Tante Sari adalah seorang janda yang sudah tua, anaknya saja sudah bekerja di luar kota. Suaminya meninggal saat aku masih kecil, dan sejak itu adik bungsunya yang seorang janda tanpa anak menemani di rumahnya.
Tebakanku umurnya sekitar 45-50 tahun, dan adiknya sekitar 40 tahun. Aku tidak pernah nafsu melihatnya, walaupun susunya besar dan bulat. Dia terlalu tua bagiku, wanita BBW diumur segitu bentuk tubuhnya sudah tidak karuan.
Rumahnya terletak berdempetan disamping kiri rumahku. Tembok sisi kanan rumahnya tidak tertutup dan ada celah terbuka tempat masuk cahaya. Lorong ini biasanya dipakai untuk mencuci baju dan ada kawat yang menempel di tembok untuk menjemurnya. Di ujung lorong ada kamar mandi sederhana.
Di lantai dua rumahku ada tempat kosong tanpa atap yang merupakan tempat jemuran. Dari sini bisa terlihat lorong rumah Tante Sari itu. Beberapa kali aku melihat Tante Sari baru selesai mandi dan hanya memakai handuk berjalan masuk ke rumahnya. Tapi sayangnya hanya terlihat kepala dan terkadang sedikit bahunya.
Tante Sari dan adiknya merupakan orang yang cuek dan penyendiri. Mereka tidak pernah terlihat nongkrong dengan tetangga yang lain. Walau begitu, mereka adalah orang yang ramah, selalu membalas sambil tersenyum saat disapa.
Biasanya aku bertemu mereka saat berpapasan saat berjalan ke warung, atau saat kebetulan membeli bakso gerobak. Jika gerobak baksonya ada di depan rumah dia atau rumahku, biasanya dia hanya memakai bra dan celana dalam saat memesan dan mengambil pesanan. Tapi dia akan memakai daster kalau gerobaknya mangkal agak jauh.
Aku biasanya hanya menyapa basa-basi, "Tante, beli bakso juga ya?" Gerak-geriknya seperti tidak malu, tidak berusaha menutupi tubuhnya dan bersikap biasa saja. Jika ada kesempatan, aku selalu melirik susunya, tapi tidak pernah terpikirkan sampai ingin ngewe.
Aku pernah penasaran dan bertanya ke tukang bakso, "Pak, di daerah ini ibu-ibunya aneh ya, banyak yang nggak malu cuma pakai beha?" Tukang bakso menjawab dengan tertawa, "Biasa itu mas, di kampung saya saja, cowok cewek mandi bareng di kali sambil telanjang bulat."
---
Di suatu sore, aku sudah pulang kuliah dan sedang bersantai di ruang tamu. Kebetulan hari itu aku tidak usah datang ke tempat kerja karena semua desain sudah masuk tahap produksi. Tiba-tiba ada suara Tante Sari mengetuk pintu pagar dan memanggil namaku. Dia ingin meminjam palu dan meminta bantuan untuk memperbaiki kunci slot di pintu rumahnya.
Aku sempat menolak karena ada hukum adat di daerah kami yang tidak memperbolehkan lawan jenis untuk masuk ke dalam rumah orang lain, kecuali ada suami atau anggota keluarganya yang lain. Jika ada yang melanggar, orang berhak untuk menggerebek rumah tersebut.
Yang membingungkan, Tante Sari seorang janda yang tinggal dengan adiknya yang juga seorang wanita, apakah tetap akan di gerebek juga? Namaku yang sudah tercemar membuatku tidak mau mengambil resiko dan aku menolak permintaan Tante Sari.
"Tolong Bud, kamu tahu di rumah tante kan cewek semua,"
"Masa kamu tidak mau menolong, hanya sebentar saja."
Akhirnya aku mengambil palu dan masuk kerumahnya. Kunci slot itu hanya longgar sedikit dan sepertinya tidak terlalu bermasalah karena bukan kunci utama. np8pyQ. Aku cabut pakunya dan memaku kembali dengan sudut agak miring agar kunci slot itu menjadi kokoh. Setelah itu aku berniat langsung pulang ke rumah, tapi tante menahanku dan mengajak mengobrol.
Tante: "Bud, ngobrol dulu sebentar temani tante."
Aku: "Nggak mau tan, takutnya tetangga ada yang tahu, nanti digerebek."
Tante: "Kalau tadi ada yang mendengar, mereka kan tahu kamu mau membetulkan kunci."
"Sudah tunggu di lorong depan WC, tante buatkan kopi, lalu tante traktir rokok,"
"Kamu jangan merokok di dalam rumah tante, nanti bau."
Mungkin tante sedang kesepian dan butuh teman mengobrol, jadi aku mengiyakan permintaannya. Dia lalu pergi ke warung di depan gang untuk membeli rokok dan kopi saset.
Aku duduk sila sambil menyandar ke tembok lorong depan kamar mandinya, lalu tante datang membawa segelas kopi susu dan sekotak rokok. Tante memakai daster berwarna merah. Saat dia menunduk untuk duduk di lantai, dari lubang kerahnya terlihat jelas dua susu besar mengayun bebas karena dia tidak mengenakan bra. Dia duduk dihadapanku lalu membuka percakapan.
Tante: "Bud, apakah gosip kamu dengan Susi itu benar?"
Aku: "Nggak tante, Susi dipecat ibu karena mencuri. Dia tidak terima, jadinya menyebarkan kabar bohong."
Tante: "Kamu serius tidak pernah aneh-aneh dengan Susi? Kan kalian sering hanya berdua di rumah."
Aku: "Menurut tante bagaimana? Apa mungkin aku melakukan itu?"
Tante: "Menurut tante, seusia kamu wajar kalau punya nafsu yang menggebu,"
"Tante tidak akan menyalahkan kamu,"
"Tante hanya penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi."
Aku: "Tante janji tidak akan memberitahu siapa pun?"
Tante: "Janji. Tante juga tidak suka dengan tukang gosip,"
"Kamu tahu sendiri kalau tante selalu menghindar dari mereka."
Dia beberapa kali menggerakan badannya, dasternya jadi agak turun dan terlihat lekukan susu yang menonjol dari lubang kerahnya. Dia menarik bagian bawah belakang dasternya, lalu mengibaskan bagian depannya ke atas sebelum menaruhnya untuk menutupi selangkangannya.
Di sela kibasannya itu, aku sempat melihat ada warna gelap di selangkangannya, tapi tidak terlalu jelas apakah itu jembut atau celana dalam. Tatapanku jadi tertuju ke susu dan selangkangannya itu, dan tante tidak berkata apa-apa. Aku rasa dia senang eksib dan hanya ingin melihat reaksiku, karena gerakannya tidak natural seperti yang benar-benar ingin menutupi selangkangannya.
Aku: "Sebenarnya aku dan Susi memang sering begituan, tapi suka sama suka dan tidak ada paksaan."
Tante: "Memang biasanya ngapain saja?"
Aku: "Ya begitulah tan."
Tante: "Coba jelasin, tante ingin tahu."
Aku: "Ciuman, saling hisap, terus ujungnya ngewe."
Tante: "Pasti enak ya, tante sudah bertahun-tahun nggak ngewe."
"Kenapa kamu bisa nafsu dengan Susi?"
Aku: "Karena susunya besar, seperti punya tante."
Tante: "Kamu suka susu besar ya?"
Dengan santainya dia mengeluarkan susu kirinya. Aku yang tidak menyangka tante akan melakukan itu, hanya bisa bengong sampai tidak bisa berkata apa-apa. Walau sudah turun, tapi susunya tampak besar dan bulat. Dia terus melihat wajahku seakan menikmati ekspresiku.
Tante: "Susu tante sudah jelek ya? badan tante juga gendut."
Aku: "Susu tante bagus, bulat dan besar,"
"Aku juga lebih suka badan yang berisi, empuk, lebih enak."
Tante: "Enak diapain nih?" canda tante sambil tertawa.
Aku hanya tersenyum...
Tante mengeluarkan susu yang satunya lalu menggulung bagian bawah dasternya sampai di bawah susunya. Ternyata dia tidak memakai celana dalam, memeknya terlihat tembem berhiaskan jembut disekitarnya. Mataku dimanjakan oleh pemandangan itu.
Kontolku sudah tegang, dan tidak memakai celana dalam membuat ada tonjolan menyamping di bagian dalam celana pendekku. Tante melihat kearah tonjolan itu. "Tante sudah ngasih lihat, sekarang coba kamu buka celana kamu," ucap tante.
Ingin rasanya langsung menerkam tubuh tante, melumat bibirnya, meremas susunya, tapi masalah gosip tentang Susi yang masih hangat dapat meredam nafsuku. Kuputuskan untuk pulang sebelum sange dan malah menambah masalah baru.
Aku: "Maaf tan, aku pulang dulu ya,"
"Aku tidak mau mendapat masalah baru."
Tante: "Ya sudah, lain kali saja ya."
Dia membetulkan posisi dasternya dengan raut wajah kecewa.
Sambil mengantarkanku ke pintu depan, dia berkata, "Jangan kasih tahu ke siapa pun ya Bud." "Iya tante, tenang saja," balasku singkat.