah disini aja ngerokoknya bareng sama gw, lagian bini gw ga anti asap rokok, karena kadang-kadang dia juga ngerokok kalo lagi pengen aja sih"
ucap bos Tom.
aku teguk kopi hitam lalu kunyalakan rokok kretek, sambil ngobrol santai dengan mereka.
20 menit berlalu, lalu aku bertanya pada Bu Riska.
" Maaf Bu, jadi mau saya pijit? "
"oiya mas jadi kalo mas Dennis ga keberatan" Jawab Bu Riska
" Silahkan Bu, mau dipijit dimana? " Ucapku
"disini aja mas, sebentar saya ambil alasnya dulu"
lalu Bu Riska bergegas mengambil surpet ( kasur tipis yang berbentuk seperti karpet)
" Maaf Bu, kalo ada lotion atau minyak pijit bisa sekalian dibawa, biar lebih enak kalo pake lotion atau minyak pijit " Ucapku
" Oiya mas ada, pake lotion aja ya "
"silahkan Bu" Jawabku sambil menggelar kasur untuk memijit Bu Riska.
Bu Riska tidur tengkurap, aku awali sesi pijit dengan mengusapkan lotion dikaki kirinya, jujur konsentrasiku buyar melihat kakinya yang jenjang dan indah, putih mulus dengan bentuk betis yang sempurna.
keringat bercucuran, badan gemetar, jantung degdegan, birahi campur aduk dengan rasa sungkan karena dia adalah istri dari atasan ku.
aku urut kaki kirinya sampai sebatas paha bawah, sesekali mataku melirik ke arah bokong Bu Riska, benar-benar bentuk bokong yang indah, menonjol dan berbentuk bulat sempurna, ingin rasanya aku meremas bokong itu gumamku dalam hati, kemudian aku totok refleksi telapak kakinya, saat itu kami berdua masih sempat ngobrol, sedangkan bos Tom duduk dibelakangku menghisap rokok sambil asyik memainkan handphonenya.
setelah selesai totok telapak kaki kiri, aku mengusapkan lotion dikaki kanan Bu Riska, intensitas ngobrol sudah mulai berkurang, nampaknya Bu Riska sudah mulai mengantuk, entah karena telah larut malam, atau mengantuk karena benar-benar menikmati pijatanku, dan tak lama berselang dia tertidur dengan lelap, aku selesaikan sesi pijat tanpa menotok telapak kaki Bu Riska, karena khawatir dia terbangun, karena dititik titik tertentu totokan ditelapak kaki akan terasa sedikit menyakitkan.
" Bos, ibu tidur bos" Aku berbicara pelan kepada bos Tom.
" Oh ya udah den, biarin dia tidur, lu kalo mau pulang pulang aja den, atau kalo lu mau nginep, kamar tamu kosong kok, ga apa apa kalau emang mau nginep disini" Jawab bos Tom
"Ah saya pulang aja bos, khawatir juga ninggalin mobil di bar"
" Oh oke den, bentar gw telpon taksi dulu buat anter lu ke bar "
15 menit kemudian datanglah taksi yang dipesan oleh bos Tom, aku berpamitan kepadanya, dia pun memberikan 7 lembar uang kertas seratus ribuan
" Ini buat ongkos naik taksi" Ucap bos Tom.
" Banyak amat bos " Jawabku
" Udah, sisanya buat besok lu malam mingguan "
Jawab bos Tom.
Aku pamit sambil menyempatkan melirik ke arah Bu Riska yang sedang tertidur lelap.
Ilustrasi penampakan
Nama : Riska Wahyuni
Tinggi 165cm
Berat 53 kg
Umur 25 tahun
Bersambung
Update 1 Senin ceria
Update 2 Gamang
update 3 Murai Batu
Update 4 Baccarat
Update 5 Terrrlaaaaluuuuu
Update 6 Kentang
Update 7 Anjelo
Update 8 Malam kelam
Update 9 Hidup baru
Update 10 Elaeocarpus Ganitrus
Update 11 Mati rasa
Update 12 Hanya satu kata
Update 13 Cordon bleu
Update 14 Memanusiakan manusia
Update 15 She's gone
Update 16 Stuck in a moment
Update 17 Caringin tilu
Update 18 Telepati Cinta
Update 19 Badjingan
Update 20 Cuckold
Update 21 Bimbang
Update 22 A Confession
Update 23 Passion
Update 24 Kane-Kane
Update 25 Cinta Adalah
Update 26 Tentang Perasaan
Update 27 Filosofi Kopi
Update 28 Untitled
Update 29 Pertempuran Hati
Update 30 Birahi Semu
Update 31 Cemburu
Update 32 Patah Hati
Update 33 Sabar
Update 34 Revenge
Update 35 Awkward
Perkenalkan namaku Dennis, umur 30 pada saat itu, aku bekerja sebagai sales head di sebuah perusahan finance ( perusahaan pembiayaan kredit kepemilikan mobil) atau yg lebih familiar dengan sebutan leasing.
Atasanku bernama Bos Tom, dia adalah kepala cabang yang baru satu bulan bertugas di kantorku setelah sebelumnya menjabat sebagai kepala cabang selama tiga tahun di kota Surabaya, dia pindah ke Bandung karena regulasi perusahaan yang hanya membolehkan maksimal tiga tahun menjabat sebagai kepala cabang di suatu tempat.
Selama dua bulan tidak ada hal istimewa antara aku dan Bos Tom, sampai saat pada suatu hari, saat aku sedang berada di ruangan Bos Tom, ponselku berdering, suara kicauan burung murai menjadi nada dering ku saat itu, aku angkat telpon, ternyata salah satu bawahan ku menelpon menanyakan tentang aplikasi pengajuan kredit nasabah yang belum aku setujui.
Setelah aku tutup telpon, Bos Tom langsung berkata
" Wah hobi burung juga ternyata kamu Den "
"Iya bos iseng aja buat isi waktu" Jawabku
Dia bercerita bahwa dia juga adalah seorang penghobi burung, tapi karena harus pindah ke Bandung, sebagian burung peliharaannya ketika di Surabaya dia jual, sebagian lagi dia berikan kepada teman dan saudaranya, dia pun tertarik untuk memelihara burung lagi, singkat cerita, dia memintaku untuk membelikannya seekor burung murai.
Sore hari selepas kerja, dia memintaku untuk menemani dia minum di sebuah bar yang letaknya berada tepat di pusat kota.
Aku hanya memesan satu gelas bir dingin, dan dia memesan satu gelas long island, disusul dengan beberapa sloki red label.
Waktu menunjukan pukul 20:30, aku lihat kelopak mata Bos Tom mulai memerah, menandakan alkohol sedang bereaksi di aliran darahnya.
Topik pembicaraan pun mulai berubah, dari yang semula membahas masalah kerjaan lalu masalah burung, dan kali ini mulai menjurus ke masalah pribadinya, mulai dari kegagalan rumahtangga nya dengan istri sebelumnya, sampai permasalahan rumahtangga dengan istrinya saat ini yang telah berjalan hampir tiga tahun namun belum dikaruniai keturunan.
Saat sedang asik ngobrol, ponsel Bos Tom berdering,
" Iya mam, sebentar lagi papa pulang, ini lagi hangout minum bir doang sama Dennis"
Setelah dia menutup telponnya, Bos Tom langsung berbicara " Bro, gw seneng ngobrol sama lu, tapi bini gua dah nungguin di rumah, dia masih merasa takut di rumah sendiri, karena dia baru tiba dari surabaya lima hari yang lalu, besok besok gua harap lu mau nemenin gua hangout lagi".
Aku mengiyakan ajakannya kemudian bergegas untuk pulang.
Setelah kejadian aku dan Bos Tom minum di bar, kami berdua menjadi semakin akrab, di kantor kita bersikap profesional sebagai seorang atasan dan bawahan, tapi diluar kantor, kami layaknya dua orang sahabat, dia semakin sering ngajakin aku hangout, semakin sering kami hangout, semakin banyak pula aku tahu tentang masalah pribadinya, karena setiap kali hangout, apalagi kalau minum, dia selalu bercerita tentang permasalahannya tanpa ada rasa malu atau sungkan kepadaku.
sedikit cerita tentang diriku, aku adalah seorang yang mudah bergaul, basic pekerjaanku dulu sebagai seorang marketing mengajarkan aku untuk bisa membaca situasi, kapan harus menjadi pendengar yang baik, dan kapan saat yang tepat untuk berbicara, kapan ngomong serius dan kapan untuk bercanda, dari pengalaman itu aku menjadi sesosok yang disukai untuk menjadi teman curhat, baik teman lelaki ataupun perempuan, karena mereka merasa nyaman, aku tidak hanya bisa memberikan simpati, tapi bisa juga berempati terhadap teman teman curhatku.
ilustrasi penampakan
Denis Cavalerra
Usia 30
Tinggi 175 cm
Berat 80 kg
Hari Jum'at September 2013 Bandung diguyur hujan sedari pagi, selepas kerja Bos Tom minta ditemani lagi olehku untuk minum di sebuah bar, kali ini letaknya di kawasan Bandung utara.
Seperti biasa aku hanya memesan segelas bir dingin, kali ini bir hitam menjadi pilihanku, sedangkan Bos Tom memesan segelas gin martini.
Obrolan diawali dengan keluh kesah dia yang sudah merasa stress dengan pressure kerjaan.
Bir hitam miliku masih tersisa setengah gelas, sedangkan gin martini Bos Tom telah habis, diapun melambaikan tangan kepada waiters untuk memesan satu shoot Jack Daniel.
Pesanan tiba, bos Tom langsung meneguk Jack Daniel pesanannya sampai habis tak tersisa setetes pun.
" Ini minuman favorite gw sejak jaman gw masih kuliah dulu Den, anjing gw kangen mabok Den, gw open bottle ya Den, nanti kalo gw mabok, lu antar gw balik ke rumah, soalnya kalo mabok, gw ga berani nyetir mobil "
Aku tidak lantas mengiyakan permintaan dari Bos Tom.
" Waduh mobil saya gimana bos kalau saya harus nganterin bos pulang kerumah, terus nanti gimana istri Bos kalau Bos Tom pulang dalam kondisi mabuk"
" Masalah istri tenang aja gw dah biasa balik mabok, kalau masalah mobil lu coba tanya ke security bisa ga titip mobil di parkiran sini " Ucap bos Tom memberikan solusi.
Akupun beranjak keluar untuk koordinasi kepada security bar, dan security tersebut mengizinkan aku dan menjamin keamanan mobil aku setelah aku iming imingi dengan satu lembar merah bergambar Presiden dan wakil presiden pertama Republik Indonesia.
Sebotol jack Daniels, sepiring kacang goreng dan satu porsi tahu crispy tersaji di meja kami.
Malam ini aku menjadi pendengar cerita Bos Tom yang sedang bernostalgia mengenang masa masa mudanya saat menjadi seorang mahasiswa yang bengal, ekspresi bahagia tersirat dari wajah dan matanya yang memerah karena aliran darah yang telah terkontaminasi oleh alkohol, tawanya lepas, tak nampak kegundahan darinya padahal kurang lebih satu jam sebelumnya dia nampak lusuh dan tak bergairah lantaran stress tekanan kerja.
Ilustrasi penampakan Bos Tom
Tommy Handoko
Usia 42 tahun
Tinggi 168 cm
Berat 88 kg
Waktu menunjukan pukul 22:15 WIB. Botol Jack Daniels sudah berkurang setengahnya, Bos Tom sudah mulai tepar aku ajak dia pulang, dia pun mengiyakan ajakanku.
Dia berjalan sedikit sempoyongan tapi nampak masih bisa kontrol, aku tancap gas mobil mengantarkannya pulang kerumahnya yang terletak tak jauh dari pusat kota Bandung, dia duduk di kursi depan dalam perjalanan beberapa kali dia hampir muntah tetapi masih bisa dia tahan.
20 menit berlalu, akhirnya kami sampai dirumah Bos Tom, aku membukakan gerbang, parkir mobil lalu membantu Bos Tom turun dan berjalan menuju teras rumahnya.
Tak lama berselang pintu rumah terbuka, nampak seorang wanita berparas cantik dengan rambut panjang terurai sebatas pinggang menggunakan daster batik membukakan pintu, aku yakin dia istri Bos Tom, aku lantas menyapanya. " Malam Ibu, saya rekan kerja bapak Bu, dimintai bantuan sama bapak untuk mengantar beliau pulang "
" Oh iya mas, ini pasti mas Dennis ya, bapak sering cerita kok sama saya tentang mas Dennis, saya Riska mas, istrinya pak Tom"
Jawabnya sambil mengulurkan tangannya.
Aku sambut uluran tangannya, halus, putih bersih dan terasa dingin, wajar, sedari pagi sampai saat ini Bandung tak henti diguyur hujan.
Setelah berkenalan, Bu Riska lalu membantu Bos Tom melepaskan sepatu sambil meminta tolong kepadaku
" Mas, bisa minta tolong antar bapak masuk, maaf ya mas "
" Baik Bu " Jawabku sambil bergegas meraih tangan bos Tom lalu kuletakan diatas bahuku, akupun memapah bos Tom yang berjalan slebor untuk duduk disofa ruang tengah.
Setelah Bos Tom masuk, aku kemudian berpamitan pada bos Tom dan istrinya, tapi bos Tom melarangku.
" Bentar bentar Den, lu tolong antar gw ke toilet, pengen jackpot #muntah ni gw "
Aku lantas mengantarnya ke toilet, bos Tom muntah di closet sambil aku pijat pijat tengkuknya, istrinya pun menghampiri sambil membawakan handuk dan piama untuk suaminya.
" Mas tunggu sebentar ya di luar, saya mau gantiin pakaian bapak, nanti kalau sudah selesai, saya minta tolong untuk bantu bapak ke ruang tengah"
Sambil tersenyum manis Bu Riska meminta tolong kepadaku.
10 menit berlalu, Bu Riska memanggilku, lantas aku segera menghampiri dan membantu bos Tom berjalan ke ruang tengah.
. " Lu jangan dulu balik Den, tolong pijitin dulu gw sebentar, barusan di kamar mandi lu pijitin gw kerasa enak banget " Pinta bos Tom
Aku pun mengiyakan permintaannya, sambil aku pijit kepala bos Tom.
" Mas Dennis mau minum apa? "
Tanya Bu Riska
"Waduh jadi merepotkan"
" Ahh nggak kok, justru saya yg merepotkan Mas Dennis malem malem gini nganter bapak pulang dalam kondisi mabuk"
"Kopi pahit aja Bu, kopi tanpa gula" Jawabku
Lantas Bu Riska pergi ke dapur, dan akupun melanjutkan sesi memijat Bos Tom.
Tak lama berselang Bu Riska kembali membawakan segelas kopi, teh untuk suaminya dan beberapa macam makanan ringan"
"Silahkan mas kopinya, sekalian ini cemilannya dimakan" Ucap Bu Riska.
"Iya Bu nanti saya minum, terimakasih banyak"
"Sama sama mas" Jawab Bu Riska mengangguk sambil tersenyum manis.
" Ternyata lu jago mijit juga ya Den, belajar darimana lu? " Tanya bos Tom
"Dulu waktu saya SMP sampai beberapa tahun setelah lulus SMA, saya pernah ikut latihan silat kampung bos, nah di padepokan itu bukan hanya mempelajari beladiri, tapi juga belajar tehnik memijat, urut, dan pengobatan alternatif"
" Ooh pantes aja lu jago pijit. Beneran loh mam, pijitan Dennis enak banget, Papa langsung berasa enakan padahal tadi kepala kerasa berat banget, mama mau juga di pijit ?" Ucap bos Tom sambil bertanya pada istrinya.
" Dipijit siapa pap? Mas Dennis? Nggak lah kasian mas Dennis capek, seharian kerja, nemenin papap terus anterin papap ehh papap minta pijit pula" Jawab Bu Riska.
Hatiku mulai degdegan, terbayang bagaimana jadinya kalau Bu Riska mau aku pijit, karena aku ga terbiasa memijit perempuan, apalagi ini istrinya bos, mana cantik seksi pula.
" Bro, lu capek ga? Kalo lu ga capek, gw minta tolong, habis lu pijitin gw, lu pijitin juga bini gw ya "
Busettt makin degdegan aja ni jantung, keringat mulai bercucuran di mukaku, dan kalau saja bisa bercermin, aku yakin mukaku memeraah saat itu.
" Siap bos, kalau ibu belum ngantuk si ga apa apa, semoga aja pijitan saya cocok, paling nanti kalo saya sudah beres mijitin bos, saya ijin istirahat sebentar untuk ngopi sambil merokok sebentar" Jawabku.
Sesi memijat bos Tom selesai, dia nampak lebih segar, tak terlihat tanda-tanda kalau dia baru saja mabuk, aku ijin untuk pergi ke teras untuk beristirahat sambil merokok, namun bos Tom melarangku.
"Sudah disini aja ngerokoknya bareng sama gw, lagian bini gw ga anti asap rokok, karena kadang-kadang dia juga ngerokok kalo lagi pengen aja sih"
ucap bos Tom.
aku teguk kopi hitam lalu kunyalakan rokok kretek, sambil ngobrol santai dengan mereka.
20 menit berlalu, lalu aku bertanya pada Bu Riska.
" Maaf Bu, jadi mau saya pijit? "
"oiya mas jadi kalo mas Dennis ga keberatan" Jawab Bu Riska
" Silahkan Bu, mau dipijit dimana? " Ucapku
"disini aja mas, sebentar saya ambil alasnya dulu"
lalu Bu Riska bergegas mengambil surpet ( kasur tipis yang berbentuk seperti karpet)
" Maaf Bu, kalo ada lotion atau minyak pijit bisa sekalian dibawa, biar lebih enak kalo pake lotion atau minyak pijit " Ucapku
" Oiya mas ada, pake lotion aja ya "
"silahkan Bu" Jawabku sambil menggelar kasur untuk memijit Bu Riska.
Bu Riska tidur tengkurap, aku awali sesi pijit dengan mengusapkan lotion dikaki kirinya, jujur konsentrasiku buyar melihat kakinya yang jenjang dan indah, putih mulus dengan bentuk betis yang sempurna.
keringat bercucuran, badan gemetar, jantung degdegan, birahi campur aduk dengan rasa sungkan karena dia adalah istri dari atasan ku.
aku urut kaki kirinya sampai sebatas paha bawah, sesekali mataku melirik ke arah bokong Bu Riska, benar-benar bentuk bokong yang indah, menonjol dan berbentuk bulat sempurna, ingin rasanya aku meremas bokong itu gumamku dalam hati, kemudian aku totok refleksi telapak kakinya, saat itu kami berdua masih sempat ngobrol, sedangkan bos Tom duduk dibelakangku menghisap rokok sambil asyik memainkan handphonenya.
setelah selesai totok telapak kaki kiri, aku mengusapkan lotion dikaki kanan Bu Riska, intensitas ngobrol sudah mulai berkurang, nampaknya Bu Riska sudah mulai mengantuk, entah karena telah larut malam, atau mengantuk karena benar-benar menikmati pijatanku, dan tak lama berselang dia tertidur dengan lelap, aku selesaikan sesi pijat tanpa menotok telapak kaki Bu Riska, karena khawatir dia terbangun, karena dititik titik tertentu totokan ditelapak kaki akan terasa sedikit menyakitkan.
" Bos, ibu tidur bos" Aku berbicara pelan kepada bos Tom.
" Oh ya udah den, biarin dia tidur, lu kalo mau pulang pulang aja den, atau kalo lu mau nginep, kamar tamu kosong kok, ga apa apa kalau emang mau nginep disini" Jawab bos Tom
"Ah saya pulang aja bos, khawatir juga ninggalin mobil di bar"
" Oh oke den, bentar gw telpon taksi dulu buat anter lu ke bar "
15 menit kemudian datanglah taksi yang dipesan oleh bos Tom, aku berpamitan kepadanya, dia pun memberikan 7 lembar uang kertas seratus ribuan
" Ini buat ongkos naik taksi" Ucap bos Tom.
" Banyak amat bos " Jawabku
" Udah, sisanya buat besok lu malam mingguan "
Jawab bos Tom.
Aku pamit sambil menyempatkan melirik ke arah Bu Riska yang sedang tertidur lelap.
Ilustrasi penampakan
Nama : Riska Wahyuni
Tinggi 165cm
Berat 53 kg
Umur 25 tahun
Bersambung
Update 1 Senin ceria
Update 2 Gamang
update 3 Murai Batu
Update 4 Baccarat
Update 5 Terrrlaaaaluuuuu
Update 6 Kentang
Update 7 Anjelo
Update 8 Malam kelam
Update 9 Hidup baru
Update 10 Elaeocarpus Ganitrus
Update 11 Mati rasa
Update 12 Hanya satu kata
Update 13 Cordon bleu
Update 14 Memanusiakan manusia
Update 15 She's gone
Update 16 Stuck in a moment
Update 17 Caringin tilu
Update 18 Telepati Cinta
Update 19 Badjingan
Update 20 Cuckold
Update 21 Bimbang
Update 22 A Confession
Update 23 Passion
Update 24 Kane-Kane
Update 25 Cinta Adalah
Update 26 Tentang Perasaan
Update 27 Filosofi Kopi
Update 28 Untitled
Update 29 Pertempuran Hati
Update 30 Birahi Semu
Update 31 Cemburu
Update 32 Patah Hati
Update 33 Sabar
Update 34 Revenge
Update 35 Awkward
Terakhir diubah: