Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Pengkhianatan Sahabat

Status
Please reply by conversation.
Part 29: Setelah Suster Pergi

Wulan-1.jpg

"Saya ukur tensinya dulu ya, Pak," ujar seorang suster muda kepada Pak Syamsul yang tengah terbaring di atas ranjang rumah sakit. Ayah Mila tersebut pun mengangguk.

Suster tersebut melakukan tugasnya selama beberapa menit. Karena usianya yang masih muda, suster tersebut tampak masih sangat segar. Tubuhnya pun masih begitu ranum dan harum. Namun di mata Pak Syamsul, kecantikan suster tersebut masih kalah dibanding perempuan muda lain yang juga tengah berada di kamar tersebut, yaitu Wulan.

"Semuanya normal, Pak. Apa ada keluhan lain?" Tanya sang suster sambil melepaskan senyuman manis.

Pak Syamsul menggeleng.

"Baiklah kalau begitu, saya permisi dulu. Selamat beristirahat," ujar suster tersebut sambil beranjak meninggalkan ruangan. Setelah ia pergi, hanya tersisa Pak Syamsul dan Wulan di kamar VIP tersebut.

Wulan pun berjalan mendekati Pak Syamsul yang masih terbaring dan berdiri di sisi ranjang. Saat itu, Wulan tampak sangat cantik dengan jilbab berwarna abu-abu dan kemeja panjang berwarna merah muda. Ia pandangi wajah pria tua yang ada di hadapannya sambil tersenyum. Pak Syamsul pun balas tersenyum juga.

"Sekali lagi, terima kasih ya, Om," ujar Wulan.

"Kamu sudah mengatakan itu berkali-kali, Wulan. Om sampai bosan, hee," jawab Pak Syamsul.

"Habis Wulan tidak tahu lagi bagaimana cara membalas budi kepada Om. Kehormatan dan nyawa Wulan kan jadi selamat karena Om," ujar Wulan.

"Sudah seharusnya Om menyelamatkan kamu, Wulan. Kalau tidak, Om akan menyesal seumur hidup."

Wulan pun tersenyum, lalu menggenggam tangan Pak Syamsul. Mendapat sentuhan dari tangan halus seperti milik Wulan, Pak Syamsul pun merasa senang. Ia pun membalas genggaman tersebut, hingga birahinya pun naik tanpa ia sengaja. Apalagi, situasinya mereka hanya tinggal berdua di kamar rumah sakit tersebut.

Tanpa meminta izin, tangan Pak Syamsul mulai bergerak mengelus-elus lengan Wulan yang masih tertutup kemeja lengan panjang. Menyadari hal tersebut, Wulan pun memandangi tangan Pak Syamsul. Ayah dari Mila tersebut menyadari tatapan tersebut, kemudian menghentikan aktivitasnya.

"Maaf ya, Wulan. Om tidak bermaksud lancang sama kamu," ujar Pak Syamsul sambil menarik tangannya kembali.

Wulan malah kembali tersenyum. "Nggak apa-apa koq, Om," kini giliran Wulan yang justru mengarahkan tangannya ke pipi Pak Syamsul, lalu mengusapnya lembut.

Perlahan, perempuan cantik tersebut pun menurunkan wajahnya agar lebih dekat dengan Pak Syamsul. Nafasnya yang telah memburu terdengar jelas oleh pria yang telah menyelematkan nyawanya tersebut. Beberapa detik kemudian, bibir Wulan pun menyentuh pipi dari Pak Syamsul. Ia mengecup pipi milik ayah dari sahabatnya sendiri.

Diperlakukan seperti itu, Pak Syamsul tidak tinggal diam. Ia membalas dengan mengusap-usap kepala Wulan yang masih berbalut jilbab. Bukan usapan seperti seorang ayah kepada anaknya, melainkan usapan dari seorang pria kepada kekasihnya. Ia tidak bisa bohong kalau ia sangat menikmati perlakuan tersebut, apalagi dari seorang perempuan cantik dan muda seperti Wulan. Kemaluannya pun makin lama makin membesar dari balik celana rumah sakit yang ia kenakan.

Bibir Wulan tidak tinggal diam. Dari yang sebelumnya hanya menyentuh pipi, bibir tersebut pun bergerak ke arah bibir Pak Syamsul, hingga keduanya bertemu dan bersentuhan. Sebagai seorang pria yang berpengalaman, Pak Syamsul pun langsung membalas kecupan tersebut dengan lihai. Ia mengeluarkan lidahnya agar bisa mengusap bibir seksi milik Wulan. Selama beberapa menit, keduanya terus menikmati cumbuan mesra tersebut.

Setelah itu, Wulan pun melepaskan kecupan tersebut. Pak Syamsul pun heran, karena perempuan tersebut kemudian berjalan ke arah pintu kamar. Apakah ia akan pergi?

Pak Syamsul baru merasa lega ketika mendengar suara pintu kamar tersebut dikunci dari dalam. Sepertinya Wulan tidak ingin aktivitas mereka ketahuan atau diganggu oleh para suster jaga di rumah sakit tersebut.

Wulan kemudian kembali mendekati Pak Syamsul. Kali ini ia tidak hanya berdiri di sisi ranjang, namun juga ikut naik ke atasnya. Ia memposisikan tubuhnya menungging di atas tubuh ayah Mila tersebut. Ia tidak berani untuk menempelkan tubuh mereka berdua, khawatir akan mengenai tubuh Pak Syamsul yang terluka.

"Kamu cantik sekali, Wulan," puji Pak Syamsul sambil mengelus pipi perempuan seksi tersebut.

Wulan hanya tersenyum, dan kembali mengecup tubuh Pak Syamsul. Kali ini di bagian leher pria tersebut yang terbuka. "Wulan bersyukur Om Syamsul sudah menyelematkan nyawa dan kehormatan Wulan. Dan Wulan akan melakukan apa pun untuk membalas apa yang sudah Om lakukan," bisik perempuan muda tersebut dengan binal.

Pak Syamsul tak pernah membayangkan kalau ia akan melihat betapa seksinya tubuh Wulan dalam posisi menungging tersebut. Apalagi kini perempua cantik berjilbab itu tengah sibuk memberikan kenikmatan lewat bibirnya yang indah. Ia pun tidak bisa tinggal diam, dan langsung mengelus punggung Wulan dengan kedua tangannya. Ia bisa merasakan kaitan bra milik Wulan yang masih berada di balik kemeja panjangnya.

Wulan kemudian mengarahkan tangannya ke kancing kemeja rumah sakit yang kini dikenakan Pak Syamsul. Perlahan, ia melepaskan kancing tersebut satu persatu, dari atas ke bawah. Saat semua kancing telah terlepas, ia pun melepaskan kemeja tersebut dari tubuh Pak Syamsul dengan sangat hati-hati, lalu melemparkannya ke lantai. Di baliknya, Pak Syamsul tidak mengenakan apa-apa lagi.

Perempuan muda tersebut kini bisa melihat dengan jelas tubuh bagian atas Pak Syamsul yang masih cukup kekar di usianya yang telah senja. Ia melihat bagian perut Pak Syamsul yang masih berbalut perban. Ia kemudian mengelus, lalu mengecup pelan bekas luka tersebut dengan bibirnya. Ia ingin Pak Syamsul mengetahui bahwa ia sangat berterima kasih atas luka yang dialami pria tua tersebut. Namun Pak Syamsul justru merasa birahinya kian menanjak setelah diperlakukan seperti itu.

Wulan kembali memberikan kecupannya, kali ini di dada Pak Syamsul yang terbuka. Tak lama kemudian, bibir Wulan yang indah pun mengecup puting Pak Syamsul. Ia langsung mengulum puting berwarna coklat itu, membuat Pak Syamsul sampai harus memejamkan mata demi menahan birahinya.

Tangan Pak Syamsul yang terbuka pun membalas dengan cara mengusap-usap payudara Wulan yang masih tertutup bra dan kemeja lengan panjang. Semakin lama, ia pun tak hanya sekadar mengusap, namun juga meremas payudara tersebut hingga pemiliknya merasa birahinya perlahan terbakar.

"Ahhh, Pak Syamsul ..." desah Wulan.

Wulan kemudian duduk di atas paha Pak Syamsul yang masih berbaring terlentang dan masih tidak kuat untuk mengangkat tubuhnya. Kemaluan Wulan yang masih tertutup celana panjang kini tepat menempel di atas kemaluan Pak Syamsul yang telah membesar. Pria tua tersebut tidak mengenakan celana dalam, sehingga Wulan bisa merasakan betapa tegang penis milik ayah dari sahabatnya tersebut.

Perempuan berjilbab itu kemudian tersenyum ke arah Pak Syamsul, dan mulai melepaskan kancing kemejanya satu per satu. Melihat adegan tersebut, Pak Syamsul pun benar-benar merasa sangat terangsang. Hal ini jauh lebih membuat terangsang dengan apa yang biasa ia lihat di video-video porno. Ia tak bisa membayangkan apa yang selanjutnya akan dilakukan Wulan di hadapannya.

Setelah semua kancing kemejanya terlepas, Wulan melemparkannya ke lantai. Ia kembali mendekati tubuh Pak Syamsul untuk mencumbu bibir pria tua tersebut.

Tak tahan diperlakukan seperti itu, Pak Syamsul pun mencoba melepaskan kaitan payudara Wulan, tanpa dilarang sama sekali oleh pemiliknya. Tak lama kemudian, tubuh bagian atas mereka telah sama-sama terbuka, dan Pak Syamsul bisa melihat jelas payudara indah milik Wulan. Kali ini bukan dengan paksaan, melainkan dengan kesadaran penuh dari Wulan.

Pak Syamsul pun langsung memeluk tubuh Wulan, meski tidak terlalu erat agar tidak menghimpit bagian tubuhnya yang terluka. Namun cukup dekat sehingga ia bisa menyentuh payudara Wulan yang menggantung dengan bibirnya. Sesaat kemudian, Pak Syamsul pun telah mulai menjilat dan mengulum puting payudara perempuan muda tersebut, sambil mengelus-elus punggung Wulan yang putih dan mulus.

"Ngghh, Om Syamsul ... Enak banget kuluman kamu, bikin payudara aku geli," ujar Wulan dengan binal.

"Sudah pernah ada yang menyentuh toket kamu sebelumnya, Wulan?" Tanya Pak Syamsul, sambil terus menyedot payudara Wulan dengan kuat, seperti bayi yang tengah menyusu kepada ibunya.

Wulan pun menggeleng, sambil memejamkan mata menikmati setiap sedotan mulut Pak Syamsul terhadap payudaranya. Tak terasa, kemaluannya pun sudah mulai menghangat.

Tangan Om Syamsul kemudian turun ke arah bokong Wulan yang seksi, dan mulai mengelus-elusnya. Wulan pun makin terangsang diperlakukan seperti itu. Ia pun mulai menaik turunkan kemaluannya di atas penis Pak Syamsul, meski mereka berdua masih sama-sama mengenakan celana panjang.

Sambil terus mengulum payudara Wulan dengan nakal, tangan Pak Syamsul pun berusaha melepaskan celana panjang Wulan. Pemiliknya nampak tidak keberatan, malah sedikit membantu melepaskan celana panjangnya sendiri dengan cara menggerakkan kakinya ke atas. Pak Syamsul pun kini bisa melihat celana dalam Wulan yang berwarna merah muda. Paha dan betis Wulan yang putih dan mulus juga telah begitu terbuka.

Wulan yang makin tidak sabar dengan perlakuan Pak Syamsul pun membalas dengan turun ke bagian bawah tubuh pria tua tersebut. Ia menarik celana panjang rumah sakit yang dikenakan pria tua tersebut ke bawah, hingga penis di baliknya langsung meloncat keluar. Ukuran penis Pak Syamsul yang cukup besar membuatnya sedikit kaget.

"Gede yah, Wulan?" Ujar Pak Syamsul sambil menyeringai. Dari ekspresinya, Pak Syamsul bisa merasakan bahwa penisnya adalah penis laki-laki pertama yang dilihat secara langsung oleh Wulan.

Wulan hanya tersenyum, dan langsung mengelus-elus penis tersebut dengan tangannya. Awalnya, ia melakukannya dengan canggung karena tidak terbiasa. Namun lama kelamaan, ia mulai bisa menemukan irama yang tepat. Ia mulai bisa menikmati kehangatan penis tersebut, urat yang menegang dari batangnya, ujungnya yang telah tersunat, serta baunya yang khas. Bulu-bulu kemaluan yang menempel di testis Pak Syamsul memberikan sensasi tersendiri baginya.

Puas memainkan penis yang kian menegang tersebut, Wulan kemudian melepaskan celana dalamnya sendiri dan memposisikan kemaluannya di atas penis tersebut. Ia kembali menindih tubuh Pak Syamsul yang langsung memeluk tubuhnya, dan mengelus-elus kepalanya yang masih berbalut jilbab.

"Kamu mau menyerahkan keperawanan kamu untuk aku, Wulan?" Tanya Pak Syamsul.

Wulan hanya mengangguk.

"Kamu gak menyesal?"

Wulan menggeleng. "Asalkan Om mau terus sayang dan jagain Wulan. Aku mau, Om," ujar Wulan.

Pak Syamsul pun langsung mengecup bibir Wulan dengan mesra, hingga perempuan muda tersebut memejamkan mata. Sembari mengecup bibir indah tersebut, penis Pak Syamsul perlahan menyelinap masuk ke belahan kemaluan Wulan yang masih begitu sempit. Karena ukuran penis Pak Syamsul yang besar dan telah begitu tegang, tidak ada kesulitan untuknya menyodok masuk hingga menembus selaput tipis yang menjaga kehormatan Wulan.

"Ahhh, Ooooommmmm ..."

Wulan terdengar sedikit meringis ketika pertama kali Pak Syamsul merobek keperawanannya. Kejantanan Pak Syamsul terasa begitu penuh di vaginanya. Namun kehangatan ciuman dan tubuh pak Syamsul membuat Wulan tenang. Perlahan, ia mulai bisa menemukan kenikmatan di balik aktivitas persetubuhan tersebut. Perempuan seksi itu mulai bisa mengimbangi irama genjotan Pak Syamsul dengan cara menaik turunkan pinggulnya.

Kedua insan berbeda usia tersebut pun tampak asyik memadu birahi di atas ranjang rumah sakit. Tidak ada yang menjadi saksi pergumulan tersebut, selain dinding dan jendela kamar VIP tempat Pak Syamsul dirawat. Perempuan berjilbab yang berkulit putih tersebut kini tengah melayani seorang pria tua yang masih tidak bisa begitu banyak bergerak karena luka yang ia derita, tapi tetap bisa memberikan kenikmatan dengan kejantanannya yang sangat tegang. Tubuhnya yang putih dan halus, nampak begitu kontras dengan tubuh Pak Syamsul yang gelap dan mulai keriput.

Demi membalas perlakuan Pak Syamsul terhadap vaginanya, Wulan tidak tinggal diam. Ia mulai menjilati dada dan leher Pak Syamsul hingga membuat pemiliknya yang telah berkeringat menjadi kegelian. Namun, itu belum cukup bagi Wulan.

"Om bisa angkat tangan Om?" Tanya Wulan.

Pak Syamsul pun menuruti meski ia bingung dengan apa yang dilakukan Wulan. Tanpa diduga, perempuan cantik tersebut pun mulai menjilati ketiak Pak Syamsul yang terbuka, membuat pemiliknya merasa begitu geli dan terangsang. Seumur hidup, Pak Syamsul belum pernah diperlakukan seperti itu, apalagi oleh wanita seksi seperti Wulan.

"Ahh, nikmat sekali, cantik," desah Pak Syamsul. Gerakan penisnya tampak semakin intens menusuk-nusuk kemaluan Wulan dari bawah.

Setelah puas ketiaknya dijilati oleh Wulan, tangan Pak Syamsul bergerak ke pantat Wulan yang montok. Ia meremas-remas bokong tersebut, sambil menekannya ke bawah. Dengan begitu, penisnya bisa menusuk lebih dalam, dan keduanya pun bisa merasakan kenikmatan yang lebih binal. Wulan tampak benar-benar menikmati persetubuhan pertamanya tersebut.

Sekitar sepuluh menit kemudian, dengan tubuh yang telah banjir dengan keringat, Pak Syamsul merasa telah berada di ujung kenikmatan birahi. Kedutan sperma di kemaluannya terasa sudah akan meledak sebentar lagi. Karena itu, gerakan penisnya menusuk vagina Wulan tampak makin cepat dan makin kuat.

"Ahhh, Om sudah gak tahan, Wulan. Om keluarin di luar yah biar kamu gak hamil," desah Pak Syamsul.

"Di dalam aja, Om," ujar Wulan.

"Lho, koq?"

"Wulan sudah minum pil, tadi dikasih sama Mila. Jadi Om gak perlu khawatir," bisik Wulan mesra.

Pak Syamsul benar-benar tidak menyangka bahwa Wulan telah berniat untuk melepaskan keperawanannya malam ini untuknya. Ia lebih tidak menyangka lagi bahwa Mila, anaknya sendiri, juga turut membantu Wulan untuk melepaskan keperawanannya tersebut. Ia pun merasa semakin terangsang.

Dan akhirnyaa .....

"Aaahhhh ......" Pak Syamsul melolong panjang, yang kemudian diikuti oleh Wulan.

"Om Syamsuuulll."

Wulan pun ambruk, namun di posisi yang sedemikian rupa agar tidak mengenai bekas luka Pak Syamsul. Perempuan muda tersebut langsung berbaring di samping Pak Syamsul dan memberikan pelukan mesra. Kedua insan yang masih tanpa busana tersebut pun saling berpelukan sambil saling memberikan kehangatan.

Pak Syamsul memandangi wajah Wulan yang cantik dan masih berbalut jilbab. Wulan pun membalas tatapan tersebut sambil tersenyum, dan langsung membenamkan wajahnya ke dada Pak Syamsul yang terbuka. Ia menarik selimut rumah sakit untuk menutupi tubuh telanjang mereka berdua.

Ayah dari Mila tersebut tampak menatap langit-langit rumah sakit, sambil mengingat kembali kenikmatan perawan yang baru saja ia rasakan. Ia pun membayangkan apa saja hal indah lain yang bisa terjadi setelah ini antara dirinya dan perempuan berjilbab di pelukannya. Ia pun tersenyum, lalu memejamkan mata.

aahhh... akhirnya update juga setelah skian lamaaaa....
 
Part 30: Menjadi Kekasih

Anita-1.jpg

Mila-1.jpg

Di kantor, Egi terus menerus merasa uring-uringan. Ia tampak tidak bisa berpikir dengan tenang setelah kejadian Mila memergoki dirinya dan Bu Anita. Sampai sekarang, Mila sama sekali tidak mau menjawab pesan WhatsApp darinya. Hal ini pun berakibat pada performa kerjanya yang semakin menurun.

Hal tersebut diperparah karena Egi merasa Bu Anita pun tengah berusaha menjauh dari dirinya. Perempuan yang sebelumnya selalu mencari kesenangan birahi dari dirinya tersebut, seperti telah menemukan pelampiasan lain. Meski ia tidak tahu siapa.

Suatu ketika, Egi coba kembali menggoda Bu Anita dengan menghampiri atasan cantik tersebut di ruangannya.

"Selamat sore, Bu," ujar Egi sambil menutup pintu ruangan Bu Anita.

"Sore, Egi. Ada perlu apa?" Tanya Bu Anita sambil tetap fokus menatap layar monitor di hadapannya. Ia sama sekali tidak menoleh ke arah Egi yang baru masuk. Hal ini berbeda dengan biasanya, di mana Bu Anita akan menyambut Egi dengan senyuman manis begitu ia masuk.

"Memangnya harus ada perlu yah, kalau saya mau ke sini?" Goda Egi. Ia kemudian memposisikan diri di belakang Bu Anita yang masih duduk di kursinya. Ia kemudian langsung mengelus pundak Bu Anita yang tertutup kemeja berwarna putih.

Tanpa disangka, Bu Anita langsung menepis tangan Egi, sambil tetap fokus pada pekerjaannya. "Kamu apa-apaan sih, Egi. Ibu lagi sibuk neh," ujar Bu Anita.

Meski kaget, Egi tidak mau menyerah sampai di situ. "Ibu yakin, gak mau dibikin enak lagi sama saya?" bisiknya di telinga Bu Anita.

"Yakin," jawab Bu Anita lantang. "Mending kamu urus saja pacar kamu yang norak itu."

"Saya sudah putus kok sama dia. Sekarang tubuh saya cuma buat Bu Anita seorang," rayu Egi.

Bu Anita kemudian menghentikan aktivitasnya dan membalikkan kursinya hingga menghadap ke arah Egi. Ia menatap mata bawahannya tersebut dengan tajam.

"Dengar yah Egi. Mulai sekarang, jangan ganggu Ibu lagi. Hubungan kita sudah berakhir," ujar Bu Anita tegas.

"Tapi bu ..."

"Nggak ada tapi-tapi. Lebih baik kamu cepat keluar sebelum Ibu laporkan kamu ke bagian HRD," ujar Bu Anita lagi.

Egi pun hanya diam dan perlahan meninggalkan ruangan atasannya yang cantik dan seksi tersebut. Sepertinya, ia telah kehilangan semua perempuan yang dekat dengannya, membuat ia kembali merasa stres. Ia pun mencoba melepaskan kepenatannya dengan cara menyibukkan diri dengan pekerjaan.

Ketika jam pulang kantor, Egi tampak sedang merokok di lobby kantornya. Ketika rokoknya sudah habis setengah batang, ia melihat Bu Anita berjalan keluar kantor dengan langkah cepat. Ia sempat ingin menyusul atasannya tersebut, sebelum menyadari bahwa Bu Anita tengah menuju sebuah mobil yang sedang berhenti di lobby. Egi tahu betul kalau itu mobil Bu Anita, tapi siapa yang menyetir mobil tersebut? Apakah suaminya? Tapi bukankah mereka sudah hampir akan berpisah?

Egi pun berusaha menghabiskan roko yang ada di sela-sela jarinya, sambil berusaha menemukan jawaban yang jelas dari keanehan-keanehan yang terus terjadi di dalam hidupnya.

---

Begitu masuk ke dalam mobil, Bu Anita sudah ditunggu oleh seorang pria yang akhir-akhir ini selalu memuaskan birahinya. Tanpa menunggu lama, Bu Anita pun langsung mengecup bibir pria yang usianya jauh lebih muda dari dirinya tersebut. Pimpinan kantor nan cantik itu bahkan langsung berusaha melumat bibir tersebut sekuat tenaga.

"Sabar donk, tante cantik. Baru juga jam pulang kerja. Waktu kita kan masih panjang," ujar pria tersebut sambil mulai menjalankan mobil.

"Kamu kan tahu kalau aku selalu tidak tahan sama kamu, Irfan. Apalagi sama kontol kamu yang gede itu," ujar Bu Anita sambil meremas kemaluan Irfan dari balik celananya.

Ya, tanpa diketahui oleh Egi, orang yang menjemput Bu Anita adalah Irfan, sahabatnya sendiri. Irfan pula lah yang akhir-akhir ini menemani kesendirian Bu Anita dan memuaskan birahinya yang menggebu-gebu, setelah rumah tangganya dengan sang suami berantakan. Kejantanan Irfan yang luar biasa itu telah membuat Bu Anita yang masih cantik di usianya yang tidak muda lagi itu menjadi ketagihan.

Mereka berdua kini tengah menuju apartemen milik Bu Anita yang lokasinya tidak jauh dari kantor. Namun sepanjang perjalanan, Bu Anita tampak sudah sangat tidak sabar. Entah karena godaan dari Egi hari ini, atau memang dia sedang butuh pelampiasan birahi. Yang pasti, Bu Anita seperti sangat ingin menjemput syahwatnya hari ini.

Ia pun langsung membuka resleting celana panjang Irfan, lalu menurunkannya ke bawah. Sang pemilik celana tersebut yang tengah mengemudi pun hanya mendiamkan saja perlakuan Bu Anita. Ini bukan pertama kalinya Bu Anita melakukan hal tersebut ketika dia tengah menyetir mobil.

Begitu diturunkan, penis Irfan pun langsung melesat keluar. Pria tersebut ternyata sudah tidak mengenakan celana dalam. Saat di rumah, ia sudah akan mengenakannya, namun ia membatalkannya karena berpikir akan percuma karena toh nanti juga akan dilepas oleh Bu Anita. Ia sudah sangat mengerti kemauan lawan mainnya tersebut.

Tak lama kemudian, Bu Anita pun langsung menundukkan kepalanya di pangkuan Irfan, lalu memasukkan penis pria tersebut ke dalam mulutnya. Diperlakukan seperti itu, Irfan pun berusaha keras untuk tetap konsentrasi dalam mengemudi. Ia tidak khawatir ada orang yang akan melihat, karena kaca mobil tersebut memang cukup gelap. Namun ia khawatir kalau dia akan kehilangan konsentrasi karena kuluman Bu Anita yang terlalu nikmat, sehingga ia bisa menabrak kendaraan lain di depannya.

"Hmm, enak sekali kuluman kamu, Tante," ujar Irfan sambil mengelus-elus rambut Bu Anita dengan satu tangan. Sementara tangannya yang lain sibuk menahan setir. Untung saja mobil tersebut merupakan mobil matic, sehingga Irfan tidak perlu repot memindahkan gigi. Kepala Bu Anita nampak naik turun dengan irama yang pelan di atas penis Irfan.

Bu Anita tampak begitu bersemangat dalam memberikan layanan blow job kepada Irfan, hingga lelaki tersebut begitu khawatir kalau ia akan mengeluarkan sperma dalam waktu yang cepat. Irfan pun berusaha sekuat tenaga untuk memikirkan hal-hal lain, agar ia tidak cepat orgasme. Untungnya, begitu ia sudah merasa tidak kuat, mobil yang ia kendarai telah sampai di gedung apartemen milik Bu Anita.

"Sudah sampai neh, Tante," ujar Irfan.

Perempun berusia 35an tahun tersebut tampak kecewa. Namun ia tahu kalau ini hanyalah sedikit penundaan. Setelah ini, ia bisa merasakan kenikmatan yang luar biasa dari Irfan di dalam apartemennya. Tanpa ada yang mengganggu, seperti yang ia rasakan selama beberapa hari terakhir.

Mereka berdua pun berjalan bergandengan ke apartemen milik Bu Anita. Mereka sama sekali tidak canggung, karena apartemen itu memang cukup sepi. Begitu sampai, Bu Anita langsung menutup pintu. Sedangkan Irfan langsung memeluknya dari belakang dan langsung melucuti kemeja perempuan tersebut yang berwarna putih. Dalam sekejap, kemeja itu telah jatuh ke lantai, dan tubuh bagian atas Bu Anita yang seksi pun bisa terlihat jelas.

"Ahh, kamu nafsu banget sih, Irfan."

"Lebih nafsu mana sama Tante?" Ujar Irfan sambil mengecup bibir Bu Anita yang kini telah menghadapnya. Tangannya pun bergerilya ke bagian bawah tubuh Bu Anita, lalu meremas bokongnya yang seksi.

"Ngghhh ... Kamu selalu tahu cara memuaskan aku, Sayang."

"Enak mana sama Egi, Tante?"

"Jauh lebih enak kamu kemana mana, Irfan."

Dalam hati Irfan merasa senang mendengar hal itu, karena selama ini ia selalu menjadi nomor dua bila tengah bersama Egi. Sahabatnya itu selalu dipandang lebih ganteng, lebih kaya, dengan tubuh yang juga lebih bagus. Namun ternyata memang tidak ada manusia yang sempurna. Ternyata ada satu hal di mana Irfan lebih baik dibanding Egi, dan Irfan sangat bersyukur akan hal itu.

Irfan kemudian menggendong tubuh sintal Bu Anita menuju ranjang, lalu merebahkannya. Ia pun langsung menarik rok yang dikenakan perempuan tersebut ke bawah, sehingga Bu Anita kini hanya mengenakan bra dan celana dalam yang sama-sama berwarna hitam. Sangat kontras dengan kulitnya yang begitu putih.

Tak menunggu lama, Irfan langsung melepaskan celananya. Penis besarnya pun langsung melesat keluar. Ia kemudian juga menarik kaosnya hingga tubuhnya kini benar-benar bugil di atas tubuh Bu Anita. Tanpa bicara, ia langsung menindih tubuh Bu Anita dan mengecup-ngecup lehernya yang terbuka.

"Ahhhh," Bu Anita mendesah binal diperlakukan seperti itu. Syahwatnya yang begitu menggebu-gebu ketika masih muda, kini seperti muncul kembali ke permukaan. Ia pun memejamkan mata ketika tangan Irfan mencoba meraih kaitan bra miliknya dan melepas kaitan tersebut.

Payudara Bu Anita langsung menyembul keluar begitu bra tersebut terlepas, yang kemudian langsung disambut oleh Irfan dengan mulut yang terbuka. Dengan lihai, pria bertubuh buncit tersebut langsung menjemput puting payudara Bu Anita, dan menjilatinya. Perlahan, ia pun memasukkan puting tersebut ke mulut, lalu menghisapnya. Awalnya perlahan, namun lama kelamaan makin kuat, seperti seorang bayi yang tengah menghisap susu dari ibunya. Ia lakukan hal tersebut bergantian di payudara sebelah kiri, lalu payudara sebelah kanan.

"Terus, Irfan. Enak banget kuluman kamu," desah Bu Anita sambil menekan kepala Irfan agar lebih menempel ke payudaranya yang indah. Sesekali ia pun menjambak rambut Irfan ketika syahwatnya tengah memuncak.

Lidah Irfan terus menelusuri setiap senti payudara Bu Anita, mulai dari pangkal sampai ke ujung putingnya yang berwarna kecoklatan. Membuat pemiliknya nampak begitu terangsang, merasakan sensasi yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

Apa yang dilakukan Irfan memang seperti membuatnya melayang. Selama ini suaminya tidak pernah melakukan hal nakal seperti kepadanya. Sedangkan Egi, meski pernah menghisap-hisap payudaranya, namun tidak pernah memuaskan birahinya karena ukuran penisnya yang kecil. Bersama Irfan, Bu Anita seperti mendapatkan semua yang dia inginkan dari sebuah hubungan seks.

Setelah puas menikmati payudara perempuan cantik tersebut selama 20 menit, Irfan kemudian meminta Bu Anita untuk mengambil posisi menungging. Irfan nampak sudah tidak kuat pula menahan birahinya, setelah sepanjang perjalanan penisnya terus diemut oleh Bu Anita. Diminta seperti itu, Bu Anita pun hanya menurut.

Irfan kemudian menarik celana dalam Bu Anita yang berwarna hitam, hingga tidak ada lagi selembar kain pun yang menutupi tubuh indah perempuan tersebut. Ia kemudian menjilati bokong Bu Anita dari belakang, membuat perempuan cantik tersebut kegelian. Lidah Irfan terus berpetualang menelusuri lubang anus hingga lubang vagina Bu Anita.

"Ahhh, binal sekali kamu, Sayaaaang. Suami aku tidak pernah kasih aku yang kayak begini," desah Bu Anita binal.

Irfan hanya tersenyum. Ia sangat menikmati bagaimana perempuan cantik tersebut menikmati rangsangan yang ia berikan, hingga takluk di hadapannya. Ia pun mengelus-elus punggung Bu Anita yang terbuka, sebelum kemudian menggesek-gesekkan penisnya yang besar di vagina Bu Anita.

"Bagaimana rasanya dientot sama pria gendut kayak saya, Tante?" Tanya Irfan.

"Nikmat sekali, Irfan. Kontol kamu besar bangeeet," ujar Bu Anita yang sudah tak sabar ingin menjemput birahinya.

"Sudah boleh saya masukin kontol saya?"

"Masukin cepetaaaaaaaannnn ...." teriak Bu Anita.

Irfan pun tersenyum senang. Tanpa menunggu lama lagi, ia pun langsung menanamkan penis besarnya ke dalam kemaluan Bu Anita. Perempuan cantik tersebut pun langsung memaju mundurkan tubuhnya, berusaha menjemput kenikmatan dari kontol Irfan yang besar. Sebaliknya, Irfan pun mulai memompa penisnya di dalam liang vagina yang indah tersebut dari arah belakang.

"Ahhh, sempit banget memek Tante ... Suaminya gak pernah ngajak ngentot yah?"

"Sering, Irfan. Tapi kontolnya kecil banget, jauh sama punya kamu, ahhhh," jawab Bu Anita. Dalam hati, ia merasa begitu terangsang dilecehkan seperti itu oleh pria muda bertubuh gemuk seperti Irfan.

Irfan kemudian menarik rambut Bu Anita hingga kepalanya mendongak ke atas. Di saat yang sama, ia pun kian mempercepat sodokan penisnya ke kemaluan perempuan cantik bertubuh seksi tersebut. Ia sama sekali tidak menyangka bisa mendapatkan kekasih sebinal Bu Anita.

Tanpa ia sadari, kian lama hasratnya kian memuncak. Bila diteruskan, maka penisnya akan segera menyemburkan sperma ke dalam vagina Bu Anita, dan persetubuhan tersebut pun harus disudahi untuk sementara. Irfan tidak mau hal itu terjadi. Ia masih ingin menikmati tubuh indah Bu Anita, serta memberikan kepuasan kepada perempuan tersebut.

Irfan kemudian menarik penisnya hingga lepas dari kemaluan Bu Anita.

"Koq dilepas, Irfan?" Tanya Bu Anita kecewa.

"Aku mau ngasih kepuasan terbesar sebelum orgasme, Tante," ujar Irfan sambil tersenyum.

Irfan lalu menarik Bu Anita turun dari ranjang dan menuju sebuah meja yang ada di apartemen tersebut. Ia kemudian meminta Bu Anita untuk meletakkan tangannya di atas meja, lalu memundurkan pinggulnya hingga seperti tengah menungging. Tak lama, Irfan langsung mengelus-elus pantat Bu Anita dari belakang, serta menggesek-gesekkan penisnya ke liang anus perempuan cantik tersebut.

Pria bertubuh gemuk tersebut kemudian memeluk tubuh telanjang Bu Anita, dan meremas-remas payudaranya yang berisi. Penisnya pun mulai bergerilya, kembali mencari lubang kemaluan Bu Anita. Begitu ia menemukannya, Irfan pun kembali menghujamkan penis besarnya ke dalam.

"Ahhh, nikmat banget dientot di posisi ini, Irfan. Kamu pinter banget muasin aku," desah Bu Anita.

"Memek Tante juga enak banget disodok di posisi kayak gini, ahhhh," jawab Irfan.

Lelaki tersebut pun berniat menuntaskan birahinya dengan posisi tersebut. Ia terus meremas-remas payudara Bu Anita, sambil mencubit-cubit putingnya yang tegang, sembari memompa pinggulnya hingga bersentuhan dengan pinggul Bu Anita yang begitu seksi.

Namun tiba-tiba, Irfan merasakan sebuah perasaan aneh di dalam dirinya. Mendadak ia mengingat kejadian di rumah Mila. Ia masih ingat betul bagaimana bentuk payudara mantan pacar sahabatnya tersebut tercetak di kaosnya yang ketat. Ia pun ingat betapa seksinya pantat Mila ketika dilihat dari belakang. Memori tersebut membuatnya semakin terangsang. Wajah cantik Mila yang berbalut jilbab panjang pun terpatri jelas di ingatannya.

Irfan seperti lupa siapa perempuan yang tengah ia setubuhi. Namun di saat itu, ia justru membayangkan bahwa ia tengah menyetubuhi tubuh indah Mila, bukan Bu Anita. Ia membayangkan betapa indahnya tubuh perempuan muda berjilbab tersebut, betapa indah payudaranya ketika ia sentuh, dan betapa empuk pantatnya apabila ia remas.

"Ahhh ... seksi banget tubuh kamuuu ..." desah Irfan. Bu Anita sama sekali tidak tahu bahwa desahan tersebut sebenarnya ditujukan bukan untuk dirinya, melainkan untuk perempuan lain yang bernama Mila.

Membayangkan tubuh Mila, gairah Irfan benar-benar seperti meledak. Pompaan penisnya semakin cepat, desakannya pun semakin dalam, membuat Bu Anita benar-benar tergila-gila dengan permainan tersebut. Ia merasakan perbedaan dari gaya bersetubuh Irfan, yang kini lebih energik dan lebih penuh gairah. Namun ia justru merasa bangga, karena merasa semua ini akibat keindahan tubuhnya.

"Aaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhh ...."

"Nggggjhhhhhhhh ... "

Kedua insan tersebut sama-sama berteriak, mengeluarkan desahan terakhir mereka sebelum menuntaskan birahi. Tak lama kemudian, Bu Anita pun mendapat orgasme untuk kesekian kalinya di hari itu. Semburan cairan cinta tersebut pun disambut dalam waktu yang hampir bersamaan dengan orgasme yang dialami oleh Irfan.

Pria muda tersebut langsung ambruk sambil memeluk tubuh putih Bu Anita. Ia memejamkan mata, dan di pikirannya kini ia membayangkan betapa menggairahkannya tubuh Mila ketika baru saja selesai dihajar oleh kemaluannya yang perkasa.

"Terima kasih, Irfan. Enak banget dientot kamu ... Muuuaacch," Di dalam bayangan Irfan, Mila yang tengah bugil tanpa busana tampak menggigit bibir bawahnya, lalu mengecup bibir Irfan begitu dalam.
 
Setelah ini akan ada satu episode terakhir untuk Season 1 ini, selanjutnya akan langsung dilanjut dengan Season 2. Untuk itu, aku mau minta saran dan masukan para pembaca di sini:

- Bagusnya Season 2 tetep di thread ini atau bikin thread baru? (Kayaknya menurut aturan harus tetep di thread ini ya?)
- Tokoh seperti apa yang kalian inginkan muncul di Season 2?
- Adegan seperti apa yang kalian inginkan terjadi di Season 2?

Secara umum, aku sudah bikin plot untuk Season 2 sampai selesai, tapi masih ada beberapa detail yang bisa diubah. Menurut aku, akan lebih baik kalau detail-detail kecil itu juga mencakup keinginan2 kalian. Tentunya yang akan masuk adalah yang cocok dengan cerita, kalau gak cocok gak akan aku masukin.

Mungkin kalian gak sadar, tapi selama ini aku selalu membaca semua komentar kalian, dan sedikit2 memasukkan apa yang kalian mau ke dalam cerita.

So, let's continue this fun journey :)
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd