Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT PERJUMPAAN (racebannon)

racebannon

Guru Besar Semprot
Daftar
8 Nov 2010
Post
2.074
Like diterima
16.693
Bimabet
DIRECTORY

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39
Part 40
Part 41
Part 42
Part 43
Part 44
PART 45 - TAMAT

----------------------------------------
----------------------------------------



PERJUMPAAN – 1

--------------------
--------------------
00004710.jpg

“Aku tuh iri sama kamu”
“Kenapa?” tawaku pelan, sambil mencoba menahan rasa kesal yang muncul karena kemacetan Jakarta hari ini.

“Ke kantor bajunya gak mesti rapih”
“Ah aku kalo meeting ketemu klien rapih-rapih aja kok”
“Tiap hari bisa dandan sesuka hari tapi”
“Gak tiap hari kok”

“Most of the time lah” tawanya. “Lagian jam kamu juga lebih fleksibel. Kalo lagi ga ada apa-apa hari itu, kamu bisa pulang… Gak kayak aku jam masuk sama jam pulangnya sama, belum kalau lembur… Gak efektif lah, terlalu kaku, terlalu baku” sambungnya dengan rentetan kata-kata keluhan.

“Suruh siapa kerja di BUMN” balasku dengan senyum kecil.
“Yah, kan sayang, orang lain pengen kerja di BUMN terus aku bisa, masa aku lewatin kesempatannya…”
“Aku gak mau tuh kerja di BUMN”
“Itu kan kamu…” wajahnya merengut kecil, sambil menatap kembali ke layar handphonenya.

“Yah, nikmatin aja lah… yang penting orang iri kan sama kita” balasku.
“Mentang-mentang kita DINK”
“Sementara anggap itu privilege, umur kita udah ga muda lagi soalnya”
“Yep”



DINK. Double Income No Kids. Ya, kita juga nikahnya telat soalnya. Aku menikah dengan dirinya ketika umurku 32 tahun. Umurnya juga sama denganku. Dan sekarang, usia pernikahan kami sudah memasuki usia 3 tahun.

“Gimana rasanya?”
“Rasanya apaan?” bingungku.
“Balik lagi ke kantor”
“Oh, ya…. Agak aneh aja sih, setelah setahun lebih kita kebanyakan di rumah…” aku meringis.

Ya, kita baru saja melewati pandemi yang menggila kemarin. Kebanyakan orang kerja dari rumah, kadang ke kantor, atau dua-duanya, tapi kita dulu punya opsi untuk diam saja di rumah. Sekarang, semua telah kembali ke normal. Kantor-kantor sudah dibuka seperti biasa, dimulai dari hari ini. Banyak yang masih mengizinkan pegawainya untuk tinggal di rumah, tapi aku memilih untuk ke kantor hari ini.

“Aku udah lama gak pake baju kantoran kayak gini”
“Kamu ngantor sama kalau jalan beda banget sih” balasku ke istriku.

Istriku sehari-harinya berdandan feminin, sedangkan di hari pertama yang “normal” ini, dia memakai kemeja seragam, khas instansi pemerintahan. Dia terlihat nampak seperti kru balapan formula 1 dengan baju seperti itu. Aku terus terang saja ingin menggampar desainer-desainer yang bekerja dengan instansi pemerintahan karena mau saja selera mereka disetir oleh klien yang buta design.

“Disuruh pake kayak ginian soalnya” jawabnya meringis.

Aku hanya tersenyum. Senin harus pakai seragam, selasa apa, batik kapan, casual kapan… Ngantor atau pesta ulang tahun, ada dresscodenya?

Sedangkan kantorku membebaskan kami memakai pakaian apa saja selama itu nyaman dan masih sesuai dengan norma umum yang berlaku di masyarakat indonesia. Jadi pemandangannya begini lah. Listya Septarini berpakaian seragam, dan Baskara Firdaus berpakaian casual. T-shirt polos dengan jeans serta sneakers yang nyaman. Aku hanya tersenyum saja melihat istriku berusaha mengikat rambut panjangnya, dan berusaha menyamankan diri dengan seragam yang bisa dibilang norak itu.

“Kamu hari ini bakal sibuk gak?” tanya istriku dengan nada malas.
“Kayaknya iya, soalnya ini kan hari pertama back to office setelah pandemi beres” jawabku.
“Sibuk kerjaannya atau sibuk ngobrol – nongkrongnya?” sindirnya, bercanda.
“Kamu tau sendiri kan kerjaan aku kayak gimana..”
“Iya sih, aku juga sama kerjaannya kayak gitu” dia menyeringai sendiri.

Pekerjaan kami berdua, di umur dan posisi seperti ini memang sedang gila-gilanya. Listya sedang di ambang promosi ke jabatan yang lebih tinggi, jadi loadnya sudah pasti berlebihan. Apalagi BUMN. Tolong jangan samakan pegawai BUMN dan PNS. Walaupun sama-sama berbau pemerintahan, pegawai di BUMN jelas jauh lebih profesional, walau punya tingkat kesulitan birokrasi yang sama-sama mengerikan.

Sedangkan aku, sudah beberapa bulan di kantor ini aku sedang menikmati jabatan baru sebagai junior creative head. Ya, aku bekerja di sebuah Agency multinasional besar yang terkenal. Klienku banyak, mulai dari produk, movement, advertising, bahkan pemerintahan. Kehebohan kerjaku jangan ditanya. Kalian pasti sering mendengar betapa anak agency itu sulit punya waktu istirahat. Itulah kami. We work hard, but also party hard. Jadi kalau dibilang sibuk, ya jelas. Bahkan terlalu sibuk.

Dan ketika pandemi kemarin, jangan ditanya. Tentunya kesibukan di rumah semakin gila karena jam kantor jadi baur. Sebelum pandemi Agency kerjanya memang seperti orang gila. Ketika pandemi, semakin gila lagi, ditambah banyak personil yang kerjanya remote.

Jadi, hari pertama kehidupan kembali ke normal ini, bisa dibayangkanlah kelegaan kita semua seperti apa. Ada jam kantor lagi, ada fee kerja overtime lagi, ada acara-acara regional lagi, dan ada pitching offline lagi.

“Bas”
“Eh? Kenapa?”

“Jangan bengong, gedungku tuh, abis lampu merah depan…. Bentar lagi ijo kayaknya lampunya” tegur istriku.
“Haha, iya aku bengong tadi” tawaku.
“Excited ya?”
“Iya”

“Aku gak terlalu excited… Jadi aku iri sama kamu”

--------------------

Iri.

Apa yang di iri-in sama kerjaan seabrek yang udah nunggu aku ya? Tawaku dalam hati. Aku menunggu di dalam lift, di tengah kerumunan beberapa orang. Beberapa dari mereka masih memakai masker, tapi aku termasuk yang tidak.

Nah, akhirnya saat ini tiba. Pintu lift terbuka dan aku berjalan turun, melewati beberapa orang. Aku menengok ke arah kiri dan melihat logo besar dari kantorku berputar-putar pada layar LED.
wpp-of10.jpg

William and Green.

Aku tersenyum. Nama kantorku terpampang di logo itu. Aku melihat lobby penyambutan yang besar, yang sudah penuh orang yang wara-wiri. Ini lantai ke 12 dari gedung ber lantai 25 ini. Kantor kami menyita 5 lantai, dimulai dari lantai 12. Tidak Cuma Willian and Green atau yang biasa disingkat WnG yang ada di kompleks 5 lantai ini. Ada juga beberapa anak perusahaan lain dari WnG, yang bertindak sebagai production company, digital media company, ataupun brand activation company yang lebih kecil.

Aku berjalan dengan langkah pasti ke arah lobby tersebut.

Aku melewati sebuah gate otomatis, dan aku menyentuhkan kartu aksesku ke mesin tersebut, dan gerbang itu terbuka dengan sendirinya. Aku menatap ke dua orang resepsionis yang mukanya tak kukenal, yang sedang melayani beberapa tamu yang datang.

Lobby yang kekinian itu bersinar, memancarkan aura edgy dan modern, lengkap dengan pagawai-pegawai yang tampak trendy dan lively.

Hari pertama masuk kantor setelah pandemi.

Kulanjutkan langkahku menuju tempat dimana aku biasa duduk. Aku melewati beberapa area diskusi yang sudah penuh dengan orang yang sibuk.

Aku menarik nafas panjang dan melihat mejaku dari kejauhan. Ada beberapa orang sudah berkerumun di mesin fussball yang terletak tak jauh dari mejaku.

Lagi-lagi aku tersenyum. Aku mendapati beberapa anggota timku disana, dan ada dua orang yang duduk di meja yang tak jauh dari mejaku.

“Pagi Kak Bas!”
“Pagi” jawabku, menjawab sapaan mereka.

Kutarik kursi dengan design modern itu menjauh dari mejaku, dan menatap ornamen-ornamen yang menghiasi mejaku. Foto pernikahanku dengan istriku, beberapa urban toys, dan fotoku dengan Trent Reznor, frontman Nine Inch Nails, band favoritku.

Hebat cleaning servicenya. Mereka bisa merapihkan mejaku dan menatap barang yang kukirim kemarin sesuai dengan mauku.

“Agenda hari ini apa?” tanyaku ke asistenku, Anthony.
“Ada meeting sama production team, Kak”
“Jam berapa?”
“Jam 11, bentar lagi”

“Materi udah siap?”
“Udah aku compile Kak” sambar Dea, juniorku di timku.
Aku menyimpan tasku di meja, dan duduk lalu melipat kakiku sambil menatap mereka berdua.

“Oke, sekarang siapa yang mau nemenin gue ngambil kopi di working café?”

--------------------

BERSAMBUNG
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd