Halo para suhu semua. Izinkan ane menceritakan sebuah kisah.
To the point aja ya. Part-part awal cerita ini ga ada exenya.
Sebagai catatan, updatenya ga tentu kapan karena kesibukan di real-life.
Cukup berikan like aja, karena ane ga akan minta update page sekian. Ane memberikan cerita ini karena menikmati kisahnya.
Ane usahakan supaya kisahnya mengalir seperti yang sudah dialami. Dan ane usahakan juga supaya ceritanya tidak bertele-tele.
Silahkan nikmati.
Arc I
Part 1
Gue Egi, Mahasiswa di salah satu Universitas di plat B (bukan plat sebenarnya). Kali ini gue akan menceritakan kisah nyata yang akan gue campur sedikit dengan info fiktif dan unsur drama untuk membuat cerita ini aman untuk penulis dan nyaman untuk para pembaca.
Awal cerita
Di tahun awal perkuliahan, gue sudah punya 1 orang musuh yang gue pun tidak tahu kenapa orang itu tiba-tiba musuhin gue. Awalnya gue bawa santai saja. Namun makin kesini kok musuh gue jadi makin banyak ya di kelas? Wkwkwk.
Oh ternyata 1 orang ini mulutnya kayak cewek, ga deh, bahkan gue yakin kalo cewek pun ga akan mau mulutnya disamain kayak dia.
Sebetulnya dengan tinggi gue yang 170 cm dan badan yang terbilang atletis, tegap, terlihat sedikit garis halus roti sobek di perut gue, dan dengan lengan atas yang berbentuk seperti gelas wine, cukup bagi gue yang asalnya memiliki kulit putih langsat namun agak gelap karena seringnya olahraga di luar, untuk berantem dengan 1 orang ini.
Namun gue ogah untuk membuang track record bersih ini, sehingga gue masih menahan diri untuk tidak menyentuh 1 orang ini, yaitu Bagas.
Bagas ini begitu pandai membuat sebuah kondisi percakapan untuk menghina seseorang namun membuat orang-orang yang mendengar dia tertawa. Ironisnya kawan di kelas gue terpengaruh olehnya.
Rika dan Raka, sepasang pacar yang terpengaruh oleh bacotnya Bagas. Rakanya sih kalem, Rikanya ini nih yang mulutnya ikutan nyindir-nyindir di kelas.
Seiring berjalannya semester, pandangan para mahasiswa-mahasiswi di kelas gue pada semester 1 begitu terpengaruh dengan bacotnya Bagas.
Namun memasuki semester 2, pandangan mereka secara perlahan mulai berubah ke gue. Tentu saja gue ga diem dong dibacotin Bagas. Gue melakukan perlawanan senyap, yaitu dengan menunjukkan diri gue santai dan ga baper dengan bacotan dia. Gue pun sedikit memberikan perhatian kepada sebagian mahasiswi di kelas ini sehingga label cowok cuek bertampang jutek mulai tersematkan pada gue.
Bagas semakin membusuk dari dalam, bacotannya semakin menusuk dan itu bagus. Para mahasiswi di kelas gue mulai menunjukkan ga betah dengan bacotan Bagas sehingga mulai meninggalkan percakapan dengan dia dan mulai membuat perkumpulan sendiri.
Terkadang samar-samar terdengar pembicaraan para wanita yang memisahkan diri ini sedang membicarakan gue, dengan pembicaraan positif pastinya.
Lain cerita gengnya Bagas yang topik pembicaraannya masih tentang menghina orang, khususnya gue. Namun pamornya sudah meredup.
Ya, gue udah ga peduli sih. Soalnya kawan gue di kampus bukan cuma mereka. Dengan sedikit basa-basi di kantin pun kawan dari fakultas lain terkumpul sedikit demi sedikit.
Hal itu menjadikan gue cukup dikenal.
Pucuk dicinta, ulam pun tiba.
Memasuki semester 3, tersebar video panas yang adegannya hot banget.
Adegan diakhiri dengan,
Cowoknya: ahh mau keluar
Lalu ceweknya panik namun tetap mendesah berkata
“Uh jang… an AH! mas.. “
Ga sampe 10 detik cowoknya mendongak ke atas disertai desah. Sedangkan ceweknya cuma mendesah saja.
Adegan berikutnya cowok ini ambil kamera dalam keadaan penisnya masih di dalam vagina ceweknya lalu menyorot wajah ceweknya.
Dan ternyata?
MUKA CEWEKNYA MIRIP RIKA!
Rika adalah seorang Chinese, berkulit putih, tinggi 165 cm, langsing, bagian waistnya lebar, karena dia senang memakai pakaian yang hanya setengah lengan atasnya saja tertutup, kutaksir dia langsing berisi. Dibilang gemuk pun jauh dari gemuk.
Namun yang ada di video itu hanya mirip saja. Gue yakin itu bukan Rika walaupun sangat mirip. Gue ini termasuk yang gampang ingat sampai detail sekalipun. Rika itu memiliki tahi lalat di bagian bawah lehernya, kira-kira seperti selebgram Rhisma itu tuh. (Bukan ciri asli, tapi yang jelas memang ada ciri khas yang gue kenali ;p)
Setelah melihat video itu, yaudah. Ya emang mau ngapain lagi? Wkwk.
Beberapa hari kemudian gue liat Rika memisahkan diri dari kelompoknya Bagas, Rakanya ga ikut memisahkan diri. Gue perkirakan itu karena video panas yang tersebar lalu Rika ‘dibecandain’ oleh bacotnya Bagas.
Rika kelihatan sedih banget waktu itu, begonya Raka kaga menghibur Rika.
Beberapa hari setelah itu, Rika ga pernah lagi nimbrung sama kelompoknya Bagas, mukanya Rika makin murung, sementara anak kelas lainnya tidak menyadari kemurungan Rika.
Sampai suatu hari suara Bagas terdengar ke seluruh mahasiswa di kelas,
“Uh.. jang.. An..”
Gue yakin itu sengaja, dan pasti ditujukan ke Rika.
Gue lihat pandangan mahasiswa-mahasiswi di kelas tertuju kepada Bagas sesaat, lalu menuju ke Rika. Rupa-rupanya mereka semua sudah tahu video panas itu.
Muka Rika memerah, malu bercampur sedih terpampang jelas di wajahnya waktu itu.
Gue langsung berdiri saat itu juga, gue mendatangi kursi Bagas dengan jalan yang amat pelan, kayak jalannya pembunuh psikopat di film gitu lho wkwk.
BUKKKK!
Satu bogem mentah menghantam muka Bagas dari depan, Bagas saat itu juga terjatuh beserta kursi-kursinya, terlihat bibir bagian bawahnya berdarah cuk wkwkwk.
Gue dalem hati: asw! Ga kena dagunya! Pingsan-pingsan dah nih orang!
Gue balik ke ke kursi gue, ngambil tas, keluar dari kelas menuju tongkrongan kawan gue di fakultas lain yang nama tongkrongannya “Cimore” (bukan nama asli).
Gue gatau setelahnya gimana. Di Cimore sedang sepi-sepinya karena jam mata kuliah sedang berlangsung, gue dengan santai menghisap sebatang rokok Marlong.
Saat itu gue dalem hati: PUAS BANGET GUAH, BANGSAT NGEBOGEM MUKENYA BAGAS WKWKWK!
Jam istirahat pun tiba, kawan-kawan gue dari fakultas teknik (bukan fakultas asli ;p) mulai menunjukkan batang hidungnya di Cimore.
Deny, kawan karib gue dari SMA bertanya: lu ga ada kelas apa gi?
Gue: abis orgasme gua
Deny: anjingkan.. Ditanya serius juga
Gue: wkwkwk, maksudnya gue lagi puas ini
Deny: ya gimana bangsat?! Wkwk
Gue pun menceritakan secara singkat, intinya abis nampol orang.
Deny: tau gitu gua mau dah ikutan orgasme
Gue: cot
Deny: wkwk mau kita bantuin ga ntar? Emang sih beritanya tuh orang songong bacotnya.
Gue: tau dari mana?
Deny: dari cewek di fakultas lu.
Lalu Deny sedikit menceritakan gimana kabar Bagas ini tersebar, intinya salah satu cewek di kelas gue ada yang jadian sama kawan satu fakultas dengan Deny.
Singkat cerita, sudah masuk jam mata kuliah berikutnya. Gue masuk ke kelas diiringi dengan beragam tatapan. Kelompoknya Bagas menatap gue agak ngeri, barangkali mereka masih shock dengan reaksi gue yang tidak terduga. Kelompok mahasiswi-mahasiswi yang telah memisahkan diri, Ciwik-ciwik Kantong kuRang (Cikarang, dan bukan nama geng sebenarnya), ga berani menatap gue, tapi ada yang keliatan malu-malu dan senyum sendiri.
Mungkin bagi geng Cikarang ini, gue seperti sesosok cowok plastik yang mukul orang karena ngebelain wanita yang dicintainya yang disakiti orang lain seperti di drakar-drakar itu.
Sedangkan Rika? Rika menatap dengan mata sipitnya yang sedang belo maksimal, gue gambarkan, tatapan dia itu kayak cewek abis nangis lalu ngeliat barang favoritnya dibeliin cowoknya.
Gue duduk kembali dengan santai menunggu dosen.
Skip
Esoknya terdengar kabar putusnya Rika dengan Raka. Terdengar Raka menuduh Rika dengan ucapan “cowok di video dikasih, aku ga dikasih”.
Kalem sih emang ngomongnya, tapi gue yakin kata-kata itu nusuk banget untuk Rika.
Karena itu bukan urusan gue, yaudah. Gue ga ikut campur.
no quote
To the point aja ya. Part-part awal cerita ini ga ada exenya.
Sebagai catatan, updatenya ga tentu kapan karena kesibukan di real-life.
Cukup berikan like aja, karena ane ga akan minta update page sekian. Ane memberikan cerita ini karena menikmati kisahnya.
Ane usahakan supaya kisahnya mengalir seperti yang sudah dialami. Dan ane usahakan juga supaya ceritanya tidak bertele-tele.
Silahkan nikmati.
Arc I
Part 1
Gue Egi, Mahasiswa di salah satu Universitas di plat B (bukan plat sebenarnya). Kali ini gue akan menceritakan kisah nyata yang akan gue campur sedikit dengan info fiktif dan unsur drama untuk membuat cerita ini aman untuk penulis dan nyaman untuk para pembaca.
Awal cerita
Di tahun awal perkuliahan, gue sudah punya 1 orang musuh yang gue pun tidak tahu kenapa orang itu tiba-tiba musuhin gue. Awalnya gue bawa santai saja. Namun makin kesini kok musuh gue jadi makin banyak ya di kelas? Wkwkwk.
Oh ternyata 1 orang ini mulutnya kayak cewek, ga deh, bahkan gue yakin kalo cewek pun ga akan mau mulutnya disamain kayak dia.
Sebetulnya dengan tinggi gue yang 170 cm dan badan yang terbilang atletis, tegap, terlihat sedikit garis halus roti sobek di perut gue, dan dengan lengan atas yang berbentuk seperti gelas wine, cukup bagi gue yang asalnya memiliki kulit putih langsat namun agak gelap karena seringnya olahraga di luar, untuk berantem dengan 1 orang ini.
Namun gue ogah untuk membuang track record bersih ini, sehingga gue masih menahan diri untuk tidak menyentuh 1 orang ini, yaitu Bagas.
Bagas ini begitu pandai membuat sebuah kondisi percakapan untuk menghina seseorang namun membuat orang-orang yang mendengar dia tertawa. Ironisnya kawan di kelas gue terpengaruh olehnya.
Rika dan Raka, sepasang pacar yang terpengaruh oleh bacotnya Bagas. Rakanya sih kalem, Rikanya ini nih yang mulutnya ikutan nyindir-nyindir di kelas.
Seiring berjalannya semester, pandangan para mahasiswa-mahasiswi di kelas gue pada semester 1 begitu terpengaruh dengan bacotnya Bagas.
Namun memasuki semester 2, pandangan mereka secara perlahan mulai berubah ke gue. Tentu saja gue ga diem dong dibacotin Bagas. Gue melakukan perlawanan senyap, yaitu dengan menunjukkan diri gue santai dan ga baper dengan bacotan dia. Gue pun sedikit memberikan perhatian kepada sebagian mahasiswi di kelas ini sehingga label cowok cuek bertampang jutek mulai tersematkan pada gue.
Bagas semakin membusuk dari dalam, bacotannya semakin menusuk dan itu bagus. Para mahasiswi di kelas gue mulai menunjukkan ga betah dengan bacotan Bagas sehingga mulai meninggalkan percakapan dengan dia dan mulai membuat perkumpulan sendiri.
Terkadang samar-samar terdengar pembicaraan para wanita yang memisahkan diri ini sedang membicarakan gue, dengan pembicaraan positif pastinya.
Lain cerita gengnya Bagas yang topik pembicaraannya masih tentang menghina orang, khususnya gue. Namun pamornya sudah meredup.
Ya, gue udah ga peduli sih. Soalnya kawan gue di kampus bukan cuma mereka. Dengan sedikit basa-basi di kantin pun kawan dari fakultas lain terkumpul sedikit demi sedikit.
Hal itu menjadikan gue cukup dikenal.
Pucuk dicinta, ulam pun tiba.
Memasuki semester 3, tersebar video panas yang adegannya hot banget.
Adegan diakhiri dengan,
Cowoknya: ahh mau keluar
Lalu ceweknya panik namun tetap mendesah berkata
“Uh jang… an AH! mas.. “
Ga sampe 10 detik cowoknya mendongak ke atas disertai desah. Sedangkan ceweknya cuma mendesah saja.
Adegan berikutnya cowok ini ambil kamera dalam keadaan penisnya masih di dalam vagina ceweknya lalu menyorot wajah ceweknya.
Dan ternyata?
MUKA CEWEKNYA MIRIP RIKA!
Rika adalah seorang Chinese, berkulit putih, tinggi 165 cm, langsing, bagian waistnya lebar, karena dia senang memakai pakaian yang hanya setengah lengan atasnya saja tertutup, kutaksir dia langsing berisi. Dibilang gemuk pun jauh dari gemuk.
Namun yang ada di video itu hanya mirip saja. Gue yakin itu bukan Rika walaupun sangat mirip. Gue ini termasuk yang gampang ingat sampai detail sekalipun. Rika itu memiliki tahi lalat di bagian bawah lehernya, kira-kira seperti selebgram Rhisma itu tuh. (Bukan ciri asli, tapi yang jelas memang ada ciri khas yang gue kenali ;p)
Setelah melihat video itu, yaudah. Ya emang mau ngapain lagi? Wkwk.
Beberapa hari kemudian gue liat Rika memisahkan diri dari kelompoknya Bagas, Rakanya ga ikut memisahkan diri. Gue perkirakan itu karena video panas yang tersebar lalu Rika ‘dibecandain’ oleh bacotnya Bagas.
Rika kelihatan sedih banget waktu itu, begonya Raka kaga menghibur Rika.
Beberapa hari setelah itu, Rika ga pernah lagi nimbrung sama kelompoknya Bagas, mukanya Rika makin murung, sementara anak kelas lainnya tidak menyadari kemurungan Rika.
Sampai suatu hari suara Bagas terdengar ke seluruh mahasiswa di kelas,
“Uh.. jang.. An..”
Gue yakin itu sengaja, dan pasti ditujukan ke Rika.
Gue lihat pandangan mahasiswa-mahasiswi di kelas tertuju kepada Bagas sesaat, lalu menuju ke Rika. Rupa-rupanya mereka semua sudah tahu video panas itu.
Muka Rika memerah, malu bercampur sedih terpampang jelas di wajahnya waktu itu.
Gue langsung berdiri saat itu juga, gue mendatangi kursi Bagas dengan jalan yang amat pelan, kayak jalannya pembunuh psikopat di film gitu lho wkwk.
BUKKKK!
Satu bogem mentah menghantam muka Bagas dari depan, Bagas saat itu juga terjatuh beserta kursi-kursinya, terlihat bibir bagian bawahnya berdarah cuk wkwkwk.
Gue dalem hati: asw! Ga kena dagunya! Pingsan-pingsan dah nih orang!
Gue balik ke ke kursi gue, ngambil tas, keluar dari kelas menuju tongkrongan kawan gue di fakultas lain yang nama tongkrongannya “Cimore” (bukan nama asli).
Gue gatau setelahnya gimana. Di Cimore sedang sepi-sepinya karena jam mata kuliah sedang berlangsung, gue dengan santai menghisap sebatang rokok Marlong.
Saat itu gue dalem hati: PUAS BANGET GUAH, BANGSAT NGEBOGEM MUKENYA BAGAS WKWKWK!
Jam istirahat pun tiba, kawan-kawan gue dari fakultas teknik (bukan fakultas asli ;p) mulai menunjukkan batang hidungnya di Cimore.
Deny, kawan karib gue dari SMA bertanya: lu ga ada kelas apa gi?
Gue: abis orgasme gua
Deny: anjingkan.. Ditanya serius juga
Gue: wkwkwk, maksudnya gue lagi puas ini
Deny: ya gimana bangsat?! Wkwk
Gue pun menceritakan secara singkat, intinya abis nampol orang.
Deny: tau gitu gua mau dah ikutan orgasme
Gue: cot
Deny: wkwk mau kita bantuin ga ntar? Emang sih beritanya tuh orang songong bacotnya.
Gue: tau dari mana?
Deny: dari cewek di fakultas lu.
Lalu Deny sedikit menceritakan gimana kabar Bagas ini tersebar, intinya salah satu cewek di kelas gue ada yang jadian sama kawan satu fakultas dengan Deny.
Singkat cerita, sudah masuk jam mata kuliah berikutnya. Gue masuk ke kelas diiringi dengan beragam tatapan. Kelompoknya Bagas menatap gue agak ngeri, barangkali mereka masih shock dengan reaksi gue yang tidak terduga. Kelompok mahasiswi-mahasiswi yang telah memisahkan diri, Ciwik-ciwik Kantong kuRang (Cikarang, dan bukan nama geng sebenarnya), ga berani menatap gue, tapi ada yang keliatan malu-malu dan senyum sendiri.
Mungkin bagi geng Cikarang ini, gue seperti sesosok cowok plastik yang mukul orang karena ngebelain wanita yang dicintainya yang disakiti orang lain seperti di drakar-drakar itu.
Sedangkan Rika? Rika menatap dengan mata sipitnya yang sedang belo maksimal, gue gambarkan, tatapan dia itu kayak cewek abis nangis lalu ngeliat barang favoritnya dibeliin cowoknya.
Gue duduk kembali dengan santai menunggu dosen.
Skip
Esoknya terdengar kabar putusnya Rika dengan Raka. Terdengar Raka menuduh Rika dengan ucapan “cowok di video dikasih, aku ga dikasih”.
Kalem sih emang ngomongnya, tapi gue yakin kata-kata itu nusuk banget untuk Rika.
Karena itu bukan urusan gue, yaudah. Gue ga ikut campur.
no quote
Terakhir diubah: