Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Ritual Sex di Gunung Kemukus

Indeks :
1. Perjalanan Pertama
2. Ritual Melepas Perjaka
3. Malam Pertama yang Melelahkan
4. Kisah Lastri : Tragedi Berkedok Ritual
6. Swinger Berkedok Ritual
7. Curi curi Kesempatan 4some
8. Malam Tanpa Bulan/Kisah Lilis
9. Pemanasan Menjelang Malam Jum'at Pon
10. Malam Jum'at Pon
11 : Ritual Melepas Perawan
12 : Bibi Genit
13 : Pindahan Mbak Wati
14 : Pembicaraan 4 mata[/URL]
15 : Rahasia yang Terungkap
16 : Child Jaman Now
17 : Jang, Ningsih Hamil !
18 : Mimpi yang Aneh
19: Rahasia dari Masa Lalu
20 : Menjelang Pernikahan
21 : Kegilaanku, Bi Narsih dan Desy
22 : Hari Pernikahan
23 : Pulang Ke Bogor
24 : perjalanan ke Karawang
25 : Menyusun Rencana
26 : Ancaman Lilis
27 : Lastri
28 : Ritual dengan Bi Na
29 : Ritual yang Sesungguhnya
30 : Apakah Aku Bermimpi?
31 : Siapa Mereka ?
32 : Upacara Pancamakarapuja
33 : Serangan Gelap
34 : Saatnya Berkorban
35 : Pertarungan Terakhir
Bab 36 : Sebuah Tanda Tanya "
37 : Murkanya Jago Tua
38 : Saatnya Balas Dendam
39 : Duel Sengit dengan Jago dari Cirebon"]39 : Duel Sengit dengan Jago dari Cirebon
40 : Pernikahan Yang Tidak Direncakan
41 : Pertarungan di Waktu Shubuh
42 : Jang, Abah Haji Meninggal
43 : Matinya Sang Mucikari
44 : Buku Wasiat Pak Budi]/URL]
45 : Pertemuan Dengan Codet
46 : Pertarungan Yang Sesungguhnya
47 : Matinya Codet
48 Penggagas Ritual Sex Gunung Kemukus
49 : 3 Gadis Anak Codet
50 : 2 Perawan di Sarang Preman
51 : Pertarungan Di Sarang Preman
52 : Rahasia di Dalam Kotak
53 ; Rahasia yang Tersimpan di Brankas
54 : Pengakuan Bi Narsih
55 : Duel Mang Karta dan Gobang ( Duel Pamungkas )
Prolog

Cerita ini terjadi pada tahun 1994.

Namaku Ujang, pemuda berusia 21 tahun yang berprofesi penjual mie ayam keliling dengan sistim bagi hasil. Aku berasal dari sebuah desa terpencil di kabupaten Bogor. Merantau ke kota Bogor karna ada temanku yang mengajakku kerja jadi penjual mi ayam. Maka tak heran, aku tinggal di kontrakan bareng teman temanku sesama penjual mi ayam.

Di sebelah kintrakan yang aku tempati, ada sepasang suami istri dari jawa, suaminya Mas Gatot, adalah teman seprofesi, usianya sekitar 40 tagun, sedang istrinya Mba Wati berjualan jamu gending, usianya mungkin 30an. Mereka hanya tinggal berdua, karna anak anaknya tinggal di kampung dengan, neneknya.

"Istriku umurnya 35" kata mas gatot, saat kami ngobrol.

Sekilas tentang Wati, manis, has wanita jawa, kulinya sawo matang,tapi yang paling mencolok adalah tubuhnya yg montok dengan buah dada yang sangat besar. Apalagu saat dua berjualan jamu dengan memakai kebaya, maka dada dan pantatnya yang besar selalu menjadi pusat perhatian lelaki.

Suatu hari aku sedang malas jualan, kulihat mas gatot sedang duduk di teras kontrakan.

" Jang, sini, kita ngopi di dalem. " mas Gatot memanggilku. Tanpa pikir panjang, aku mengikuti mas Gatot ke dalam kotrakan, hanya satu ruangan berukuran 3 x 4, tanpa sekat, sehingga aku bisa melihat Mba Wati yang sedang tiduran.

Mba Wati tersenyum, bangun dari tempat tidur, lalu berjongkok menyalakan kompor untuk memasak air.

"Kamu mau cepat, kaya ? Datang saja ke Gunung Kemukus," kata temanku, mas Gatot. Mas Gatot adalah teman sesama penjual mie ayam keliling. Kami satu bos.

"Gunung Kemukus ? Tempat apa, itu ? " tanyaku, heran. " Apa di sana ada dukun hebat? "

"Gunung Kemukus itu tempat pesugihan, biar.... ". Jawabnya. Ucapannya terhenti saat melihat istrinya datang. membawa kopi.

" Kopinya, mas." Mba Wati istri mas Gatot datang membawa kopi. Tubuhnya membungkuk meletakkan 2 gelas kopi ke atas lantai beralas tikar. Lalu Mba wati duduk di samping, Mas Gatot.

Sekilas, aku melihat wajah Mba Wati, manis, khas wanita jawa. Hidungnya bangir, bibirnya mungil, dan matanya yang menurutku agak nakal. Yang paling menarik adalah tubuhnya yang agak gemuk, berisi, sehingga tonjolan dadanya terlihat besar, membuatku suka melihatnya secara diam diam.

"Pada asik ngomongin Gunung Kemukus, ya ? Tanya Mba wati membuyarkan lamunanku.

I, iya, mba !." jawabku gugup.

"Kalo kamu mau tau tentang Gunung Kemukus, istriku akan menjelaskannya k kamu, Jang. Sekarang aku mau ke pasar, dulu. Kamu santai aja, di sini. Dek, aku ke pasar, dulu." Kata Mas Gatot, tanpa menunggu jawaban dariku, dia pergi.

Berdua dengan Wati, membuaku gugup dan jengah.
Walau kami sudah kenal dan bertetangga cukup lama,. Hampir tiap hari kami bertemu dan bertehlgur sapa, tapi kami tidak pernah ngobrol berdua seperti sekarang. Berhadapan.

" Gunung Kemukus itu tempat orang nyari pesugihan tanpa tumbal, untuk melakukan ritual pesugihan di Gunung Kemukus, kita harus datang dengan pasangan selingkuh sebanyak 7x malam jum'at pon. Di sana kita harus zina, agar semua keunginan kita untuk cepat kaya, terkabul. " Penjelasan Wati.

"Maksudnya dengan zina, gimana, Mbak ? Trus kalo kita zina di sana, beneran bisa kaya, Mba ? " tanyaku. Memang aku sudah pernah dengar tentang Gunung Kemukus, karna pernah diberitakan di televisi dan beberapa temanku.

"Maksudnya zina, ya ngentot dengan istri orang. " Wati menjawab vulgar, bibirnya tersenyum menggoda.

"Mmmmba, pernah ke sana ? " tanyaku gugup.

" Belom pernah, tapi banyak temen mba di klaten, kampungku yang pernah ke sana, banyak mereka yang udah sukses. Makanya aku dan mas Gatot punya rencana ke sana. Tap,i masih bingung nyari pasangan ngentotnya. Kamu mau nemenin aku ke Gunung Kemukus ? " tanya Wati, membuat jantungku berdengup sangat kencang.

Aku dan mas Gatot capek hidup gini gini, aja. Tiap hari Mas Gatot keliling jualan mi ayam, aku keliling jualan jamu, tapi uangnya selalu habis buat makan dan ngirim uang ke kampung buat biaya makan dan sekolah anak anak.
Aku pengen kaya, makanya Mas Gatot nyuruh aku ke Kemukus, pesygihan di sana, tidak pake tumbal, cukup ngentot. " wati menatapku tajam, bicara tanpa rasa nalu, seolah itu hal yang biasa buatnya. Atau mungkin karna dia sudah benar benar nekat, pengen nyari pesugihan.

"Dijamin berhasil, gak ? " tanyaku lagi.

"Salah satu diantara kita akan berhasil, yang berhasil harus bantu pasangannya agar mereka bisa sama sama kaya, kalau tidak, yang berhasil akan jatuh bangkrut. Kamu mau ya, nemenin mbak, ke Kemukus ? Di sana kita bisa ngentot sepuasnya. ' ajak wati tanpa basa basi membuatku semakin gugup dan tak mampu bicara.

" iiii, iya, saaaya pikkkir, dulu." kataku, berusaha menenangkan diri. Akupun pamit, pulang
******
Jadi inget pengalaman pertama ke G.K. hehehe
 
Bab 1 : Perjalan Pertama

Sejak, kejadian dan obrolanku dengan Wati, di kontrakan Mas Gatot, aku agak malu setiap kali bertemu Mas Gatot. Seperti mengerti dengan keadanku, mas Gatot meyakinkan aku untuk pergi ke Kemukus dengan istrinya, ahirny setelah dibujuk bujuk oleh mas Gatot, akupun mau.

Pada waktu yang telah ditentukan, tepatnya hari senen kami janjian ketemu di stasion Tanah Abang, sengaja kami tidak berangkat bareng dari rumah, agar tidak ada tetangga yang curiga. Aku tiba terlebih dahulu, 30 menit kemudian Wati datang dengan diantar suaminya, Gatot.

Hampir saja aku tidak mengenal Wati karna penampilannya yang jauh berbeda, dengan menggunakan gamis lebar yang menyembunyikan kesuntalan tubuhnya dan jilbab warna pink, senada dengan baju gamis yang dikenakannya. Ternyata Wati istri mas Gatot ini kalo sudah dandan, terlihat lebih cantik. Usianya yang menginjak 35 tahun, tertutupi oleh kecantikannya.

Mas Gatot menepuk pundakku dan berbisik " Aku titip istriku ya, Jang. Santai aja, ga usah tegang. Di Kemukus ritualnya nikmat, kamu bileh ngentotin istriku sampe puas, dijamin kamu akan ketagihan memek istriku, bisa empot ayam. " lalu Mas Gatotpun meninggalkanku, yang bengong dan wajah merah padam karna malu.

Aku kaget, ketika mba Wati menepuk pundakku, menyadarkanku.

"Kita masuk, Jang ; " kata Mba Wati.

Aku mengangguk, mengikuti Mba Wati dengan membawa ranselku dan juga tas pakaian mba Wati, memasuki stasion. Kami harus bergegas memasuki kereta agar dapat tempat duduk. Tidak seperti sekarang, jumlah penumpang disesuaikan dengan jumlah bangku yang ada. Saling berebutan naek kereta agar dapat tempat duduk.

Ternyata benar apa yang dikhawtirkan Mba Wati, kami tidak dapat tempat duduk. Terpaksa kami duduk di pintu dekat dengan toilet yang bau. Mba Wati mebyuruhku mengunci pintu kereta agar tidak ada yang masuk dan membuat kami terganggu. Kami duduk berdempetan beralaskan koran.

Mba Wati tersenyum menatapku, digenggamnya tanganku. " Tangan kamu dingin, Jang ! Jangan tegang, jang. Emang kamu belim pernah ngentot, ya ? "

"Jabgankan ngentot, megang tangan perempuan aja, ga pernah, mba. " ujarku, mulai tenang.

"Wah, aku beruntung dong, bisa dapet perjaka kamu. " Mba Watu mengecup pipiku.

Keretapun mulai jalan, pelan lalu semakin cepat meninggalkan stasion Tanah Abang. Tubuh kami terguncang, Mba Wati semakin merapatkan tubuhnya, bersandar padaku.

Tak lama, Mbak Wati tertidur di sampingku.
*****

Keesokan harinya kamipun tiba di stasion Solo Balapan, lalu kami meneruskan perjalan naek becak ke terminal bis, dari sana kami naek bis jurusan purwodadi. Aku yang tidak biasa dengan perjalanan jauh ditambah selama di kereta tidak bisa tidur, begitu duduk di bangku bis, aku langsung tertidur.

"Jang, Ujang, bangun, sudah mau sampai.!" ujar Mba Wati sambil menggiyangkan pahaku.

Mba Wati menyuruhku minum air mineral agar aku lebih segar.
Dalam sekejap, air mineral yang tinggal separuh, habis kuminum.

Kamipun turun dari bis, lalu naek ojek ke Gunung Kemukus. Sesampai di lokasi kami langsung masuk ke sebuah warung yang menyediakan kamar kamar untuk menginap.

"Bu, kopinya satu dan teh manis ! " kata mba Wati ke pemilik warung. "Ko, sepi, bu ?" tanya mba wati, lagi.

"Di sini ramenya malam Jum'at pon dan Jum" at kliwon, mbak. Sampeyan dari mana, mbak . sudah brapa kali ke sini ?" tanya pemilik warung.

"Baru skarang, bu. Saya dari Bogor, Jawa Barat. "

Setelah selesai ngopi, kamipun masuk kamar yang hanya berukuran 2 x 2, tanpa ranjang, kasur terg3letak di lantai.

" Kita langsung mandi di sendang Ontrowulan, Jang. Setelah itu kita ziarah ke makam, Pangeran Samudra"

Aku hanya mengangguk, melihat Mba Wati yang mengeluarkan handuk.

"G bawa sabun, mbak ?" tanyaku heran, melihat sabun yang diletakkan di atas meja, habya sikat gigi dan odol yang dibawa.

"Mandi kembang ga boleh pake sabun, Jang. "

Yang dimaksud sendang, ternyata hanya sebuah sumur di dalam kamar mandi, Mba wati membeli kembang, lalu kami masuk ke dalam bilik kamar mandi, tempat sendang ontrwulan.

Aku melotot kaget saat Mba Wati dengan cueknya membuka seluruh pakaiannya hingga bugil, buah dadanya yang besar dan kendor dengan pentilnya coklat kehitaman terlihat indah. Memeknya yang tanpa jembut, terselip di pangkal pahanya, mungkin jembutnya slalu dicukur.

"Jang, jangan melotot, buruan buka baju, kita mandi." Mba Wati menarik kaos yang aku kenakan, terlepas dari badanku melewati kepala. Dengan tergesa gesa mba watipun membuka celanaku, seperti seorang ibu yang menelanjangi anaknya yang nakal dan gak mau mandi.

Aku benar benar pasrah, terkesima dengan tubuh bugil wanita yang baru sekarang aku lihat. Bahkan aku tidak sadar saat celana dalamkupun terlepas.

"Jang, kontol kamu gede amat ! " ucap Mbaj Wati mengagetkanku. Reflek aku menutup kontolku yang sudah ngaceng.

"Gak usah ditutup, Jang. Bentar lagi kontol kamu masuk memekku, nanti malah kamu yang pengen selalu bugil, di depanku. Hihihi" mbak Wati tertawa geli.

Setelah mandi, kami berjalan menaiki tangga menuju makam Pangeran Samudra yang terletak di atas bukit. Skali lagi kami harus membeli kembang dan menyan.

Kembang dan menyan kami serahkan ke kuncen.

"Nama dan kamu, mba ?" tanya kuncen ke mba Wati.

"Wati binti ...!" mba Wati menjawab.

"Kamu ? " kuncen menoleh ke arahku.

"Ujang bin Jalu" aq menjawab lirih, bau menyan begitu tajam membuatku merinding, dan semakin merinding saat kuncen membaca mantra. Kulihat Mba Wati menundukan wajah dengan khusu.

Selesai membaca mantra, kuncen memberikan kembang yang sudah diasapi menyan, menyuruh kami masuk ke dalam cungkup makam. Hanya kami berdua di dalam cungkup, bersila dan berdoa dengan khusu agar semua keinginan kami terkabul.

Keheningan itu pecah saat Mba Wati terisak lirih, air mata mengalir di pipinya yang cuby dan mulus, tanpa sadar, akupun ikut menangis. Teringat dengan nasibku, umur 8 aku sudah menjadi yatim, umur 15 tahun, aku sudah harus memberi nafkah ibu dan adikku, membuayai sekolah adikku.

Suara isak kami seperti mantra yang mengetuk alam ghaib, menghiba agar semua hajat kami terkabul. Kami bersujud tanpa sadar, dahi kami menyentuh marmer makam yang dingin, semua tangis dan kesusahan yang dialami semuanya, seakan tertumpah saat itu. Ahirnya kesadaranku pulih, saat Mba Wati mengguncang pundakku, tersenyum dengan mata yang sembab.

Tanpa bersuara kami meninggalkan makam Pangeran Samudra, menuju kamar penginapan, walau tudak pantas dusebut penginapan, habya bilik kamar berdinding triplek yang temaram tanpa jendela.

Kami berjalan menuruni anak tangga dengan bergandengan tangan. Ritual selanjutnya akan dimulai, tanganku menggenggam erat tangan Mba Wati, sebentar lagi aku akan merasakan kenikmatan yang sebenarnya.
TS tau seluk beluk GK. Hihihi. Jangan jangan pernah ketemu aq di GK.
 
Bab 2 : Ritual Melepas Perjaka

Sampai kamar, Mba Wati memesan kopi pait, kopi manis, susu dan aer putih. Piring kosong untuk tempat bunga, semuanya diletakkan di meja. Dari dalam tas, Mba Wati mengeluarkan lisong, rokok klobot dan juga daun sirih. "Untuk sesaji, " kata Mba Wati menjelskan, melihat tatapanku. Senyumnya tidak lepas dari bibir mungilnya.

Kemudian Mba Wati membuka jilbab dan baju gamisnya, skali lagi aku melihat tubuh bugilnya yang menurutku sangat sexy. Walau agak gemuk, tapi payudaranya yang besar seperti pepaya, perutnya yang berlemak dan pinggulnya yang besar, kembali membuat kontolku ngaceng sempurna.

"Jang, jangan diliatin terus. Kamu juga buka baju. " kata Mba Wati sambil mencium pipiku.

Tidak perlu disuruh 2x, aku melucuti pakaianku hingga bugil.

"Jang, kontol kamu gede dan panjang, brapa panjangnya, Jang ? " Mba Wati menggenggam kontolku. "Kita sila berhadapan, Jang. Kita baca mantra dulu sebelom kita ngentot, kamu ikutu bacaan Mba, ya !"

Aku menggangguk, dan mulai mengikuti bacaan Mba Wati, walau aku tidak bisa kosentrasi. Bagaimana aku busa kosentrasi, bila dihadapanku ada wanita manis yang bersila bugil, dengan kedua tangan kami saling berpengan. Beberapa kali aku salah mengucapkan mantra dan harus diulang lagi, ahirnya mantra selesai dibaca.

"Jang, kamu celentang. Mba mau nyepong kontol kamu dan minum pejuh kamu sebagai sarat pesugihan."

Sperti kerbau dicocok hidung, aku tidur telentang, Mba Wati mulai mencium bubirku dengan ganas. Sekaligus menjadi ciuman pertamaku, rasanya tak bisa aku gambarkan. Sementara pentil dadaku diplintir lembut, geli dan nikmat.

Lalu ciuman Mba Wati turun ke leherku, aku terkikik geli, turun ke puting dadaku, menggigit pelan. Mak, bulu kudukku merinding, nikmat skali. Sementara kontolku diremas lembut.

"Mba, enak." gumamku. Aku yang hanya seorang pemula, hanya bisa pasrah dan pasif menerima perlakuan wanita dewasa yang merangsang titik titik sensitifku.

Mba Wati begitu lihai mempermainkanku yang pasrah seperti boneka, diam dan mendesis nikmat.

"Kamu benar benar perjaka tingting, ya Jang ? Mba Wati menatapku sambil tersenyum. Tangannya terus membelai kontolku yang sudah sangat tegang. "Panjang kontol kamu, brapa Jang ?"

"19 cm, mba." ya ¹8 cm, karna aku pernah iseng iseng ngukur kontol dengan penggaris, cuma aku gak tau, brapa diameternya. Cuma lebih gemuk dibanding kontol teman temanku. Karna sering mandi di sungai kalo di kampung, makanya kami suka iseng ngukur kintol suapa paling besar dan panjang.

Aku menahan nafas, saat Mba Wati menjilati kepala kontolku, geli heli nikmat, tubuhku semakin merinding, terlebih saat kintolku mulai diemut mulut Mba Wati, kontolku terasa hangat dan basah.

"Mba, aduh !!" aku benar benar melayang, untuk pertama kalinya kontolku diemut wanita, rasanya sulit duucapkan. Mba Wati begitu lihai memompa kontolku di muputnya sambil dihisap hisap. Kadang kepala kontolku dijilati lidahnya yang hangat.

Aku tidak mampu menahan hentakan kenikmatan, ini. Magma yang terpendam sudah sampai puncaknya. Ini pengalaman pertamaku, wajar kalo aku tidak bisa tahan lama.

"Mba, aku mau keluar.....!!!" ujarku.

Mba Wati malah semakin menghisap kontolku yang menembakan pejuh dengan derasnya. Tanganku mencengkram kasur, tubuhku mengejang nikmat, tanpa dapat aku tahan, menjerit lirih mengiringi puncak orgasme. Nikmatnya melebihi orgasme saat onani.

Aku terhempas lemas, mataku menatap sayu melihat mba Wati yang terus menyedot kontolku. Perlahan rasa nikmat berganti ngilu.

"Mba, udah. Kontolku ngilu." mba Wati menatapku, senyumnya membuat wajah cubynya semakin manis. Ditelannya spermaku.

"Mba, ko pejuhku ditelen ? " tanyaku heran.

"Inikan sarat ritual." ujar Mba Wati.

Suara mba Wati terdengar samar, tubuhku sudah terlalu lelah, hanya tidur 1 jam, ditambah orgasme yang aku alami membuatku lemas seperti tidak bertenaga. Akupun tertidur.
*****

"Och, nikmat Jang, kontol kamu gede, panjang dan keras banget. Memek mbak, enak. "

Mba wati terus memacu kontol dengan liar. Dengan posisi WOT, membuatnya begitu leluasa memacu kontolku. Rambutnya yang panjang, kusut, tubuhnya basah oleh keringat, membuatnya terlihat cantik dengan penerangan lampu yang temaram.

Toketnya yang besar ikut bergoyang, dengan gemas aku meremasnya. Begitu kenyal dan hangat.

Tiba tiba aku terbangun dari mimpiku, aku merasa kontolku seperti keluar masuk lobang sempit yang lunak, lembut, hangat dan basah. Ada yang menindih tubuhku.

Betapa terkejutnya aku saat melihat Mba Wati sedang asik jingkok di atas kontolku. Tubuhnya naek turun dengan.liar. ternyata yang aku impikan tadi, ternyata nyata.

"Mba Wati !!!"

"Ahirnya kamu bangun juga, Jang. Dari tadi Mba ngentotin kamu, gak bangun bangun, juga. " mba Wati tersenyum, samnil terus memacu kontolku.

"Jang, mba keluar lagi" teriak mba Wati. Memek Mbak Wati berkedut kedut meremas kontolku. "Mba, cape jang. "

Setelah orgasmenya selesai, mba Wati tersenyum menatapku, kontolku masih tertanam di dalam memeknya. Mba wati mencium bibirku dengan lembut, lalu merebahkan tubuhnya d sampingku.

"Mba, aku belom keluar !" protesku.

"Ya udah, masukin lagi kontol kamu ke memek, mba. Gantian kamu yang diatas." kata mba Wati. Pahanya mengangkang.

Aku segera menindih tubuh Mba Wati yang reflek meraih kontolku, agar posisinya pas dilobang memeknya. Secara naluri, aku menekan kontolku masuk memek Mba Wati.

"Mba, memeknya enak." ujarku parau.

"Kontol kamu jiga, enak banget, mba udah keluar 3x, ayo Jang, entot lagi memek mba, keluarin pejuh kamu di memek, mba. "

Akupun memacu kontolku dengab ganas, membombabir memek Mba Wati yang memelukku erat. Bibir kami saling berciuman dengan ganas.

Seperti tidak mau kalah, pinggul mba Wati ikut bergiyang menyambut kontolku, hingga ahirnya Mba Wati tiba tiba menggigit dadaku, pada saat itu pula aku merasakan kontolku kembali memuntahkan pejuh yang banyak menyirami memek mba Wati.

"Aku keluar, mbak "

"Iya Jang, mbak juga keluar."
Kasian amat, perjakanya ilang waktu tidur.
 
baca cerbung ini biki aq ingat waktu beberapa kali ke Gunung Kemukus sama selingkuhan. hihihi
 
Widihhh... 3 hari baru abis baca dari awal. Emejing kang @satria73 , hebring pisan euy ceritana. Jadi yang paling meragukan adalah saha tah si pengarang. Bikin cerita langsung mau jd Trilogi, kualitas cerita mah ga kalah sama filem2 serial Netflix. Moga aja ada produser yg tertarik. Juwaraa!!!
 
Masterpiece, seminggu baca marathon, asli dabest ini cerita,
 
Akhirnya selesai juga cerita si Ujang & Mang Karta
Cuma terasa gantung aja di penutupnya
Bagaimana kiprah si Gobang selama ini, dan apakah akhirnya Ibu Ujang akan menikah dengan Mang Udin yg sudah diganggu orang lain yg bikin ruwet keadaan...
Masih tetep tanda tanya kelanjutan cerita ini dan sipakah Dia itu?
 
Akhirnya selesai juga cerita si Ujang & Mang Karta
Cuma terasa gantung aja di penutupnya
Bagaimana kiprah si Gobang selama ini, dan apakah akhirnya Ibu Ujang akan menikah dengan Mang Udin yg sudah diganggu orang lain yg bikin ruwet keadaan...
Masih tetep tanda tanya kelanjutan cerita ini dan sipakah Dia itu?
terimakasih om
 
Bimabet
Salut Hu, bisa bikin cerita sepanjang ini, sampai tamat pula.
ceritanya bagus, bikin penasaran, susah ditebak.
sampai tamat pun msh bikin penasaran.
siap menunggu cerita berikutnya.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd