gnomegnome
Semprot Holic
- Daftar
- 29 Apr 2017
- Post
- 304
- Like diterima
- 1.167
Halo suhu-suhu! Setelah menjadi pembaca setia subforum ini, izinkan saya yang nub ini untuk menulis cerita perjeketian saya sendiri, hehe. Feel free untuk kasih saran dan kritik membangun ya hu, cerita ini tumbuh berkembang bersama pembaca.
INDEX
PART 1: Bitter Truth
PART 2: Flashbacks
PART 3: With Friends Like This....
PART 4: Memories
PART 5: Revelations
PART 6: Innuendo
PART 7: Don't Stop Me Now
PART 8: I Was Born to Love You
PART 9: Friends Will Be Friends
PART 10: Good Old-Fashioned Lover Boy
PART 11: Under Pressure
PART 12: Too Much Love Will Kill You
PART 13: Pain Is So Close to Pleasure
PART 14: Fat Bottomed Girls
PART 15: Heartbreaker
PART 16: The Loser In The End
PART 17: Who Wants to Live Forever
PART 18: I'm Going Slightly Mad
PART 19: Under A Glass Moon
PART 20: There Must Be More to Life Than This
PART 21: Love of My Life
PART 22: I Can't Live with You
=======================================================================================================
PART 1: Bitter Truth
Brak! Mataku seketika terbuka, degup jantung dan napasku meningkat seiring dengan keringat dingin yang mengucur di sekujur tubuhku. Aku terduduk, mataku terbuka lebar tapi otakku masih setengah sadar. Aku terbangun dalam keadaan kaget
“Kak! Udah siang nih, aku telat nanti!” Teriak wanita yang sepertinya baru saja mendobrak pintu kamarku itu.
Aku menatapnya dengan pandangan kosong. “Heh?”
“Ih bangun! Kan udah janji mau nganterin aku.” Rambutku dijambakinya, gak sakit emang, tapi kepalaku yang pusing malah jadi makin pusing.
“Eh iya iya! Ini udah bangun!”
“Aku tunggu di depan ya.” Lalu ia pun keluar dari kamarku. “Mandi dulu! Aku gak mau semobil sama orang bau!” Teriaknya seraya berjalan menjauhi pintu kamar.
Aku meregangkan badanku sambil menguap dengan mulut terbuka lebar. Kesadaranku kembali seketika bersamaan dengan kaget yang kedua kali. Aku telanjang! Udara semalam sangat panas dan AC kamarku sudah beberapa hari ini rusak sehingga aku memutuskan untuk melepas semua pakaianku. Bodo amat pikirku, toh ini kamarku sendiri. Cerobohnya, aku ketiduran sebelum sempat mengunci pintu kamar.
Eh dia ngeliat dong, tapi kok biasa aja sih? Pikirku. Aku tak sempat berasumsi lebih jauh. Buru-buru aku mengambil handuk dan mandi.
Oh ya, kalian menunggu perkenalan dariku ya? Namaku Jerry. Umurku 22, baru saja ulang tahun seminggu yang lalu. Penampilanku gak penting, setidaknya gak penting buatku sendiri. Kata orang sih badanku termasuk tinggi, aku sendiri gak tahu pasti berapa tinggiku, soalnya tiap ngukur tinggi pasti hasilnya di sekitaran 177-180 cm.
Setelah mengeringkan diri dan berpakaian, aku mengenakan kacamataku dan segera berjalan keluar. “Ayo Ya, katanya telat.” Kataku kepada wanita yang tadi memaksaku meninggalkan dunia mimpi.
“Hah? Oh iya, tunggu!” Dia memasukkan hapenya ke dalam tas dan berlari menyusulku ke mobil.
Hari sudah menjelang siang, sinar matahari sudah mulai menyengat. Lama juga aku tidur. “Tempat biasa kan?” Aku menutup pintu mobil hampir bersamaan dengannya. Ia duduk di sebelahku.
“Iya, hari ini aku latihan aja.” Matanya sudah terpaku pada layar hape.
Perjalanan hari ini terasa sunyi. Aku kembali memikirkan kejadian tadi pagi. Tak mungkin Aya tidak melihat tubuhku yang telanjang bulat. Oh iya, nama wanita di sebelahku ini Aya. Seumur hidupku dia cuma Aya, adik yang meski umurnya denganku cuma beda beberapa hari tapi sangat manja padaku. Beberapa tahun belakangan ini kalian juga mengenalnya, sebagai Aya JKT48. Dia adalah adikku, meskipun bukan adik kandung, bukan juga adik sepupu. Aku diadopsi oleh kedua orangtuanya. Yang diceritakan padaku sih ibu kandungku meninggal ketika melahirkanku, dan ayahku dari sejak ibuku hamil pun sudah pergi entah kemana. Gak penting, menurutku yang mendidik, membesarkan, dan mengasihiku adalah yang berhak kuanggap sebagai orangtua, siapa lagi kalau bukan orangtuanya Aya.
Kesunyian ini membuatku canggung, apa dia marah? Atau malu? Bukannya seharusnya aku yang malu? Atau harusnya aku yang marah? Lamunanku semakin larut, aku tak sadar aku mengemudi terlalu ke tengah dan hampir menabrak mobil lain yang melaju dari arah berlawanan.
“Kak Jeeer! Hampir aja!” Teriaknya. “Sadar woi! Masih tidur ya?”
“Maaf-maaf, aku ngelamun.” Aku meliriknya, kulihat tangan kirinya memegang dadanya yang ngos-ngosan. Sekilas aku melihat kaosnya yang cukup tipis sehingga aku bisa melihat payudaranya yang terbungkus bra, tak terlalu besar, tapi mungkin ukuran bra itu yang ketat, payudaranya terlihat seakan sangat penuh dan tumpah-tumpah, apalagi saat dia ngos-ngosan dan tangannya menekan dadanya itu. Pikiranku kemana-mana, adikku benar-benar sudah beranjak dewasa. Sebelum lamunanku membuatku hampir terbunuh lagi, aku fokus menyetir kembali.
“Ngelamunin apa sih? Oshi kakak? Galauin dia mulu, mending oshiin aku aja sini.” Aku tak menjawabnya, hanya memandangnya sinis. Aku memang seorang fans, bahkan aku lah yang mengenalkan Aya kepada JKT48 sehingga dia juga menjadi fans dan kemudian menjadi member. Jujur aku belum pernah menonton Aya di teater, selain karena timnya dulu bukan tim yang aku tonton, aku juga merasa aneh melihat adikku sendiri perform di atas panggung itu.
“Oh iya, kakak gak pernah teateran lagi kenapa sih? Nonton aku gitu kek, kan udah setim sama oshi kakak.” Tambahnya.
“Iya kapan-kapan deh, kalo dia lagi gak perform.” Dia yang kumaksud adalah oshiku, yang sekarang satu tim dengan Aya setelah shuffle di Request Hour bulan April kemarin. Siapa oshiku? Lanjut baca aja deh, hehe.
“Yah kok gitu?”
“Nanti gak fokus mau liatin kamu atau dia.” Candaku sambil tersenyum sok-sok tersipu malu kepadanya.
“Ih apasih! Nonton aku aja belum pernah.” Gerutunya, lalu mencubit lenganku.
“Aku masih belum siap Ya, mau gimana?”
“Belum siap dia graduate kak? Segitunya ya jadi fans.” Aku meliriknya lagi, kini matanya memandang ke luar, pandangannya jauh ke langit seakan sedang berandai-andai. “Kira-kira ada yang ngeoshiin aku kaya kakak ngeoshiin kak Viny gak ya?”
Aku menghela napas panjang. Nama itu seakan menguras tenagaku. Ya, oshiku adalah Viny. Aku memang masih alam fase denial saat ini. Sejak dia mengumumkan akan graduate aku tak ingin melihat dia, takut aku makin tak bisa melepas dia saat nanti dia benar-benar sudah graduate.
“Pasti ada lah, buktinya SSK kemarin peringkat kamu lumayan tinggi.” Jawabku yang berusaha menghindari percakapan mengenai Viny.
Mobilku berhenti di depan rumah yang sering kalian lihat di berbagai video JKT48, dari luar sini tak terlihat di dalam rumah itu ada sebuah kolam, namun samar-samar suara air mancur terdengar.
“Nanti inget jemput aku, jangan tidur lagi!” Perintahnya saat hendak menutup pintu mobil.
“Aya!” Aya menoleh ke arah suara itu.
“Baru nyampe? Telat loh, aku juga telat nih.”
“Iya kak, gara-gara ini nih aku telat.” Aya menunjukku, lawan bicaranya itu menghampirinya dan menoleh, memandang ke dalam mobil. “Hah? Oh. Halo kak, kakaknya Aya kan?” Tanyanya seraya tersenyum padaku. Orang itu adalah Viny.
Aku terdiam memandangnya, senyumku canggung, aku deg-degan. Bertahun-tahun dia menjadi oshiku tapi masih saja aku lemah melihat senyumnya. Senyum termanis yang pernah kulihat. AKU GESREK!
PART 1: Bitter Truth
PART 2: Flashbacks
PART 3: With Friends Like This....
PART 4: Memories
PART 5: Revelations
PART 6: Innuendo
PART 7: Don't Stop Me Now
PART 8: I Was Born to Love You
PART 9: Friends Will Be Friends
PART 10: Good Old-Fashioned Lover Boy
PART 11: Under Pressure
PART 12: Too Much Love Will Kill You
PART 13: Pain Is So Close to Pleasure
PART 14: Fat Bottomed Girls
PART 15: Heartbreaker
PART 16: The Loser In The End
PART 17: Who Wants to Live Forever
PART 18: I'm Going Slightly Mad
PART 19: Under A Glass Moon
PART 20: There Must Be More to Life Than This
PART 21: Love of My Life
PART 22: I Can't Live with You
=======================================================================================================
PART 1: Bitter Truth
Brak! Mataku seketika terbuka, degup jantung dan napasku meningkat seiring dengan keringat dingin yang mengucur di sekujur tubuhku. Aku terduduk, mataku terbuka lebar tapi otakku masih setengah sadar. Aku terbangun dalam keadaan kaget
“Kak! Udah siang nih, aku telat nanti!” Teriak wanita yang sepertinya baru saja mendobrak pintu kamarku itu.
Aku menatapnya dengan pandangan kosong. “Heh?”
“Ih bangun! Kan udah janji mau nganterin aku.” Rambutku dijambakinya, gak sakit emang, tapi kepalaku yang pusing malah jadi makin pusing.
“Eh iya iya! Ini udah bangun!”
“Aku tunggu di depan ya.” Lalu ia pun keluar dari kamarku. “Mandi dulu! Aku gak mau semobil sama orang bau!” Teriaknya seraya berjalan menjauhi pintu kamar.
Aku meregangkan badanku sambil menguap dengan mulut terbuka lebar. Kesadaranku kembali seketika bersamaan dengan kaget yang kedua kali. Aku telanjang! Udara semalam sangat panas dan AC kamarku sudah beberapa hari ini rusak sehingga aku memutuskan untuk melepas semua pakaianku. Bodo amat pikirku, toh ini kamarku sendiri. Cerobohnya, aku ketiduran sebelum sempat mengunci pintu kamar.
Eh dia ngeliat dong, tapi kok biasa aja sih? Pikirku. Aku tak sempat berasumsi lebih jauh. Buru-buru aku mengambil handuk dan mandi.
Oh ya, kalian menunggu perkenalan dariku ya? Namaku Jerry. Umurku 22, baru saja ulang tahun seminggu yang lalu. Penampilanku gak penting, setidaknya gak penting buatku sendiri. Kata orang sih badanku termasuk tinggi, aku sendiri gak tahu pasti berapa tinggiku, soalnya tiap ngukur tinggi pasti hasilnya di sekitaran 177-180 cm.
Setelah mengeringkan diri dan berpakaian, aku mengenakan kacamataku dan segera berjalan keluar. “Ayo Ya, katanya telat.” Kataku kepada wanita yang tadi memaksaku meninggalkan dunia mimpi.
“Hah? Oh iya, tunggu!” Dia memasukkan hapenya ke dalam tas dan berlari menyusulku ke mobil.
Hari sudah menjelang siang, sinar matahari sudah mulai menyengat. Lama juga aku tidur. “Tempat biasa kan?” Aku menutup pintu mobil hampir bersamaan dengannya. Ia duduk di sebelahku.
“Iya, hari ini aku latihan aja.” Matanya sudah terpaku pada layar hape.
Perjalanan hari ini terasa sunyi. Aku kembali memikirkan kejadian tadi pagi. Tak mungkin Aya tidak melihat tubuhku yang telanjang bulat. Oh iya, nama wanita di sebelahku ini Aya. Seumur hidupku dia cuma Aya, adik yang meski umurnya denganku cuma beda beberapa hari tapi sangat manja padaku. Beberapa tahun belakangan ini kalian juga mengenalnya, sebagai Aya JKT48. Dia adalah adikku, meskipun bukan adik kandung, bukan juga adik sepupu. Aku diadopsi oleh kedua orangtuanya. Yang diceritakan padaku sih ibu kandungku meninggal ketika melahirkanku, dan ayahku dari sejak ibuku hamil pun sudah pergi entah kemana. Gak penting, menurutku yang mendidik, membesarkan, dan mengasihiku adalah yang berhak kuanggap sebagai orangtua, siapa lagi kalau bukan orangtuanya Aya.
Kesunyian ini membuatku canggung, apa dia marah? Atau malu? Bukannya seharusnya aku yang malu? Atau harusnya aku yang marah? Lamunanku semakin larut, aku tak sadar aku mengemudi terlalu ke tengah dan hampir menabrak mobil lain yang melaju dari arah berlawanan.
“Kak Jeeer! Hampir aja!” Teriaknya. “Sadar woi! Masih tidur ya?”
“Maaf-maaf, aku ngelamun.” Aku meliriknya, kulihat tangan kirinya memegang dadanya yang ngos-ngosan. Sekilas aku melihat kaosnya yang cukup tipis sehingga aku bisa melihat payudaranya yang terbungkus bra, tak terlalu besar, tapi mungkin ukuran bra itu yang ketat, payudaranya terlihat seakan sangat penuh dan tumpah-tumpah, apalagi saat dia ngos-ngosan dan tangannya menekan dadanya itu. Pikiranku kemana-mana, adikku benar-benar sudah beranjak dewasa. Sebelum lamunanku membuatku hampir terbunuh lagi, aku fokus menyetir kembali.
“Ngelamunin apa sih? Oshi kakak? Galauin dia mulu, mending oshiin aku aja sini.” Aku tak menjawabnya, hanya memandangnya sinis. Aku memang seorang fans, bahkan aku lah yang mengenalkan Aya kepada JKT48 sehingga dia juga menjadi fans dan kemudian menjadi member. Jujur aku belum pernah menonton Aya di teater, selain karena timnya dulu bukan tim yang aku tonton, aku juga merasa aneh melihat adikku sendiri perform di atas panggung itu.
“Oh iya, kakak gak pernah teateran lagi kenapa sih? Nonton aku gitu kek, kan udah setim sama oshi kakak.” Tambahnya.
“Iya kapan-kapan deh, kalo dia lagi gak perform.” Dia yang kumaksud adalah oshiku, yang sekarang satu tim dengan Aya setelah shuffle di Request Hour bulan April kemarin. Siapa oshiku? Lanjut baca aja deh, hehe.
“Yah kok gitu?”
“Nanti gak fokus mau liatin kamu atau dia.” Candaku sambil tersenyum sok-sok tersipu malu kepadanya.
“Ih apasih! Nonton aku aja belum pernah.” Gerutunya, lalu mencubit lenganku.
“Aku masih belum siap Ya, mau gimana?”
“Belum siap dia graduate kak? Segitunya ya jadi fans.” Aku meliriknya lagi, kini matanya memandang ke luar, pandangannya jauh ke langit seakan sedang berandai-andai. “Kira-kira ada yang ngeoshiin aku kaya kakak ngeoshiin kak Viny gak ya?”
Aku menghela napas panjang. Nama itu seakan menguras tenagaku. Ya, oshiku adalah Viny. Aku memang masih alam fase denial saat ini. Sejak dia mengumumkan akan graduate aku tak ingin melihat dia, takut aku makin tak bisa melepas dia saat nanti dia benar-benar sudah graduate.
“Pasti ada lah, buktinya SSK kemarin peringkat kamu lumayan tinggi.” Jawabku yang berusaha menghindari percakapan mengenai Viny.
Mobilku berhenti di depan rumah yang sering kalian lihat di berbagai video JKT48, dari luar sini tak terlihat di dalam rumah itu ada sebuah kolam, namun samar-samar suara air mancur terdengar.
“Nanti inget jemput aku, jangan tidur lagi!” Perintahnya saat hendak menutup pintu mobil.
“Aya!” Aya menoleh ke arah suara itu.
“Baru nyampe? Telat loh, aku juga telat nih.”
“Iya kak, gara-gara ini nih aku telat.” Aya menunjukku, lawan bicaranya itu menghampirinya dan menoleh, memandang ke dalam mobil. “Hah? Oh. Halo kak, kakaknya Aya kan?” Tanyanya seraya tersenyum padaku. Orang itu adalah Viny.
Aku terdiam memandangnya, senyumku canggung, aku deg-degan. Bertahun-tahun dia menjadi oshiku tapi masih saja aku lemah melihat senyumnya. Senyum termanis yang pernah kulihat. AKU GESREK!
Terakhir diubah: