BlueTitan
Semprot Addict
- Daftar
- 29 Apr 2018
- Post
- 424
- Like diterima
- 493
Salam kenal suhu-suhu sekalian. Hehe, setelah baca-baca cerita disini, akhirnya saya terinspirasi juga untuk menulis. hehe. Ini cerita pertama yang saya tulis setelah sekian lama tidak lagi menekuni dunia tulis-menulis, jadi saya tahu pasti banyak kekurangannya. Mohon bimbingannya suhu. Selamat menikmati.
Disclaimer:
Cerita ini hanya fiktif belaka. Murni imajinasi kepala penulis. Kejadian-kejadian dalam cerita ini tidak benar-benar terjadi.
INDEX
Part 1
“Selamat malam, kak Dimas.”
Sebuah notifikasi pesan LINE muncul dilayar smartphoneku. Mataku yang tadinya masih fokus pada layar laptop yang menampilkan halaman tugas kuliahku, kini beralih kearah alat komunikasi itu. Sudah berkali-kali aku melihat notifikasi pesan masuk dari beberapa orang temanku muncul di layar smartphone itu, namun yang satu ini, sepertinya tidak bisa aku abaikan. Tertulis nama yang asing disana. Dari foto profilnya, dia seorang perempuan. Aku melepas headset yang kupakai, lagu Take on Me dari A-ha yang baru saja terputar terpaksa aku hentikan.
Namaku Dimas Putra. Mahasiswa semester 3 di suatu universitas di Jakarta. Suka musik. Asli dari Semarang dan merantau ke Ibukota ini. Mengontrak sebuah rumah yang berada di daerah yang terbilang agak jauh dari keramaian kota. Hmm... apalagi ya? Sepertinya kau akan memahamiku lebih dalam seiring cerita ini berlanjut. Hehe.
“Cindy Hapsari...?” Batinku sembari mengeryitkan dahi setelah membaca nama kontaknya.
“Malam, maaf, ini siapa ya?” Balasku pada perempuan bernama Cindy Hapsari itu. Tak butuh waktu sedetik sampai muncul keterangan ‘read’ disamping pesanku.
“Maaf kak sebelumya, saya Cindy Hapsari, mahasiswa baru angkatan 2016. Kebetulan saya dapat kontak kak Dimas dari kak Jinan. Untuk keperluan tugas LKMPD, saya diminta untuk mewawancarai salah satu kakak tingkat mengenai organisasi kak. Kebetulan saya belum dapat narasumber. Saya mau minta tolong kak Dimas jadi narasumber saya kak.” Balasnya panjang lebar. Dasar mahasiswa baru. Formal sekali. “Bagaimana kak Dimas?” Lanjutnya dalam pesan yang baru 4 detik kemudian.
Ah, ya aku ingat...setiap mahasiswa baru di jurusanku yang berminat masuk organisasi, pasti mendapat tugas saat LKMPD, atau Latihan Kepemimpinan Mahasiswa Pra-Dasar, biasanya dilaksanakan sekitar 1 bulan setelah penerimaan mahasiswa baru. Bisa kau lanjutkan ke LKMD. Katanya, kedua kegiatan ini akan sangat membantumu jika kau mau mendaftar oganisasi-organisasi yang ada di kampus. Sebab disini kau akan diajarkan banyak hal mengenai berorganisasi, pokoknya ilmu-ilmu yang kalian dapatkan tidak akan sia-sia.
Aku membaca pesannya beberapa saat baru kemudian membalasnya.
“Oke, aku bisa. Kapan?”
“Biar saya yang menyesuaikan jadwal kak Dimas.”
“Besok siang gimana? Jam 12 di pelataran gedung C.” Tawarku. Kalau tidak berubah, pasti nanti proses wawancara ini akan direkam dalam format video, jadi memang aku memilih tempat yang relatif sepi. Sehingga audio dalam video pun bisa terdengar jelas. Asal kau tahu, tahun lalu aku juga mewawancarai kakak tingkatku tempat itu, hehe.
Tidak seperti pesan sebelumnya, kali ini dia agak lama membalasku.
“Baik kak, saya bisa.”
“Oke.” Balasku segera.
“Terimakasih ya kak Dimas, maaf ganggu malem-malem gini.”
Aku membalasnya dengan stiker bergambar jempol. Dan setelah muncul ‘read’ lagi, tak ada pesan masuk lagi darinya. Rasa penasaranku membimbing jariku untuk menekan foto profil perempuan ini.
Tak lama, tampil sebuah foto seorang perempuan berambut panjang yang sedang tersenyum manis. Parasnya ayu. Kedua mata belonya itu terlihat indah dimataku. Kulitnya putih mulus, tanpa lecet sedikitpun. Kurasa perempuan ini telah mencuri hatiku. Ya ampun... aku harus berterimakasih kepada Jinan...
“Woe, Dim! Ngapain lo?!”
Tepukan di bahu oleh seorang laki-laki itu mengagetkanku.
“Ha? Apaan sih Har? Ngagetin aja.”
“Lu senyum-senyum sendiri liat layar hape. Lu pasti liat foto cewek bugil kan? Ngaku.”
“Enggak woe. Nih gue liat foto profil maba doang,” Aku menunjukkan layar smartphoneku untuk membantah tuduhannya barusan.
Namanya Hary Daniel. Teman dekatku yang berasal dari Bandung. Satu jurusan denganku di universitas yang sama pula. Dia sering main ke kontrakanku ini untuk numpang wifi dan tidur-tiduran. Tapi kau tahu? dia sering mentraktirku makan di kantin maupun saat kami jajan diluar kampus.
“Dih, ntar pasti lo buat coli tuh.”
“Otak lo ngeres ya.”
“Dih, lo lebih ngeres ya. Gue inget dulu lo cerita pernah pake foto si Jinan buat coli. Parah emang temen sendiri lo pake buat bacolan.” Dia menghempaskan tubuh tingginya itu ke kasur yang ada di belakangku.
“Heh! Kaga! Ngarang! Itu elu! Gue gapernah coli pake Jinan ya!”
“Hehehe, canda. Siapa tuh?”
“Maba, minta interview buat tugas LKMPD.” Aku meletakkan smartphoneku di meja lipat yang ada dihadapanku, memasang headsetku lagi, memutar musik, lalu kembali mengetik beberapa kalimat di draft tugas memuakkan ini.
“Ooohh...”
“Makanya Har, ikutan organisasi. Biar kayak gue nih di-chat cewek cantik.” Kataku agak sombong sambil tidak menoleh kearahnya.
“Dih, lu aja sekarang enggak ikutan apa-apa. Sombong amat dah.”
“Ya... yang penting kan pernah ikut, hehe.”
“Iye iye, serah. Gue balik dulu ye, thanks wifinya.”
“Yo’i Har.”
“Awas jangan coli ye pake maba tadi.” Dia menutup pintu kamarku.
“BACOT!”
Aku meraih smartphoneku dan kembali memandangi foto profil perempuan itu. Entah mengapa aku jadi semakin penasaran dengannya.
Aku tutup aplikasi LINE ini dan membuka aplikasi Instagram yang terletak disampingnya. Aku iseng mengetik nama perempuan ini di kolom pencarian. Dan akun paling atas dengan username CindyHapsari yang aku pilih. Saat kubuka akun yang tidak dikunci itu, terdapat keterangan followed by : jinan_s yang memperkuat asumsiku ini benar-benar akunnya.
“As elegant as Aurora in the night sky, I’ll be a light for you.” Begitulah kalimat yang tertulis di bionya. Entah mengapa aku senyum-senyum sendiri membacanya.
Aku memainkan jariku, men-scroll up dan down di feeds yang berisi 34 foto itu. Perempuan ini sering sekali mem-posting foto aurora. Sepertinya dia sangat menyukai pancaran cahaya indah di langit malam itu.
Tiba-tiba mataku terhenti pada satu fotonya yang sedang tersenyum manis mengenakan kaus lengan panjang dan rok katun hitam.
Perempuan ini terlihat sangat anggun... seperti... aurora!. Dan terlebih lagi, Damn! dia punya tubuh yang bagus! Dadanya terlihat menyembul karena kedua tangannya yang terlipat dibawah dadanya. Aku menghentikan jariku agar layar smartphoneku terus menampilkan foto itu. Kenapa aku baru tahu kalau aku punya adik tingkat seperti ini?!
Aku menelan ludah. Hasratku tiba-tiba muncul... Perlahan, tangan kiriku menyeruak masuk kedalam celana pendekku dan memijit-mijit penisku agar terbangun. Segera fantasiku menjadi liar sembari membayangkan perempuan ini. Dan tak butuh waktu lama untuk kemaluanku berdiri tegang, dengan posisiku yang masih terduduk di pinggir kasur, aku lanjut memijitnya pelan, lalu mengocoknya dengan tempo yang agak cepat, semakin cepat, dan semakin cepat...
“Eh, Dim. sorry k-“ Tiba-tiba manusia kampret itu muncul lagi dari balik pintu kamarku. Aku yang panik langsung menarik tangan kiriku. Bego! Sepertinya dia sempat melihatku menarik tangan kiriku dari dalam celana tadi.
“Kan, ada yang coli nih, hahahaha! Lain kali dikunci dulu, Dim.”
“Enggak anjir, gue gak coli! Tadi gatel do-”
“Tuh lo ngaceng.”
Aku melirik kearah celanaku, dan benar, ternyata tonjolan itu bisa terlihat jelas. Aku buru-buru menutupnya dengan selimut. Wajah Hary terlihat menahan tawa.
“Gak apa-apa Dim, gue juga sering coli kok. Dah lanjut aja, gue ambil kontak gue yang ketinggalan ya. Maaf ganggu. Bye!” Hary berlalu sambil menutup pintu. Aku bisa mendengarnya terkekeh diluar. Segera aku bangkit dari kasur dan mengunci pintu. Sepertinya beberapa hari kedepan aku akan diejek habis-habisan olehnya. Tunggu, bagaimana jika dia menyebarkan hal memalukan ini ke anak-anak tongkrongan?!
Masa bodoh. Aku kembali ke kasur dan membaringkan diriku, mencari posisi ternyaman untuk melampiaskan nafsuku ini. Aku raih smartphone yang tergeletak dan menyalakan layarnya, fotonya kembali tertampil disana. Aku menelan ludah, jantungku serasa berhenti berdetak. Bahkan keringat dingin tiba-tiba mengalir. Mataku terpaku pada ikon hati dibawah fotonya yang kini berwarna merah.
“Kelike...”
To be continued...
Disclaimer:
Cerita ini hanya fiktif belaka. Murni imajinasi kepala penulis. Kejadian-kejadian dalam cerita ini tidak benar-benar terjadi.
BlueTitan
Season 1
Part 1 (Scroll dikit, hehe)
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 6.5
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Lanjut???
Season 2
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 4.5
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 10.5
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 14.5
Part 15 (End)
As Elegant As Aurora : The Night Sky
Part 1
Part 2
Part 2,5
Part 3
Part 3.5
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7 (END)
Part 1 (Scroll dikit, hehe)
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 6.5
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Lanjut???
Season 2
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 4.5
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 10.5
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 14.5
Part 15 (End)
As Elegant As Aurora : The Night Sky
Part 1
Part 2
Part 2,5
Part 3
Part 3.5
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7 (END)
“Selamat malam, kak Dimas.”
Sebuah notifikasi pesan LINE muncul dilayar smartphoneku. Mataku yang tadinya masih fokus pada layar laptop yang menampilkan halaman tugas kuliahku, kini beralih kearah alat komunikasi itu. Sudah berkali-kali aku melihat notifikasi pesan masuk dari beberapa orang temanku muncul di layar smartphone itu, namun yang satu ini, sepertinya tidak bisa aku abaikan. Tertulis nama yang asing disana. Dari foto profilnya, dia seorang perempuan. Aku melepas headset yang kupakai, lagu Take on Me dari A-ha yang baru saja terputar terpaksa aku hentikan.
Namaku Dimas Putra. Mahasiswa semester 3 di suatu universitas di Jakarta. Suka musik. Asli dari Semarang dan merantau ke Ibukota ini. Mengontrak sebuah rumah yang berada di daerah yang terbilang agak jauh dari keramaian kota. Hmm... apalagi ya? Sepertinya kau akan memahamiku lebih dalam seiring cerita ini berlanjut. Hehe.
“Cindy Hapsari...?” Batinku sembari mengeryitkan dahi setelah membaca nama kontaknya.
“Malam, maaf, ini siapa ya?” Balasku pada perempuan bernama Cindy Hapsari itu. Tak butuh waktu sedetik sampai muncul keterangan ‘read’ disamping pesanku.
“Maaf kak sebelumya, saya Cindy Hapsari, mahasiswa baru angkatan 2016. Kebetulan saya dapat kontak kak Dimas dari kak Jinan. Untuk keperluan tugas LKMPD, saya diminta untuk mewawancarai salah satu kakak tingkat mengenai organisasi kak. Kebetulan saya belum dapat narasumber. Saya mau minta tolong kak Dimas jadi narasumber saya kak.” Balasnya panjang lebar. Dasar mahasiswa baru. Formal sekali. “Bagaimana kak Dimas?” Lanjutnya dalam pesan yang baru 4 detik kemudian.
Ah, ya aku ingat...setiap mahasiswa baru di jurusanku yang berminat masuk organisasi, pasti mendapat tugas saat LKMPD, atau Latihan Kepemimpinan Mahasiswa Pra-Dasar, biasanya dilaksanakan sekitar 1 bulan setelah penerimaan mahasiswa baru. Bisa kau lanjutkan ke LKMD. Katanya, kedua kegiatan ini akan sangat membantumu jika kau mau mendaftar oganisasi-organisasi yang ada di kampus. Sebab disini kau akan diajarkan banyak hal mengenai berorganisasi, pokoknya ilmu-ilmu yang kalian dapatkan tidak akan sia-sia.
Aku membaca pesannya beberapa saat baru kemudian membalasnya.
“Oke, aku bisa. Kapan?”
“Biar saya yang menyesuaikan jadwal kak Dimas.”
“Besok siang gimana? Jam 12 di pelataran gedung C.” Tawarku. Kalau tidak berubah, pasti nanti proses wawancara ini akan direkam dalam format video, jadi memang aku memilih tempat yang relatif sepi. Sehingga audio dalam video pun bisa terdengar jelas. Asal kau tahu, tahun lalu aku juga mewawancarai kakak tingkatku tempat itu, hehe.
Tidak seperti pesan sebelumnya, kali ini dia agak lama membalasku.
“Baik kak, saya bisa.”
“Oke.” Balasku segera.
“Terimakasih ya kak Dimas, maaf ganggu malem-malem gini.”
Aku membalasnya dengan stiker bergambar jempol. Dan setelah muncul ‘read’ lagi, tak ada pesan masuk lagi darinya. Rasa penasaranku membimbing jariku untuk menekan foto profil perempuan ini.
Tak lama, tampil sebuah foto seorang perempuan berambut panjang yang sedang tersenyum manis. Parasnya ayu. Kedua mata belonya itu terlihat indah dimataku. Kulitnya putih mulus, tanpa lecet sedikitpun. Kurasa perempuan ini telah mencuri hatiku. Ya ampun... aku harus berterimakasih kepada Jinan...
“Woe, Dim! Ngapain lo?!”
Tepukan di bahu oleh seorang laki-laki itu mengagetkanku.
“Ha? Apaan sih Har? Ngagetin aja.”
“Lu senyum-senyum sendiri liat layar hape. Lu pasti liat foto cewek bugil kan? Ngaku.”
“Enggak woe. Nih gue liat foto profil maba doang,” Aku menunjukkan layar smartphoneku untuk membantah tuduhannya barusan.
Namanya Hary Daniel. Teman dekatku yang berasal dari Bandung. Satu jurusan denganku di universitas yang sama pula. Dia sering main ke kontrakanku ini untuk numpang wifi dan tidur-tiduran. Tapi kau tahu? dia sering mentraktirku makan di kantin maupun saat kami jajan diluar kampus.
“Dih, ntar pasti lo buat coli tuh.”
“Otak lo ngeres ya.”
“Dih, lo lebih ngeres ya. Gue inget dulu lo cerita pernah pake foto si Jinan buat coli. Parah emang temen sendiri lo pake buat bacolan.” Dia menghempaskan tubuh tingginya itu ke kasur yang ada di belakangku.
“Heh! Kaga! Ngarang! Itu elu! Gue gapernah coli pake Jinan ya!”
“Hehehe, canda. Siapa tuh?”
“Maba, minta interview buat tugas LKMPD.” Aku meletakkan smartphoneku di meja lipat yang ada dihadapanku, memasang headsetku lagi, memutar musik, lalu kembali mengetik beberapa kalimat di draft tugas memuakkan ini.
“Ooohh...”
“Makanya Har, ikutan organisasi. Biar kayak gue nih di-chat cewek cantik.” Kataku agak sombong sambil tidak menoleh kearahnya.
“Dih, lu aja sekarang enggak ikutan apa-apa. Sombong amat dah.”
“Ya... yang penting kan pernah ikut, hehe.”
“Iye iye, serah. Gue balik dulu ye, thanks wifinya.”
“Yo’i Har.”
“Awas jangan coli ye pake maba tadi.” Dia menutup pintu kamarku.
“BACOT!”
Aku meraih smartphoneku dan kembali memandangi foto profil perempuan itu. Entah mengapa aku jadi semakin penasaran dengannya.
Aku tutup aplikasi LINE ini dan membuka aplikasi Instagram yang terletak disampingnya. Aku iseng mengetik nama perempuan ini di kolom pencarian. Dan akun paling atas dengan username CindyHapsari yang aku pilih. Saat kubuka akun yang tidak dikunci itu, terdapat keterangan followed by : jinan_s yang memperkuat asumsiku ini benar-benar akunnya.
“As elegant as Aurora in the night sky, I’ll be a light for you.” Begitulah kalimat yang tertulis di bionya. Entah mengapa aku senyum-senyum sendiri membacanya.
Aku memainkan jariku, men-scroll up dan down di feeds yang berisi 34 foto itu. Perempuan ini sering sekali mem-posting foto aurora. Sepertinya dia sangat menyukai pancaran cahaya indah di langit malam itu.
Tiba-tiba mataku terhenti pada satu fotonya yang sedang tersenyum manis mengenakan kaus lengan panjang dan rok katun hitam.
Perempuan ini terlihat sangat anggun... seperti... aurora!. Dan terlebih lagi, Damn! dia punya tubuh yang bagus! Dadanya terlihat menyembul karena kedua tangannya yang terlipat dibawah dadanya. Aku menghentikan jariku agar layar smartphoneku terus menampilkan foto itu. Kenapa aku baru tahu kalau aku punya adik tingkat seperti ini?!
Aku menelan ludah. Hasratku tiba-tiba muncul... Perlahan, tangan kiriku menyeruak masuk kedalam celana pendekku dan memijit-mijit penisku agar terbangun. Segera fantasiku menjadi liar sembari membayangkan perempuan ini. Dan tak butuh waktu lama untuk kemaluanku berdiri tegang, dengan posisiku yang masih terduduk di pinggir kasur, aku lanjut memijitnya pelan, lalu mengocoknya dengan tempo yang agak cepat, semakin cepat, dan semakin cepat...
“Eh, Dim. sorry k-“ Tiba-tiba manusia kampret itu muncul lagi dari balik pintu kamarku. Aku yang panik langsung menarik tangan kiriku. Bego! Sepertinya dia sempat melihatku menarik tangan kiriku dari dalam celana tadi.
“Kan, ada yang coli nih, hahahaha! Lain kali dikunci dulu, Dim.”
“Enggak anjir, gue gak coli! Tadi gatel do-”
“Tuh lo ngaceng.”
Aku melirik kearah celanaku, dan benar, ternyata tonjolan itu bisa terlihat jelas. Aku buru-buru menutupnya dengan selimut. Wajah Hary terlihat menahan tawa.
“Gak apa-apa Dim, gue juga sering coli kok. Dah lanjut aja, gue ambil kontak gue yang ketinggalan ya. Maaf ganggu. Bye!” Hary berlalu sambil menutup pintu. Aku bisa mendengarnya terkekeh diluar. Segera aku bangkit dari kasur dan mengunci pintu. Sepertinya beberapa hari kedepan aku akan diejek habis-habisan olehnya. Tunggu, bagaimana jika dia menyebarkan hal memalukan ini ke anak-anak tongkrongan?!
Masa bodoh. Aku kembali ke kasur dan membaringkan diriku, mencari posisi ternyaman untuk melampiaskan nafsuku ini. Aku raih smartphone yang tergeletak dan menyalakan layarnya, fotonya kembali tertampil disana. Aku menelan ludah, jantungku serasa berhenti berdetak. Bahkan keringat dingin tiba-tiba mengalir. Mataku terpaku pada ikon hati dibawah fotonya yang kini berwarna merah.
“Kelike...”
To be continued...
Terakhir diubah: