Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Decision of Heart (No SARA)

Bimabet
Part 12 : Sebuah Janji

Malam itu mereka bersantai ria melihat tayangan TV dan Tasya pun tertidur di pangkuan eyang kakung, setelah mengetahui Tasya tertidur di pangkuannya di angkatnya tubuh Tasya di bawanya masuk kamar nya mengambil selimut dan menyelimutinya dan meredupkan lampu kamar Tasya, di kecupnya kening Tasya sebentar dan meninggakan Tasya tidur di kamar sendiri, eyang kakung keluar kamar Tasya mengunci semua pintu dan memadamkan lampu dalam dan melangkah ke tempat tidur sendiri dan tidak lama kemudian eyang kakug tertidur dengan senyum di bibirnya, senyum kepuasan.

Lamjut lagi ah ….
POV : Tasya Anggraeni


Jam 9 pagi ini aku dan eyang kakung Bram Kusuma telah sampai di kantor pusat Larasati Group dan recana pada siang nanti ada acara khusus utuk menyambut kedatanganku di perusahaan ini. Aku sebenarnya belum tahu apa apa tentang pengelola peusahaan tentang menegament pun aku masih sangat buta apalagi mengenai leadership bener bener nol, Aku sekarang menjadi pemilik perusahaan ini menggantikan kedudukan eyang putri Niken Larasati yang dua tahun yang lalu meninggal dunia selama dua tahun terakhir ini semua urusan baik untuk kepemilikan dan direktur utama di pegang oleh eyang kakung Bram Kusuma adalah suami dari eyang putri Niken Larasati.

“Mas Bram, Tasya langsung ke Salon dan Butik ya, mau merias diri dulu biar cantik, yang akan ku persembahkan kecantikanku kepada mas Bram seorang, biar semua orang kagum terhadap mas Bram sebagai belahan hati Tasya” kataku

“Boleh dengan syarat nanti kalau udah selesai ber make up langsung kirim photo mu ke HP ku ya “ jawab eyang kakung

Aku lalu mengecup bibir mas Bram yan saat ini baru menghadap kearah aku dan mas Bram malah menarik tubuhku duduk di pangkuanya, setelah mengundurkan tempat duduknya je belakang umtuk memnuat ruang untuk aku duduk di pangkuannya mas Bram,

“Eh, Mas Bram nanti malu nanti keligatan oleh karyawan“ kata ku

“Ngak lah Tasya kaca mobil mas Bram kan gelam kaca riben 100% gelap ngak kelihatan dari luar” jawab eyang kakung

“Masak sih, asik kalik” jawabku sambil melingkarkan tangan kiriku ke pundak eyang kakung.

Kepala dan leherku menghadap langsung ke wajahnya yang sangat dekat, diciumnya lagi bibir mungilku sambil tangan kiri eyang kakung menyusup ke payudaraku setelah tangan euang kakung nenerobos nelalui celah bajuku di pinggang dan menyusup di bawah BH ku, meremas teteku dan menggosok gosok puttingku dengan pelah, tak terasa desahan nikmat keluar dari mulutku yang masih terumbat oleh bibir eyang kakung.

“Ehhhhh ….. eee …. yyaaannngggg …. ee…nnaaaakk …. geeelliiii …. “kata ku di selah selah ciuman yang panjang, lanjutku “nanti aja di lanjutkan dirumah aja mas”

Eyang pun menghentkan ciumannya dan melepas tangannya yang menyusup di bali BH ku: ” udah ah, tu mas banyak karyawan berlalu lalang di sekitar sini nanti ketahuan coba siapa yang malu” kataku kemudian

Eyang kung mengangkat tubuh ku di kembalikan ke tempat semula, eyang kakung bergegas untuk turun tapi aku tahan mengamil tissue basah dan membersihkan wajah eyang kakung dan memberi sisir untuk merapikan rambutnya yang sempat di berantakin, aku mengambil tisu basah lagi membersihkan mukaku dan mengoleskan sedikit lipglos di bibirku.

Aku membuka pintu samping dan keluar dengan bergandengan tanggan menuju life masuk ke dalamnya aku turun di lantai 2 dan eyang kakung langsung ke lantai 5. Sebelum keluar dari life eyang kakung sempat mencium kening ku sambil mengucap “Tetap semangat ya“ kata eyang kakung

Aku keluar langsung menuju ruang pamer Salon dan butik dan menghampiri oleh tante Luna

“ Assalamualaikum, tante” ucapku

“ Wallaikumsalam, mbak Tasya” balas tante Luna

Tante Luna menarik tanganku untuk masuk ke Salon dan mendudukanku di salah satu kosi rias di depan sebuah kaca yang besat.

“Retno, coba kamu rias mbak Tasya biar tambah cantik dan rambutnya di sanggul sedikit biar tambah wibawa” kata Tante Luna

“Iya bu” kata Retno, kemudian Retno menghampiriku dan mengucapkan salam.

“Selamat pagi mbak Tasya“ ucap Retno

“Selamat pagi juga, mbak Retno“ balasku

Kemudian Retno dengan cekatan memberi meke up pada wajahku, sedikit tebal tapi tetap natural dengan bibirnya di beri warna merah muda biar ngak pucat, dan rambutku di sanggul sederhana.

Setengah jam aku di meke up oleh mbak Retno.

“Udah beda sekarang mbak, lebih cantik, natural dan berkesan wibawa” kata Retno

“Terima kasih ya mbak Retno, ini lipstick saya ambil atau gimana” tanya Tasya
“Sebaiknya lipstick nya pakai yang baru saja mbak ini kan bekas” kata Retno

Retno mengarahkan pada konter pembelian dan mengambil lipstick yang sama yang di pakai oleh Tasya tadi dan membeli beberapa lipstick lagi dengan warna ynag berbeda mengambil beberapa parfum buatan eksport yang harum nya beda tidak terlalu keras tapi tahan lama, kemudian Tasya melangkah ke bagian Butik untuk gati pakaian yang sudah di persiapkan untuk nya. Dengan menggunakan kebaya yang sudah di modifikasi yang terkesan sedikit mewah dengan model yang kekinian.

Setelah selesai berdandan aku mengambil phone selku dan minta mbak Retno memotretnya, dan hasilnya segera aku kirin ke phone sel nya mas Bram sebebtar kemudian mendapat balasan dari mas Bram:” cantik, natural dan elegent dan perfect”

Tasya pun membalasnya: “Terima kasih mas Nram sayang”.
Seorang karyawan tiba tiba datang ke tempatku berdiri dan menanyakan

“Ini setelan jas untuk pak Bram di taruh mana ya, mbak” kata karyawan itu

“Langsung di kasih ke ruangannya mas“ kataku

“Baik” jawab masnya.

Serelah karyawan tadi pergi dan aku pun pamit kepada Tante Luna untuk kembali keruangaku di lantai lima, setelah sampai di lantai5 Tasya segera ke ruangan mas Bram dan mengetk pintu ruangannya setelah ada suara masuk aku membuka pintu dan masuk ke dalam, melihat kedatanganku yang menggunakan kain kebaya :

“Cantik sekali jeng “ kata mas Bram sambil melangkah medekatiku dan ingin mencium bibirku, tapi Tasya menolaknya

“Mgak mau, nanti rusak semuanya” kataku sambil mendorong tubuh mas Bram menjauh

“Ya, ngak asik nih” keluh mas Bram

Tasya hanya tersenyum melihat kegalauan eyang kakungnya.

“Boleh cium tapi hanya di pipi aja di lain tempat dilarang, bikin berantakan make upnya” kataku

Eyang kakung mendekat dengan hati hati mencium pipiku kiri dan kanan

“Kamu bikin horne terus Tasya kalau ada di kekatmu my penis terus mengeliat ingin ketemu vaginamu” kata mas Bram

“Mas Bramku tu sudah sepuh (tua), harus nya mengurangi begituan, tapi aku juga ngak bisa nolak kok karena aku juga suka setiap kali bertemu mas Bram selalu ingin ngentot melulu dan membuat aku ketagihan terus menerus, kalau tadi malam aku ngak pura pura tidur mungkin sampai pagi juga mas Bram ngentotin aku” kataku sambil tersenyum manis

“Ia Tasya, baru kali ini mas Bram terus terusan terangsang melihat kamu menggunakan pakaian apapun mas Bram ingin selalu ngentottin kamu melulu, biarlah ini terjadi nanti lama ke lamaan akan berkurang sendiri apa lagi nanti kalau Tasya sudah masuk sekolah lagi pasti mas Brammu ini akan semakin khilangan kamu, waktu hari hari pertama eyang kakung menikah dengan eyang putrimu ngak seperti ini ko, paling sehari dua kali tapi sekarang malah bisa sehari 4 – 5 kali terus menerus sampai pagi” kata mas Bram

“Eyang sih staminanya bagus banget sampai aku kualahan, sampai memek aku sampai sekarang masih terasa ngilu, tapi juga di bayar dengan orgasme berulang kali setiap kali penis mas Bram memasuki dan bersangkar ke vaginaku” kata ku, lanjutnya :” Nanti kalu aku sudah masuk gimana coba, kalau aku kangen sama penis mas Bram terus bagaimana.Aku ngak bisa bayangin”

“Kan Semarang – Solo itu dekat Tasya paling 2 – 3 jam sampai, nanti deh diusahain kalau sabtu sama minggu eyang ke Semarang memberi nafkah biologis ke kamu“ kata mas Bram

“Bagai mana bisa mas Bram, mama dan papa pasti tau itu “ kata ku

“Makanya sebelum Tasya masuk kita harus bisa meyakinkam mereka atas amanah terakhit eyang putri ke ibumu dan itu salah satu alasan mas Bram ingin membawa kamu ke Kalimantan menemui saudara angkat mas Bram lalu ke Jakarta mememui Sriyono yang tau persis tentang kelahiranmu juga surat khusus dari eyang putri ke mamamu dan mas Bram percaya mama dan papamu setuju akan semua itu” kata mas Bram

“Amiin, mas Bram semoga doa kita di kabulkan” kata ku sambil mengusap air mata yang keluar setelah mendengarkan pengakuan dari mas Bram, lanjutnya :”Sudah jam 11 mas, ganti baju dulu pakai jas yang dikirin oleh karyawan tadi”

Mas Bram masuk ruangan pribadinya untuk berganti pakaian dan di ikuti Tasya dari belakang dan sesampainya di kamar pribadinya mas Bram melepas semua pakaian yang di pakaimya dan masih menyisakan CD dan kaus singlet,aku pun membantu merapikan pakaian ,as Bram yang di pakainya dan memasang dasi pada leher mas Bram

“Mas Bram tampak lebih muda deh, ganteng lagi, siapa yang nyangka kalau usia mas Bram hampir 60 tahun, terasa masih 40 tahunan deh” komntar ku sambil tersenyum

“Ini berkat kamu sayang” jawab mas Bram sambil memencet hidungku.

“Ah, bisa aja mas Bram ku ini, sayang” jawab ku sambil menggandeng tangannya dan mengajak duduk kembali di ruang kerja mas Bram.

Baru sebentar duduk dapat bel dari Murtiningsih sekretaris Bram.

“Hallo, Murti ada apa? kata mas Bram

“Ya pak, ada pak Haris Nasution ingin bertemu bapak“ kata Murtiningsih

“Ia ia langsung disuruh masuk saja“ kata mas Bram

Sebentar kemudian om Haris Nasution S.H. masuk setelah mengetuk pintu terlebih dulu.

“Selamat siang pak Bram“ kata om Haris sambil melangkah menjabat tangan mas Bram

“Eh …. ini Tasya ya, cantik amat kau” kata Haris dengan logat bataknya

Tasya berdiri dan menyambut tangan om Haris,

“Kalau masih bujang aku lamar kau Tasya, ha ha ha ….“ lanjut om Haris

“Ah …. Bisa aja om “ kata ku

“Langkai dulu mayat ku Haris“ saut mas Bram sambil tertawa

Dan mereka bertiga langsung tertawa bersama

“Ada acara apa nih, pak Bram kok di luar ramai sekali banyak karyawan berkumpul di kantin” tanya om Haris

“Ini begini Om “ aku yang menjawab pertanyaan Om Haris “Ini inisyatif dari serikat pekerja yang ingin mengenal pemilik perusahaan ini”

“Oh… Bagus itu wah kebetulan nih ada pesta, ha ha ha“ lanjut om Haris

“Sebenarnya biasa saya acara istirahat makan siang bersama lau kita sisipi acara perkenalan aja kok om” jawab ku dan mas Bram hanya tersenyum.

“Ada apa nih Haris“ kata mas Bram

“Begini pak Bram, aku mau menyerahkan surat bali nama kepemilikan perusahaan ini dari ibu Niken Larasati ke cucunya Tasya Anggraeni” kata om Haris sambil menyerahkan sebendel surat dari pengadilan negeri Surakarta.

“Kebetulan sekali nanti di serahkan langsung ke Tasya aja dalam acara temu kenal, sipppp “ jawab mas Bram

“Boleh, biar juga di saksikan oleh semua karyawan Larasati Group” kata om Haris

Tak berselang lama pintu ruang eyang kakung di ketuk dari luar “Masuk“ kata mas Bram

Setelah pintu dibuka muncul dua karyawan dari serikat pekerja Bagar Surya Mustika dan Dwiyan Mahardika

“Siang Pak Bram dan mbak Tasya“ ucap Bagas, lanjutnya :”Teman teman sudah menanti kehadiran Pak Bram dan Mbak Tasya”

“Baik” kata mas Bram, lanjutnya ”Ayuk Haris, Tasya” kata mas Bram sambil berdiri melangkah mendekatiku mengandeng tanganku dan di ajaknya menuju kantin Larasati Group.

Tasya berdiri dan mengandeng tangan mas Bram yang sudah terulur ke arahnya, mereka berlima meniggalkan ruangan direktur Larasati Group menuju ruang pertemuan di lantai satu.

“Bagas“ ucap mas Bram

Bagaspun melangkah mendekati mas Bram

“Ada apa pak” tanya Bagas

“Nanti tolong di sisipkan acara menyerahan akta pemilikan Larasati Group dari Niken Larasati ke Tasya Anggraeni langsung dari pengadilan negeri yang diwakili oleh Bp Haris Nasution SH.” kata mas Bram

“Kapan itu pak“ tanya Bagas

“Setelah pengarahan dari saya, sebelum perkenalan dengan Tasya” jawab mas Bram

“Baik pak” jawab Bagas

=====

Ruagan tempat pertemuan yang semula Kantin sudah di sulap sebagai ruang pertemuan dengan beberapa dekorasi dan di depan terpampang tulisan “SEMAMAT DATANG MBAK TASYA” “Selamat bergabung buat kami bangga sebagai karyawan Larasati Group”

Ketika mas Bram Kusuma, Tasya Anggraeni dan Haris Nasution SH di damping oleh ketua dan wakli ketua serikat pekerja masuk ruangan semua karyawan Larasati Group berdiri sambil bertepuk tangan sangat meriah. Setelah sampai di mimbar mereka disambut oleh manager yang sudah menunggu mereka di kursi paling depan dan para manager memberi salam dengan bersalaman baik mas Bram sebagai direktu utama Tasya sebagai owter dan Haris sebaga pengacara Larasati Group, tepuk tangan mereka mereda setelah mas Bram mengangkat tangannya sebagai salam pertemuan ini

“Assalamualaikum ….” kata Pembawa acara

“Walaikumsalam …. “ jawab para hadirin

“Selamat siang dan Selamat datang Bapak Bram Kusuma dan Mbak Tasya Selaku pimpinan Larasati Group. Selamat siang Bapak dan ibu Manager Larasati Group dan Selamat siang semua yang hadir disini.

“Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang selalu memberi rahmat dan hidayahnya pada kita semua. Bailah untuk menyingkat waktu akan saya bacakan susunan acara pertemuan pada siang hari ini

Pertama Pembukaan

Ke dua kata pengantar dari ketua Serikat Pekerja dari Larasati group

Ke tigasekapur sirih dari Bp Bram Kusuma

Ke empat Penyerahan surat kepemilikan Larasati Group dari pemerintah kota

ke lima sambutan dari mbak Tasya selaku owter yang bar dari Larasati Group

Ke enam Ramah tamah dan hiburan

ke tujuh penutup

Para hadirin mari kita dengarkan kata pembukaan dari Ketua Serikat Pekerja, untuk mas Bagas Surya Mustika kami persilahkan

Bagas berdiri dan memberi hormat secara meneudukan kepala pada mas Bram dan aku, mas Bram dan aku juga menyamputnya dengan mengagukan kepala. Bagas langsung menuju ke mimbar

“Assalamualaikum …..

“Wallaikumsalam …. jawab para hadirin secara serempak

“Pertama saya panjatkan puja syukur kenAllah SWT yang selalumemberi berkah dan hidayahnya pada kita semua. Perlu di ketahui pertemuan siang hari ini memang lain dari yang lain sebab hari ini di tengah kita hadir pemilik Larasati Group yang baru setelah sekian lama kepemilikan Larasati Group ini kosong, dan kepemilikan perusahaan ini merupakan cucu dari mendiang ibu Niken Larasati yang 2 tahum yah lalu telah di panggil Tuhan. dan sekarang Larasati Group mempubyai owner yaitu Mbak Tasya Anggraeni, nanti kita akan mendengar dari beliau krearah mana perusahaan ini akan di bawah mudah mudaham membawa pencerahan bagi kita semua yang menggantungkan kehidupan ini ke perusahaan Larasati Group, dan kepada beliau kami ucapkan terima kasih atas respon positif dari mbak Tasya kerena dengan persetujuan beliau pertemuan ini dapat terselenggara dengan baik. Tak lupa pula atas ijin Bapak Bram Kusuma yang dengan simpati, dan dibantu oleh semua manager dalam mensukseskan pertemuan ini. Akhir kata saya sampaika nmaaf sebesar besarnya kepada semua pihak dalam penyelenggaraan ini terlihat acak acakan karena kurangnya persiapan yang di berikan pada kami. Terima kasih, Wasallamualaikum ….”kata Bagas dalam kata sambutannya

“Terima kasih mas Bagas, singkat jelas dan padat, selanjutnya lami persilahkan Bapak Bram Kusuma sebagai Direktur Larasati Group ini, untuk beliau kami persilahkam” kata pembawa acara

Mas Bram berdiri langsung melangkah ke mimbar

“Assalamualaikum ….” kata mas Bram

“Walaikumsalam ….” jawab para hadirin

“Saya panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT atas berkah dan karunianya buat kita semua. Ini memeng terkesan mengejutkan sekali bukan saya sengaja tapi keadaan yang memanksa. Saya mendapat amanah dari istri saya Niken Larasati 2 tahun yang lalu amanah itu supaya menjaga Larasati group ini dan mengembangkan semampu saya, amanah yang ke dua adalah mewariskan semua asset Larasati group kepada cucu saya tercinta Tasya Anggrraeni setelah berusia 18 tahun kini cucuku sudah berusia 18 tahun tangga 5 Desember yang lalu dan kemarin telah di tandatangani di depan notasis Hasis Nasution selaku pengacara Larasati Group ini penyerahan hak wewenang kepemilikan ke cucuku Tasya, dan Tasya menerima dengan hati tebuka, ke tiga Akte kepilikan dari pemeritah kota saat ini juga sudah selesai ini memperkuat kedudukan cucuku Tasya sebagai pemilik syah dari Larasati Group ini dan kemarin teman teman dari serikat pekerja mengajukan usul ke kami untuk memperkenalkan cucu saya Tasya ke semua karyawan Larasati Group dan saya secara pribadi mendukungnya dan yang terakhir sekali saya minta kepada Haris untuk menyerahkan surat keputusan dari pemerintah kota untuk diserahkan secara langsug ke Tasya di saksikan seluruh karyawan Larasati Group ini. untuk itu saya panggil cucu saya Tasya Anggraeni maju ke mimbar untuk menerima secara langsung SK ke pemilikan dari pemeritah kota” kata mas Bram, lalu turun dari mimbar dan melangkah mendekati tempat duduk ku dan menuntunnya menuju ke mimbar setelah sampai di mimbar lanjut mas Bram “Ini cucu saya Tasya Anggareni pewaris tunggal Larasati Group ini dan saya panggilke depan sahabat saya dan istri Niken Larasati Bapak Haris Nasution SH, M.hum maju ke depan untuk menyerahkan Akte ke pemilikan dari pemerintah kota” kata mas Bram, dan om Haris pun melangkah ke mimbar dengan membawa berkas suraSK dari pemerintah kota yang di masukan ke dalam map

Dan Om Haris menyerahkan map itu ke aku dan menyalaminya dan akupun berjabatan tangan dengan om Haris disertai tepuk tangan dari semua yang hadir di situ.

“Terina kasih Haris” kata mas Bram sambil mereka berjabatan tangan.

“Telah kita saksikan bersama penyerahan SK ke pemilikan perusahan ini didepan teman tenan semua karyawan Larasati Group ini” kata pembawa acara, lamjutnya “ kami persilahkan Bapak Bram Kusuma dan Bapak Haris Nasution SH kembal di tempat duduk semula dan kepada mbak Tasya akan memberikan pencerahan bagi kita semua, Untuk mbak Tasya kami persilahkan”

“Terima kasih waktu yang di berikan pada saya, Assalamualaikum ….” kataku

“Walaikumsalam …. “ jawab semua karyawan Larasati Group

“Pertama tama saya panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT atas kemurahan Nya. Terima kasih juga untuk eyang kakung Bram Kusuma dan eyang putri almarhum Niken Larasati atas kepercayaan memberikan warisan yang begitu besar kepada saya, saya juga sadar bahwa di balik warisan ini saya mempunyai tanggung jawab yang sangat besar yang dinantikan setiap karyawan yang tergabung dalam Larasati Group ini. Saya percaya bahwa kalau kita bekerja bersama sama maka segala sesuatunya akan merasa ringan, denga bantuan mas mas dan mbak mbak semua kita akan maju bersama sama membesarkan Larasati Group yang kita cintai bersama. Ada beberapa ide yang muncul terutama dari eyang kakung Bram Kusuma sendiri, ingin membesarkan Larasati Group ini. Dakam waktu dekat kita akan membangun sebuah café yang pengurusan surat ijin sudah 90% selesai, mudah mudahan awal tahun depan yang kurang beberapa hari ini pembangunan akan segera kita mulai, Tasya diam sejenak disambut oleh tepuk tangan oleh semua yang hadir yang. Kedua ini program menengah kita akam mendirikan sebuah gedung pertemuan yang cukup megah gambar tehniknya sudah selesai. tinggal pelaksanaan dan segala ijin usaha yang baru ditintis. Dengan gagasan bila gedung pertemuan ini selesai semua bagian akan melibat semua komponen yang ada, dari tranpotasi, catering, percetakan terutama pada sesi photofrafer, dan yang memegang peranan adalah Salon dan Butik. Dalam sebuah penyelenggaraan sebuah even. Dan ketiga rencana masih dalam rintisan mendirikan sebuah hotel bertaraf Internasional bintang 4 atau 5 tapi ini masih rencana, eyang Bram Kusuma baru bisa membebaskan tanah seluas 5 ha untuk rencana pembuatan Holel tersebut. Kembali Tasya diam dan tepuk tangan lebih meriah di tambah lagi suara suit suit dari berbagai tempat” Setelah menyampaikan beberapa rencana kedepan Tasya pun mengakhiri sambutannya dan ketika turun dari mimbar langsung disambut oleh jabatan tangan orang orang yang ada di sekitar mimbar

Setelah Tasya duduk kembali di korsi semula

Acara di lanjutkan denga ramah tamah makan bersama sambil menedengarkan orgen tunggal yang di bawakan oleh karyawan Larasati Group.

Belum ada pemain baru ya..... Kapan Mama Rini action ya.... ?
 
Lanjut Suhu ….

Part 13: Berita dari Palangkaya


Pov : Barm Kusuma

Jam menunjukan 13.30 semua karyawan sudah bubar kembali ke tempat kerja masing masing Tasya dan aku kembali ke ruang kerja, Tasya masuk ke ruangannya dan aku masuk ruanganku tanpa melepas pakaian yang di kenakan lalu mengambil smart phoneku dan menghubungi kakak angkatku Rafii Babu

“Hallo kak Rafi, bagaimana kabarnya“ kata Bram

“Baik Bram, bagaimana kabarnya” suara dari seberang.

“Aku juga baik baik saja kok kak, Kak, besok Jumat aku jadi ke pulang kerumah bersama dengan calon istri ku“ kata Bram, lanjutnya “Aku dapat penerbangan jam 10 pagi translit di Jakarta sekitar 2 jam, baru berangkat ke Kalimantan sekitar jam 2 nan siang dan diperkirakan sampai di Palangkaraya sekitar jam 4 atau jam 5 dan rencananya akan menginap di Palangkaraya satu malam dan pagi harinya langsung ke rumah kakak” kata Bram

“Oke saya tunggu, dan rencananya sampai kapan?“ tanya kak Rafii

“Sampai sehabis Natal kak, sekitar 4 atau 5 harian disini” kata Bram, lanjutnya” Aku minta kakak mau merestui aku dan calon aku sebagai suami istri walau hanya secara adat”

“Oke kamu persiapkan maharnya” kata kak Rafii

“Siap kak, kakak aja yang menyiapkan, aku tau beres ha ha ha, nanti habis berapa saya transfer ke rekening kakak” kata Bram

“Biasanya untuk upacara dan peralatan semuanya kira kira habis xy jutaan, kamu sanggup“ kata kak Rafii

“Ok hari ini juga saya transfer ke rekening kakak sejumlah yang di minta kakak” kata Bram, lankutnya “kirim no rekening kakak ya, setelahnya uang mahar akan segera aku kirim”

“Ya udah saya tunggu kirimannya“ kata kak Rafii

Lalu telpon pun saya matikan.

Beres kan pokok nya sebelum Tasya pulang ke Semaran aku sudah resmi menjadi suami istri baru setelah itu memikirkan perkawinan secara agama dan pemeritah, lamunanku berhenti

Sebentar kemudian No rekening kak Rafii masuk dan segera ku transfer uang sejumlah permintaan kakak.

Kemudian aku menghubung Letjen Sriyono mengkofirmtasi kan biaya reoni dan mengatakan aku akan datang dengan calon istriku. Setelah mendapat informasi secukupnya dan mengirim nya ke rekening Sriyono, tanggal reonian ternyata tanggal 28 Desember .

Aku melihat jam tanggaku tenyata sudah jam 15.30 sudah waktunya pulang, dan aku melangkah ke ruang sebelah ruang cucuku Tasya berada, setelah pintu ruamg kantor Tasya aku ketuk dan mendapat jawaban dari Tasya aku langsung masuk ke ruang kerjanya

Tasya masih sibuk dengan sekretarisnya yang memberi petunjuk cara meng operasikan computer kantor agar Tasya bisa bekerja lansung melihat data data kantor yang ingin diketahuinya.

“Eh, eyang kakung, silahkan duduk dulu yang, Tasya baru belajar membuka dukumen kantor dari data pegawai dan perangkatnya eyang” kata Tasya

“Ia dilanjutkan dulu, eyang kakung ngak tergesa kok” jawab ku

Seperempat jam kemudian Tasya sudah selesai kursus kilat dari sekretasis Nurmala dan Nurmala pamit meninggalkan ruangan.

“Selamat sore pak Bram, Nurmala pamit duluan keluar ruangan“ kata Nurmala

“Kok cepat sekai sih belajarnya” kata ku
“Udah dari tadi nas hampir dua jam mbak Nurmala disini memberi petunjuk membuka file2 kantor dan data data yang ingin Tasya ketahui” kata Tasya menjawab pertanyaanku.

“Yok pulang“ kata Tasya sambil memegang tanganku keluar dari ruangan setelah mematikan computer di ruangannya.

Aku dan Tasya meninggalkan kantor menuju parkiran yang sudah kelihata sepi hanya terlihat beberapa karyawan yang bincang bincang dengan teman temannya.

“Selamat Sore pak Bram, mbak Tasya” kata sekelompok karyawan serempak ketika aku dan Tasya melewati mereka

“Selamat sore, kok belum pada pulang” kata ku kepada mereka

“Sebentar lagi, pak“ kata salah satu dari mereka

“Aku duluan ya” kataku kepada mereka, sambil memegang tanganTasya menuju tempat parkir mobilku.

“Silahkan pak” kata mereka bersama

Aku dan Tasya melangkah perlahan meninggalkan mereka sambil tangan kanan Tasya ada di lengan kiriku huh mesra dan mendengar mereka berkata pelan

“Lihat tu pak Bram sama mbak Tasya, mesra sekali ya, jadi ngiri” kata pemuda 1

“Kayaknya bukan seperti cucu dan kakeknya deh” sambung pemuda 2

“Coba seperti apa" kata pemuda 1

“Layaknya kaya suami istri atau mereka payaran ya” kata pemuda 2

“Udah ah ngak baik membicarakan orang lain“ kata pemuda 3, dan mereka tertawa bersama

Setelah aku dan Tasya masuk ke dalam mobil

“Mas Bram dengar apa yang mereka bicarakan” kata Tasya

“Biar saja mereka pada kepo, urusin urusan orang” jawabku

“Memeng kita baru pacaran ya, mas Bram” kata Tasya

“He he he mereka pada iri deh sama kita” balasku

“Biar mereka iri” kata Tasya

“He he he mereka pada iri deh sama kita” balasku

Aku dan Tasya tersenym dan aku tarik kepala Tasya dan memberi ciuman di bibir Tasya yang dari siang tadi aku tahan untuk memberi ciuman pada Tasya, kekesih ku, sayangku, cintaku dan istriku ke 2. Tasya memejamkan matanya menerima ciumanku dengan penuh perasaan. Kemudian aku jalankan mobil menuju jalan Raya.

Selang beberapa saat aku menjalankan mobil keluar dari area parkir kantor menuju ke rumah.

“Mas Bram, besol jadi ke Kalimantan “ tanya Tasya

“Jadi dong, kan udah pesan tiket juga” jawab ku

“Jadi take off jam berapa“ tanya Tasya

“Berangkat dari bandara Adi Sumarmo jam 10 pagi, lalu transit di Jakarta sekitar 2 jaman, baru berangkat ke Kalimantan nya sekitar jam 2 an dan sampai di bandara cik Riwid Palangkaraya sekitar jam 4 tan” jawabku sambil mengemudikan mobilnya

“Eyag kakung sebenarnya Tasya ingin memeli kamera dulu yang model XRL gitu, sebenarnya Tasya ingin membeli kamera model itu sudah lama“ kata Tasya
“Boleh, dimana membelinya“ jawabku
“Biasanya di dekat konter HP gitu mas Bram“ kata Tasya

“Oke kita ke mall yang khusus menjual HP kita kesana mudah mudaham ada di sana“ Kataku

Kemudian aku memutar haluan meuju mall yang khusus untuk HP dan memarkir mobil di bescamp bangunan tersebut. aku dam Tasya keluar dari mobil dan memesuki mall tersebut dengan bergandengan tangan, banya juga pengunjung dari mall tersebut dan kami berdua menjadi pusat perhatian mereka. Aku dan Tasya acuh aja dan melangkah mencari konter penjual kamera, setelah menyusurin dari lanta 1 dari ujung depan ke ujung belakang aku dan Tasya langsung naik ke lantai 2 dan mendapatkan toko yang khusus menjual kamera dan masuk ke toko tersebut

Baru sebentar masuk seorang pelayan toko menghampuri aku dan Tasya

“Selamat sore bapak dan ibu, apa yang dapat saya bantu“ kata pelayan toko

“Saya mencari kamera jenis XRL yang bisa diganti lensanya” kata Tasya

“Mari bu, saya tunjukan“ kata pelayan toko

Pelayan toko melangkah menghampiri almari pajang di sebelah kiri, Tasya dan aku mengikuti pelayan toko itu, pelayan toko mengabil beberapa model kamera XRL dan menaruhnya di atas meja kaca di depanku dan Tasya.

Tasya mengambil salah satu kamera buatan Jerman bentuknya bagus tidak terlalu berat dan mudah di tenteng. Tasya membuka kamera tersebut dan mencobanya

“Tolong mas, ambilkan lensa tele dan lensa mata ikan nya, saya ingin melihat kalau di ganti dengan jenis lensa yang lain” kata Tasya

Penjaga toko langsung meninggalkan aku dan Tasya dan kembali lagi dengan membawa barang barang yang di pesan Tasya dan memasangnya di kamera yang telah dipilih Tasya sebelumnya setelah memasangnya penjaga toko menyerahkan makera kembali ke Tasya dan Tasya menoba membidik beberapa tempat untuk melihat hasilnya.

Satu jam lebih aku dan Tasya berada di toko kamera tersebut dan akhirnya Tasa membeli Tustel tersebut berserta perlengkapannya seperti lensa tele dan mata ikan dan kamera sudah di lengkapi dengan blees dan tripoitnya sekalian tas tempat untuk membawa kamera.

Aku dan Tasya meninggalkan toko tersebut waktu sudah hampir jam 7 malam dan langsung pulang kerumah untuk menyiapkan barang barang yang akan kami bawa ke Kalimantan dan Jakarta .

Kentang ngak .....

Ditunggu Kripik nya yang renyah ....
Semoga berkenan.

part selankutnya Tahun baru aja ya ....

Bram nasibmu sungguh beruntung
 
Satu jam lebih aku dan Tasya berada di toko kamera tersebut dan akhirnya Tasa membeli Tustel tersebut berserta perlengkapannya seperti lensa tele dan mata ikan dan kamera sudah di lengkapi dengan blees dan tripoitnya sekalian tas tempat untuk membawa kamera.

Aku dan Tasya meninggalkan toko tersebut waktu sudah hampir jam 7 malam dan langsung pulang kerumah untuk menyiapkan barang barang yang akan kami bawa ke Kalimantan dan Jakarta .
Lanjut Suhu ….

Part 14 : Perjalananke Kalimantan

Pov : Tasya Anggraeni

Pada pagi hari itu sebuah mobil meluncur menyisuri jalan jalan protokal kota Solo menuju ke bandara Adi Sumarmo, yang di kendarai oleh Karno supir pribadi mas Bram setelah semua semua bawaan aku dan mas Bram masuk ke dalam bagasi mobil tersebut.

Mas Bram duduk di samping ku dengan tangan kirinya berada di pundakku dan tubuhku merapat ke tubuh mas Bram membuat nyaman, sudah seperi suami istri benaeran. Aku menggunakan kaus ketat warna putih dan celana jean warna biru dongker dan sebuah sal melingkar di leherku karena banyak cupangan dari mas Bram entah ada 5 atau 6 cupangan di sekitar leher belum cupangan yang ada di sekitar payudaraku dan mas Bram hanya tersenyum senyum seakan tidak berdosa sama sekali melihat itu aku jadi jengkel lalu ku cubit perutnya

“Mas tu bikin mupeng aja” kataku

“Tapi kamu juga teriak teriak suka ha ha ha” katanya mas Bram sambil tertawa

“Aih, mas Bram ngapain kok tertawa keras keras, jadi malu“ kataku

“Maaf Tasya” kaya mas Bram sambil membuka salku penutup leher

“Malu ah …. “ kata ku

“Mau lihat hasil karyaku semalam sampai kamu terjerit jerit gitu“ kata mas Bram mengingatkan pertempuran kami semalam

Memang sepulangnya dari moll membeli kamera, dan setelah mandi aku memakai kebayaku lagi tanpa bra dan celana dalam dan membawa kameraku masuk kamar mas Bram yang baru selesai mandi.

“Jeng, kok pakai baju yang tadi ngak salin ya” kata mas Bram

“Aku pengin difoyo dengan kain kebaya biar tambah seksi” kataku

“Benar tu jeng tambah seksi apalagi putting nya mau keluar ngak pakai bra lagi, ngak tahan mas ingin segera ngentot memek jeng Tasya” kata mas Bram

“Ngomong apa sih mas, pakai ngentot ngentot segala, jorok” kataku memasang muka cemberut.

“Ngak papa Tasya, kamu udah dewasa sebentar lagi sudah menjadi istriku ngak papa dong kalau aku ngomong sedikit fullgrar di depan calon istri tercinta” kata mas Bram

“Ia mas, aku ngerti aja kalau ngomong jorok di depan pasangannya tambah horny lagi” kataku

“Lah itu tahu juga” kata mas Bram sambil mencium keningku mesra,

“Yok makan dulu laper nih, biar ada tenaga dan ngentotnya tambah lama” kata mas Bram

“Dasar mesum” kataku sambil mencubit mesra perut mas Bram

“Ampun Tasya, sakit tau” kata mas Bram sambil merabai perut yang kena cubit

“Biarin itu hadiah untuk mas yang tambah mesum” kataku sambil tertawa

Setelah meneruk kamera di pojok dan memekai tripoid untuk menyangga berdirinya kamera di taruh di pojok menghadap ke tempat tidur

Mas Bram memekai kimononya dan keluar bersama menuju ruang makan untuk makan malam bersama, setelah ritual makan bersama diselingi dengan canda dan tawa seklai kali dengan ciuman di pipi dan dibibir sehingga suasana menjadi romantic

“Mas nanti dalam foto bersama mas Bram pakai Jas dan celana yang di pakai siang tadi ya” kataku sambil mengelendot manja di sisis kiri kengan mas Bram

“Ngak mau ah panas” jawab mas Bram

“Ya ngak asik nih, hanya sebentar doang aja ngak usah pakai daleman juga boleh hanya celana panjang dan jas aja biar tambah maco” kata ku

“Jeng ini kalau sudah ada maunya ngak pernah bisa di ajak kompromi” kata Mas Bram sambil mencubit hidungku pelan

“Kan ngak enak kalau istrinya udah rapi gini pakai kebaya juga, suaminya pakai kimono gini ngak level deh” kataku

“Nah itu kan kalau ada maunya” kata mas Bram, lanjutnya “Ya udah terserah jeng aja gimana baiknya”

Setelah makan aku membersihkan tempat makan dan mas Bram masuk kamar, sepuluh menit kemudian aku masuk ke kamar mas Bram sudah berganti pakai jas dan celana panjang yang tadi siang di pakainya. Aku pandang mas Bram sebentar di bali jas yang di pakai nya sudah tidak ada apa apa lagi dan aku percaya di balik celana panjang itu hanya ada penis yang panjang walau sekerang mungkin masi tidur, aku dekati mas Bram dan memberi ciuman ke bibirnya dan di samput dengan ciuman juga bibir kami saling bertemu.

“Terima kasih mas Bram” kataku

Aku arahkan mas Bram duduk di pinggir tempat tidur dan aku mengatur letak kamera dan menyetelnya dengan menggunakan semacam remot yang bisa mengoperasikan kamera jarah jauh

Pertama posisi aku dan mas bram duduk berdampingan lengan mas Bram ada di pundakku dan kepalaku aku letakkan di dada mas Bram mata kami saling berpandanganan, kemudian bibir mas Bram ada di keningku, ciuman bibir sebagai moment selanjutnya satu satu kemesraan di abadikan sampai akhirnya aku dan mas Bram melepas satu persatu pakaian kami di taggalkan di lempar ke lantai sampai mas Bram mengclose up memek ku dan aku juga meng close up penis mas Bram yang sudah tegang maksimal.

Ketika kami sudah mulai telanjang kamera yang tadinya berfusi sebagai akat potret biasa aku ganti fungsinya menjadi pembuatan film tapi itu di luar pengetahuan mas Bram

Dalam keadaan telanjang dan bibir mas Bram memberi cupangan ke leher aku sehingga aku menjerit jerit keenakan dan ketika tangan mas Bram ada di memek aku bibir mas Bram kini ada di payidaraku dan membiat cupangan di tempat tempat strategis di sekitas payudara, turun ke perut ku juga di beri tanda merah di sekitar pusar dan di selakanganku juga di ber tanda merah di dekitar memek aku yang sudah basah jeritan demi jeritan terdengan diantara desahan nafas yang semakin cepat.

Dan ketika Penis mas Bram masuk di bergerbang vaginaku, selakanganku aku buka lebar lebar ke kiri dan kanan dan mas Bram memegang penis yang besar dan mendorongnya dengan hati hati pelan pecan cukup lama mas Bram memasukkan penis nya ke dalam memekku dan akhirnya kepala penis mas Bram sampai daerah peranakanku dan aku meleguk panjang

“Maaaaassssssss, Ohhhhhhhh” kataku

“Ahhhhhhhhh”ucap mas Bram sambil mendorong pinggulnya sehingga perut kami menempel sempurna.

Mas Bram mendiamkam penis nya terbenem tanpa gerakan merasakan pijetan memekku yang berkedut beradaptasi dengan penis besar mas Bram 2 – 3 menit mas Bram memberi jeda kemudian mulai menggoyang pinggulnya dengan pelan terdengan suara pertemuan memekku dan kontol mas Bram yang menyatu sempurna krespek, kespes ….
Tanganku ada di pundak mas Bram dan memandang mata mas Bram yang menikmati pertemuan kedua kelamin kami dan matanya terbuka pandangan kami pun bersatu dan mas Bram merendahkan tubuhnya dan memberi ciuman sangant mesra di bibir ku yang tersenyum menikmati momen kemesraan ini.

Tangan kiri mas Bram menahan tubuhnya pada siku sehingga tubuh telanjang kami saling menempel sempurna, payu daraku menjadi sasaran tangan mas Bram meremas remas nya dan memelintir putting nya dengan pelan, gerakan pinggul yang pelan membuat kenikmatan tersendiri dan lama sampai tubuh kami bermandikan keringat, setelah 15 – 20 menitan posisi kami tidak berubah dan aku merasakan gejolak orgasme muluai melanda

“Ohhhhh mmaaaaassssss akkuuuuu maauuuuu pipiiiiissss” kataku patah patah aku dorong pantatku ke atas sehingg kelamin kali menyatu dengan sempurna kepalaku mengadah ke atas dan mataku melebar menikmati momen ini seeerrrrr seeerrrrr nikmat badan ku menjadi ringan seakan terbang ke angkasa meraih bintang, mas Bram mendiamkan penis nya yang menancap sempurna diliang vaginaku dan senyum mas Bram mengambang di bibirnya puas membuat aku bergelejotan sendiri, setelah agak tenang bibir mas Bram mencium mesra bibirku yang terbuka dan ini membuat rasa nyaman di hatiku 5 menit bibir kami terlepas.

“Mas aku diatas ya” kataku

Tanpa menjawab tapi bibir kami mulai menyatu kembali dan mas Bram melepas penisnya dari dalam vaginaku, masih momen ciuman mas Bram menggerer tubuhnya terlentang dan aku terbawa ke atas menindih tubuh telanjang mas Bram

Ciuman kami terlepas aku segera memposisikan memek ku di depan kontol mas Bram yang masih tegang sempurna dengan pelan aku dorong pinggulku ke bawah sehingga penis mas Bram masuk dengan sempurna ke dalam memekku.

Aku dududk di atas pinggulnya dan mulai menggoyangkan pinggulku ke samping kiri dan kanan dan ke depan belanga mencari titik g – spot ku yang ada di dalam vaginaku, aku raih tangan mas Bram dan menaruhnya di payudaraku dan tanpa di perintah jari jari tangan mas Bram mulai meremasi payudaraku yang bergoyang seirama dengan goyangan pinggulku.

Mas Bram menegakkan badannya dan meraih bibirku dan menyatukan dengan bibirnya, tangan mas Bram ada di pinggangku dan tanganku ada di pundaknya, goyanganku tambah cepat seiring bibir mas Bram memberi cupangan lagi di sekitas leherku dan payudaraku tak lepas dari ciuman dan cupangan mas Bram.

Aku menikmati momen seperti ini membuat aku lebih bersemangat menggoyangkan pantat ku naik turun membuat gesekan penis mas Bram yang besar di dalam lubang memekku. Lama moment ini berlangsung kami saling pandang saling senyum dan saling cium. Aku raih kepala mas Bram dan aku mulai menciumi telingan mas Bram dan membisikan kata kata

“Masssss, I love you massss Braaam” kataku aku gigitan kecil kecil sekitar telinganya ini membuat bingasan mas Bram

“I love you too Tasya” katanya

Goyang pantat ku semakin bersemangat dan dalam posisi ini aku gampang mengalami orgasme, aku rasakan ada dorongan kenikmatan dari dalam vaginaku dan aku merasakan cairan cintaku sudah di ambang pintu

“Maaaassssss oohhhhhh” teriaku sambil menekan pantat kebawah dengan keras seeerrr seeerrrr teriaku puas 2 kali orgasme membuat badanku tambah lungkai.

Mas Bram langsung mengangkat badanku dan merebahkan terlentang di tempat tidur dan mmenggenjot pinggulnya dengan cepat dan dalam waktu yang sangat singkat aku melengking keatas pantatku aku tekan ke atas bersamaan tekanan penis mas Bram kebawah kelamin kam menyatu sempurna

“Taaassssyyyyyaaaaaa oohhhhh eeennnnaaakkkk ttteeeerrrriiiiimmmaaa iiiinnnniiiii” kata mas Bram penuh semangat choootttt chhoootttt chhhooottttt banyak menyembur ke liang memekmu

“Maassssss aaakkkuuuu jjuuugggaaa” kataku, seeerrrrr ssseeerrrrr seeerrrrr nikmat keluar biasa melepas cairan cinta bersama membuat tubuh kami menyatu dan terbang bersama sama

Aku raih tubuh mas Bram dan mengusap rambutnya yang pendek itu, tangan mas Bram mendekap tubuhku semaki erat seluruh badan kami menyatu sempurna dari ujung kepaka sampai ke ujung kaki saling tindih dan saling membelit seakan ngak mau lepas dalam persatua birahi kami yang semakin memudah dan terhempas ke bawah daras lautan kelelehanan.

Mas Bram menggulirkan badannya ke samping dan menarik ku berpelukan tangan tangan kamu saling rangkul dan kaki kami saling menyilang saling membelit ciuman panjang pun ak mau berhenti merasakan sisa sisa kemesraan ini

Mas Bram keluar dari kamar mematikan lampu dan mengambil air putih dingan dari dalan kulkas, dan aku menghampiri kameraku mematikan dan membawa ke tempat tidur melihat hasil pemotretan tadi dan mengulang pemutaran film petualangan kami

Sambil tiduran mas Bram memberi munum air putih dan tiduran di sampingku melihat bersama hasilnya

“Awas ya Tasya jangan sampai tersebar” kata mas Bram

“Ngak akan mas, nanti di pindahkan ke lap top ku dan di beri password lagi aman mas” kataku menampis keraguan mas Bram

“Ya udah, yok tidur” kata mas Bram meraih selimut dan menebarkan di atas tubuh telanjang kami.

Mobil yang aku dan mas Bram telah berada di bandara Adi Sumarmo segera chek in dulu setelahnya mencari makan sarapan di cafe yang ada di bandara tersebut.

“Mas Bram, tu lihat pamugarinya cakep cakep ya“ kataku sambil melirik 3 orang Pramugari yang baru melintas di samping aku dan mas Bram baru makan.

“Mana cakep gitu kok di katakana cakep, cakepan kekasih mas yang baru duduk di depan mas Bram saat ini “ jawab mas Bram

“Ah, mas Bram suka ngombal“ jawab ku

“Dik Tasya ya“ sapa salah satu pramugari yang baru saja menjadi perbincangan

“Eh, Mbak Fero” jawan ku setelah setelah memperhatikan seorang pramugari tadi yang menyapaku
Aku segera berdiri dan member tangan kepada mbak Fero salah satu kakak kelasnya di SMA N XX di Semarang

“Mbak baru dinas ya, wah tambah okey nih“ kata ku

“Kamu mau kemana dik“ kata mbak Fero

“Mau ke Palangkaraya mbak” kata ku, lanjutku “Tapi Transil di Jakarta dulu”

“Naik penerbangan apa“ tanya mbak Fero

“SAS (Solo Air System) mbak“ Jawab ku

“Ya sama dong kalau begitu, kenalkan dulu dengan teman temanku se profesi“ kata mbak Fero
Lalu Tasya berjabata tangan dengan kedua teman mbak Fero

“Tasya mbak” kataku sambil berjabatan tangan dengan salah satu teman mbak Fero

“Dini” jawab teman mbak Fero yang bernama Dini

“Tasya mbak” kataku sambil berjabatan tangan dengan teman mbak Fero yang satu lagi

“Aknes” Jawab teman mbak Fero yang bernama Aknes

Dan kini aku mengenalkan mas Bramku sebagai eyang kakung ke mbak Fero dan teman temannya dan saling berjabatan tangan

“Fero, om” kata mbak Fero

“Bram” jawab mas Bram

“Dini om” kata mbak Dini

“Bram” jawab mas Bram

“Aknes om” kata mbak Aknes

“Bram” jawab mas Bram

“Eh, Tak kirain sama pacar atau tunangan gitu, malah sama eyang nya” kata mbak Fero

“Apa kelihatan sama pacar ya mbak” tanya ku tersenyum

“Ialah, kok mesra begitu“ kata mbak Fero

“Kayak dengan om om senang gitu ya“ kata mas Bram

“Ngak juga ah….“ Jawab mbak Fero malu malu

“Ya udah Tasya, mbak tinggal dulu ya sudah di tunggu dengan kru“ kata mbak Fero, setelah menerima WA dari temannya.

“Ya mbak, nanti ketemu di pesawat ya” kata ku

“Ya, mbak jalan dulu ya” kata mbak Fero

Setelah mereka bertiga meninggalkan aku dan mas Bram

“Itu tu mas Bram, dengan cucunya dikira sama pacarnya“ kata Tasya sambil tersenyum

“Biarin aja, dengan cucunya atau dengan calon istri apa hak mereka“ kata mas Bram, lanjutnya “Apa kamu malu, Tasya“ kata mas Bram

“Malu, mas Bram, ngak lah malah bangga kok kalau mereka menganggap mas Bram sebagai pacar atau tunanganku, sunggung mas, aku banggan“ kata ku dambil mencium bibir mas Bram yang berada di sebelahnya.

“Tasya ini di muka umum“kata mas Bram terkejut serelah menerima ciumanku sepintas

“Biarin mereka pada tahu kalau mas Bram adalah tunanganku, kekesihku, calon ayah dari anak anak aku” kata ku sambil tersenyum manis

“Gemes aku” kata mas Bram sambil memegang ke dua pipi Tasya sambil menggoyangkan nya ke kiri dan kekanan

“Ah, mas, masss Brraam“ balas ku dengan manja

Dan aku dan mas Bram melanjutkan sarapan tadi yang sempat tertunda dengan ke datangan mbak Fero dan teman temannya. Sesaat kemudian ada pangggilan kalau pesawat SAS yang di tumpangi akan segera berangkat, semua penumpang di mohon masuk melalui gate 1.

Aku dan mas Bram segera beranjak meninggalkan cafe setelah membayar apa yang aku dan mas Bram makan.

Selama satu setengah jam aku dan mas Bram dalam perjalanan Solo – Jakarta dan selama perjanan itu aku tertidur dengan menaruh kepalaku pada lengan kiri mas Bram dan mas Bram memberi akses yang lebih enak untuk tidur. Bangun bangun sudah sampai bandara Internasional Sukarno – Hatta.

Aku dan mas Bram harus tunggu 2 jam lebih untuk translit, rasa bosan mulai menghantui rasaku. aku jalan jalan di terminal B di temani oleh mas Bram yang selalu menjagaku dengan hati hati, selalu melindungiku dan selalu bergandengan tangan sambil melihat lihat kadang juga sefie bersama dengan mas Bram dan ada beberapa moment aku posing ke facebook ku dan banyak komen komen dari teman teman di SMA ku ketika aku possing di dunia maya. Kadang aku tersenyum sendiri membaya komen komen dari teman temanku.

Waktu masih setengah jam aku dan mas Bram melihat cafe dan memesan kopi hitam untuk menghilankan efek ngantuk karena kelelahan.

Jam 14 baru ada pengumuman bahwa pesawat yang aku tumpangi siap tiggal landas menuju bandara Tjiti Riwid Pakangkaraya. Dan 2 jam kemudian aku dan mas Bram sampai di Palangkaraya dan menuju hotel yang sudah di pesan terlebih dahulu.

Jam 17 aku dan mas Bram baru masuk kamar hotel.

“Mas, aku mau mandi dulu ya, gerah nih” kata ku

“ Bareng selakian Tasya, mas juga gerah” jawab mas Bram

“Ya ayo“ kataku sambil melepas semua pakaina yang melekat di badan termasuk CD san Bra semua lepas demikian juga eyang kakung melepas semua baju yag meleket di tubuh nya. Mas Bram mendekati aku dalam keadaan bugil dan langsung mencium kening ku dengan mesra, kami sama sama bugil, penis mas Bram berayun ke kiri dan kekanan demikian juga payudaraku bergoyang ke atas dan ke bawah sesuai langkahku.

Tanganku melingkar di pinggul mas Bram dan demikian juga tangan mas Bram berada di pinggulku dan kami pum melangkah masuk kamar mandi bersama bagai pengantin baru masuk ke peraduan.

Mas Bram mengisi garuci yang ada di kamar mamdi hotel tersebut dan mengisinya dengan air hangat, sementara garuci belum terisi penuh, aku mendekat ke tubuh mas Bram dan memeluknya dari belakang, aku raba perut mas Bram yang keras dan berotot kencang tanpa timbunan lemak yang ada di perut, mas Bram menyadari kalau aku sedang memeluknya dari belakang, lalu memegang kedua tanganku dan membalikkan tubuhnya, kami pun saling berhadap hadapan kedua tanganku melingkar di pundak dan kedua tangan eyang kakung berada di pinggangku, tanpa kata hanya pandangan kami yang saling berbicara yang penuh makna dari pada seribu kata yang terucap hanya kosong belaka. Bibir ku dan bibir mas Bram tersenyum seindah mungkin, dari pandanganku kegantengan mas Bram akan bertambah 10 kali bahkan 100 kali lebih oke, dengan tatapan mata penuh pesona, seakam nenembus mata hatiku. Pesona yang begitu besar membuat hati ini berdesir desir indah penuh makna. Tangan ku membelai kepala yang begitu dekat dariku tarik sedikit ke dalam pelukanku dan bibir yang semula tersenyum kini telah menyatu di atas bibirku dengan kecupan kasih sayang tapa nafsu, nafasku menyatu dalam leguan panjang yang selaras dengan desiran hati ku yang penuh bunga nan harum mewangi. Aku melayang tinggi ke angkasa, menggapai bintang ku yang cemerlang, mereguh dalam alunan musih, yang mengalun di seluruh relung hati, tersirat dalam untaian kata yang penuh makna, tapi hanya satu kata terucap yang melebihi seribu kata “kasih”.

Mataku meredup ketika bibir mas Bram menyentuh bibir mungil ku melepas semua energy dalam kepasrahan yang tulus, aku mendesah, aku melayang menembus awan, menggapai surga yang indah, datanglah surgaku, bawalah jiwaku kedalam rumah kasihmu, ku pasrahkan seluruh jiwa ragamu untuk mu kasih, ku parahkan seluruh tubuhku untuk menuntaskan hasrat birahimu, buatlah aku lebih bermakna dalam ketulusan cinta yang membara “kasih”.

Tubuh mas Bram yang berotot mendekap seluruh tubuhku seakan ingin menyatukan tubuh kami, melebur menjadi satu, lama …. pinggul mas Bram menekan ke pinggulku dan meremas bongkahan pantat yang semakin membulat, di goyang pantatku dan gesekan penis mas Bram yang mulai menegang dengan kulit vaginaku bagian luar, dada mas Bram yang bidang menyatu dengan payudaraku dalam dekapan yang samgat panjang seakan dapat melebur menjadi satu, dalam kesatuan tubuh, jiwa, rasa, yang penuh makna.

“Massss….“ kataku

Respon mas Bram hanya memandang mataku denan sorot penuh makna, dan di balinya tubuhku sehingga punggung pantat menempel pada dada dan perut mas Bram, bibirnya mulai aktif merangsangku disekitar leher di bawah telingga yang peka akan ranggsangan, tangan ku keatas merangkul kepala mas Bram sehingga ketiakku terekspos sempurna sambil memejamkan mata merasakan sentuhan sentuah erotis yang membangunkan syahwatku yang sedikit demi sedikit merangkah naik dengan tujuan pasti kenikmatan surga yang hakiki dari seorang laki laki yang kini menjadi kekasih ku, calon suamiku. Tangan kiri mas Bram selalu mengusap payudaraku dengan lembut sekali kali menarik putting ku atau memutar mutar putting ku seakan sebuah permaian yang mengasikan tangan satunya lagi membelai vaginaku membelah celah panjang dan memainkan bukit kecil di atas belahan yang semakin melebar sekali ali menerobos gua belap penuh makna dan hanya satu kata yang terucap “basah”sambil bibir mas Bram ada di sekitar ketiaku yang terbuka

“Basah mas Bram….“ kataku panjang

Mas Bram melepas ciumannya di sekitar ketiaku dan ke dua mata kami bertemu dan senyuman penuh makna terlontar dengan ucapan satu kata: “Enak” katanya diselah celah senyuman yang penuh gairah. Aku hanya tersenyum dan menganggukan kepalaku tanda setuju.

Dekapannya semakin merapat ke dua tangan mas Bram yang keker melingkar diseluh tubuhku dan aku merasakan kehangatan dan kenyamanan dalam dekapannya, merasakan perlindungan yang bermakna, merasakan kehangatan cinta yang semakin membara.

Mas Bram melihat geruci sudah penuh, lalu meleas pelukannya melangkah mematikan aliran air yang masuk ke dalam geruji dan membimbing ku masuk dalam garuji, aku merasakan bagai seorang putri. Kedua kaki ku masuk disertai dengan kedua kaki mas Bram dan membimbingku untuk duduk ke dalam geruji yang penuh dengan air, posisi tetap sama mas Bram berada di belakangku dan selalu membelai payudaraku dan mengusap vaginaku, tangan ku merayap ke belakang mencari kepala penis yang selalu menyentuh pantatku. Aku pegang penis aku gosok batang nya yang semakin lama semakin memanjang. Mas Bram mengambil sabun cair dan menuangkan ke dalan geruci sehingga berupa air menjadi busa yang melimpah dan di usap ke seluruh tubuh ku.

Aku membalikan badanku dan kami saling berhadap hadapan aku pun mengesap seluruh tubuh mas Bram dari kepala sampai ujung kaki semua permukaan kulit kami sudah tersabuni dengan busa yang melimpah. Mas Bram melepas peputup air yang ada di bawah dan air sabun itu pun menyusun akhirnya menghilang dengan sendirinya, mas Bram berdiri menghidipkan sawer yang berada di atas garuci dan menarik tubuhku dan mambawanya dibawah pancuran sawer dengan semburan air hangat.

Mas Bram mengambil kimono yang terbuat dari bahan handuk dan menutupnya tubuh telanjangku dan aku melangkah keluar dari kamar mandi dan mas Bram menyelesaikan ritual mandinya.

Aku melangkah menuju meja rias dan membuka koperku mengeluarkan peralatan make up dan kembali duduk di meja rias yang ada di dalam kamar itu, menyisir dan mengeringkan rambut dengan hairdrayer, aku melihat mas Bram keluar dari dalam kamar mandi juga menggunakan kimono dari handuk dan duduk di atas tempat tidur sambil memandangiku dengan pandangan penuh makna.

“Apa sih mas, melihat aku kok kayak gitu banget” kataku.

“Ngak boleh ya, mas Bram ngak boleh mas mengagumi kecantikan kekasih mas sendiri, yang cantik, manja yang sekarang sudah jadi pacar mas, calon ibu dari anak anak mas“ kata mas Bram.

“Boleh lah mas, apa perlu aku membuka kimono nya biar mas Bram puas memandangku bukan hanya kecantikanku semata tapi juga seluruh tubuhku juga yang sekarang sudah jadi milik mas Bram sepenuhnya“ kata ku sambil berdiri dan melepas kimono secara perlahan lahan, kubuka tali kimono yang mengikat di pinggang ku dan melepas kimono dari tubuhku yang sudah tidak pakai apa apa lagi dan kubiarkan kimonoku tercecer di lantaai holel.

Kemudian mas Bram berdiri di samping ku berjarak 1 meter, dan memandangku dengan pandangan seakan tak percaya kalau cucunya tercinta ini sudah menjadi kekasihnya, gadis muda belia ini.

“Udah ah mas, aku laper lagi, kita cari makan di luar mas sambil melihat keramaian kota Palangkaraya ini” kataku

“Baik kita siap siap” jawan mas Bram.

Sampai disini update kali ini Semoga terhibur

Selamat Memasuki Tahun baru, Semoga di Tahun mendatang tambah Sukses penuh semangat sampai ketemu di tahun 202 mendatang.
Adios
Salam hormat
ROO sekeluarga


Keren nih cerita antara Bram dan Tasya



Lanjut suhu ….
“Apa sih mas, melihat aku kok kayak gitu banget” kataku.

“Ngak boleh ya, mas Bram ngak boleh mas mengagumi kecantikan kekasih mas sendiri, yang cantik, manja yang sekarang sudah jadi pacar mas, calon ibu dari anak anak mas“ kata mas Bram.

“Boleh lah mas, apa perlu aku membuka kimono nya biar mas Bram puas memandangku bukan hanya kecantikanku semata tapi juga seluruh tubuhku juga yang sekarang sudah jadi milik mas Bram sepenuhnya“ kata ku sambil berdiri dan melepas kimono secara perlahan lahan, kubuka tali kimono yang mengikat di pinggang ku dan melepas kimono dari tubuhku yang sudah tidak pakai apa apa lagi dan kubiarkan kimonoku tercecer di lantaai holel.
Kemudian mas Bram berdiri di samping ku berjarak 1 meter, dan memandangku dengan pandangan seakan tak percaya kalau cucunya tercinta ini sudah menjadi kekasihnya, gadis muda belia ini.

“Udah ah mas, aku laper lagi, kita cari makan di luar mas sambil melihat keramaian kota Palangkaraya ini” kataku

“Baik kita siap siap” jawan mas Bram.


Part 15 : Ritual Kalimamtan

Pov Bram Kusuma.


Pagi hari ini cukup cerah di atas langit Palangkaraya ibu kota Kalimantan Tengah Jam 5.30 aku bangun dari tidurku dan di sampingku masih tertidur kekasih hatiku gadis muda belia yang mampu menggugah hati, syawatku dan berjanji untuk menjagaku selalu, di sisa umur yang tinggal berapa tahun kedepan. Cucu ku yang cantik manja mampu menggugah syawatku yang sudah lama tertidur dan bahkan aku mampu berjam jam menyetubui Tasya seakan tenagaku bertambah 10 kali lipat bila sedang berada si sisinya, aku semula ragu akan kemampuanku karena factor usia yang membuat aku berkecil hati, usiaku kini sudah setengah abad lebih lebih tapi kini aku merasakan perubahan dalam diriku, sebelum pernyataan cinta Tasya dan menyerahkan keperawanannya kepadaku aku seakan hilang kepercayaan atas diri aku, tapi setelah seminggu yang lalu Tasya menyerakan cinta nya kepadaku aku menjadi percaya diri ternyata hobby ku berolah raga dan menjaga kebugaran kini terlihat hasilnya aku merasa tambah perkasa dan tambah muda 10 atau 20 tahun.

Aku terbangun dan melihat seorang gadis muda tertidur dengan senyum mengambang di bibir nya tidur dalam ketelanjangan tubuh yang polos sementara aku amati setiap lekuk tubuh Tasya yang dulu adalah cucuku sendiri kini sudah menjadi kekasih hatiku bahkan aku rela bersusah susah pergi ke propinsi ini hanya sekedar untuk membuat mantab hati cucuku ini dan tidak ada keraguan lagi akan niatku untuk mempersunting gadis belia ini menjadi istriku.

Aku bangunkan Tasya kekasih ku yang masih tertidur untuk melakukan ibadah pagi bersama seperti kebiasaan ku selama ini

“Tasya, jeng Tasya sayang, bangun udah pagi” kataku

Tasya tidak bangun malah memindahkan tubuhnya yang tadinya miring ke kiri kini meraih bantal di sampingnya dan memeluknya dengan satu kaki berada di atas bantal yang diaraihnya dan pantat Tasya nungging

“Jeng Tasya bangun udah pagi nih, sholat dulu nanti tidur lagi setelah sholat” kataku sambil menggoyangkan tubuh telanjangnya

“Apa sih mas, masih ngantuk” ucapnya tanpa membuka matanya

Aku tiduran di samping Tasya dan tanganku mulai meremas payudara nya yang tertutup bantal dan memainkan putting nya.

“Jeng, jeng Tasya bangun sayang udah pagi, waktu shubuh pendeak lho” kataku

“Ia ia mas, ini baru mau akan bangun” kata Tasya sambil mengeliat badannya dan kini terlentang di sampingku, ini membuat mudah aku memainkan putingnya yang terekspos di depan mata

Sebentar kemudian

“Ih, mas kesempatan dalam kesempitan deh” kata Tasya sambil meraih wajahku memberi ciuman di bibirku

“Ayo dong bangun udah pagi, jadi ke tempat saudara angakat mas ngak” kataku

“Jadi lah masak sudah sampai di sini di batalin” kata Tasya sambil berdiri dan melangkah ke kamar mandi dalam keadaam telanjang.

“Barenga aja Jeng, mas juga belum mandi” kataku

“Ya sini, tapi awas kalau macam macam memek ku masih njarem nih” kata Tasya

“Ngal lah, ha ha ha” kataku sambil tertawa

Setelah Tasya masuk kamar mandi di hotel dan aku menyusulnya masih dalam keadaan sama sama telanjang, dengan cepat aku dan Tasya mandi bersama tanpa menyentuh tubuh nya. Setelah melakukan sholat shubuh bersama dan bersiap siap untuk chek out dari holel tersebut.

Jam 7 aku dan Tasya sudah melakukan ritual makan pagi bersama di resto hotel tersebut tak lama kemudian phonsel ku berbunyi tanda panggilan masuk

“Selamat pagi ndan” kata Sandra Kitting salah satu kerabat dari kakakku Rafii

“Eh sudah sampai mana dra” kata ku

“Udah di depan kotel ndan” kata Sandra Kitting

“Ya 15 menit lagi aku keluar” kataku

“Ok di tunggu ndan” kata Sandra Kitting

Lima belas menit kemudian aku dan Tasya sudah berada di lobby hotel menemui Sandra Kitting

“Udah siap ndan” kata Sandra Kiting

“Kenalin dulu nih calon istri aku” kata ku

“Sandra Kiting panggil Sandra aya” kata Sandra sambil mengulurkan tangannya

“Tasya” jawab Tasya sambil menerima uluran tangannya juga

“Masih muda sukali ndan, hebat ndan ku yang satu ini, mungkin seumuran anakku ndan” kata Sandra

“Ya begitulah, usianya baru 18 tahun 2 minggu yang lalu” kataku

“Benar ndan ku ini hebat sekali” kata Sandra

“Mana mobilnya” kataku

“Di depan ndan, mana tasnya saya bawakan” kata Sandra

Sandra melangkah mengambil tas ku dan tas Tasya dan membawa di mobilnya

“Mas kok ndan ndan sih” kata Tasya

“Nanti deh di mobil diceritain sayang” kataku sambil menggandeng tangan Tasya dan menlangkah mengikuti Sandra dari belakang.

Sesampainya di depan mobil Sandra buka bagasi dan memasukan tas tas yang aku bawa ke dalam begasi mobil.

“Dra aku duduk di bekalang ya” kata ku

“Biasa lah ndan, seperti kayak siapa saja, aku kan tau diri ndan, kan komandan nya ingin nempel terus kaya perangko” kata Sandra sambil tertawa

Setelah aku dan Tasya masuk ke daa mobil dan Sabdra sudah menjalankan mobil nya menuju kampung halamannya di perbatasan dengan serawak

“Gimana kabar om Rafii Dra” kata ku membuka percakapan

“Baik to ndan, sore kemarin om Rafii telpun ke aku aku di suruh jemput komandan di holel ini, terpaksa deh aku ijin pada komandan aku bilang aja di suruh jemput Letjen Bram Kusuma dari Mabes, dan komandan oke oke aja” kata Sandra

“Lho kamu nih ada ada saja wong aku sudah ngak di mabes kok” kataku

“Biar aja” jawab Sandra santai

Tasya semakin kebingungan mendengar obrolanku dengan Sandra

“Gini jeng Tasya sayang, om Sandra ini keponakan dari saudara angkatku Rafii dulu aku tarik menjadi anggota di kodam sampai sekarang” kata ku

“Ayo mas crita dong kok bisa punya saudara anggat mas Rafii gitu” kata Tasya

“Oh ia lupa nih cerita ke kamu” kata ku

Cerita Bram Kusuma


Saat itu aku baru bertuga di perbatasan Kalimantan dengan Serawak yang pada saat itu masih rawan konfik antara RI dan Malaisia, aku bertugas sebagai komandan batalyon dan membawai 10 sampai 15 regu penjaga tapal batas RI dan Malaisia meliputi luas wilayah 100 km sepanjang tapal batas. Biasanya sih aku berada di markas saja tapi kali itu aku ingin melihat secara langsung kondisi tapal batas wilayah RI yang menjadi wilayah ku.

Aku dengan membawa 2 regu menyusuri hutan belantara yang jarang di jamah oleh manusia pada saat aku bersama pasukan berada di tepi sunngai Kahayan aku mendengar seorang kepala suku dari suku Ngaju terserang penyakit panas kabarnya sudah 4 hari ngak turun turun panasnya aku dan pasukan kemudian singga di perkampungan suku dayak itu dan bertemu dengan kepala suku Dayak Ngaju Mahendra Babu aku memeriksa ke adaan penyakitnya tapi orang orang disana belum percaya dengan TNI pada saat itu mendapat perlawanan dari orang orang suku dayak itu aku putus asa alat komonikasi ngak ada bahasa Indonesia juga belum di kenal meluas dan pasukan ku pun ngak mengenal bahasa mereka.

Kemudian datang kakak ku Rafii Babu yang bisa berbahasa Indonesia secara baik sebab pernah hidup di serawak yang memakai bahasa melayu. Komunikasiku dengan mereka menjadi baik kesalahpahaman antara pasukan TNI dan orang orang dayak bisa di atasi, oleh tiem kesehatan yang aku bawa juga menerangkan kalau bapak Mahendra Babu terserang penyakit malaria yang saat itu masih merupakan wabah di sana.

“Kak Rafii, bapak Mahendra terserang penyakit malaria disebabkan oleh nyamuk yang merupakan penyebar atau pembawa bakteri malaria, hanya satu cara untuk menyembuhkan dengan table/pil Kinine dan aku membawa persediaan pil tersebut mudah mudahan cocok: terangku dengan kak Rafii sebagai putra dari Mahendra Babu

Tiga hari aku dan pasukan berada di kawasan itu membiat tenda sendiri untuktempat istirahat pasukanku, Setelah hari ke 4 sudah ada perkembangan kesehatan dari Mahenrda Babu panasnya sudah turun tapi masis lemas makan pun harus yang lembut lembut dulu

Setelah seminggu 1 pasukan aku perintahkan pulang ke markas dan satu pasukan lagi tetap tinggal di tempat, pada saat itu bapak Mahendra Babu sembuh total dari penyakitnya dan saking gembiranya aku diangkat sebagai putra angkatnya dan berhak menggunakan nama Babu di belakang namaku

Dan pengangkanku sebagai warga kehormatan Babu di rayakan dengan pesta adat, dan aku mendapat perlakuam istimewa dari mereka setiap malan aku di beri minuman energy yang sangat menguwatkan tulang dan otot ku dan di urut seluruh badan ku dengan ramuan tradisional mereka membuat semua badan menjadi ringan dan bertenaga termasuk penis juga tambah besar seperti sekarang ini.

Cerita Bram kusuma and


“Waktu itu Sandra masih anak anak masih 7 atau 8 tahun, ya Dra” kataku ke Sandra

“Ya ndan aku masih umur 7 tahun kalau komandan berada di tempat kami” kata Sandra

“Setelah Sandra berumur 18 tahun aku tarik sebagai pasukan yang di tugaskan di Palangkaraya sampai saat ini” kataku

Mobil yang di kendarai Sandra telah sampai di tempat tujuan menempuh pejalanan sekitas 3 jam nonstop tanpa henti

Sesampainya di tempat tujuan aku dan Tasya di sambut dengan keluarga Rafii Babu dengan istri Marna erang yang masih muda seusia Tasya, cantik dan begitu kenal Tasya langsung akrap dengan istri Raffi

“Selamat datang adikku Bram Kusuma di Rumah suku Dayak Ngaju” kata kak Rafii sambil merentangankan ke dua tangannya dan kami pun saling berpelukan sebagai saudara yang sudah lama ngak pernah jumpa

“Ia kak, sehat” kataku

“Ya begini lah saudaraku, berkat doamu juga kan” jawab kak Rafii

“Ia kak kenalan dulu dengan calon istriku” kata ku

“Tasya mas, Tasya Anggraeni” kata Tasya sambil mengulurkan tangannya

“Rafii Babu, dik” kata Rafii, lanjutnya ”Kamu kan belum kenak dengan isrti ku kan Bram” kata Rafii

“Kalau istri yang ini belum kak” jawabku

“Bram kusuma” kataku sambil menyodorkan tanganku

“Marna Erang” jawam istri Rafii

“Tasya kak” kata Tasya setelah jabatan tanganku terlepas, sambil mengulurkan tangannya dan di sambut dengan uluran tangan Marna

“Marna Erang dik” kata Marna

“Seperti kemarin aku telpun ke kakak aku mau mohon doa restu kakak untuk meresmikan aku dan Tasya menjadi suami istri kak” kata ku

“Boleh saja, tapi siapa sebenarnya Tasya itu, saudaraku” kata kak Rafii

“Kalau boleh jujur Tasya adalah masih cucu aku sendiri kak” kataku

“Ha cucu kamu sendiri, ha ha ha hebat kamu dik, kok bisanya begitu” kata kak Rafii

“Ceritanya panjang kak, aku dengan Tasya ini di jodohkan oleh almarhum istriku Niken Larasati kak, dia ingin aku mengambil Tasya cucuku sendiri menjadi istri aku, karena menurut dia belum pernah membahagiakan aku sehingga minta aku mengambil Tasya sebagai pengganti dirinya dan menjadi istriku dan mewariskan semua miliknya termasuk suaminya sendiri ke Tasya cucu aku” kataku

“Lalu bagaimana tanggapan Tasya sendiri” kata kak Rafii

“Biar Tasya sendiri yang menjawabnya” kataku

“Bagai mana dik Tasya pendapatmu tentang perjodohan nenek mu dengan kakekmu” kata kak Rafi

“Aku menerima perjodohan ku dengan eyang kakung Bram kusuma dengan senang hati kak, karena pada dasarnya aku memang sudah jatuh cinta dengan eyang Bram kusuma semenjak kelas 5 SD kak, dan aku menerima perjodohan ini walau mungkin sebagai istri simpanan atau istilahnya kerennya gundik dari mas Bram baik secara resmi atau pun tidak resmi karena aku pernah perjanji ke eyang putri Niken akan menjaga mas Bram dan akan ikut mas Bram kemana dia pergi dan kalau mungkin menjadi istri resmi yang diakui oleh agama dan Negara kalau tidak bisa ya aku puas sebagai istri simpanannya” kata Tasya

“Ho ho ho sungguh menarik, baru kali ini aku mendengar ada cinta semurni ini, selamat ya Bram aku mau bantu kamu sebatas kemampuanku sebagai orang yang di tuakan di suku dayak ngaju ini, dan mulai malam nanti bisa di lakukan upacara adat perkawinan menurut suku dayak ngaju supaya hati kalian mantab mengarungi kehidupan rumah tangga kalian” kata kak Rafii, lanjutnya “Tapia da syarat syarat yang harus di penui terlebih dahulu, syarat pertama yang kami sebut penguwat raga, ke dua pencucian jiwa dan ke tiga penyatuan jiwa dan raga, pada ritual pertama dan ke dua bisa dilakukan bersama sama minimal dalam 2 hari dan hari ketiga baru di lakuakn penyatuan jiwa dan raga di bawah sinar bulan purnama tempatnya di tepi sungai Kahayan setelah ritual ketiga selesai bisa di langsungkan pesta adat, selama tiga hari kedepan kamu dan Tasya ngak boleh ketemu dulu mengadakan ritual sendiri sendiri, nanti biar Tasya mendapat petunjuk dari istriku sendiri dan kamu Bram juga harus melakukan ritual tersendiri”

“Kapan bisa di mulai” kata ku

“Nanti malam Bram dan menurut perhitunganku 3 hari mendatang bulan purnama dan di bawah bulan purnama itu waktu yang paling bagus untuk melangsungkan upacaya adat menyatukan jiwa dan raga. Ritual ini penting untuk tolak balak banyak cerita yang berhubungan dengan perkawinan sedarah seperti kamu dan Tasya semuanya dapat di lakukan dengan ritual penyatuan jiwa dan raga ini, seperti hubungan anta ibu dan anak laki lakinya, ada juga hubungan antara ayah dengan anak gadisnya semua dapat di satukan dalam perkawinan adat dengan melakuka ritual penyatuan jiwa dan raga ini seperti juga hubungan mu dengan Tasya antara kakek dan cucunya” kata kak Rafii

Pada sore harinya aku dan tasya memasuku upacara penguat raga dan pencucian jiwa di mulai dengan mandi kembang di tepi sungai Kahayan yang sudah di persiapkan oleh kak Rafii dan keluarga, aku dan Tasya di mandikan dengan kembang warna warni setelah itu malamnya aku di bawa ke ruangan terpisah dengan Tasya

Tubuhku di bauri rempah rempah di canpur semacam minyak dari jari kaki sampai kepala semua terkema ramuan itu kemudian dipijat seluruh badan sampai penisku juga, tidak ada bagian yang terlewatkan dan minum ramuan khusus untuk laki aki berwarna kuning bening hampir dua jam aku dipijat sekujur tubuhku dan tidur telanjang tanpa ditutupi apa apa tapi nyenyak sekali ramuan itu membuat nyaman tidur

Pagi harinya mandi seperti biasa dan minum ramuan seperti tadi malam masih dalam keadaan telanjang di pijat lagi dengan ramuan yang sama menurut mereka ramuan itu bisa menimbulkan badan menjadi segar otot yang tegang menjadi kondor dan ini terbukti ketika bangun pagi badan terasa ringan sekali otot kendor karena efek pijatan mereka aku perhatikan penisku bertambah panjang dari kemarin dan lebih besar pada siang hari dan sorehari dilalukan lagi

Tapi malam hari ritual di lanjutkan dengan pencujian jiwa hampir semalan aku direndam dalam semacam tempayan beras berisi air ramuan dan selau hangat walau tidak ada api yang memanasi tungku tersebut, siangnya setelah mandi dan minum ramuan yang sama aku dan kak Rafii berlari mengelilingi permukiman mereka 10 kali dan terakir mandi di sungai Kahayan yang airnya jernih

Pov Tasya Anggraeni

Setelah mandi air kembang yang di sediakan oleh keluarga kak Rafii dan kak Marna dan tunggu waktu untuk melakukan ritual penguat raga aku sempat bercerita sebagai 2 wanita dewasa tukar pengalaman dalam hubungan dengan laki laki

“Aku masih sekolah kok kak” kataku

“Kelas berapa” tanya kak marna

“Baru duduk di kelas XII, 3 bulan mendatang baru ujian Nasional” kataku

“Masih muda belia benar” kata kak Marna

Aku hanya tersenyum

“Kapan pertama kali ML” kata kak Marna

“Baru seminggu yang lalu kok kak” jawabku

“Gimana pengalaman ML pertama kali” kata kak Marna

“Gimana ya lah kak, mosok gitu aja di tanyakan kan akunya malu” kataku

“Habis penasaran banget jadi agak kepo hix hix hix” ucap kak Marna sambil tertawa dengan menutup mulutnya

“Pertama kali pemis mas Bram masuk ke memek ku rasanya sakit seperti orang kena silet habis kontonya gede banget tapi lama lama menjadi ketagihan hix hix hix” kataku sambil malu malu

“Kalau aku waktu pertama kali di pinang oleh kak Rafii aku sudah berumur 21 tahun dan sekarang memasuki tahun ke 7 dik dan aku senang aja, yah seperti mas Bram mu gitu tenaganya seperti kuda jantan ngak pernah ada puasnya walau tiap hari aku ngentot bersamanya malah tambah mesra dan cintaku harga mati sekarang tanpa kak Rafii sehari aja aku jadi klimpungan sendiri ketika kak Rafii pergi keluar kota atau baru urusan keluar gitu” kata kak Marna istri dari kak Rafii walau usia kak Rafii seusia mas Bramku.

“Kak payudaramu kok bisa besar gitu dan masih kecang aja padahal udah 7 tahun di remas remas oleh kak Rafii” kataku

“Ini berkat ramuan yang aku buat sendiri bisa melunturkan sel sel mati di sekujur tubuh dan mengencangkan otot biar ngak kendor ramuan dari peninggalan keluarga Babu dik” kata kak Marna, selanjutnya “Nanti setelah ritual penguat raga bisa dik Tasya rasakan sendiri ke ampuhan dari hasil ramuan penguat raga, payudaramu akan bertambah kencang dan vaginamu bertambah sempit menggigit membuat mas Bram mu sulit melupakan mu dan berdekatkan denganmu hawanya ingin ngentot melulu”

“Wah jadi kelenger nih aku kalau penis mas Bram menjadi tambah besar lagi sekarang aja aku merasa kualahan mengimbangi nafsu syawat mas Bram” kataku

“Ngak juga kok dik besok rasakan sendiri kalau kamu mampu mengimbangi nafsu birahi masmu karena kamu sendiri juga punya nafsu yang tak kalah dengan mas Brammu” kata kak Marna

“Ditambah pijatan ala keluarga Babu akan mengiatkan seluruh tubuhmu menjadi on setiap saat dikala kamu sedang berdampingan dengan mas Bram mu” kata Marna

“Ada ritual pijat segala ya kak” kataku

“Pada dasarnya dalam ritual penguat raga nanti ada 2 tujuan yang pertama membuat tubuhmu tambah seksi dan menggairahkan setiap priya yang memandang mu dan kedua nafsu sexual mu juga akan bertambah” kata kak Marna

Dan cerita dengan kak Marna berlangsung seru tidak hanya membahas hubungan sebagai suami istri saja tapi juga sega pernak pernik perkawinan supaya perkawinan menjadi langgeng dan lancar.

“Dik kita makan malam dulu udah di siapkan oleh mamak, aku udah lapar juga” kata kak Marna

Memang seharian aku tidak makan hanya pagi hari sarapan di hotel bersama mas Bram setelah itu tidak menyentuh makanan lagi.

Setelah makan aku dan kak Marna di dampingi oleh kerabat dekat dari keluarga Babu mulai ritual penguat raga dan di lanjutkan dengan ritual penyucian jiwa, pertama aku disuruh minum ramuan tradisional milik keluarga Babu sairan berwarna merah muda itu aku minum satu gelas sekali tenggak harus habis rasanya ada manis dan asam membuat badan menjadi hangat penuh gairah hidup, dan aku mulai ritual pemijitan seluruh tubuhku di taburi oleh cairan sejenis minyak berbau harum keseluruh tubuh ki dari ujung kaki sampai ujung kepala tidak ada yang terlewati sampai lubang vaginaku juga ikut di pijat dengan memasukkan dua jadi si pemijat ke dalam vagina aku menjeri jerit keenakan seakan baru di ngetot mas Bram hampir 2 jam pijat yang di lakukan oleh 2 – 3 pererempuan yang sudah lanjut usianya aku perkirakan 35 – 40 tahunan. Kak Mirna hanya diam dan mendampungiku selama ritual berlangsung.

Setelah selesai aku dilarang memakai baju jadi telanjang bulat semalaman dan ditinggal di kamar sendiri dan dianjurkan berdoa terus dengan doa menurut kepercayaan masing masing intinya mendekatkan diri dengan alam semesta dalam pencucian jiwa ini berdoa sampai leleh dan tertidur sendiri di dalam kamar yang hanya ada satu penerangan lampu 5 watt yang redup, terasa sekali dalam jiwa menjadi lebih tenang aku sih menyebut asma Allah berulang ulang sehingga luyut dan akhirnya tertidur.

Pagi harinya setelah bangun langsung berendam di jamban yang cukup besar dan udah di campuri ramuan yang berbau wangi, bau wangi ini akan dirserap oleh tubuh seringga sekujur tubuh ku akan berbau wangi melati sepanjang hari.

Setelah mandi kungkum aku masih dilarang memakai baju dulu katanya biar sel sel dalam tubuhku bekerja maksimal, sepanjang hari aku bertelanjang tanpa penutup benang setelah makan pagi aku diberi minuman seperti semalan harus habis dakam selaki tenggak tubuh menjadi hangat kembali walau sehari semalam tidak menggunakan baju sama sekali.

Siang nya hanya di bolehkan minum air putih dingin dan minum ramuan seperti tadi pagi malam harinya di ulangi lagi ritual seperti semalam dan dilanjutkan lagi dengan peyerahan diri ke semesta.

Pada malam ketiga aku tidak di pijat lagi tapi langsung memsuki Ritual penyatuan jiwa dan raga di tengah malam, waktu pertama kali aku ketemu mas Bram lagi pandanganku selalu tertuju kearah mas Bram yang semakin ganteng dan penuh gairah mata kami saling bertatapan dan saling mengagumi satu dengan yang lain. Inilah yang di katakana oleh kak Marna aku selalu bergairah kalau berdekatan dengan mas Bram, menjelang tengah malam aku dan mas Bram di arak menuju suatu tempat seperti tempat pemujaan dan di bawah sinar bulan purnama

Kak Rafii berdiri di tengah lingkaran yang sudah di penui oleh keluarga Babu, dan kak Marna membawa cawan yang berisi cairan yang berwarna putih dan cawan tersebut di taruh di atas meja pemujaan, mula mula mas Bram di panggil dan di suruh memberi setetes darah dari jari jarinya kemudian aku juga melakukan hal yang sama, cairan yang tadinya tidak berwarna kini menjadi seburat warna merah muda dari tetesan dari kami.

Mas Bram menuju altar lagi dan meminumnya seteguk dan bergantian aku juga minum dari cawan yang sama seteguk dan diulang sampai caiarn habis dan cawan menjadi kosong dan doa doa ditantunkan dan pernyataan mas Bram resmi menjadi suamiku di lanjutkan dengan pesta meriah sampai pagi.

Aku dan mas Bram di persilahkan masuk sebuah rumah yang sudah di persiapkan untuk malam pertama kami yang di antar dengan kak Rafii dan kak Marna sekalian, setelah aku itu aku dan mas Bram ditinggalan di dalam rumah itu

“Gimana perasaan kamu sekarang jeng” kata mas Bram setelah kami masuk kamar peraduan kami, sambil aku duduk di pangkuan mas Bram dan tangan mas Bram membelai mesra rambut ku yang terurai panjang.

“Senang mas akhirnya aku menjadi istri mas Bram walau masih secara adat tapi aku merasa sudah menjadi istri mas Bram beneran, sesunggungnya setelah ritual penyatuan jiwa dan raga kami, ini sangat terasa sekali” jawabku

“Benar jeng, mas juga merasakan hal serupa kini jiwa raga ku sudah menyatu dengan jiwa raga mu jeng” kata Mas Bram sambil mencium bibrku dengna masra dan aku sambut ciuman mas Bram dengan lumatan yang tak kalah mesranya.

Semakin lama semakin panas ciuma ku ke bibir mas Bram, tangan mas Bram mulai nakal meremas payudaraku di balik baju yang aku pakai dan mas Bram menghentikan ciumannya dan memandang ku dengan perasan heran

“Kenapa mas” kataku

“Perasaan payudaramu bertambah besar jeng” katanya

“Masak si mas, perasaan sama juga kok” kataku berbohong

“Sunggung jeng kemarin aku merasakan ngak sebesar ini kok” katanya

“Mas Bram suka ngak” kataku

“Suka dong payudaramu semakin besar dan putting nya juga terasa lebih menonjol dan keras, ingin sekali membuat cupangan baru di sebelah putting mu” kata mas Bram

“Nikmati saja mas, kalau suka” kata Tasya

MasBram langsung membuka baju yang di ku pakai sehingga aku sudah telanjang dada payudaraku kini bertambah besar beberapa inci dan putting nya sekarang berwarna merah terang, mas Bram sejenak memandang payudaraku yang bertambah besar dan kencang otot penyangga kuat menahan bongkahan payudaraku

“Mas Bram cium dong payudaraku” rengek ku

Tangan mas Bram langsung meremas payudaraku dan aku meleguh panjang,

“Maaassssss” kataku

“Kenyal banget jeng” kata mas Bram sambil meremas remas payudaraku kiri dan dan memainkan putingnya, wajah ku menghadap ke wajah mas Bram dari samping dan langsung aku cium bibir mas Bram dan tubuh ku merapat ke tubuh mas Bram dan tanganku yang satu ada di atas pundak mas Bram aku posisi miring. Ini posisi yang paling aku suka dalam berciuman duduk di pangkuan mas Bram, payudaraku do remas remas putingnya di pelintir pelan dan bibir kami saling menyatu mataku terpejam menikmati ciumamnya, kali ini dan lama ngak puas puasnya berciuman dalam posisi seperti ini.

Tangan ku berusaha melepas pakaian yang dipakainya lewat atas kepala dan mas Bram menghentikan sejenak remasan tangannya dan ciumannya sementara aku menerik pakaian dan melepas pakaian mas Bram.

Setelah terlepes mas Bram mengulangi kembali ciumannya tapi kini ciuman mas Bram mendarat di telinga kiriku yang dekat dengan bibir mas Bram, sambil mengulum telingaku memainkan atingku yang aku pakai dan akhirnya memberi cupangan di leher bawah telingga kiri.

“Ah, maaassss Braaaammm” legukku memanggil nama mas Bram

Diangkatnya tubuh ku di atas tempat tidur yang ada dalam kamar itu di baringkannya terlentang kedua tanganku masih di leher mas Bram dan tangan mas Bram meremasi payudaraku ciumannya terus menerus di bibirku dan menggeser kebawah kearah payudaraku dijilat jllat putting ku dan di kenyot kenyot menggunakan bibirnya, tak lama setelah itu mas Bram melepas bawahanku di tariknya kebawah sehingga terlepas dan aku telanjang di atas tempat tidur.

Mas Bram berdiri melepas juga celana yang di pakainya sehingga penis kesayanganku timbul lebih panjang dan besar, mas Bram memposisikan duduknya di samping kepala dan kepala menghadap varinaku dan mulai menciumi vaginaku enak, aku raih penis mas Bram yang sudah tegang sempurna dan dalam posisi 69 ini kami saling mengeksplotasi kelamin masing masing mas Bram mulai menciumi vaginaku dan aku mulai menjilati kepala penis nya.

Aku tersentak kaget kitika sedotan bertenaga mengarah ke kelentitku

“Maaaasssss Braaaammmm, ohhhhh” kataku


Tanpa basa basi lagi kedua jari mas Bram memasuki lubang kenikmatan dan menggeseknya dengan lembut dan aku tak mau kalah aku sedot kepala penis mas Bram dengan sekuat tenaga sehingga bibirnya terpepas dari kelentitku dan

“Ohhhhh Taaassssyyyyaaa” leguan panjang dari mulut mas Bram.

Aku mulai memasukan penis mas Bram ke dalam mulutku dengan susah payah diameternya bertambah besar sampai aku membuka mulutku lebar lebar untuk bisa menelan penis mas Bram tapi hanya kepala penis nya saja yang masuk.

Sepuluh menit berlalu mas Bram perpindah posisi kini berada di atas tubuh ku dengan penis di depan vaginaku yang sudah basah kuyup, di tekannya kepala penis mas Bram agar masuk ke dalam vaginaku tapi selalu meleset ke samping memekku tambah rapet, aku pegang batang pensis mas Bram aku arahkau ke lubang vaginaku dan menahan agar tetap seperti itu kedudukannya

“Dorong mas pelan” kata ku lirih di sebelah telingganya.

Mas Bram mendorong pelan sehingga kelapa penis mas Bram sudah masuk, berhenti sejenak dan aku melepas gegamanku pada batang penis mas Bram, dengan hati hati di dorongnya pelan dan berhenti sebentar didorongnya lagi setelah setengah batang di tarik penis masBram dan di dorongnya kembali lama lama penis mas Bram masuk dengan sempurna.

Wajah mas Bram tampak ceria dan senyum kepuasan setelah berhasil memasukan penis panjamg dan besar semua ke dalam vaginaku

“Akhirnya masuk juga jeng, enak jeng” kata mas Bram

“Enak lah mas penuh banget mas memek aku terasa nganjel yang luar biasa” kataku sambil tersenyum

“Aku mulai ya” kata mas Bram

Aku hanya menggangukan kepalau tanda setuju

Dengan pelan dan hati hati agar aku tidak merasakan sakit di tariknya agak panjang sempai setengah lebih dan di dorongnya lembali sampai menyentuh peranakanku, gerakan itu di ulang berkali kali semakin lama semakin lancar ketika penumas yang keluar dari vaginaku bertambah banyak.

Wajah mas Bram ada di atas wajahku matanya selalu tertuju kepadaku dan bibir aku selalu terenyum kearah mas Bram dan bibir mas Bram juga selalu tersenyum membuat wajahnya yang ganteng laki laki tuaku ini penuh karisma, entotan tambah mantab dan pinggulku pun tampa kusadari mulai bergerak ke kiri dan ke kanan sorot matanya dan senyuman itu membuat hati ini menjadi semakin berbunga bunga

“Maaaasssss Braaaammm” kataku tanpa sadar aku memanggil namanya mas Bram pun memandang wajahku kembali dan tersenyum manis

“Mas kok enak banget ya” kata ku sambil tersenyum penih arti

“Tasssyyyaaa isstttrrrriiiikuuhhh” kata mas Bram

“Yaaahhhh aappppaaa ssuuuaaammmiiikuuuu sssyyyaaannngggg” kataku

“MMaakkiiinnnn cciinnntttaaaa mmmaaassss kkeeepppaaadddaaammmuuu” kata mas Bram

“AAkkuuuuhhh jjjuugggaaaa mmaasssss” kataku

Semakin lama semakin cepat gerakan penis mas Bram keluar masuk ke dalam vaginaku dan goyang pinggulku pun semakin cepat seirama dengan kecepatan goyangan pinggul mas Bram dan ….

“Maaasssss aakkkuuuu mmmaauuuu ….. aahhhhh” kataku belum selesai kalimatku di susul serrrttt, ssseeeeerrrrrtt, sssseeeeeerrrrrrttttttt

“Ooohhhhhhh mmmaaassssss Bbbbbrrrrraaaammmmm, eeennnnaaaakkkkk” kataku terputus putus dan mata ku terpejam menikmati orgasmes ya sangat panjang sampai pantatku ku naikan ke atas dan tubuhku ikut melenting ke bawah sehingga payudaraku terangkat ke atas, tangan mas Bram tetap meremas kencang banget menmbah sensasi sendiri otomatis gerakan pinggul mas Bram berhenti sejenak beberapa menit selama aku menikmati orgasme ku selesai, setelah agak tenang langsung mas Bram menggejot pinggulnya dengan kecepatan tinggi sambil mengciumi leher kananku dan memberi cupangan di beberapa tempat dan akupum merespon dengan sisa tenaga yang masih ada dengan cepat aku putar pantat ku dari bawah sehingga timbul suara plok plok plok plok dengan sangat sepat penis mas Bram ikut berputar di dalam vaginaku seakan membuat lubang yang sangat dalam 15 menit kemudian mas Bram mulai mendengus dengus seperti banteng marah dan aku masih bisa melihat mata mas Bram membalik hanya warna putih yang terlihat dengan pantat menekan ke bawah keras sekali akupun merasakan hal yang sama seperti cacing kepanasan mengeliat geliat ke kiri dan kekanan membuat speri yang tadinya rapi kini menjadi acak acakan kerena olah kami berdua dan

“Ohhhh jjeeennnnggggggg” teriakan mas Bram sambil menekan dalam dalam penisnya menusuk lebih ke dalam vaginaku

“Maaaaassssssss” kataku sambil berteriak dan pantatku aku naikan ke atas sehingga kelamin kami menyatu sempurna choootttt chhhoooottt ccchhhooootttttt dibarengi ssseeerrrrr ssseeeerrrr ssseeeerrrrrr …

2 menit berlalu dalam kondisi saling menekan dan akhirnya melemah dan mas Bram bergulir di sisiku sambil meraih kepalaku dan memberi ciuman dengan sangat mesra aku juga membalas ciumannya sebagai ucapan teima kasih ku ke mas Bram tersayang

Pov Marna Erang

Setelah mengantar mas Bram dan dik Tasya masuk ke paraduan untuk melanjutkan ritual menyatuan jiwa dan raga mereka aku dan kak Rafii menuju ke bagian selatan perkampungan adat kami disana ada semacam bangunan mungil di tepi sunagi Kahayan pada saat bulan purnama seperi saat ini tampak besar berasnya dan memantulkan cahaya keemasan dari pantulan sinar rembulan ke sungau Kahayan. Waktu itu sudah tengah malam dalam suasana sepi semua warga sedang berkumpul di sekitar altar pemujaan di bagian utara perkampungan ini.

Kak Rafii menuntunku melangkah ke bangunan setengah terbuka terbuat dari anyaman bamboo dan kak Rafii duduk di tepi bangunan itu dan aku di pangkunya dan di peluknya berkali kali menciumi pipiku sepanjang jalan menuju kemari tadi, mesra.

“Kak Rafii” kataku

“Ada apa dik Mar” jawabnya

“Aku masih kepikiran dengan dik Tasya kak” kata ku

“Lha merekan baru bahagia bagianya saat ini” kata kak Rafii

“Iya sih” jawabku

“Lalu apa yang menjadi pikiranmu” kata kak Rafii

“Dik Tasya masih remaja usianya pun masih 18 tahun dan baru duduk di bangku kelas XII atau SMA kelas 3 sudah bisa menentukan pilihannya dengan pas ya kak” kata ku

“Itulah dik Marna, cinta memang tidak memerlukan suatu alasan, bila ke dua hati sudah mulai berbicara semua bisa terjadi, tidak jarang perkawinan beda usia seperti mereka dalam keluarga menjadi lebih bahagia, yang muda merasa di lindungi yang tua juga merasa bisa melindungi tapi dalam kasus ini Tasya sudah bertekat bulan semenjak kelas 5 SD telah jatuh hati kepada kakeknya Bram yang memang berpenampilan elegant sebagai seorang perwira militer ketika Bram di tugaskan di sini pun aku sudah merasa Bram mempunyai aura yang berbeda dari perwira lainnuya, penampilan yang sangat sederhana dan mau menerima pendapat orang lain terutama anak buahnya sebagai komandan tidak arogan apa yang di peritahkan harus di jalani tegas dan berwibawa. “ kata kak Rafii, lanjutlah “Jadi wajar saja Tasya kecil sudah meneruh hati ke kakek nya yang di dukung dan di dorong oleh neneknya yang sangat menyayangi suaminya karena sesuatu hal tidak bisa membahagiakan suaminya yang mempunyai mobilitas yang cukup tinggi, istri Bram, Niken sangat menyesal pada akhir nya tidak bisa membahagakan suaminya dan menunjuk Tasya sebagai gantinya, Bram sebenarnya sudah menolak keinginan istrinya Niken tapi tidak kuasa menolak keinginan Tasya sendiri yang memang mencintai Bram dengan sepenuh hati, ingat kemarin ketita Tasya bersaksi dia iklas menjadi gundik untuk eyang kakungnya sesuatu yang jarang terjadi, aku menjadi sangat trenyuh sekali ketika Tasya mengatakan mau jadi gundik atau wanita simpanan tanpa ikatan apa apa, di sinilah aku menganjurkan ritual selama tiga hari”

“Ia kak aku juga merasakan hal yang sama semenjak pertemu Tasya pertama kali dan banyak cerita mengenai hubungan mereka” kata ku

“Jadi pingin enek enek kaya Bram dan Tasya aku dik” kata kak Rafii

Kak Rafii langsung mencium bibirku denga sangat mesra dan penuh perasaan dan aku mengimbangi ciuman kak Rafii yang makin lama semakin panas dan tangan kak Rafii segera mengnaikan bajuku dan payudaraku di lahapnya di kenyut kenyut sehingga aku mendesah desak ke enakan, aku juga menaikan baju kak Rafii sehingga terlepas dan kami sama sama telanjang dada, kak Rafii mendorong tubuh ke tengah balai dan melepas sarung yang aku pakai dan mulai menciumi vaginaku, di ciumnya dengan mesra kelentitku, aku merasa sangat senang bisa melakukan persetubuhan ini di bawah bulan purnama yang meurut keyakinanku akan mendapatkan dari dewi bulan dan kecantikan yang alami.

“Kaaaakkkkk, kkaaaakkkk” eranganku

Kak Rafii tidak menjawab panggilanku tapi ke dua jaringa masuk ke dalam lubang vaginaku dan menggosoknya pelan sambil kelentitku tak lepas dari mulut kak Rafii, sekitar 10 menita aku mendapat orgasme yang pertama semenjak 3 hari aku menemani Tasya dan kak Rafii menemani mas Bram, setelah aku orgasme dan beristirahat sebentar kemudian aku duduk dan melepas sarung yang di pakainya dan mengulum penis kak Rafii yang besar dan berurat masuk kedalam mulut mungilku hanya sebentar aku melakukan kak Rafii langsung menarik tubuhku di rebahkan di atas balai dan penis besar kak Rafii di dorong masuk ke dalam lubang vaginaku yang sudah siap menerima penis besarnya

“Tambah sempit nih dik, memekmu” kata kak Rafii

Aku hanya tersenyum mendengar kometarnya mengenai vaginaku

“Ka bukan memek ku yang tambah sempit tapi kontol kak Rafii yang tambah besar” kataku

Tanpa jawaban kak Rafii langsung menaik turunkan pinggulnya sehingga gesekan dari kelamin kami sangat nikmat inilah yang membuat aku menjadi lebih sayang lagi walau usia perkawinanku sudah masuk tahun ke tuju dan sudah di karunia seorang putra kali laki berusia 5 tahun dan kami berdua sangat mencintai putra kami ini.

“Kaaakkkk, enneeekkkk ahhhhh agaaakkk kkeenncceeeenggg kaaaakkkkk” pintaku

“Kak Rafii langsung memenui permintaanku membuat gerakan yang lebih cepat dan menambah kenikmatan dalam setiap persetubuhan kami,

“Kaaaakkkk aaakkkuuuuu mmmaauuuu kkeeellluuuuaarrrrrr” ucapku diselah selah nafasku yang memburu

Pada titik tertentu aku menaikan pantatku keatas tanda orgasme ke dua datang, kak Rafii tersenyum puas melihat aku berkelejotan sendiri sampai pinggul ku aku naikan ke atas dan dadaku sebagai tumpuan ku dan mataku terpejam sempurna

Setelah agak reda kak Rafii langsung menggoyang pinggulnya dengan kecepatan penuh dan tak lama lagi akupun merasa orgasme ku akan datang lagi

“Kaaakkkkk mmaauuuu kkeeellluuuaarrrrr llllaaaggggiiiii” teriaku

“Akuuuuuu jjuuuuuugggaaaaa” kata kak Rafii

“Barenggggiiiinnnnn kkkaaaakkkkkk” kataku lagi

Dengan mata terpejam aku meresapi kenikmatan tak terhingga seluruh badanku lemas tak bertenaga dan sebagai konpensasinya rasa terbang ke awang awang seeeeerrrr sseeeerrrrr, semenrata itu kak Rafii juga mengalami hal yang sama menahan pantatku keatas dengan dorongan kebawah sehingga penis besar kak Rafii menancap sempurna disertai berkedut kedut dan lahar sepermanya memenui lubang vaginaku chhhoooootttt ccchhhhhooooottttt beberapa kali membasai relulung tubuh ku yang lemas.

“Nikmat banget kak di bawah bulan purnama memadu kasih” kataku sambil mengecup bibir nya dengan sangat pelan

“Ia dik aku juga erasakan hal yang sama, semakin cinta aku ke kamu dik tanpa batas” kata kak Rafii di selah selah dengusan nafas yang mulai teratur.

Setelah istirahat sekitar 15 menit dalam ke adaan telanjang aku dan Kak Rafii menatap indahnya bulan purnama dengan saling merangkul tangan kak Rafii berada di pinggang ku dan tanganku juga ada di pinggangganya kepalaku rebah di dada bidang kak Rafii

“Ayo dik pulang keburu ada orang datang” kata kak Rafii sambil memakai bajunya kembali dan aku juga memakai baju kembali melangkah bersama meninggalkan arena pertempuran malam itu.

-----

Semoga berkenan suhu
Jangan lupa tinggalin Kripik nya biar ane tambah semangat.


Cerita bagus penutup tahun 2020
 
Up lagi ….
Sayang deh ngak ada respon jadi agak malas nih up nya
Semoga aja terhibur
Tapi percaya ini hanya hiburan belaka ngak ada niatan untuk melecehkan satu golongan tertentu dan hasil dari imajinasi ane aja,

Part 16: Sebuah Anugrah

Pov: Tasya Anggraeni

Pagi harinya aku terbangun dari tempat tidur itu memandang mas Bram masih teridur dengan senyum mengambang di bibirnya, aku pandang wajah mas Bram kekasih tuaku itu dan ku belai rambut nya dengan pelan aku ciumi pipinya aku kecup keningnya dan terakhir aku cium bibirnya mas Bram mulai menggeliat dan sadar dari tidurnya pandangan kami pun beradu mesra sorot mata dan senyuman bibirnya membuat hati ni berbunga bunga tidak salah aku memilih mas Bram menjadi suamiku yang perkasa baik di ranjang maupun di tempat lain membuat hatiku merasa nyaman.

“Selamat pagi sayang” katanya

“Selamat pagi juga sayang” jawabku, tangan mas Bram menarik tubuh ku di baringkannya di atas tubuhnya yang terlentang dan di peluknya tubuh ku dengan sangat erat seakan takut kehilangan aku, bibirnya mengecup bibirku dengan sangat mesra dan aku balas kecupan bibirnya dengan kecupan dan pugutan dibibirnya.

“Tasya istriku sayang” kata mas Bram dicelah celah ciumannya

“Mas Bram suamiku, bangun yuk bersih bersih udah jam 7 kayaknya matahari udah muncul” kataku

“Nanti aja lah masing ingin memeluk dirimu dan merasakan kasih sayang mu istriku” kata mas Bram

“Peluk aja sepuasnya semalam ku udah resmi menjadi istrimu mas” kataku

“Ia sayang perjunagan kita membuahkan hasil sekarang sayang sudah menjadi istriku jangan lagi menyebut menjadi gundik peliharanku risi aku mendengarnya” kata mas Bram

“Iya mas aku dari saat ini aku sudah plong karena kesungguhan hati mas Bram dan usaha mas Bram yang gigih membuat aku bersemangat menjalankan hidup ini” kataku, kami hanya berpelukan dan saling merabai tubuh kami mas Bram ngak puas puasnya memainkan payudaraku dan menyentil nyentil putting ku

“Mas kapan kita ke Palangkaraya lagi, kata nya hari ini setelah ritual penyatuan jiwa dan raga ini” kataku

“Iya jeng kemarin aku kabari Sandra kiting baru bisa lepas ijin komandannya jam 12 san untuk menjemput kita nanti sampai disini sekitar jam 3 tan gitu dan jam 4 atau 5 kita langsung ke Palangkaraya menginap di hotel yang kemarin dan esok lusanya baru kita take off ke Jakarta sayang.” kata mas Bram

Setelah puas memadu kasih aku dan mas Bram mandi bersama di kamar mandi yang sangat sederhana, setelah selesai mandi aku dan mas Bram berkumpul kembali dengna keluarga Rafii untuk makan pagi dan aku jalan jalan di sekitar perkampungan suku Dayak di dampingi oleh kak Marna, Banyak pemandangan yang masih asri belum tersentuk oeh kejahilan tangan manusia, tenang dan damai.

Sorenya sekitar jam 4 tan aku dan mas Bram pamitan pulang sambil mengucapkan terimakasih kepada keluarga Babu, kak Marna memberi aku ramuan untuk aku dan mas Bram untuk memyempurnakan ritual kami.

Sekitar jam 7 malam aku dan mas Bram sudah masuk ke holel yang kemarin untuk menginap, setelah bersih bersin aku dan Mas Bram langsung tidur karana badan aku merasa sangat leleh seharian keliling perkampungan suku dayak, pulas tidurku.

Tengah malam aku terbangum melihat mas Bram sudah tidur di sampingku sambil memeluk tubuh ku merasa nyaman dalam pelukan laki laki tuaku ini dan aku turun dari tempat tidur karena aku merasa lapar dan mencari sesuatu yang bisa mengisi perutku.

Aku hanya menemukan roti sobek yang aku beli tadi di jalan yah lumayan untuk mengisi perut kosongku, dan minum air teh hangat yang di sediakan oleh pihak hotel setelahnya aku tidur lagi di samping mas Bram.

----

Pagi harinya jam 4.30 mas Bram sudah membangunkan aku untuk melakukan ibadah bersama setelah mandi dan sholat aku dan mas Bram menanfatkan waktu luang pagi hari dengan jalan jalan sekitar hotel karena hari libur maka jalan jalan terasa lenggang hampir satu jam aku dan mas Bram jalan bergandengan tangan dan mas Bram selelu tersenyum bahagia dan mengumbar kemesraan kami di depan umum, bahagia, damai dan nyaman itu yang aku rasakan selama ini berdampingan dengan mas Bram.

Jam 7 kami kembalike hotel lagi dan becengkrama di dalam kamar hotel

“Mas, nanti siang antar aku ke mall ya beli dalaman” kata ku

“Lho pada ke mana CD dan Bramu jeng” kata mas Bram

“Kan kemarin setelah ritual tu pada kekecilan semua tambah besar kali ukuran dadaku dan pinggul aku” kataku manja

“Ya betul jeng, dadamu tambah besar,pinggulmu tambah mekar dan pantatnya pu tabah semok” kata mas Bram sambil meremas pantatku yang cukup nungging

“Aih mas” kataku sambil mencubut lengannya

“Enak juga deh pantat ini di remas remas” katanya

“Ya mas yang enak, tapi aku risi mas” kataku sambil berusaha menjauhkan tangan mas Bram dari pantatku dan pinggangku

Mas Bram hanya tertawa tawa saya

“Ayok jeng sarapan duku, aku lapar nih” kata mas Bram sambil berdiri dan menarik aku keluar dari kamar hotel menuju cafeteria hotet untuk sarapan di sama. Kami berjalan beriringan dengan bergandengan tangan mesra, saling rangkul dan sudah tidak risi lagi mengumbar kemesraan di depan umum memang aku dan mas Bram seperti suami istri tatapan mata mas Bram selalu membuat aku bergairah dan senyuman mas Bram membuat aku meleleh.

Sesampainya di cafeteria hotel aku dan mas Bram memesan makanan yang masing masing dan duduk berdampingan saling suap mesra, aku yang tidak perbah pacaran sehingga ini adalah moment yang paling berharga sepanjang hidup berdekatan dengan seorang laki laki yang sangat aku cintai dan aku sayangi aku senag dan ingin hidup seperti ini selamanya.

“Mas, enaknya liburan kayak gini dan tempat seperti ini di pakai untuk keliling kota melihat kota Palangkaraya, mungkin mas Bram sudah bosan di tempat ini tapi aku baru pertama kali kemari sehingga ini merupakan pengalaman aku yang pertama, dan aku ingin meresakan pacaran yang sebenarnya dengan mas Bram sebagai kekasihku” kataku

“Ia ia mas mengerti, kita sehari ini akan keliling kota melihat pemandangan dari kota Palangkaraya ini, nanti mas mau menyewa mobil di rental aja dan kita bebas keliling sampai malam juga ngak papa kok, mas siap mengantar kekasih mas untuk berekreasi di kota Palangkaraya ini” jawab mas Bram

“Mas Bram baik deh” Kataku sambil mencium pipi kanan mas Bram

Setelah selesai makan pagi, aku dan Mas Bram meninggalkan cafeteria hotel dan menuju ke Resepsionis menanyakan apa menyediakan mobil yang bisa di sewa seharian dan mendapatkan sewa mobil yang bisa di rental. Setelah harga cocok aku dan mas Bram kembali ke kamar. Setelah sampai di kamar

“Mas, Aku nau telp mama dulu ya ingin mengucapkan selamat Nata” kata ku

“Ya Sebaiknya sekarang kan ini siang sebab kalau sore atau malam kemungkinan ada ke giatan di gereja” jawab mas Bram

Aku mengambil smartphoneku dan menghubungi nomer mama

“Hallo ma, Selamat natal ya” kataku mengawali pembicaraanku dengan mama

“Hallo Tasya, terima kasis ya sayang, kemana saja kamu, sejak kemarin tak hubungi kok nomermu ngak aktif” kata mama

“Aku ada di Kalimantan ma, nganter eyang kakung menemui saudaranya angkatnya” kataku

“Eh, papa punya saudara anggkat di Kalimantan” kata mama heran

“Ia ma, Tasya pun baru tahu sekarang kalau eyang kakung punya saudara angkat di Kalimantan ini, tepatnya di daerah perbatasan dengan malaisia ma” kataku

“Kok bisa bisanya papa punya saudara angkat di sana” kata mama

“Jadi gini mah, 20 tahun yang lalu eyang kakung di tugaskan oleh pemerintah menjaga tapal batas di perbatasan Kalimantan ini, dan eyang kakung mengobati salah seorang kepala suku dayak dan beliau sembuh, lalu diangkat menjadi anak anggat kepala suku tersebut dan sekarang kepala suku tersebut sudah meninggal dunia dan di gantikan oleh putranya yang mengganti kedudukan sang ayah dan kemarin aku mengantar eyang kakung ke saudaranya angkat nya itu ma” kataku

“Terus sampai kapan kamu di Kalimantan” kata mama

“Besok siang udah pulang ke jawa kok mah, tapi langsung ke Jakarta untuk mememani eyang kakung reoni di mabes” kataku, lanjutnya “Mama, papa dan Dion jadi ke Makasar”

“Jadi tas siang jam satu kami terbang ke Makasar, sampai tahun baru” kata mama

“ya udah ma, hati hati di jalan” kataku

“Kamu juga hati hati di jalan, kapan pulang ke Semarang” kata mama

“Yan anti lah setelah dari Jakarta, ke Sala dulu dan setelahnya pulang ke Semarang dan mungkin tahun baru aku ada di Sala” kataku

“Oh, ya udah kalau begitu kunci rumah tak bawa aja, tadi si rencabanya mau di titipkan ke tetangga sebelah runah takut kalau sewaktu waktu kamu pulang” kata mama

“Selamat rekreasi ma, oleh oleh nya bukaken ya ma” kata ku

“Ya nanti kalau sempat mampir di bunaken” kata mama

Kemudian telpun di tutup.

“Jeng Tasya, sini dulu duduk di pangkuanku” kata mas Bram

Aku melangkah mendekati tempat duduk mas Bram di sofa panjang di dalam kamar hotel.

“Kangen ya sama aku, ya mas” kataku manja dan menuju ke pangkuan mas Bram

“Kalu dekat dengan mu selalu hawanya ingin ngentot melulu” kata mas Bram

“Aku juga kok, penginnya memekku di sodok terus oleh penis mas Bram yang perkasa” kataku

Aku memposisikan duduk di pangkuan mas Bram, aku menarik rok panjang ku sampai di atas lutut kemudian melangkah menduduki selakangan mas Bram tanganku ada di pundak dan mata ku tetap menatap mata mas Bram yang tersenyum mengambang.

Aku usap kepala mas Bram dan mas Bram mulai menciumi pipiku kiri dan kanan dan akhirnya ke bibbr ku juga, ciuman mas Bram sunggung lembut dan memabukan, aku merasakan getaran halus menyusup di relung hatiku.

“Masssss” kataku

“Main sebentar ya jeng, sambil menunggu mobil nya datang” kata mas Bram

Aku hanya menganguk sebagai pesetujuan, Mas Bram langsung melepas pakaian yang aku pakai dan melihat aku sudah ngak pakai apa apa lagi

“Nakal nih ngak pakai cd dan bra” kata mas Bram sambil meremas payudaraku

“Kan tadi udah di kasih tau kalau cd dan braku semua pada kekecilan ngak enak sesek dan susah bernafas” kataku

“He he he mas lupa” kata mas Bram

Aku juga melepas kaus dan celana trening yang di pakainya, beserta cd nya sekalian dan aku dan mas Bram sudah telanjang bulat.

Mas Bram mencium payudaraku dan meremasnya dengan pelan dan aku bergelinjang menehan nikmat ketika putting ku di cium dan di kenyot kenyot. Tanggan ku ke bawah mencari kontol mas Bram yang sudah setengah tegang.

“Mas mainnya di tempat tidur aja ya, lebih enak” kataku

Tanpa menjawab di angkatnya tubuhku dan kedua kakiku mencepit pinggang mas Bram yang membawanya ke tempat tidur di samping sofa tempat kami duduk, dengan perlahan lahan tubuhku di baringkannya di tempat tidur dan tubuh mas Bram langsung menindih tubuh ku, di geserkan tubuhnya sehingga mas Bram berada di samping kiri aku dam mas Bram saling berhadap hadapan dan tetap saja bibir mas Bram ngak lepas dari payudaraku baik ketika aku diangkatnya sampai aku di tidurkannya di tempat tidur bibir itu masih menempel di putting sambil di kenyut kenyut bagai bayi yang baru meminum susu ibunya

Setelah aku di baringkan terletang di tempat tidur mas Bram menyusul rebahan di sampingku dengan penis yang sudah lumayan tegang. Aku raih penis itu, aku pegang dengan hati hati sambil

“Becek jeng” kata mas Bram

Aku hanya tersenyum mendengar kata kata mas Bram, tanganku mulai meremas remas penis mas Bram dan mengocoknya pelan pelan cairan kental sudah mulai keluar di atas kepala penis persis pada lubang kencing nya.

Aku menyentuk kepala penis dan menggosoknya dengan pelan sehingga wajah mas Bram yang semula hanya senyam senyum sendiri kini memejamkan mata dan merasakan nikmat kerena gosokanku pada kepala penisnya.

Mas Bram menggeser tubuhnya kini mas Bram berada di atas dengan penis yang sudah tegang maksimal dam menggosok gosokannya batang penis nya mdan enyentuh belahan memekku dan akhirnya ….

Blesss …. penis itu sudah bersangkar ke dalam memekku

“Ahhhhh mmaaaasssss” legukku tetika penis masuk dengan sempurna ke dalam memekku.

Mas Bram mendiamkan sebentar penisnya pandangan matanya tertuju pada wajahku yang cukup gelisah dan ke dua tangan nya mengusap perut naik ke atas mengusapi payudaraku dan memaikkan putting ku aku diam saja merasakan sensasi yang di berikan oleh mas Bram terhadap tubuhku.

“Mas Mulai ya” kata mas Bram sambil tersenyum

Aku hanya tersenyum sambil menggerakkan kepalaku tanda setuju, mas Bram menggerakan pinggulnya dengan pelan dan hati hati, sambil tersenyum dan aku balas tatapan matanya dengan senyuman pula, tiada kata yang terucap di antara bibir bibir kami hanya desahan ku mulai terdengan seirama dengan sodokan sodokan penis mas Bram ke dalam memekku

“Ahh …. ahh …. ahh …. “ seirama dengan sodolan penis mas Bram
Pertemuan antara kontol mas Bram dengan memeku menimbulkan suara yang merdu, sleep, sleep, sleep dan benturan testis mas Bram ke pantatku plook, plook, plook ….

Mas Bram merebahkan tubuhnyan menindih tubuhku yang terlentang bertumpu pada siku siku tangannya dan sebagian lengannya menyusup di bawah tubuhku dan merusaha menjamah putting ku, Sodokan mas Bram semakin mantap dan semakin cepat, mataku tepejam dan pinggulku melai merespon gerakan pinggul mas Bram semaki mantap.

Didorongnya penis itu sehingga menancap sempurna tapi hanya sebentar dan di tarilnya kembali di goyang lagi dengan tekanan tetap, di dorongnya kembali sehingga menyentuh rahim di diamkan sebentar dan di goyangnya kembali hal itu di lakukan terus menerus ketika penis mas Bram di dorong sampai mennyentuh rahim
“Maaassss mmeenntttoookkk” kataku sambil menikmati sodokan dengan mata terpejam.

Setelah 20 menit berlalu ….

“Mas aku diatas” kataku

Mas Bram hanya tersenyum dan membalikan tubuhku dan sekarang aku yang ada di atas aku berusaha jongkong tanpa melepas penis tapi gagal, aku raih kontol mas Bram dan aku masukan ke dalam memek aku kembali, terasa licin dan mudah bleeeesss dalam sekali dorong sudah menancap semula, aku kini pegang kendali permainan

“Mas diem pinggulnya” kataku ketika mas Bram akan menggoyang pinggulnya

Mas Bram ngak jadi menggoyang pinggulnya tapi sedikit mendorong pinggulnya ke atas sehingga penis mas Bram menancap sempuna.

Dengan pelan aku mendorong pinggulku sehingga kelentitku bergesekan denggan rambut kemaluan mas Bram yang tumbuh cukup lebat dan teratur rapi, kuulangi lagi pinggulku bergoyang ke depan dan ke belakang kadang juga bergoyang ke kiri dan ke kanan dengan suatu dengan kecepatan konstans dan semakin lama semakin bergairah goyangan pinggulku karena aku merasakan suatu gejolak dalam tubuh ku yang semain lama semakin besar sehingga ingin meledah ledak.

Sepuluh menit berlalu mas Bram tanpa sadar mulai mengganti posisi dalam menggoyang pinggulnya seakan aku diam di tempat dan mas Bram menaik dan turunkan pantatnya dengan menahan pantatku dalam posisi tertentu sehingga tidak berubah dan memberi ruang untuk mergerak pinggul mas Bram menggoyang pantat nya dengan cepat dan akhirnya aku dan mas Bram terkapar bersama dalam hembusan nafas yang memburu dan keringat membasahi tubuh ku dan tubuh mas Bram yang bersatu dalam persetubuhan yang melalahkan.

Setelah semuanya reda mas Bram mengangkat tubuhku di bawanya masuk ke dalam kamar mandi menghidupkan shawer dan memendikan aku kembali walau tadi pagi aku juga sudah mandi, seperti dulu ketika aku masih kecil, sering di mandikan oleh mas Bram dalam kapasitas yang berbeda. dulu kapasitasku sebagai cucu dan sekarang sebagai istri.

Setelah selesai aku di mandikan gentian aku memandikan Mas Bram kapasitas sebagai suami tercinta, mandi dengan penuh kemesrsaan saling cium bibir saling raba bagian intim dan selama ini boleh di pastikan kalau tangan mas Bram selalu berada di payudaraku baik untuk meraba, meramas ataupun mencubit mesra.

Sekitar jam 10 pagi aku dan Mas Bram sudah berada di dalam mobil rental dan tujuan ku yang pertama ke mall untuk membeli beberapa cd dan bra untuk segera aku pakai karena saat ini aku tidak memakai apa apa risi rasanya.

Sesampainya di mall lanssung cari conter pakaian dalam wanita dan mas Bram menunggu aku mencari barang barang yang aku butuhkan,

“Mbak, selamat siang” kataku pada seorang penjaga conter

“Eh, selamat siang kak, apa yang bisa saya bantu” kata mbak penjaga conter

“Aku mau cari cd dan bra tapi ngak tau no nya gimama ya” kataku

“Lho kok bisa, untuk kakak sendiri atau untuk orang lain” kata petugas konter

“Untuk aku sendiri lha, mosok untuk orang lain” jawabku

“Kalau untuk kakak sendiri ini semakin aneh, kakak ngak tau ukuran sd dan branya” kata penjaga

“Kemarin tu ukuran bra ku 32B dan cdku 34 tapi sekarang ngak muat semua” kataku

“Mari aku bantu kak” kata penjaga conter

Penjaga conter menarik tanganku dan mambawanya ke kamas pas sambil membawa cd dan Bra dengan ukuran di atas ukuran yang aku sebutkan tadi

“Coba ini” kata penjaga conter

“Malu ah, mbaknya keluar dulu” kataku

“Ngapain malu aku juga punya kaya punyanya kakak” kata penjaga conter

Aku melepas jaket yang aku pakai dan baju tipis tranfaran warna pink dan terlihat payudaraku menyembul keluar

“Ya pantes kalau ukurannya 32B udah pasri ngak muat, coba ini” kata penjaga conter, dan memberi bra ukuran 34C, lanjutnya “Enak ngak”

“Tutup nenennya masih terasa sesak mbak” kataku

“Coba yang ini ukuran 34D” kata penjaga conter sambil memberikan bra yang di pegangnya, aku melepas bra yang aku pakai dan memerima bra yang di pegang mbak penjaga conter

“Bagai mana enakan mana” kata penjaga conter

“Enakan yang tadi mbak tapi ngepres sekali dan sesak tapi ini agak longgor” kata ku

“Kalu menurutku ambil aja yang di pakai itu soalnya nenen kakak bisa lebih besar lagi dan kalau ini sebentar lagi akan sesak lagi ngak muat, soalnya nenen kakak bertambah besar hix hix hix” katanya

“Ya udah saya langsung pakai boleh” kataku

“Boleh kak tapi saya ambil dulu label harganya” kata penjaga conter

“Lalu cd nya bagai mana” kata ku

“Coba yang ini satu nomer diatas cd yang kakak pakai kemarin” kata penjaga conter

Aku melepas celana jean yang aku pakai langsung terlihat vaginaku, aku ambil cd yang di berikan nya dan memakainya

“Giman enak” kata penjaga conter

“Enak mbak, langsung aja aku pakai sekalian mau beli beberapa lagi dengan berbagai model” kataku sambil memakai celana jean ku kembali dan memekai baju yang aku lepas tadi dan keluar jaket aku tetap di tangganku.

Setelah memilh bra dan cd dengan ukuran yang persis sama aku menuju kasir untuk membayar barang yang aku beli dan mengucapkan terima kasih atas bantuannya pada penjaga conter dan aku melangkah mendekati mas Bram berdiri menanti kedatanganku mas Bram memandangku dengan takjub melihat penampilanku tanpa menggunakan jaket lagi

“Masss udah mandangnya nanti aja di mobil bisa sepuas puasnya” kataku

“He he he ia deh” kata mas Bram
Aku dan Mas Bram keluar dari mall menuju tempat parkir dan masuk ke dalam mobil rental yang kami sewa mas Bram duduk di belakang kemudi dan aku duduk di samping mas Bram sebelum modil di jalankan kan mas Bram memandangku dengan rasa kagum

“Jeng tambah cantik deh” kata mas Bram

“Perasaan sama aja deh mas” jawabku

“Ngak jeng, payudaramu tambah gemesin” kata mas Bram sambil memegang payudaraku di sebelah kanan

“Massa sih mas, dasar mesum” kataku

Ketika mas Bram mau mencium ku, aku menolaknya karena kaca mobil tidak gelap dan mas Bram hanya tersenyum

“Maaf jeng, terbawa suasana” katamas Bram

“Ya udah kita kemana mas” kataku

“Ke Mosium Balangga dulu yang dekat sini, melihat kebudayaan orang dayak ya jeng” kata mas Bram

“Ok aku nurut mas, mas Bram bawa kemana aku ikut” takaku

Mas Bram mengaarahkan mobil rental ke museum Balangga yang tidak begitu jauh hanya waktu 15 menit sudah sampai di depan museum, keadaan memeng sepi jarang pengunjung memeng sih kalau museum jarang orang minat untuk melihatnya.

Didalam museum melihat banyak kegiatan orang dayak dari kelahiran, perkawinan sampai meninggal dalam balutan upacara adat suku dayak, mas Bram yang manyak mengetahui tentang suku dayak banyak cerita tentang kegiatan tersebut.

Juga terdapat berbagai paralatan perang dari Mandau sebangsa pedang dari suku dayak sampai sumpit suatu alat tradusionil berupa bamboo panjang satu meter atau lebih dan di dalamnya di beri semacam paku dan di tium sehingga paku melesat bagai anak panak senjata itu digunakan untuk merburu, sampai alat untuk memasak dan masih banyak lagi yang bisa kita lihat sebagai area pembelajaran.

Setelah puas aku dan mas Bram berkeliling dan tempat ke dua yang aku kunjungi adalah rumah adat Betang di Palangkaraya, alam perjalanan dari mosium ke rumah adat cukup jauh juga 30 menit baru sampai di depan rumah adat Betang di Palangkaraya ini

Bangunan ini merupakan bangunan besar panjangnya mencapai 100 meter dan mebar mencapai 30 meteran dan merupakan rumah panggung dengan tiang pancang sekitar 3 – 4 meter di atas tanah, bangunan megah ini biasanya dipakai untuk bersama dapat menampung 50 sampai 100 kepala keluarga di dalamnya di sekat sekat merupakan kamar kamar yang jumlahnya cukup banyak itu dulu tapi sekarang orang orang suku dayak lebih suka tempat tinggal diluar rumah adat yang lebih bersifat indifidualistis, aku dan mas Bram hanya 30 menitan berada di rumah adat Betang itu.

Selanjutnya aku dan mas Bram ke pusat kota ke tempat Bundaran besar Palangkaraya ini, entah mengapa tempat ini di namakan Bunderan Besar Palangkaraya, yang menyerupai taman atau monument sejarah di tengah terdapat patung tentara memegang senapan dan di bawahnya ada patung pelajar memakai pakaian sekolah dan pramuka, ini merupakan pusatnya kota Palangkaraya dan di sisi nya terdapat rumah dinas gupernur Kalimantan tengah yang disebut istana isen mulang.

Aku dan mas Bram sempat mengambil beberapa foto moment kebersamaan

“Setelah ini kemana mas” kataku

“Ada dua pilihan jeng, yang pertama ke danau Tahai dan Monoment Tugu Sukarno” kataku

“Kalau ke monument Tugu Sukarno juga sama di bunderan ya mas” kataku

“Benar jeng, hanya melihat patung Sukarno” kata mas Bram

“Panas ya mas” kataku

“Ya panas lah, di tengah lapamgan gitu” kata mas Bram

“Malas mas panas sekali, kalau ke danau Tahai gimana mas” kataku

“Boleh mumpung masih jam 3 nan di sana bisa naik perahu rakyat menyusuri danau Tahai di bawah jembatan sengai Kahayan” kata mas Bram

“Mas kita pacaran beneran nih, aku suka, aku kan belum pernah pacaran ini pertama kali aku pacaran dengan mas Bram, eyangku tersayang dan kini sudah menjadi suamiku aku suka” kata ku sambil memeluk pinggang mas Bram dan mas Bram langsung memegang pundaku dan merapatkan ke dalam pelukan masra sambil melangkah menuju parkiran mobil disana sepanjang jalan banyak orang lalu lalang menperhatikan langkahku dengan mas Bram mungkin mereka keki atau berpikir aku sedang jalan sama om om biarlah aku ngak kenal mereka saja cuekin lah

Sesampainya di parkiran mas Bram membukakan pintu penumpang untuk ku dan memegang tanganmu dan memegang kepalau biar masuk ke dalam mobil setelah pintu ditutup mas Bram berjalan mengintari mobil dan membuka pintu pengemudi duduk menyalakan mesin mobil menghidupkan AC dan menjalankan mobil kira kira 30 menitan aku dan mas Bram sudah berada di tepi danau Tahai dan menyewa perahu untuk berkeliling danau aku duduk ditengah berdampingan dengan mas Bram tangan nya tidak lepas dari bahuku dan kepalaku selau bersandar di pundak bidangnya nyaman sekali rasanya selalu terlindungi oleh lelaki ini.

Melihat pemandangan jembatan sungai Kahayan yang kokok membentang dari kiri ke kanan senggung menawan

“Mas Bram tau ngak kalau di ibaratkan cintaku ini seperti jembatan sungai kayayan itu” kataku

“Kok bisa jeng” jawab mas Bram

“Jembatan yang kokok tak tergoyahkan oleh badai tak lapuk oleh waktu terus membentang begitu pula cintaku ke mas Bram juga tak akan tergoyahkan oleh badai dan tak lapuk oleh waktu sejak kelas 5 SD cinta itu terus bersemi sampai kini” kataku

“Aku juga demikian juga jeng, setelah anjuran dari eyang putrimu Niken aku terus berpikir mungkinkah aku akan bersanding dengan cucuku sendiri dan cinta itu mulai tumbuh sedikit sedikit walau aku masih penasaran saja waktu itu bikin galau yang berkepanjangan 2 tahun aku menunggu tanpa kepastian sebeb aku berpikir aku tidak mau mengambil kesempatan dalam kesempitan itu semua terserah jeng Tasya yang menentuan kan biasanya begitu laki laki memilih jodohnya dan perempuan menentukannya itu pun berlaku tapi semenjak jeng menyerahkan diri sepenuhnya ke pelukan mas Bram mu ini, aku bertekat untuk selalu berada di sampingmu untuk menebus kesalahanku terhadap eyang putrimu Niken” kata mas Bram

“Massss” kataku terpotong, kepalaku ku angkat mata kami saling pandang dan bibir kamu menyatu nyaman tapi semua berakhir setelah mendengar orang dehem dari belakang sontak aku melepakan ciuman kami aku menunduk malu kemesraan kami di lihat oleh tukang perahu

“Maaf” kata mas Bram sambil menolaeh kebelakang

“Ngak papa mas, aku juga pernah muda kok” kata tukang perahu sambil tersenyum

Setu setengah jam aku dan mas Bram memgelilingi danau Tahai dan setelah mas Bram membayar sewa perahu dan memberi tib kepadanya aku dan mas Bram berjalan bergandengan tangan, baru saja turun dari perahu ada yang memanggil

“Komandan Bram kusuma kah” kata suara yang memanggil mas Bram

Somtak mas Bram berhenti melepas genggaman tangannya dan menoleh kea rah suara itu

“Hai, kau Prapanca kan” kata mas Bram setelah pandangan mata mas Bram untuk mengenali pria yang memanggilnya itu agak lama juga berpikir mas Bram

“Ha ha ha betul ndan, sudah dari tadi waktu di bundaran besar aku perhatikan tapi ragu juga kan komandan jalan dengan gadis gitu takut menegurnya” kata Prapanca

Meraka saling berjabatan tangan di susul dengan salam komando kedua tangan setelah melepas saling meninju satu sama lain. aku melihat pertemuan kedua pria itu dengan senyum menghias di bibirku

“Kenalkan ini istriku” kata mas Bram mengenalkan aku sebagai istri mas Bram

“Tasya mas” kataku sambil mengulurkan tanganku

“Prapanca” jawab Prapanca

“Dengan siapa Panca” kata mas Bram

“Dengan keluarga ndan” kata Prapanca

“Mana keluargamu” kata mas Bram

Kemudian Prapanca menoleh ke arah istri dan anakmya yang dududk tidak jauh dari mereka berdiri, mas Bram mengandeng tanganku dan melangkah menghampiri mereka

“Apa kabar mas Bram” kata istri Prapanca

“Baik Tari, kamu bagaimana” kata mas Bram

“Baik juga mas” kata istri Prapanca

“Ini Tasya istriku Tari, kenalan dulu” kata mas Bram

Aku pun berjabatan tangan dengan istri Prapanca

“Tasya” kataku

“Lestari” jawab istri Prapanca

“Santi. sini dong kenalin dulu dengan istri mas Bram yang masih muda dan cantik” kata Lestari

Gadis yang dari tadi sibuk bermai HP sontak berhenti dan berdiri melangkah menghampiri aku dan menjabat tangan ku

“Tasya” kataku

“Santi mbak” kata Santi anak dari Prapanca dan Lestari ini

Lalu Santi menghampiri mas Bram menjabat tangan

“Santi om” kata Santi

“Bram” jawab mas Bram

Lalu kami berlima duduk dalam satu meja

“Ngopi ngopi dulu ndan, lama juga ngak ketemu komandan” kata Prapanca

“Boleh” kata mas Bram, lanjutnya “Tasya mau minum apa”

“Es teh aja mas” kataku

Prapanca memanggil pelayan dan memesan secangkir kopi dan se gelas es teh

“Jangan panggil komandan ah, kan aku sudah tidak menjabat sekarang jadi orang sipil juga” kata mas Bram

“Kebiasaan ndan, ee, mas” kata Prapanca

“Sekarang tugas dimana Panca” kata mas Bram

“Baru 2 bulan di pindah tugaskan di sini dan ini baru ngurus perpindahan sekolah anakku Santi biar bisa melanjutkan sekolah disini masuk SMA negeri” kata Prapanca

“Jadi kamu komandannya Sandra kiting ya” kata mas Bram

“Betul mas, kemarin tu aku udah curiga dia ijin ngantar tamu dari mabes katanya lenjen Bram Kusuma, tapi aku berpikir kalau Bram kusuma yang aku kenal udah purna kok katanya dari mabes, kalau dari mabes pastinya ada surat jalan dan tembusannya pasti aku terima” kata Prapanca

“Ya betul, aku yang minta tolong ke Sandra kiting untuk mengantar aku ke saudara angkatku Rafii Babu” kata mas Bram

“Boleh aku tebak mas, ini pasti ada hubungannya dengan mbak Tasya kan” kata Prapanca

“Wah pinter juga ya, Tasya, Prapanca ini sama sama tugas di Kairo 20 tahun yang lalau dia waktu itu sebagai letnan yang bergabung dalam kesatuan pengawas Perdamaian Garuda X dan aku sebagai komandan batalyonnya” kata mas Bram

“Makanya panggilannya kok aneh juga ya” kata ku

“Panggilan itu sudah melekat mbak” kata Prapanca

“Jangan panggil mbak ah mas aku masih sekolah juga kok panggil nama nja” kataku

“Mana berani aku, tar kepalalu berlubang kena tembak mas Bram” kata Prapanca sambil meragakan tangannya kanan nya di acungkan ke kepalanya

Semua yang ada di situ tertawa

“Ngak apa apa Panca, Dia itu juga masih siswa SMA juga sama dengan anakmu Santi” kata mas Bram

“Ia mas aku masih kelas XII di SMA Semarang jadi sama dengan dik Santi” kataku

“Kok bisa ya mas aku ora mudeng blas” kata Prapanca sambil nyengir

“Cerita panjang Panca tapi masih secret” kata mas Bram sambil mengacungkan jarinya di depan mulutnya

“Ini nih kebiasaan pejabat mabes pasti secret” jawab Prapanca sambil membuat tanda kunci di depan mulutnya juga, lanjutnya “pliss cerita dong penesaran nih mas”

“Ia mas aku juga penasaran nih kok bisanya mas Bram ngak ada hujan ngak ada angin petir terus bergemuruh” kata Lestari

“Ok aku cerita, ngak papa ya jeng” kata mas Bram kepadaku

“Ngak papa mas” kataku sambil tersenyum

Mas Bram bercerita atas permintaan eyang putri Niken supaya menikahiku setelah umut 18 tahun, merupakan wasiat yang di ucapkan melalui pengacara keluarga, tapi mas Bram sendiri tidak mau memaksa kehendaknya takut merusak masa depanku sebagai cucunya, tapi setelah mendengar dari kemauan dan keinginanku untuk menjadi pengganti eyang putrinya Niken dalam arti sebagai istri yang akan merawat aku di akhir hidup mas Bram dan kemarin mas Bram minta pada saudara angkat mas Bram yang sebagai kepala suku di Dayak untuk meresmikan sebagai suami istri dan 2 hari yang lalu mas Bram sudah resmi menjadi suamiku

“Selamat Mas Bram dan selamat Tasya” kata Prapanca dan Lestari bersamaan sambil menyalami aku dan mas Bram dan Santi pun juga bediri mengucapan selamat kepadaku dan mas Bram

“Kalau kemarin Sandra terus terang padaku pasti aku datang bersama satu peleton pengaman perdamaian ha ha ha” kata Prapanca

“Kayak mau perang aja kamu Panca” jawab mas Bram sambil tertawa juga

“Kapan pulang mas” kata Prapanca

“Besok, tapi langsung ke Jakarta kan ada reoni lulusan AMN angkatan xx sampai ay di mabes” kata mas Bram

“Kalau gitu malam ini juga nih harus makan makan ya” kata Lestari

“Ia mbak sebagai pajak jadian gitu istilah anak muda sekarang” kata Santi melimpai

“Ok ok” kata mas Bram kalah suara, aku pun hanya tersenyum saja no comment.

Terdengar adhan mahrib mas Bram dan Prapanca mimya ijin untuk melakukan sholat mahrib

“Aku sholad dulu ya dik Tari, mau ikut” kata mas Prapanca

“Ngak ah, baru ada tamu” jawab mbak Laetari

“Tasya ngak ikut’ kata mas Bram

“Aku nemanin mbak Lestari aja mas” kata ku

“Santi” panggil mas Prapanca

“Ngak pa, aku disini aja sama mama dan mbak Tasya, lagian ngak bawa mukena” kata Santi

“Ya udah, ayo mas kita ke masjid dulu” kata Prapanca

“Ayo” jawab mas Bram

Setelah mas Bram dan Prapanca pergi mbak Lestari bertanya ke aku

“Kok mau sih kamu Tasya, sama kakek mu sendiri apa ngak sayang dengan masa depanmu yang masih panjang” kata Lestari

“Justru untuk menjaga masa depan ku yang sekarang sudah jelas kok mbak dan menjaga pergaulan bebas pada saat ini dan yang ke dua aku memang sudah bertekat menjadi istri mas Bram semenjak kelas 5 SD ketika aku masih bersama eyang putri Niken aku merasa mas Bram mempunyai karisma yang membuatku seakan akan ingin berdekatan dengan mas Bram baik dulu sebagai eyang kakungku apalagi sekarang mas Bram sudah menjadi suamiku dan kami kemarin sudah di persatukan denan upacatra darah sehingga jiwa ragaku dan jiwa raga mas Bram sudah menyatu dan tak mukin dapat dipisahkan hanya maut ya ng dapat memisahkan kami” kataku tegas

Mbak Lestari sampai melongo mendengar penjelasanku

“Maksudnya apa dipersatukan dengan upacara darah, Tasya” kata mbak Lestari

“Begini mbak dalam upacara adat yang di pakai oleh keluarga Babu di mana mas Bram menjadi salah satu anggota keluarganya. Upacara persatuan dengan darah itu darah mas Bram di tuangkan setetes di sebuah mangkok berisi air demilian juga daraku di tuangkan setetes campuran darah aku dan mas Bram tang sudah di campur dengan air itu di minum berdua seteguk demi seteguk sampai habis air dalan cawan itu” kataku
“Lalu punya efek ngak”kata mbak Lestari

“Ada mbak setelah selah selesai upacara tersebut aku merasa semua yang aku miliki punnya mas Bram demikian pula semua yang dimiliki mas Bram adalah punyaku juga sehingga aku dan mas Bram bukan lagi dua tapi satu, satu jiwa dan satu raga” kataku

“Hai hebat nih falsafah nya” kata mbak Lestari

“Mbak Tasya enak ngak sih, jadi pengin nih” kata Santi

“Eh ngak boleh masih kecil” kata mbak Lestari

“Mbak Tasya juga masih kecil lulus SMA juga belum” sanggah Santi

“Tapi kan udah married” kata ku sambil tertawa

“Eh Santi ngak boleh pacaran dulu sebelum jadi sarjana” kata mbak Lestari

“Tuh dengar pesan mama” kataku

“Ia ya mam canda kali” jawab Santi sambil nyengar nyengir

Sebentar kemudian mas Bram dan Prapanca datang setelah sholat magrib di masjid dekat sini

“Gimana nih rencana, cari café atau rumag makan aja” kata mas Bram

“Aku tahu café yang santai di daerah patung Sukarno” kata Prapanca

“Ayo kita langsung kesana mumpung perut pada laper nih” kata mas Bram

“Panca bawa mobil” kata mas Bram

“Bawa, mobil dinas, mas” Jawab Prapanca

“Ngak papa to malah aman aku di kawal dan pom” kata mas Bram sambil tertawa

“Ayo kamu di depan aku ikuti mobil kamu” kata mas Bram

Kedatangan rombongan kami di sambit oleh pemilik café dan mas Prapanca minta privat rome ternyata masih tersedia dan kami serombongan di arahkan ke privat rome di lantai 2.
Sementara waitres mencatat pesanan kami sambil menikmati minuman dan cemilan kami bersendau gurau walau aku baru ketemu dengan keluarga Prapanca ini langsung akrap seperti asudara.

Dua jam berlalu pertemuan dengan keluarga Prapanca ini membuka wawasan baru bahwa perkawinanku dengan mas Bram mendapat dukungan setelah tau duduk permasalah yang sebenarnya yang membuat keteguhan hati lebih mendalam sebelum berpisah

“Mbak Tasya minta no HP nya dong” kata Santi

“Untuk apa dik” kataku

“Ya untuk komonikasi dong siapa tau sewaktu waktu aku membutuhkan informasi dari mbak Tasya” kata Santi

Setelah aku memberi No HP ku dan di simpannya di momori HPnya, aku dan mas Bram berpamitan dan berjanji kalau hubunganku dengan mas Bram dapat di resmikan akan kami undang daram resepsi perkawinanku

Jam 9 lebih aku dan mas Bram kembali ke holel

“Capek mas, mandi yok” kataku manja sambil melepas semua pakaina ku di depan mas Bram

“Ayo mandi bersama biar cepat” kata mas Bram juga melepas semua pakaian yang di pakainya.

Aku dan mas Bram melangkah masuk kamar mandi dengan bergandengan tangan mesra.

Seperti biasanya aku dimandikan dulu sama mas Bram dan setelah nya gentian aku memandikan mas Bram diselingi dengan canda tawa dan ciuman sekali kali, keluar dari kamar mandi masih telanjang dan aku mengambil kimono saten putih di hiasi kembang kecil kecil dan mas Bram ku ambilkan kimono biru kesukaannya langsung ke tempat ridur dan tertidur saling capeknya dan perut sudah penuh sehingga cepat sekali tertidur


Bersambung
Hanya sekedar belajar nulis, baik respon positif atau negatif ane terima dengan lapang dada
Jangan lupa ijo ijo nya dan komen tetap di nanti

Tasya ini lucu ya..... mosok ukuran nenennya berubah tapi masih bingung nomornya ? wkwkwkwkwk
 
Update lagi gan
maaf semalen internetnya lemot banget
semoga berkenan


Part 17: Rahasia

Pov: Bram Kusuma


Pagi ini aku dan istriku Tasya sudah merapikan semua bawaanku dan siap untuk berangkat, waktu sudah menunjukan pukul 10 pagi dan rencana penerbangan sekitar pukul 13 san, masih ada waktu untuk bersantai, aku duduk di sofa sambil menikmati secangkir kopi yang di buat Tasya istriku untuk aku, Tasya pun berada disampingku dengan kaki di tekuk dan bersandar pada lengan kiriku, tonjolan payudara Tasya yang cukup besar menekan di lenganku terasa lembut sekali, dasar Tasya malah menggesek gesekan payudaranya ke lenganku.

“Tasya sudah ah, bikin mas horne lagi” kataku sambil mencubit pipinya mesra

“Biar mas Bram horne bisa membuat aku melayang layang ke angkasa” jawab Tasya

“Nati aja kalu sudah sampai di Jakarta ya sayang” kataku

Aku pandang wajah istriku Tasya yang tambah ayu, tak bosan bosannya aku memandang wajah ayunya apalagi bila tersenyum menghiasi bibir mungilnya, membuat hati ini berdesir desir selalu. Hati seorang kakek seperti aku, ini sunggung indah di akhir hidupku ini, menjelang ajal di temani oleh seorang gadis secantik Tasya, semanja Tasya, yang membuat hari hariku kedepan menjadi penuh warna, Terima kasih istriku Niken Larasati yang sudah menjodohkan aku dengan cucu tersayang Tasya Anggraeni yang cantik muda masih 18 tahun

Volome gairah sexku bertambah yang semula hampir padam dan mulai meredup, tapi saat ini dengan kehadiran Tasya cucuku yang nota bene sudah menjadi istriku masuk ke dalam kehidupanku dalam waktu singkat meletup dan meledak ledak bagai gunung berapi yang semula tidur nyenyak mulai menggeliat karena magma di dalam tubuhku mulai terusik oleh getaran volkanik berjuta juta watt yang bekerja bersama sama mengimbangi gairah istriku tersayang yang memang masih muda dan penuh gairah sex yang menyala semakin membara panas membara.

Mau tidak mau aku harus mengimbangi gairah sex Tasya yang menggebu gebu, untung jasmaniku sudah lama kupersiapkan, dengan olah raga dan menambah vitaltas diri, dalam dua tahun terakhit ini, aku selalu belajar menyalurkan gairah sexku ke kegiatan positif seperti olah raga aku masih sanggup bertanding renang dengan pemuda jago renang sekalipun, aku masih samggup main tennes selama kurun waktu 2 jam lebih tanpa berhenti, aku masih sanggup bemain jodo dan karate dalam suatu petandinga yang memakan waktu yang cukup lama dan ini pernah aku buktikan sendiri, banyak teman teman seusiaku mengankat jempol tanda memuji, selama 2 tahun terakhir ini aku selalu menghindari hal hal yang negative terutama dengan senggama, bahkan boleh dikatakan aku ngak pernah sama sekali semnjak istriku Niken Larasati di panggil oleh yang mencipta. Aku selalu menjaga hati dengan sebuah janji yang kini terlunasi, aku merasakan hasil dari meredakan nafsu birahi

Kemarin malam saat diadakan ritual penyatuan jiwa raga oleh kakak angkatku aku sempat menitikkan air mataku karena anugrah yang sangat besar dari semesta, memperkenankan aku dan cucuku menyatu dalam ikatan batin yang kekal, jiwa ragaku kini untuk Tasya dan jiwa raga Tasya untuk ku, bukan berarti aku bisa sesuka hati memperlakukan Tasya, tapi sebuah tanggung jawab yang sangat besar untuk kuhadapi, aku tau tantangan seperti apa yang akan ada didepanku bersama menyatunya jiwa raga kami

Perjaunganku untuk mendapatkan Tasya belum selesai masih banyak tantangan yang akan aku hadapi bersama Tasya cucuku yang kini menjdi istriku. Tantangan yang terbesar akan terjadi cucuku sekaligs istriku, ketika mamanya Tasya ya anakku kandungku sendiri Rini Kusumawardani, itu pasti, tapi aku akan berjalan terus, sudah kepalang tanggung, apapun resiko akan kita hadapi bersama, kata Tasya yang masih tedengar di dalam hatiku. Aku percaya akan ada kekuatan yang cukup besar yang mendorong dan bisa melewati resiko memperkecil semua nya menjadi terang. Aku juga belum tau jalan apa yang akan mempermudah semua ini tapi dengan usaha ku ini akan membawa hasil dari hubunganku denganTasya ya hasil yang sudah aku raih dalam kurun waktu yang amat singkat adalah penyatuan jiwa raga kami.

Mungkin ini suatu petunjuk dari sang semesta bahwa aku harus bertemu dengan teman lama Let jen Sriyono yang tau persis tentang peristiwa 18 tahun yang lalu ketika Tasya Anggraeni lahir. Sriyono lah yang selalu mendampingi Niken dalam mengambil kepututusan dan insatif untuk menjaga nama baik keluargaku, memang dalam tugas militer teman merupakan saudara yang siap melindungi saudaranya yang sedang menderita atau kesusahan, inilah pelajaran yang melekat di hati setiap prajurit Saptamarga. Aku juga ngak begitu jelas rangkaian peristiwa nya, karena aku pada waktu itu baru ditugaskan ke Kongo mewalili pemeritah Indonesi untuk menjaga perdamaina di sana, aku baru tahu ketika tugas sudah berakhir 2 tahun kemudiam. Tasya sudah berumur 2 tahun.

Pukul 11 aku dan cucuku Tasya sudah berada di kendaraan yang mengantar aku ke bandara Tjilik Riwit Palangkaraya, terlihat kesibukan bandara begitu ramai

----skip----

“Mas, kemarin aku berjanji pada eyang putri Niken akan menjaga mas Bram agar sehat selalu” kataku, lanjutnya “Tapi aku ngak bisa menjaga mas Bram sehat karena kalau ketemu pikiranku selalu pada ini nih yang gede” sambil tunjuk jariku pada penis Mas Bram setelah aku selesai tersenyum sambil mengeluarkab lidahku kearah mas Bram, lanjutmya “Aku akan menjaga mas Bram biar tambah sehat bila berdekatan dengan aku, malah bikin aku melayang layang terus he he he“ kata Tasya sambil mencubit pinggangku denga mesra

“Betul, kamu harus jaga siang malam biar burung mas Bram selalu terus tegar dan sehat” jawabku sambil tersenyum

“Mas, makan yok laper nih, biar tambah vit untuk pertempuran nanti malam” kata Tasya sambil menggandeng tanganku masuk ke conter cepat saji yang ada di bandara.

“ Ayok sayang, mumpung masih ada waktu setengah jam tunggu brouding” kata Tasya

Setelah sampai di conter cepat saji aku dan istrikuTasya memesan makanan dan minuman dan duduk ditempat yang sudah di sediakan. Tak lama kemudian makanan yang kami pesan datang dan tanpa berlama lama kami berdua langsung menghabiskan makanan yang ada di depan kami, Suara speker panggilan pun terdengar bahwa pesawat dengan tujuan Jakarta sudah siap para penumpang di harap menuju gate 2.

Aku dan istriku Tasya pun segera melangkah ke gate2 dan pemerisaan berlangsing dengan sangat cepat, dan tidak ada 30 menit kami sudah duduk di dalam pesawat.

Setelah pesawat mengudara dan Tasya tertidur di sampingku dengan merebahkan kepalanya di lenganku, akupun teringat peristiwa tadi malam, malam ke tiga kami sebagai pasangan suami istri yang sudah legal menurut perkawinan adat suku dayak, setelah kami seharian keliling kota Palangkaraya ini.

Datang datang kami langsung tidur karena kecapaian tapi tengah malam aku terbangun ketika tangan mungil Tasya memegang kontolku yang masih juga tidur

“Jam berapa sayang, kataku sambil mencium kening Tasya” kata ku

“Jam 1 sayang, terbangun ingin minum setelah minum kok pengin pegang burung garudanya mas Bram, he he he, maaf ngak sengaja membangunkan mas Bram bersama burung garudanya” kata Tasya

“Ya Tasya itu kan burung garuda mas Bram mulai menggeliat merasakan sentuhan tanganmu yang halus” kataku setelah mencium kening Tasya kembali

“Iya mas, kok cepat sekali sih bangunnya, kayak yang punya” kata Tasya

“Habis yang pegang cewek cantik sih, pasti langsung siap” kataku

“Mas aku cantik ya” kata Tasya

“Memang benar kok, muda, cantik, manja dan gemesin” kata ku

“Kalau aku cantik mas Bram apa” kata Tasta

“Lha apa, kan yang bisa menilai keadaan mas Bram hanya istriku yang centil ini” kata ku sambil mencubit hidung mancungnya

“Mas Bram pasti ganteng lah, karena itu aku jatuh hati ke mas Bram sayang” kata Tasya

“Masah sih, mas Bram mu ini ganteng, wong sudah tua gitu kok di katain ganteng” kataku

“Ganteng, bijaksana, pelindung dan membuat hatiku nyaman selalu” katak Tasya

Aku bergeser duduk di samping Tasya sambil melepas kimono putih bunga bunga aku tarik tali kimononya sehingga bagian dadadan perut terlihat jelas.

“Jeng ini ukuran berapa sih kok tangan mas mu ini ngak bisa menutupi semua padahal kemarin masih muat lho” kata ku

“Coba tebak kalau bener aku kasih hadiah” kataku

“Kalau saah gimana” kataku

“Mas Bram lah yang harus ngasih hadiah ke aku” kata Tasya sambil tersenyum

“Sini geser sini duduk nya biar mas periksa dulu dengan ini” kata mas Bram sambil mengacungkan kelima jarinya

“Aku mau tapi kimono mas Bram juga di lepas talinya dong” kata Tasya

“Ok” kataku sambil melepas tali kimono biru kesukaanku

Setelah aku melepas tali kimononya telihat dada bidang dengan otot otot terpampang jelas tapi tidak seperti bina raga yang jeles jelas kelihatan, dan kontol aku pun sudah mulai keras mencuat ke atas, Tasya menggeser tempat duduku ke sampingku sehingga dudukku sejajar.

Tangan mas Bram langsung memegang payudaraku meremasnya lembut penuh perasaan dengan ekspresi berpikir keras untuk menebak ukuran braku.

“Kalau tidak salah tambah 2 nomer dan capnya juga tambah dua setrip, kemerin bramu no berapa” kata mas Bram

“Kemarin 32B mas” kataku manja

Tangan mas Bram masih meremas remas payudaraku dan mulai mencium telingaku, tapi aku segera menghindar

“Mas Bram curang udah ambil hadiahnya sebelum menebak” kata Tasya

“He he he belun di tebak ya, tapi aku ingin mencium dulu telingamu” taka mas Bram

“Ngak boleh atau batal” kata Tasya

“Ya ya, ini kalau kemarin 32B sekarang pasti 34D betul kan” kata mas Bram

“Dasar knil (tentara jaman belanda) pasti otaknya encer” kata Tasya

“Kamu kok ngatain mas Knil sih, tau dari mana istilah knil” kata mas Bram

“Tu dari teman teman kalau ejek ejekan, ngejek anak tentara dari asrama srondol (Asrama BR = Banteng Reades) di katakan anak knil” kata Tasya

“Ha ha ha benar juga tu, jadi benar kan tebakan mas Bramu 34D ya kan” kataku

Tasya tidak menjawab pertanyanku malah mencium bibirku dengan lembut dan lama bibir kami menyatu menjadi satu, tanganku mulai mengelitik puttingTasya lebih efektif dan suara leguan dari mulut Tasya di celah celah ciuman kami.

“Kalau cd aku berapa mas” tanya Tasya

“Ya sama lah tambah dua nomer, kemarin ukuran berapa” kataku

“Kemarin 34 mas” jawabku

“Sudah dapat di pastikan 36 ya kan” kata ku

“Pinter sekali tanpa meraba dapat menebak dengan tepat” kata Tasya

“Pakai logika Tasya kalau dadamu bertambah 2 nomer dapat di pastikan pinggulmu juga tambah 2 nomer biar tetap proposional” jawabku

“Ini hadiah untuk mas Bram” kata Tasya sambil melepas kimono yang dia pakai, dengan satu tarikan di tangannya di pinggangnya terbukaa sudah dan tampak buah dada masih mengacung sekal dan bertambah besar dan tangankupun langsung melepas kimono dari pundahnya dan telanjanglah cucuku Tasya di depan mayaku, seorang kakek yang sunggung sangat sayang terhadap cucunya sendiri.

Dengan penuh nafsu yang menggebu gebu yang sudah aku tahan dari tadi malam melihat Tasya tambah seksi dengan pinggul yang lebih padat dan buah dada yang lebih besar yang membuat aku sangat bernafsu saat itu, dan aku berhasil memadamkan hasrat bercinta dengan cucuku Tasya, tadi sesampainya d hotel hasrat itu meledak tapi bisa aku kendalikan, tapi begitu tidirku terusik Tasya bangun memegang penisku, aku sergap dengan ciman panas dan meremas buah dada Tasya yan memang menjadi lebih besar, serta meremas pantat Tasya, ciuman panjang di mulut kami sampai Tasya berteriak teriak keenakan, aku rebahkan tubuh Tasya di tempat tidur, dan aku masih menciumi bibir tipisnya yang tak akan aku lepas, aku terus melakukan serangan bibir Tasya yang ranum penuh gairah

Seranganku semakin gencar dan semakin efektif, Tasya tergeletak lemah di bawah tubuhku ciumanku terus berjalan dari bibir merambat pelan ke arah leher jenjangnya dan memberi tanda khas pada lehernya tepat di bawah kelinga kirinya, tanganku juga masih memainkan putting Tasya yang semakin mengeras

“Ahhhh mmaaaasssss” desak nya panjang dan terputus putus

“Masssss terus mas putting ku milik mas Bram, mmaasssss aahhhh” sesah Tasya membyuat aku tambah bergairah, aku angkat tangan kiri Tasya ke atas sehingga ketiak mulusnya tampak menggairahkan, entah kenapa aku sendiri juga kurang mengerti menciumi ketiak Tasya sangatlah membuat hati ku tambah bersemangat tidak hanya Tasya, Niken istriku dulu juga paling suka aku cium ketiaknya yang halus dan kini Tasya pun senang dan tersenyum dengan pengucapam geeellliiiiii mmaaaassss begitu berukang ulang itu yang membuat aku suka menciumi ketiak apalagi bila ketiaknya penuh keringat, dari ketiak kiri berpindah ke ketiak kanan melewati payudaranya yang belum tersentuh bibir hanya remasan tanganku yang selalu aktif pada putting di payudaranya

“Mas ccuuupppaaannnngggiiinnnn ketiakkuuuu” teriak Tasya

Tanpa diperitah dua kali aku menggigit ketiak Tasya yang tak ada bulu selembarpun bersih putih menggairah yang kini ada warna merah merah menghiasi ketiak kiri maupun kanannya.

“Masssss geeellliiiiii bbaagggeettttt” kata Tasya sambil menahan gairah yang besar

Setelah aku puas memainkan ketiah Tasya kini bibirku mulai menjamah payudara besar Tasya semua sudut dari ke dua payudara Tasya terjamah oleh bibirku dan membasahi dengan ludah tanpa menyentuh putting nya sama sekali.

Dengan jilatan pelan putting Tasya kecil dan aerolanya tampak sedikit memerah dan terang jilatanku ditambah sedotan sedotan yang cukup kuat setiap sedotan yang aku berikan dan diakhiri dengan jeritan dari mulut Tasya yang meggema dan itu membuat nafsuku bertambah.

“Ahhhh mmmaaaasssssss” teriak Tasya setelah sedutan pada putting dan tarikan kasar dari mulutku ke putting Tasya tang tambah memerah, dengan gemas aku buat cupanagan tepat di bawah putting sebelah kakan Tasya dan setelah aku melihat sebentar mata kami saling bertemu Tasya tersenyum sambil mengacungkan jempolnya langsung aku raih bibir dan melumatnya tapi hanya sebentar .

Aku segera mengangkat tubuh tasa dan mendudukan di pinggit tempat tidur, mengangkat korsi meja rias dan mendekatkan ke bibir tempat tidur, aku duduk diatasnya aku buka lebar lebar kedua paha Tasya, aku menatap Tasya yang juga menatapku denga bertumpu pada ke dua sikutnya dan memperhatikan aksiku, aku tersenyum kearah Tasya dan membalasnya dengan senyuman ku, aku mulai menciumi pelan vagina Tasya dari belahan bawah bergeser ke atas dan menggoyangkan lidahku di atas kelentit Tasya yan mulai membesar, aku mendengar leguan Tasya pelan sambil memejamkan matanya, aku ulang beberapa kali dan mencium kelentit Tasya denga sedotan yang cukup kuat sehingg Tasya menjerit

“MMaaaaasssssssss…..“ jeritan Tasya

Aku tambah semangat menciumi memek Tasya terutama di area kekentitnya dan aku mukai menusuk jariku kelubang senggamanya dengan cepat sehingga Tasya merasakan belombang dasat melanda dirinya ini terbukti dari gerakan Tasya yang mulai tidak teratur pinggulnya di naikan katas kedua pahanya menghimpit kepalaku dan kedua tangan Tasya menekan kepalaku masuk lebih dalan kearah memeknya hanya 10 detik aku menahan nafas menerima semburan cairan cinta Tasya ke dalam wajah dan mulutku sampai belepotan cairan kenikmatan. Setelah sedikit reda tekanan tanga Tasya ke kepalaku sedikit mengendor dan jepitan kedua paha Tasya juga sudah mengendor aku lihat Tasya tergeletak lemas karena orgasme yang panjang yang di perolehnya setelah ritual berlangsung kemarin. Aku mulai membersikan bekas cairan dari memek Tasya dan menyedotnya dan membersihkan juga cairan cinta Tasya yang berada di ke dua pahanya. setelah bersih aku tarik Tasya ke tengah tempat tidur.

Aku berjongkak disamping kepala Tasya dan aku memohon Tasya membasahi penisku tanpa basa basi lagi Tasya mengulun penis ku yang masih kering sambil jari jariku tetap pada lubang memek Tasya. Setelah aku rasa cukup aku pindah ke bawah dan memposisikan kontol besarku di atas lubang memek Tasya yang sudah sangat bejek, aku geser gerse kepala kontolku dearah atas memek Tasya aku merasakan senasi yang lebih dan aku tekan kepala kontol ini agar segera masuk ke lubang kenikmatan Tasya

“Jeng” kataku sambil masukan terus memompa memek Tasya dengan pelan dan mamtab

Tasya membuka matanya dan kami saling tatab kedua mata saling bertemu

Aku masih memompa penis ku yang masih berada di dalam memek Tasya, mata kami terus saja bertemu tatapan mata dapat mewakili perasaan saat itu, dengan kepasrahan Tasya menyerahkan tubuh dan jiwanya kemarin membuat aku tambah semangat, aku turunkan mulutku menyentuh bibir Tasya yang membuat kecupan kecupan bukan sebuah kuluman panjang

“Gimana denga ini Tasya” kata ku

“Yang ini yang mana Mas” kata Tasya

“Ya kegiatan kita pada saat ini mengadu kelamin jita” kata ku

“Ngentot maksud mas Bram: kata Tasya

“Ya ya itu maksudku Tasya” kayaku

“Ya mas, ini pengalamamku yang pertama dan aku mengharapkan ini juga yang terakhir, entotan Mas Bram membuat aku ngak mungkin berpaling ke kelaki lain selain mas Bram dengan kebulatan hati dan penuh kesadaran hanya untuk mas Bram seorang” kata Tasta

“Mas kok jadi enak gini sih entotan mas Bram, beda deh sebelum ritual dan sesudah ritual” kata Tasya

“Mosok dik kan sama saja kan kontol sama dan memek juga sama ngak akan yang membedakan” kataku

“Aku merasakannya kok mas” kata Tasya

“Ya mungkin hanya perasaan mu saja jeng” kataku

“Mungkin juga ya mas” kata Tasya

“Kalau menurut mas, karena jeng Tasya melakukan dengan sepenuh hati dan sudah mendapatkan ritual penyatuan jiwa dan raga itu yang menyebabkan entotanku menjadi semakin enak” kataku

“Ia mas, semenjak ritual penyatuan jiwa dan raga aku memang merasakan ada perasaan yang lain dengan mas Bram rasa nyaman yang amat sangat dan menyatu tuhuh dan jiwa terasa menyatu dengan tubuh dan jiwa mas Bram” kata Tasya

Tanpa panjang lebar aku rebahkan tubuhku dan tubuh kami saling merapat badan ke tertumpu pada siku tangan kiriku yang berada di samping kepala Tasya, memberi ciuman tanda terima kasih sementara pinggulku terus bergoyang dengan irama tetap. seperempat jam kemudian aku merubah posisiku sehingga Tasya ada di depanku kedua tanganku bebas mengmegang ke dua payudaranya dan kamipun lebih bebas berciuman yang semakn interes sambil melihat tubuh ku dan Tasya di depan kaca yang berukuran sangat besar di diding samping tempat tidur kami, aku bisa melihat ekspresi wajah Tasya ketika kami bersetubuh dan Tasya pun bisa melihat garangnya tubuh ku yang baru melakukan kuajiban bagi seorang suami untuk ketiga kalinya. Sebentar kemudian aku minta ganti posisi lagi dengan doggi, Tasya merangkah di depan kaca dan aku memesukan kembali kontolku ke dalam memek Tasya sambil mengucap, “Lihat Tasya, betapa cantik wajahmu ketika mengerang erang keenakan di balik kaca itu”

“Ia mas, mas Bram juga tambah gagah ketika memasuki tubuh Tasya, dan ini membuat Tasya tergila gila” jawan Tasya.

Genjotanku semakin lama semakin cepat ternyata melihat dirinya baru setubuh di kaca membuat nafsu bertambah dan semangat pun bertambah apalagi ditambah cerita Tasya yang semakin erotis akhirnya pertahanku jebol dan aku keluarkan semua isi spermaku ke dalam memek Tasya dan aku juga nerasakan memek Tasya berkedut kedut seiring kedutan kontolku dan secara bersama sama kami tumpahkan seni bercinta kami secara bersama sama dan akupun tekapar menindih tebuh Tasya. dan tak lama kemudian kami teridur denga senyuman kepuasan setelah kami berciuman denga sangat mesra.

“Mas capek ya, seharian keliling kota” kata Tasya

“Tidur lagi aja jeng” kataku

“Ngak usah di pakai baju tidur lagi, mas ingin tidur telanjang disamping bidadari yang cantik” kataku

Tasya ngak jadi memakai pakainnya kembali dan melangkah ke tempat tidut mengambil selimut tebal dan menutupi tubuh telanjangnya dalam bulatan selimut milik hotel. Aku masuk kedalam selimut dan memelukan tubuh Tasya berada di depanku dan aku memeluknya dari belakang. Tanganku segera meremasi buah dada Tasya sambil memeinkan putingnya, kepaka Tasya menoleh kebelakang dan segera ciumanpum mulai berlangsung dengan sangat pelan libido nafsu kami merambat pelan denga saling neraba tempat tempat sensitive.

“Mas enak massss, terus raba bagian itu sambil di punter punter tapi pelan mas” kata Tasya ketika jariku memainkan kedua putting kiri dan kanan.

“Enak Tasya” kata ku sambil tersenyum ke arahnya
Tangan kananku turun ku daerah perut Tasya dan merabanya dengan halus dan pelan dan berhenti di pusarnya, Tasya menggelinjang ngelinjang tubuhnya menahan geli,

“ Ih,masss geli ah …. “ kata Tasya

“Geli apa enak “ kata ku menggoda

“Enak sih tapi juga geli “ jawab Tasya

Bibirku mulai menciumi leher jenjang Tasya di bawah telinganya, dan tangan Tasya kebelakang meraih kepalaku sehingga ketiaknya terangkat keatas, ciumnanku segera pindah ke ketiak Tasya yang muus tanpa bulu, gelinjang tubuhnya melenggak lenggol seperti ular, aku tahan perut rampingnya malah gelinjangnya makin cepat sambil desisan dari mulut Tasya.

Aku tarik tubuh Tasya untuk melihat tubuh telanjangnya di dalam kaca kamar, Tasya aku hadapkan tubuh Tasya di depan cermin besar yang memenui salah satu dinding, Tanganku merabai payudaranya yang sudah tak kalah besarnya dengan payudara istriku Niken, begitu ranum malah lebih kencang dari payudara Niken.

“Coba kamu pandang tubuhmu di depan kaca, banyak sekali perubahan belum genap dua minggu Tasya berada di samping mas kan menemani mas selalu” kataku sambil menunjuk tubuh Tasya yang ada di dalam kaca.

Tasya tersenyum malu sambil memegang mulutnya, lucu dan gemesin, aku pegang dagunya dan aku pandang mata Tasya dan kami pun saling tatap, tangan ku yang satu ada di belakang tungkuk Tasya dan mencium bibirnya yang setengah terbuka, aku masukan lidahku ke rongga mulut bermain main di dalamnya, mata Tasya terpejam begitu merasakan kenikmatan berciuman.

Tangam Tasya mennyentuh penisku yang masih tidur dan memegangnya dengan genggaman pelan dan menariknya pelan dan mengembalikan pada posisi semula dan itu dilakuan berulang ulang akibatnya dari aksi tangan Tasya penisku seakan membesar di dalam genggaman Tasya

“Lihat mas, sang dadek sudah siap tempur pakai topi baja juga he he he “ kata Tasya sambil tertawa cekikian sambil menutupi mulutnya dengan tangan yang satu. Aku balikan tubuh Tasya biar membelakangiku dan aku tekan punggung Tasya supaya membungkuk dan melebarkan kaki kaki nya sehingga memek Tasya perlihat membengkah. Aku jongkok di bawah pantat Tasya dan mulai menciumi pantat Tasya dan menggigitnya pelan buah pantat yang mulai membesar, lidahku menyentuh liang memek Tasya dan suara leguan dari mulut Tasya.

Aku menciuminya memek Tasya yang terlihat tembem sekitar 10 menitan aku membasai memek Tasya dengan interes, aku berdiri sambil melihat bayanganku sendiri di kaca di depan tempat tidur dan memasukkan kontol besarku ke lobang memek Tasya setelah aku ludai dulu beberapa kali, aku memaju mundurkan pinggulku dengan ritme pelan dan makin lama makin bertambah cepat aku melihat payudara menggelantung bergoyang sesuai gayangan pinggulku, terlihat seksi di mataku. Tasya terpejam sambil menikmati hujaman kontol ku besarku di dalam memeknya. makin lama makin cepat demikian juga goyangan payudara Tasya juga bergoyang lebih cepat di hiasi suara benturan dari kedua kaki kami.

Plok, plok, plok, plok, dan seteruasnya sampai 15 menit berlau aku mulai mendengar erangan Tasya disertai goyangan pinggulnya ke kanan dan kekiri secara cepat

“Maaasssssss…..“ suara menggema disertai gelinjang tubuh Tasya yang jatuh di tempat tidur otomatis komtolku terlepas dari memek Tasya.

Aku angkat tubuh Tasya ke tengah tempat tidur aku buka lebar lebar kedua kaki Tasya lebar lebar dan memasukan kembali kontol ku ke dalan memek Tasya sambil menggoyangkan dengan cepat sehingga dalam tempo relative singkat Tasya mengalami orgasme yang ke dua. ku diamkan sebentar dan tanpa aba aba pinggulku kenmbali berajun maju mundut dengan cepat dan aku sudah mulai merasakan ada seseatu dari pangkal kontolku akan mendesak keluar aku cepatkan lagi tekanan pada pinggulku dan Tasya mulai menjerit jerit denga desahan dan menyebut namaku sekali

“MMaaaaassssss …. Braaammmm ….. ah …..” ucap Tasya disertai ssseeerrrr, seeerrrr, seeeerrrr, denga tubuh melengkung keatas dan punggung di angkat keatas. akupun sudah sampai saat nya orgasme, aku tekan pensku lebih dalam masuk ke lubang peranakan Tastya sambil aku panggil namanya

“Ohhhh ….Jeeennngggg Taaassssyyyyaaa” terpejam mataku sambil mengeluarkan orgasme yang dasyat, choooot,chooot, choooot samapi 5 – 7 aku keluarkan ke vagina Tasya. lalu aku ambuk menimpa tubuh Tasya yang menyambut tubuhku ke dalam pelukannya, bibir kami menyatu dalan desahan nafas yang memburu

Setelah agak reda aku mengucap

“Terima kasih Tasya, I love you“ kataku

“Mas, love you too“ jawabTasya

Malam itu aku masih sempat bersetubuh kembali sampai 2 ronde lagi dan akhirnya tepar, tanpa membersihkan kembali badanku dan badan Tasya tertidur dalam pelukanku sampai pagi.

Perjuanganku untuk merealisasikan keinginan Tasya dan Aku masih jauh dan nafsu untuk menjadikan cucuku Tasya walau kini sudah resmi menjadi istriku meskipun belum syah 100% tapi tetap akan ku perjuangkan sehingga label halal, apapun rintangan dan tantangan masih menanti didepan sana

Tanpa terasa kami sudah sampai di bandara Sukarno Hatta, dan segera aku dan Tasya menuju holel bintang lima yag sudah aku pesan yang berada di kawasan Jakarta Timur biar dekat dengan Cilangkap, yang aku pesan lewat internet.

Sesampainya di Hotel XXX dan kami berdua sudah sapai di sebuah kamar yang sangat mewah yang sengaja aku pesan untuk bulan madu kami, selama di Jakarta selama 5 hari kedepan rencana tanggal 30 akan pulang ke Solo dan merayakan Tahun baru di Solo

“Mas Bram pakaian kebayak yang sudah aku persiapkan untuk acara reoni ternyata sudah ngak muat sudah ndak bisa di kancingkan di bagian dada dan pinggul juga ngak bisa masuk” kata Tasya

“Nanti atau besok kita cari pakaian pengganti di Butik Hotel aja, biasanya hotel bintang 5 seperti ini mempunyai fasilitasyag lengkap ada Salonnya juga, ya nanti kita tanyakan ke resepsionis aja” kataku

Tasya tersenyum gembira dan mencium bibirku sebagai tanda terima kasih

“Yok mas mandi, aku ingin di mandii mas Bram seperti waktu Tasya masih kecil kan ini juga salah satu acara reoni ku dengan mas Bram ku sayang” kata Tasya dengan manja

“Ayo, sini aku lepas pakaiammu dulu biar ngak basah” kata ku sambil meraih badan Tasya dan melepas semua pakaina yan melekat di tubuhnya, setelah melepas semua pakaian cucuku aku juga melepas semua pakainku menyisakan celana dalam, aku angkat tubuh Tasya dan aku bawa ke kamar mandi di dalam Hotel bitang 5.

Aku menghidupkan sawer dan menyelelnya dengan air hangat lalu mengambil gagang sawer di arahkan me tubuh Tasya dari badan perut pinggul dan akhirnya kepala semua badan di basahi dengan air yang mengalir.

Aku mengambil spon dan menuangkan sabun cair yang banyak di atas spon lalu mengusap seliruh permukaan tubuh Tasya hingga merata tidak ada yang terlewat dan menggambil sampo untuk rambut Tasya yang panjang sebahu, lalu menghidupkan sawer kembali memnghilangkan noda sabun yang masih melekat. dan teakhir menggosok tubuh Tasya dengan tanganku dan mambersihkan dengan air dari sawer, lalu mengangkat tubuh telanjangnya ke kamat tidur dari dalam kamar mandi dan mereringkan dengan anduk yang disediakan oleh hotel dan terakhir mengambil kimono dari saten watna putih dengan hiasan bunga sakura dan memakainya ke tubuh Tasya kemudian di baringkan tubuh Tasya di tempat tidur

Aku sendiri lanngsung membersihkan diri ke kamar mandi setelah selesai mengeringkan tubuh ku di kamar tidur dan mengambil kimono dari saten warna biru muda dam memekainya kini sudah berbaring di tempat tidur menemani Tasya yang senyam senyum sendiri melihat kau sibuk mandi.

“Mas Bram ingat ngak kapan Tasya terakhir dimamdiin mas Bram ketika masih kecil” kata Tasya sambil senyum senyum

“Masih ingat lah kalau ngak salah kamu akan menghadapi ujian SD seperti saat ini kamu juga menghadapi ujianSMA kan” kata ku

“Tasya juga ingat waktu itu eyang putri marah marah ketika melihat mas Bram memandikan Tasya katanya Tasya sudah gede sudah kelas enam sebentar lagi akhil balik kok masih minta eyang kakung untuk memandikan kamu, ini juga eyangnya mau maunya memandikan Tasya mas, sudah tidak pantas mas memandikan Tasya udah besar tuh lihat teteknya udah tampak mencuat tangan eyang putri sambil menunjuk tetekku dan merabanya yang masih kecil sedikit” kata Tasya sambil meremas payudara sendiri.

“Apa sekarag udah gede si tetek Tasya, perasaan malah tanbah kecil deh” kata ku sekenanya

“Tuh udah bengkah 100 kali lipat pokoknya mas Bram harus bertanggug jawab memuaskan Tasya” kata Tasya sambil membuka kimono Tasya bagian atas sekarang terpampang dua buah gunung kembar yang sangat besat dan mengagumkan.

“Ia ia pasti mas Brammu selau bertanggung jawab atas kehidupan Tasya sekarang dan nanti untuk selama lamanya” kata ku

“Sini” kataku sambil menarik kepala Tasya ke dada bidangku, mengecup kening Tasya untuk membuat Tasya lebih nyaman

“Mas tau ngak sejak saat itu aku selalu kepikiran dengan mas Bram, setelah aku jauh dari eyang putri baru terasa betapa nyamannya aku di samping eyang putri Niken dan ngak bisa melupakan mas Bram begitu saja seakan jiwa ini sudah terikat oleh mas Bram” kata Tasya

Aku cium kembali kening Tasya memberikan kekuatan untuk meringankan beban yang di begitu berat untuk di panggulnya seorang diri

“Sekarang kan ada mas Bram yang akan selalu melindungi Tasya dan memberi kenyamanan ke Tasya” kataku memberi kekuatan pada dirinya.

“Mas sebenarnya aku ini anak siapa sih?“ kata Tasya dengan isak tertahan.

Sambil mengusap air mata Tasya yang mengalir di pipinya

“Ya kamu anak mamamu Rini” kata ku

“Tapi Tasya merasa di beda bedakan dengan Dion” kata Tasya

“Ah itu hanya perasaan mu saja, Tasya” kataku

“Ngak kok mas, Tasya merasa selama hidup dengan bersama mama selalu mengekang aku dan mencari tahu keberadaan aku, kalu pulang terlambat sedit aja mama marah marah, padahal waktu berangkat ke sekolah aku selalu bilang mau ke mana sehabis sekolah, seperti anak gadis pingitan sampai sampai aku malu dengan teman teman dan selalu di ejek anak mama, padahal kalau teman kemanku pergi ngak pernah di cari olah mamanya aku malu mas kalau di ejek oleh teman temanku di sekolah” kata Tasya
.
“Wajar kan kalau mama terlalu menanyakan kemana kamu pergi, lalu dengan siapa kamu pergi, sebagai seorang ibu tentunya tidak mau anaknya tejerumus ke dalam pergaulan negative yang membuat malu keluarga” kataku sambil membelai rambutnya yang panjang.

“Ia sih, padahal mama juga tau kalau aku belum punya teman yang special“ kata Tasya, lanjutnya ”Soalnya hatiku sudah tercuri oleh mas Bram dan tak mungkin aku akan membagi ke orang lain selain ke mas Bram”

“Terima kasih Tasya yang telah menjaga semua untuk mas Bram” kataku lanjutku ”Dan itu berdampak positif ke dalam kehidupan mas Bram, tapi mas ngak berani mengutarakan baik ke eyang putri mu malah banyak menyangkalnya dan masih menganggap cinta kamu sebatas cucu ke kakek yang sudah tua dan akan segera menanti pengadilan semesta dan melihat masa depanmu yang masih panjang”

“Ai, mas Bram nyebelin” kata Tasya sambil mencubit perutku dengan msera

“Apa sih ….“ kataku sambil tertawa.

“Lalu kedepannya bagai mana mas”kata Tasya

“Kita jalani saja dan menantikan segala kemungkinan yang akan terjadi, seandainya mamamu menolak dan mengadukan ke pengadilan pun akan kita hadapi bersama sama, selama Tasya ada disamping mas Bram pasti mas Bram akan selalu tegar dalam menghadapi segala kemungknan yang terburuk sekalipun” kataku

“Ia mas, aku juga sudah mempersiapkan segala sesuatunya kalaupun mama tidak setuju, aku pasti akan keluar dari rumah itu dan kost sementara sambil menenti ujian akhir tiba paling hanya 5 bulan mendatang” kata Tasya

“Kok Tasya sudah menyiapkan untuk itu apa tau kalau mas akan setuju mengambil Tasya sebagai istri” kataku

“Hanya filing saja mas, perasaanku mengatakan kalau dalam waktu dekat mas Bram pasti setuju akam mengambil Tasya sebagai istri ke dua mas setelah eyang putri Niken meninggal dunia, tapi benar kan filing ku” kata Tasya

“Lalu apa yang sudah kamu persiapkan untuk itu” kataku

“Kemungkinan yang terjelek aku akan keluar dari rumah itu dan semua buku pelajaran sudah aku persiapka, semua pakaianpun sudah siap sewaktu waktu kalau saat itu terjai aku hanya mmbutuhkan waktu 15 menit untuk berkemas menyiapkam untuk pergi meninggalkan rumah” kata Tasya

Aku pegang kepala Tasya aku cium bibirnya dengan penuh kebanggaan sampai segitunya Tasya berpikir dan sudah bulat dan yakin akan kepusannya untuk menjadi istriku menggantikan eyang putri Niken Larasati, malah aku sendiri meragukan keinginan istri ku Niken pada saat itu

“Maaf Tasya, maaf kan mas yang meragukan cintamu ke mas yang begitu besar, maaf ….” kata ku sambil kembali menciumi pipi Tasya dan kini di balas sengan cuman yang sangat liar dan memabukkan.

“Udah mas Tasya ngantuk dan capai banget setelah tadi malam di hajar memek ku sampai aku kehabisan tenaga” kata Tasya sambil memperbaiki tetak kepalanya biar nyaman tidur dalam pekukanku, dan aku juga menyusun ulang letak bantal di kepalaku dan memeluk tibuh Tasya yang masih memakai kimono yang sudah perbuka di bagian dadanya. Dan tak lama kemudian aku dan Tasya pun tertidur.

====skip====

Pov : Tasya Angggraeni

Sesampainya ke Jakarta aku dan mas Bram langsung menuju hotel yang sudah di pesan melalui on line dan sesampainya di holel kerena udara panas menjadikan badanku berkeringat dan meminta mas Bram memandikan aku seperti jaman aku masih kecil dulu. memeng kalau mas Bram pulang ke rumah aku selalu dekat dengan mas Bram selalu bermanja manja dengan mas Bram yang selalu mengijinkan aku bermanja manja terus sampai saatt ini.

Mas Bram selalu mengabulkan permintaanku kepadanya dan itu yang membuat aku bahagia bila selalu dekat dengan mas Bram apa lagi sekarang hubunganku dengan mas Bram lebih dekat lagi bukan hanya sebagai kekasih tapi aku merasa sudah menjadi istri mas Bram dan selalu ingin membahagiakan mas Bram. Salah satu nya ialah dengan memberi kepuasan diatas ranjang dan itu pun memberi kepuasan kepada diriku sendiri, aku merasa menjadi istri yang setiap saat selalu menyerahkan tubuh ku untuk dijadi pelampiasan nafsu mas Bram walau mas Bram beusia jauh di atasku, tapi stamina tidak kalah dengan remaja sekalipun mungki dengan teman teman ku di sekolah mas Bram ngak akan kalah.

Ganteng, penuh wibawa membuat aku selalu bahagia di samping mas Bram dan aku bertekat mulai saat ini aku akan selalu taat ke mas Bram dan akan menjaga mas Bram seperti yang di inginkan oleh mendiang eynag putri.

Aku dan mas Bram saat ini baru rebahan di atas kasur hotel bintang 5 di lantai 15 dan aku bisa melihat keindahan kota Jakarta di waktu sore ini bersama mas Bram dengan tiduran di atas tempat tidur berukuran besar, sambil berciuman dan bermesraan di sepanjang hari, aku sudah tidak malu malu lagi dengan tubuh telanjangku berjalan mondar mandir di kamar hotel dan mas Bram juga mengimbangi telanjang dan memamerkan burung garudanya yang selalu bergoyang goyang kalau mas Bram berjalan.

Kemesraan kami belangsung dalam setiap saat, kalau mas Bram menginginkan persetubuhan di manapun aku selalu meladeninya entah itu di atas tempat tidur, di dalam kamar mandi atau di ruang santai di atas sofa yang besar, demikina juga kalau aku baru menginginkan persetubuhan aku mulai menggoda mas Bram dengan duduk di pangkuannya dengan memegang penis nya sebentar saja pasti sudah membengkah anak burung garuda yang kecil langsung bangun dan tak lama kemudian burung garuda pasti bersangkar di memeklu yang selalu basah.

Seperti saat ini setelah menjalankan sholat mahrib mas Bram masih menggunakan sarung dan kemeja koko dan aku masih mengunakan mukena, aku langsung berciuman panas dengan mas Bram dan tangan mas Bram meremas payudaraku di balik mukena yang aku pakai akupun langsung mendesah desah ke enakan tanpa di komando aku langsung menarik sarong yang di pakainya dan melihat burung garuda sudah mengepak sayapnya ingin terbang ke angkasa mengarungi angkasa birahi bersama sama.

Mukenaku di lepas melalui kepala dan aku sudah telanjang dan aku pun segera melepas kemeja kokonya dan membuang menjauhi tubuh mas Bram aku berdiri di depan mas Bram yang masih duduk di lantai langsung aku lebarkan pahaku dan terlihat memekku merekah merah dan mas Bram pun menciumi memeku dan aku mendahului terbang ke angkasa birahi, aku diangkatnya menuju sofa yang berada di depanku dan didorongnya sehingga aku nungging mas Bram mendorong makin ke dalam punggungku dan mengangkat pinggulku sejajar dengan pinggulnya dan di dorongnya pinggul nas Bram mendekati pinggul ku dan komtol mas Bram menyentuk masik memek aku dan

Ahhhhh …. suaraku menggema dan di barengi dengan suara baritone mas Bram juga menggema di seakan paduan suara, menggerakkan pinggulnya dan berkata

“Tasya, memekku paling enak “ kata mas Bram

“Ia mas, kontol mas Bram juga paling top” kataku memuji kontol yang baru masuk ke dalam memekku

15 menit kemudian mas Bram mempercepat ayunan pinggulnya sampil memegang pinggulku yang bergoyang ke kiri dan ke kanan, aku merasa gelombang dasat sudah berkumpul di bagian memekku dan mendesak mau keluar bersamaan mas Bram menusuk se dalam dalamnya kontolnya ke memeku dan erangan panjang mas Bram memenui ruangan ini dan aku saut erangan mas Bram dengan eranaganku sendiri


“Ahhhhh ….. Tassss …. yyyaaa …..” erang mas Bram terputus putus dan

“Ahhhhh …. mmaaaassssssss…..“ erangku membahana

Dan aku dan eyang kakung langsung tepar duduk di sofa dengan ciuman yang mesra

“Tasya kamu tu … kan harus mandi besar lagi tu … “ kata mas Bram

Aku hanya tersenyum sambil menciumi leher mas Bram

Setelah bersih bersih diri dan menunggu saat shalat issa, tiba tiba HP mas Bram berbunyi dapat panggilan, mas Bram mengambil HP nya dan menerima telpun

“Assalamualaikum Mas Sriyono” kata eyang kakung

“…..“

“Sudah mas, aku dan Tasya sekarang di hotel XXXX di Jakarta timur

“….“

“Ok mas saya tunggu di lobby” kata mas Bram

“…..“

“Sebentar lagi sehabis isya aku dan Tasya turun mas” kata mas Bram

“….“

“Walaikumsalam “ kata mas Bram sambil menutup telpunnya

“Sebentar lagi Mas Sriyono datang dia masih di rumah dan akan mengunjungi kita selepas isya” kata mas Bram

“Om Sriyono yang sepupunya eyang putri ya” kata Tasya

“Yok kita sholat isya dulu setelah itu kita tunggu sambil makan di lobby hotel“ kata mas Bram

Aku dan mas Bram mandi besar lagi dan menjalankan sholat isya bersama sama, tak lama kemudia aku dan mas Bram sudah berada di lobby memesan makanan untuk makan malam kami yang kelaparan sehabis bertempur setelah magrib tadi.

Selesai makan mas Bram mendapat telpun kembali dari Om Sriyono dan kami pun bertemu dengan Om Sriyono dan istrinya tante Maharani.

Setelah menerima telpun dari Sriyono, eyang kakung berdiri melangkah keluar dari lobby untuk menyambut om Sriyoni dan Tante Maharani. Tasya baru pertama kali bertemu dengan om Sriyono dan tante Maharani

“Selamat Datang mas“ ucap mas Bram sambil menyalami om Sriyono

“Hai tambah muda kau, Bram“ ucap Sriyono menyambut tangan mas Bram

“Bagaimana kabarmu Rani” kata mas Baram sambil menyalami wanita disamping Sriyono

“Baik Bram, kamu sehat sehat kan“ kata Maharani

“Sehat sehat kok Rani“ kata Bram, lanjutnya: “Kenalkan ini cucuku Tasya Anggraeni”

“Tasya om“ kata Tasya sambil menjabat dan mencium biku biku tangannya

“Tasya ya, kamu udah besar nian kau, dulu masih bayi merah“ ucap om Sriyono

“Tasya Tante“ kata Tasya sambil menjabat tangan tante Maharani dan mencium biku biku tangannya

“Sudah jadi perawan rupanya” jawab tante Maharani sambil mencium ke dua pipiku

“Ayo silahkan“ kata mas Bram sambil menyilahkan ke dua tamunya menuju meja yang di pakai makan tadi, lanutnya “Sudah makan belum“

“Udah Bram baru aja sebelum berangkat” jawab om Sriyono

Setelah pelayan mengemasi piring piring kosong di atas meja, Tasya memesan minuman untul mereka

“Om, Tante, mau minum apa“ tanya ku

“Teh dengan gula terpisah“ jawan tante Maharani mewakili suaminya

“Eyang minum apa “ kanyaku ke mas Bram

“Disamakan aja Tasya” jawab mas Bram

Tasya langsung memesan minuman di pelayan dan meminta umtuk mengantarkan nya di meja mereka. Setelah basa basi dan Tasya juga sudah duduk bergabung dengan mereka

“Sebenarnya aku mau bertanya ke om, tentang siapa sih orang tuaku” kata Tasya ke om Sriyono

Setelah menarik nafas panjang Sriyono berkata “Sebaiknya kamu tanyakan ke mama kamu Tasya“

“Aku sudah pernah bertanya ke mama tapi mama malah marah marah ngak jelas, aku bertanya ke eyang kakung juga ngak jelas, mau bertanya ke eyang putri sudah ngak ada“ kata Tasya sambil menundukan kepalanya menehan isak tangisku

“Gimana Bram, kamu aja lah yang cerita aku ngak enak membongkar aib orang” kata Sriyono

“Gimana aku mau cerita, kan waktu itu aku masih di konggo“ kata mas Bram

“Baiklah Tasya, dari pada kamu penasaran, tolong jeng Rani bantu aku menjelaskan nya” kata Sriyono ke istrinya Maharani yang hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

“Tasya, kamu harus lapang dada menerima semua kebenaran ini, mungkin akan terasa menyakitkan tapi tante percaya kamu pasti kuat, sebab Tuhan tidak akan memberi cobaan di luar batas kemampuan seseorang dan kamu yang terpenting di sini kamu bisa mengambil hikmah dari cerita ini” kata tante Maharani

“Ia Tante, Tasya juga berharap kebenaran ini akan membawa kebahagian aku ke depanya” jawabku

“Tante dan Om hanya bercerita tentang peristiwa kelahiranmu saja yang tante dan om tahu benar dan persis bagai mana asalnya sampai mamamu hamil di luar pernikahan tante dan ngak tahu masalah itu” kata tante Maharani, lamjutnya

“Pada sore itu tiba tiba eyang putrimu Niken datang ke rumah dinas sambil menagis sedih, aku dan Om pun bertanya ada apa nih mbakyu datang datang kok menagis, lalu eyang putrimu bercerita bahwa anaknya Rini hamil diluar nikah, entah dengan siapa lelaki yang berani ngurak masa depannya, sedang ayahnya baru di menjalankan tugas kenegaraan yang tidak bisa di ganggu saat ini, Tadi siang Rini mengeluh perutnya mual dan muntah muntah aku curiga akan dia lalu siang itu juga aku paksa Rini ke dokter untuk periksa tapi hasil pemerisaan mengagetkan aku bahwa Rini sudah hamil 2 bulan, aku ngak tau harus kemana sedang ayah Rini baru tugas aku ingat akan Dik Sriyono sekalian dan aku datang kesini, maunya Rini untuk di gugurkan saja tapi aku menolak kamu sudah berani berbuat kamu harus berani menanggung segala risikonya. Aku ngak punya solosi jalan keluarnya dan ngak sanggup juga mengatasi nya, itu kata eyang putrimu sambil menangis” kata tante Maharani

“Sebagai seorang teman dan sahabat dan saudara, om terpanggil untuk menyelesaikan masalah ini dan mengambil langkah langkah untuk menyelamatkan nama baik keluarga sahabatku yang baru menunaikan tugas Negara dan kebetulan aku punya keponaka di desa pengantin baru dan baru hanil 5 bulan dan atas bantuan keponakanku itu mamamu di ungsikan ke sana selama proses melahirkan, mememang semua itu kehendak Tuhan manusia hanya bisa menjalankan dan menerima Takdir dari yang kuasa, empat bulan kemudian keponakanku melahirkan tapi kandunganya tidak bisa di selamatkan, dua bulan memudian mamamu juga melahirkan dan lahirlah kamu, tapi ibumu menolah untuk merawatmu dan meninggalkan begitu saja setelah proses kelahiran. Karena memang mamamu tidak menghendadi kelahiranmu dan meninggalkanmu begitu saja seminggu setelah kamu lahir dan semenjak kelahiranmu mamamu pun ngak mau menyusui kamu semenjak di rumah sakit, untuk keponakanku yang baru keguguran anaknya mau menyusuimu dan merawatmu dan semua identitasmu sebagai anak keponakanku sehingga statusmu secara hukum kamu anak dari keluarga Margono dan Sulastri keponakanku yang ada di desa” kata Om Sriyono melanjutkan penjelasan dari istrinya Maharani

“Bagaimana nasip dengan orang yang telah menghamili mama, om” tanya Tasya ke Om Sriyono

“Laki laki bejad ngak bermoral itu?” kata om Sriyono

“Ya, aku igin tahu keberadaanmya sekarang” kata Tasya

“Setelah aku mendengar cerita eyangmu akhirnya mamamu mengaku nama laki laki yang telah menghamili mamamu bernama Yudistra berasal dari Menado dan mamamu memberika foto orang itu, aku bergerak cepat menyebar foto Yudistra ke seluruh Indonesia melalui jaringan yang di punyai AD dan tak lama sebulan kemudian aku telah tau keberadaan Yudistra yang bersembunyi di Surabaya dengan persetujuan eyang putrimu aku buat sebuah kecelakaan yang menewaskan Yudistra” kata om Sriyono

Tasya terkejut atas pernyataan om Sriyon tersebut.

“Sudah mati ya om” kata Tasya

Om Sriyono hanya menganggukan kepalanya.

“Sampai kamu berumur satu tahun kamu diasuh oleh keponakanku Margon dan Sulastri, tidak berselang lama Sutasti hamil lagi dan eyang putrimu mengambil kamu untuk di rawatnya karena eyang putrimu tidak mau merepotkan keponakanku, itulah Tasya cerita tentang kelahiranmu.

Tasya mendengarkan cerita Om Sriyono dan Tante Maharani dengan seksama.

“Bagai mana ceritanya Bram, kamu kok bisa ngotot ingin menemuiku untuk membuka rahasia cucumu Tasya, aku jadi curiga nih“ kata om Sriyono

“Baiklah mas aku akan cerita sesuatu biar kamu paham“ kata mas Bram

Mas Bram mulai bercerita, tentang keinginan istrinya Niken Larasati yang mengingkan Tasya sebagai ganti dirinya dan meminta Bram untuk mengawini Tasya sebagai istri ke dua Bram setelah Niken meninggal dunia, dan Nikem juga berpesan semua kekayaan nya akan jatuh ke tangan Tasya bila Tasya menyetujuinya.

“Mula mula aku tidak mau melakukannya sebab aku sangat sayang ke cucuku Tasya tapi hanya sebatas kakek dan cucunya tidak lebih, tapi kenyataan menuntut lain Tasya sendiri menghendakinya menjadi istriku dan sudah menyerahkan perawan nya kepadaku dan Tasya saat ini sudah resmi sudah menjadi pemilik Larasati group yang baru, dengan 4 perusahan yang sudah jalan dengan baik dan akan di tambah 2 atau 3 lagi perusahaan. Baru kemarin aku dan Tasya ke Kalimantan bertemu dengan saudara angakatku yang menjadi kepala suku, aku dan Tasya sudah melakukan ritual penyatuan jiwa raga dan menurut orang Dayak aku layak menjadi suami cucuku Tasya. Sekarang aku sudah menjadi suami Tasya secara adat suku Dayak Tanjung. Dengan cerita mas Margono dan mbak Maharani tadi aku mempunyai peluang secara hukum untuk mengawini Tasya bukan sebagai cucu tetapi sebagai anak keponaanmu, hanya aku mohon kepadamu untuk mempertemukan aku dan Tasya dengan keponakanmu pak Margono dan ibu Sulastri, sebab menurut hukum Tasya itu anak kandung dari Margono dan Sulastri” kata mas Bram

“Bagaimana dengan Tasya sendiri kok mau maunya kamu jadi istri Bram, apa coba kelebihan Bram ini “ kata Sriyono penuh selidik

“Bermula dari rasa kasihan Om, aku melihat eyang kakung Bram selalu sedih semenjak di tinggal eyang putri Niken, itu yang pertama dan yang kedua aku juga sudah berjanji pada eyang putri Niken untuk menjaganya eyang kakung sampai akhir hayatnya dan yang ketiga aku cinta, sayang dan kagum ke eyang kakung, rasa sayang dan kagum ini lah yang selalu membayangkan kesedihan eyang kakung sebagai orang yang aku cintai, setelah ditinggal eyang putri dan yang terpenting aku memang benar benar cinta dan sayang ke eyang kakung, semula eyang kakung ngak percaya kebulatan hati ku yang sangat cinta dan sayang ke eyang kakung tapi setelah aku menyerahkan harta yang paling berharga ke eyang kakung, baru percaya dan tak disangka sangka eyang putri Niken menghadiahkan aku harta yang tak terhingga banyaknya, masih teringat dalam pesan terakhir eyang putri mengatakan dan ini tidak gratis dan aku percaya bahwa semua apapun di dunia memang ini tidak pernah ada yang gratis“ kata Tasya

“Harta yang paling berharga dari mu yang kau serahkan ke eyang kakungmu itu berupa apa Tasya” kata tante Maharani

“Perawan aku, tante” kata Tasya pelan sambil tersenyum malu

“Kamu ngak merasa menyesal dengan hilanganya keperawannanmu yang kau berikan ke eyang kakungmu” kata Maharani

“Nyesel tante, ngak lah pertama karena cinta pertamau aku dari kecil, ke dua menjaga amanah yang di berikan oleh eyang putri dan yang ketiga, aku memang benar benar mancintai eyang kakung sebagai sosok yang patut menjadi panutan dan aku mencitai eyang kakung dengan apa adanya tidak ada kata menyeal untuk orang yang special seperti eyang kakung ini” kata Tasya

“Yo, wis ini pilihanmu dan semua orang behak punya pilihan masing masing yang dia anggap paling pas untuk dirinya, tante hanya bisa berdoa supaya pilihanmua tepat untuk diimu di masa depan dan yang kamu ingat saat ini bahwa semua pilihan mempunyai komsekwensi sendiri sendiri dari suatu pilihan, apakamu siap, Tasya” kata tante Maharani

“Aku sudah siap dengan kemugkian terjelekpun tante, di usir dari rumah, di coret dai daftar keluarga dan siap hidup menderita asal selalu berdampingan dengan eyang kakung kemana pun perginya, tante aku pasti kuat” kata Tasya kembali

Sriyono, Maharani dan Bram semua melongo mrndengar jawaban Tasya yang baru berusia 18 tahun dan membuat hati Sriyono dan Maharani semakin respek terhadap Tasya dan ingin sekali membantu pasangan Tasya dan Bram yang beda usia, setelah mendapat penjelasan dari Tasya secara detail, akhirnya mereka putuskan untuk segera menemui keluarga Margono yang ada diwilayah Wonosobo yang masih saudara keponakan Maharani istri Sriyono setelah pertemuan reoni usai.

Bersambung dulu gan
Janganlupa ijo ijonya dan kripik mendoan nya

Semoga berkenan

Nah disini saya rada bingung nih, Eyang Bram itu bisa menuntaskan segalanya untuk Tasya. Tapi saat Mama Rini ditinggal kekasih yg menghamilinya KNAPA Eyang Bram gak bisa mengatasinya dengan baik ??
 
Lanjut suhu .....

Part 18 : Biarkan aku menjagamu


Pov: Bram Kusuma

Setelah pertemuan ku dengan Sriyono dan istri dan mendengar kebulatan dan keteguahan hati cucuku Tasya yang demikian tulus mencintai aku dengan segenap kemampuan yang ada, lalu apa aku harus diam saja Tasya sudah menyatakan suatu aksi dengan tulus mencitaiku dengan segala kelebihan dan kekuranganku dan menyatakan siap menaggung segala resiko yang terburuk sekalipun.

Itu lah Tasya yang mempunyai pendirian yang teguh persis dengan almarhumah istriku Niken Larasati. Dua wanita dalam hidupku membuat aku terkagum kagum eyang pitri dan cucunya yang ada di hati ini, seakan ini sudah kodrat ku sebagai laki laki seakan istriku Niken Larasati adalah wanita dari masa silamku dan Tasya sebagai wanita dari masa depanku keduanya mempnyai pendirian teguh dan keduanya mencintaiku dengan tulus .

Bram sebagai laki laki tertantang dan akan memperjuangkan Tasya menjadi istri sah nya dan kini ada suatu peluang yang akan mempengarui untuk menjadikan Tasya menjadi istrinya dengan mendatangai suami istri Margono yang ada di Temagggung jawa tengah, dan Bram merasa ini jalannya satu satunya untuk dapat mempersunting Taya sebagai istri syahnya.

Hati Bram tambah mantab setelah bertemu dengan Sriyono sahabat di AMN dulu dan juga sepupu dari Niken Larasati almahumah yang memintanya untuk menjadikan Tasya sang cucu menggantikan dirinya sebagai istri bagi Bram.

Sepulangnya Sriyono dan istri Tasya dan aku segera masuk kembali ke kamar wajah Tasya terlihat sangat ceria dan senyumnya mengambang di bibir mungilnya,

“Mas Bram, aku sangat senang sekali setelah bertemu dengan om Sriyon dan tante Maharani” kata Tasya

“Aku juga senang karena tak lama lagi kamu akan menjadi istriku yang kedua setelah Niken meninggal dunia, aku juga berharap ini akan menjadi harapan, keingnan dan penantian selama 2 tahun terakhir ini tak sia sia, terima kasih Niken, terima kasih Tasya, kalian berdua yang membuat hidup ini penuh makna menjelang ajal tiba, terima kasih semesta yang selalu berpihak padaku, mungkin ini sudah menjadi garis ku untuk membahagiakan kamu Tasya cucuku, istriku, wanitaku dan permaisuriku, sungguh aku masih ngak percaya perkembangan hubunganku denganmu melesat cepat Tasya cintaku” kataku sambil memeluknya di depan pintu kamar yang sudah tertutup, ciuman kali ini begitu terasa lain karena pengaruh hati yang bahagia dan bangga setelah perjuanganku selama dua minggu terakhir ini tidak sis sia.

Tasya membalas ciumanku dengan tulus ke dua tangannya berada di atas kepalaku mengusapnya halus dan mencium keningku lama dan aku merasakan getaran cinta yang mendalam dari Tasya. Aku angkat tubuh Tasya dan berjalan ke arah sofa dan menurunkan di depannya dan aku duduk di atasnya dan Tasya langsung duduk di pangkuanku dan berciuman kembali dan saling berhadapan hadapan kedua kaki Tasya di atas pinggulku, sambil berciuman aku melepas kaus yang di palainya bersama Bra merwarna hitam yang membalut payudara Tasya yang cukup besar setelah ritual di Kalimantan kemarin.Tasya pun segera melepas kaus yang aku pakai sehingga aku dan Tasya telanjang dada, aku remas remas payudara Tasya dan manggenggamnya dengan keduanya tanganku, mulut kami pun sudah saling berdekatan Tasya menjalurkan lidahnya keluar dan segera ciuman panaspun segera terjadi, Tasya menciumku penuh dengan nafsu ke dua tangannya diatas pundakku dan telapak tangannya di belakang kepalaku mengusap usap kepala bagian belakang, ketiaknya berada di sebelah mulutku yang membuka dan ketiak Tasya menjadi sasaran ciumanku selanjutnya. Tasya melenggak lenggokan tubuhnya mendapat rangsangan dari mulutku sedang kedua tanganku masih neremasi payudara Tasya dan memainkan ke dua putting Tasya dengan sangat interes. Aku tekan payudara Tasya sehingga mulutku mulai menghisp putting kanan nya dan tangan kanan membuka ke atas tangan kiriku merabai pinggul Tasya yang masih tertutup oleh rok pendek Tasya yang di kenekan, aku buka paha Tasya dari penutupnya, tanganku mencari jalan di celah celah kedua pinggul kami, Tasya merenggangkan tekanan pinggul nya ke perutku sehingga jariku dengan mudah dapat menyentuk kelentik vagina Tasya.

Aku usap pelan kelentit Tasya dengan jari telunjuk dan menekan kedalam serta memutarnya ke kiri sehingga gesekan antara jari telunjukku dan kelenti Tasya sangat terasa aku merasakan di daeran kelentit mulai basah aku ratakan minyak pelumas menyebar ke seluruk permukaan vaginanya, setelah 4 – 5 menit berjalan aku menghentikan seranganku dan mata sayu Tasya menetap mataku

“Kau adalah permaisuriku saat ini, biarlah aku membuart kamu bahagia“ kataku

Tasya tidak menanggapi perkataanku tapi hanya tersenyum dan menganggukkan kepala dan setelah itu Tasya mengeluarkan lidahnya kembali dan aku tau apa yang di inginkan nya, aku segera menciummi mulut Tasya dengan menghisap lidah Tasya yang terjalur kelear.

Aku berdiri dan mengangkat Tasya dalam pusisi berhadap hadapan pantat Tasya menjadi tumpuan ke dua tangan ku untuk mengangkat tubuh Tasya sementara kedua tangan Tasya berada di leher, ciuman kami tidak terlepas dan aku melangkah masuk kamar tidur di hotel tersebut.

Dan malam itu aku dan Tasya mengarungi samodra birahi kami sampai pagi, aku tertidur setelah aku menyemprotkan spermaku ke dalam memek Tasya yang ke tiga kalinya, aku juga sangat heran pada usia sudah menginjak kepala 6 bukan surut nafsu sex aku tapi malah semakin menggebu gebu semenjak Tasya dengan sadar menyerahkan keperawanannya kepadaku dan aku menerimanya sesuai dengan amanah istriku Niken, semangat aku bertambah untuk selalu memuaskan kekasih mudaku yang cantik dan menggairahkan tanpa doping apapun, aku merasa bahwa usiaku bukan kepala 6 tapi seperti kepala tiga yang selalu bernafsu jika melihat seorang perempuan yang sedikit bahenol, tapi itu bukan aku, dalam usia ku antara kepala 3 dan 4 justru aku disibukan dengan menjaga ketentraman dan keamanan bangsa sebagai anggota TNI Angkatan Darat yang selalu menjunjung tinggi Sapta marga.

Aku bukan munafik tidak pernah mencicipi wanita wanita di luar sana, akupun seperti manusia biasa yang selalu tertarik pada lawan jenis yang terlihat cantik di mataku dan aku pun ngak segan segan merogok uangku untuk mendapat hiburan yang sejenis tapi aku merasa tidak seperti saat ini ketika menghadapi cucuku sendiri yang selalu telanjang di depanku dan itu membuat nafsuku selalu menderu deru tak terkendali.

Menang aku akui Tasya seorang gadis remaja masih tumbuh bagai bunga yang semerbak harum mewangi, tubuhnya ramping , tinggi 168 cm payudara cukup besar setelah ritual 36D pantat pun cukup besar didalam genggaman tanganku, bila dibandingkan dengan istriku Niken 11 – 12 hampir imbang itu.

----skip----

Jam 4.30 aku terbangun dari tidur yang baru jam 2 pagi aku dan Tasya baru bisa memejamkan mata setelah pertempuran yang sangat melelahkan, hanya sekitar 3 jam aku tidur dalam kwalitas prima semua amunisiku berupa cairan cinta sudah terkuras habis demikinan juga dengan Tasya dalam posisi tidur dengan balutan selimut tebal dari hotel.

Pagi hari ketika adhan subuh berkumandang aku dan Tasya melakukan ibadah syukur karena aku dan Tasya di beri kemudahan kemudahan dalam menempuh kehidupan ini, Aku dan Tasya saling mengingatkan akan kuajiban 5 waktu walau ada konsekensinya harus juga mandi besar sehari harus mengulangai sampai 5 – 6 kali tapi itu di jalani dengan senang hati.

“Mas, aku masih ngantuk nih” taja Tasya merajuk manja

“Ya udah tidur lagi nanti jam 9 nan tak bangunin” kata ku sambil mengusap rambut basahnya

Tasya melangkah meninggalkan aku yang baru menikmati acara TV nasional, setelah Tasya membuatkan minuman kopi panas yang di buatnya setelah shokat subuh tadi. Mataku mengikuti tubuh Tasya yang masuk kamar tidur untuk melanjutkan istirahatnya setelah tadi pagi tak paksa untuk ibadah bersama

Setelah aku melihat Tasya sudah tidur pulas aku ganti pakaian olah raga dan memakai sepatu kats dan mulai berlari kecil mengintari halaman hotel tersebut 5 putaran dengan lari kecil sudah cukup membuat badan berkeringat ke mudian duduk di depan hotel di pinggir jalan memesan teh manis dan menikmati sebatang rokok yang aku beli di alfam*** ketika aku berlari pagi tadi sambil memperhatikan jalan yang semakin siang semakin ramai.

Jam 8.30 aku balik ke kamar hotel dan melihat Tasya masih tidur dengan pulasnya, aku urungkan untuk membangunkan Tasya dari tidurnya dan aku bersih bersih dulu di kamar mandi dan setelahnya aku pakai kimono biru kesukaanku dan duduk di korsi meja rias dan memandangi tubuh Tasya yang aasih tertidur aku mencoba berpikir dan menilai apakah keputusanku untuk mengambil Tasya cucu ku sebagai istri sebuah keputusan yang bijak atau malah sebaliknya sebuah keputusan yang akan menyengsarakan kehidupannya kelak

Aku pandang wajah ayu Tasya yang tidur dengan tersenyum dalam tenang dan damai, aku telusuri lagi keinginanku dengan jujur, benarkah aku menginginkan Tasya cucuku menjadi pendamping hidup ku dan sebagai istri yang akan membagi mendapingi hidup aku baik dalam keadaan senang maupun susah, baik dalam situasi apapun mengingat usia Tasya masih sangat muda tapi kalau di telusuri lebih teliti lagi logika Tasya telah berkembang melebihi usia sebenarnya semua jawaban yang berkenaan dengan perjodohan aku dengan Tasya dipapis dengan sangat manis sekali bahkan Sriyono yang sudah lama berkecimpung dalam hukum agama sebagai kerohanian islam di mabes pun hanya terbengong mendengar alasan Tasya yang menginkan menjadi istriku dengan bulat akhirnya Sriyono ikut dalam permainan yang Tasya ciptakan untuk melegalkan hubungan cinta kasih antara aku dan Tasya.

Secara fisik memang Tasya tidak ada kekurangan apa apa semua sempurna adanya, wajahnya yang ayu dan tingkah laku yang mempesona banyak orang kagum padanya, cara bicara dan komunikasi pun sunggung mengagumkan Tasya bisa menenpatkan diri dengan siapa ia berhadapan dan dalam kapasitas apa dia berada di sana.

Ketika aku coba untuk memimpin brifing di Larasati Group dengan kapasitas sebagai owner Tasya berbicara dengan lugas dan mengenai sasaran semua itu tak lepas dari pengamatanku hanya berbekal latihan kepemimpinan yang sangat sederhana Tasya mampu membuat suasana brifing menjadi lebih hidup dengan bertanya berbagai hal tentang Larasati Group itu, padahal aku ngak pernah cerita tentang perusahaan yang aku pinpin itu tapi dengan sebuah komunikasi yang sederhana Tasya mampu mendapatkan informasi yang Tasya inginkan dan mau belajar dari orang orang yang mampu dalam bidangnya.

Kekagumamku terus bertambah ketika bertemu dengan Sriyono dan Maharani. Tasya mampu berkomonokasi dengan mereka sehingga semua data yang Tasya inginkan dengan mudah di dapat dari Maharani, Lingkungan kehidupanku sunggung sangat berbeda dengan lingkungan kehidupannya yang masih sekolah di SMA kelas XII saat ini, sifat yang di milikinya supel dan mudah bergaul dan yang terpenting tidak minder atau kecil hati.

Memang aku sengaja membawa Tasya ke lingkunganku lingkungan perwira AD yang semua adalah pejabat pemeritah yang berkuasa dan pengusaha, politikus yang handal dan ingin yang jauh berbeda dengan lingkungan SMA di mana Tasya baru menempuh pendidikan. Aku juga mengamati dari beberapa remaja seusia mereka sangat lah malas kalau di ajak pertemuan dengan orang orang dewasa semacam aku dan teman temannya komonikasi tentunta sangat mempengarui tata cara pergaulan.

Sampailah aku pada kesimpulan aku akan tetap memperjuangkan nasip dari cinta kasih ini mengingat banyak hal yang mempengarui disana bukan semata mata nafsu saja tapi ada cinta kasih dan ketulusan hati yang aku rasakan dari hubunganku dengan cucuku Tasya Anggraeni sampai mendapat legatitas dari hubunganku dengan Tasya, aku sudah tidak mau berpikir lagi bagai mana reaksi dari seluruh keluarga besarku dan reaksi dari seluruh keluarga Niken Larasati dengan berbekal surat wasiat yang di berikan Niken yang menghendaki aku mengawini Tasya cucuku sendiri

Jam 9 lebih Tasya baru bangun dari tidurnya dan melihat aku memandanginya dan Tasya tersenyun manis

“Jam berapa mas” kata Tasya mengawali pertanyaan pagi itu

“Baru jam 9 kok, tidur lagi aja” aku berdiri dan berbaring di samping nya, memberi kecupan di keninnya dan membelai ramput panjangnya.

“Aku kok ngak di bangnin sih” kata Tasya

“Kamu tu kelihatan capek sekali jadi mas ngak tega membangunkan tidurmu yang pulas sekali” kataku ambil mencubit hidung mungilnya mesra.

Tasya mengangkat tangannya dan memiringkan tubuhnya sehingga aku dan Tasya berhadap hadapan dan dan bibir kami menyatu dalan ciuman yang lembut tanpa nafsu

“Mas Bram belum mandi kan” kata Tasya

“Enak aja mas tu udah mandi dari tadi” kata ku

“Ya udah aku mandi duli biar cantik” katanya

Tasya bangkit dari tempat tidur dan melangkah mendekati kamar mandi, dan kamar mandi di hotel ini hanya di batasi oleh kaca tebal dan bening dan aku bisa menikmati pemandangan yang sunggung mengagumkan, memperhatikan cucuku mandi sendiri.

Serelah Tasya masuk kamar mandi dan melepas kimono putih yang di pakainya dalam keadan telanjang bulat kau bisa mengamati secara detail seluruh lengkukan tubuh Tasya memang sunggung menggiurkan bodi sunggung mengagumkan, payudara making kencang terangkat keatas dengan putting dan aerolanya berwarna merah muda dengan perut sangat ramping tanpa timbunan lemak yang berarti, pinggul nya pun tercetak jelas tampak membesar di bagian depan kelihatan rambut memeknya tercukur rapi dengan model segitiga terbalik dan pantat yang besar menghiasi bagian belakang, selakangan dan betis sungguh proposional

Tasya mulai menghidupkan shawer dan mengatur aliran air yang keluar dari atas dan berdiri di bawah pancuran untuk membasahi seluruh permukaan kulitnya, mengambil sabun cair dan meratakan di setiap permukaan kulit dan tidak ada yang terlewatkan ketika kedua jari jari Tasya meremas lembut payudaranya sendiri dan matanya mengarah ke aku dan mata kami bertemu pandang, dan Tasya tersenyum melihat aku memperhatikan ketika Tasya menghadap kearah aku samba memainkan payudaranya yang besar dan merabai memeknya dan aku sudah tidak kuat lagi memandang Tasya ku yang nakal menggoda libidoku naik sampai ke umbun umbun.

Aku melepas kimonoku dan melangkah mendekati Tasya aku langsung memeluk Tasya dari belakang

“Mas, katanya udah mandi” kata Tasya sambil tersenyum manis

“Emang mas udah mandi, tapi melihat tubuh mu telanjang dan kamu sukses menggoda mas tadi ya mandi lagi ngak papa biar tambah bersih cling” kataku sambil meraih tubuh telanjang Tasya dalam pelukanku

Tasya memutar tubuhnya dan kedua tangannya di atas pundaku dan kedua tanganku berada di pinggangnya dan bibir kami saling merapat dan merapat saling mennyentuh, mulut Tasya sedikit terbuka dan menjadi sasaran ciumanku selanjutnya

“Mas selalu bikin aku senang” kata Tasya maanja

“Kamu sih bikin horne aja, dan kamu harus bertanggung jawab” kataku sambil mengusap rambit basahnya

“Siapa takut” kata Tasya sanbil tangan kirinya menerobos ke selakanganku dan mulai meremas lembit penis ku yang sudah tegangg maksimal.

Aku tutup toilet dan aku duduk di atasnya, menarik tubuh Tasya mendekat dan mengangkat kaki sebelah kiri nya dan mendekatkan bibirku ke memek Tasya yang masih tertutup dan mulai memjilati memek Tasya dengan seksama, tangan kiriku ada pada pinggul Tasya dan menekan pingul nya semakin mendekatkan ke bibirku lidahku keluar dan mulai menyapu celah panjang dari melintang dari atas ke dawah sampai mencentuh anusnya Tasya sedikit sedikit akhirnya membuka warna merah dari libia mayaranya tampak cemerlang tangan yang satu mulai menusuk lubang peranakan Tasya dengan dia jari sementara mulitku mulai menyedot kelentit Tasya yang mulai mebesar dan terasa di lidah ku, cairan citanya mulai membasai memek nya. Tangan Tasya bertumpu pada pundalku untuk menjaga keseimbangan tubuhnya

“Massssssss, ennaaaakkkk” desisi Tasya

Aku lepas mulutku dan memandang ekspresi wajah Tasya, dengan mata yang mulai menyipit memendang ku dengan sayu.

“Jeng, enak” kataku sambil tersenyum,

“Terus mas jangan berhenti, terus sedit ya itu itil Tasya mas yang panjaaannnggg” cerit Tasya di selah selah desahan dari mulutnya

Sepuluh menit kemudian Tasya mendesis panjang dengan menekan pantatnya ke dalam mulutku dan tubuhnya melengking ke belakang kedua tangannya pada kepalaku

“Masssss, eeennnnaaaakkkk , pppiiii… ppiisssss” jerit Tasyan sambil mengeluarkan cairan yang begitu banyak membasai mulut dan wajahku dan menyiram sebagian tubuhku

Aku berdiri dan membalikan tubuh Tasya dan sedikit meremdahkan tubuhnya dan mengatur posisi selakanganya dan menusuk kontol ku ke dalam memek Tasya

Aku goyang pingguk ku dengan kecepatan sedang, tubuhku agak membungkuk dan menempelkan dadaku ke punggung Tasya dan jari jari tangan kananku meremas payuaranya sedang tangan kiriku menggosok gosok kelentit Tasya dengan kecepatan sedang.

Lima menit berlalu aku tarik tubuh Tasya sehingga tubuhku dan tubuhnya tegak aku meremas remas payudaranya dan memutar mutar putting nya buburku menciumi pundak dan tungkuknya, kepala Tastya menoleh ke belakang dengan mulut sedikit terbuka menjadi sasaran mulutku kami berciuman dalam posisi kontol dan memek tetap melakukan aktifitas, goyangan pinggul Tasya semakin mantab membuat genjotan pinggulku juga semakin cepat dan akhirnya aku kekan pinggulku kedepan bersamaan dengan pinggul Tasya menekan ke belakang dan

“Maaassssss piiii …. piiissss llaaagggiiiiii” teriak Tasya menggema serrrrr seeeeeerrr seeeerrrrr

“Akuuuu jjjuuuggggaaaa…” teriaku hampir bersamaan dan choooottt chooottt chooottt

Aku peluk tubuh Tasya semakin erat takut Tasya ngak kuat berdiri langsung aku duduk di atas toilet dan menarik tubuh Tasya ke dalam pangkuanku dengan posisis miring, ciuman kami berlangsung lama sambil ku remas remas payudaranya sampai nafas kami teratur kembali

“Ennaakkk masss” kata Tasya di selah selah ciuman kami terlepas

Aku hanya tersenyum dan meraih shower ke dalam tubuh kami berdua sehingga basah keringat kami pun hilang oleh air shower yang hangat. Tasya berdiri mengambil handuk dan mengeringkan tubuh nya dan memberikan handuk ke padaku. Setelah kering aku dan Tasya melangkah keluar dari kamar mandi menuju sofa masih dalam keadaan telanjang dan Tasya duduk kembali di pangkuanku,

“Mas laper” katanya sambil menciumi bibirku seakan ngak pernah puas aku dan Tasya berciuman

“Ya ayok, pakai baju terus cari makan sekaligus cari pakaian yang akan kamu gunakan untuk nanti malam” kataku sambil membelai rambut basyah Tasya.

Tasya bergegas membuka almari pakaian dan mencari pakaian yang pantas untuk makan di restorasi hotel tersebut, aku pun mengenagkan pakaian santai kaus lengan pendek dan celana boxer dan menyemprutkan sedikit wangi wangian ke rubuhku

Kami menuju restorasi untuk sarapan pagi dan setelahnya aku da Tasya menuju butik yang ada di hotel tersebut, Tasya sanagt senang setelah menemukan gaun yang cocok untuk acara nanti malam dan membelinya sebuah palaian malam warna merah muda yang sangat cocok untuk Tasya yang muda penuh energi terbuat dari saten panjang sampai selutut dan aku juga memilh baju setelan jas resmi dengan warna biru tua lengkap dengan asesorirnya.

Setelah kembali ke kamar Tasya bilang kalau perut nya mules mules yang tandanya akan kedatangan tamu bulanan, dan aku hanya tertawa karena itu lah yang aku tunggu umtuk bisa mengendalikan nafsu sexualitas ku yang tinggi saat ini.

Malam harinya aku dan Tasya datang ke pertemuan reoni AMN angkatan Y tahun xxxx yang diadakan di mabes Cilangkap, semua teman temanku senang aku tahun ini bisa sedatang ke reoni dan mengenalkan Tasya sebagai cucuku dan sambutan mereka sunggung sangat familier dan semua yang hadir sebagian besar masih dinas dan rata rata tahun depan memasuki masa persiapan pensiun. Aku mengajak Tasya berkeliling menemui satu satu teman lamaku dan aku melihat Tasya cepat bergaul dan menyesuaikan diri dengan lingkungan yang rata rata sudah berusia kepala 5 tapi Tasya bisa membawa dirinya dan bercampur baur dengan istri istri dari teman temanku Tasya selalu di dampingi istri Sriyono, Maharani tapi pada dasarnya Tasya mudah bergaul dengan siapaun juga dan dari lingkungan apapun tidak minderan

“Mas sudah sepuh semua ya” kata Tasya sambil menikmati makan malam secara prasmanan

“Ia lah mereka rata rata seusia denganku, Tasya” kataku

“Apa mereka sudah punya cucuk semua ya” kata Tasya

“Ya rata rata sudah punya cucu semua, seperti tante Maharani dan om Sriyono juga sudah punya cucu 5 lakau ngak salah, kan anaknya dua satu ada di Jakarta dan ada di Jogya nanti deh kamu tanya sendiri ke Maharani” kataku

“Ayo Tasya ikut tante jangan dengan mas Bram aja biar kenal sama istri teman teman mas Brammu” kata tante Rani

Tangannya di tarik dengan Maharani menjauh dari tempat duduk mas Bram yang memandang dengan bengong, dan aku memperhatikan Tasya yang kelihatan amat senang dengan wajah ceria dengan senyuman di bibirnya sunggu cantik menarik dan gemesin sambil sekali kali pandangan matanya tertuju ke padaku dan tersenyum aku pun mengacungkan jempol ke atas.

Acara demi acara di lalui dengan santai dan penuh kekeluargaan yang sangat kental karena kami masing masing mempunyai kenanganan sendiri sendiri kalau bartugas dan jauh dari keluarga dan keluarga satu satunya adalah teman yang bisa saling mendukung satu sama yang lain dalam satu kesatuan tugas saling bau mambau dan saling tolong menolong bahkan lebih erat dari hubungan saudara itu lah kami sebagai dari satu kesatuan yang tak terpisahkan diri kami menyatu baik dalam suka maupun duka, selalu riang dalam menjalankan tugas, berat sama di pikul ringan sama di jinjing itu lah kesatua kesatua yang ada di antara kita.

Acara hiburan pun sudah dimulai dan masing anggota menyumbangkan sebuah lagu yang di iringi oleh solo orgen dan kini giliran aku di daulat untuk menyanyikan sebuah lagu dan aku pun dengan tenang maju ke mimbar dan membisikan ke pada organis dan mengabil nada dan mengambil maik dan mulai berbicara

“Rekan seperjuanan aku akan membawakan sebuah dari tahun 70 an yang di sering di nyanyikan oleh elvis dengan judul Let it be me kalau boleh diterjemahkan secara bebas Biarlah aku menjagamu. Dan lagu ini aku persembahkan kepada seseorang yang sangat special yang berada disini yang sungguh sangat berarti dalam hidup ini dan aku ingin selalu ingin menjaganya baik dalam suka maupun duka, untuk cucuku tersayang Tasya Anggraeni,
Let it be me
Biarkan aku menjaga dirimu


God bless the day I found you

Tuhan memberkati hari ini ketika aku menemukanmu

I want to stay around you

saya akan tingga di sekitarmu

And so I beg you

dan saya memohon

Let it be me

biarkan saya menjaga mu

Don’t take this heaven from one
Jangan kau ambil surga ini dariku

If you must cling to someone

Jika kamu harus berkindung dari seseorang

Now and forever

Sekarang dan selamaja

Let it be me

Biarkan aku menjagamu


Each time we meet love

Setiap kali aku bertemu cinta

Without your sweet love

tanpa cintamu yang manis

Tell me, what would life be

Katakan padaku, apa yang terjadi dalam hidup


So never leave me lonely

Jadi jangan tinggakan aku seorang diri

Tell me you love me only

Katakanlah padaku bahwa kau hanya mencintaiku

And that you’ll always

dan itu akan selalu

Let it be me

Biarkan aku menjagamu

Setelah selesai membawakan lagu aku turun dari mimbar mendatangai Tasya diiringi tepuk tangan dari teman temanku sesampainya di depan Tasya Bram memberi ciuman di kening Tasya dan Tasya pun langsung memegang tangan ku dan mencium biku biku tangannya sebagai tanda hurmat.

Dan pada akhirnya pertemuam reoni usai Tasya dan aku meninggalkan tempa pertemuan dan berjanji dengan Sriyono dan Maharani untuk bertemu esok hari di rumah dinas Sriyono untuk menuju ke Wonosobo menemui saudara sepupu Maharani keluarga Margono.

Sesampainya di hotel Aku langsug mencium bibir Tasya yang ranum dan Tasya pun membalas ciumanku setelah bersih bersih dan berganti dengan pakain tidur aku dan Tasya tidur dengan saling berpelukan.

“Terima kasih mas Bram yang selalu menjagaku selama ini” kata Tasya

“Ya Tasya, mas juga berterima kasih untuk mu yang telah menyerahkan segalanya untukku” kataku

Dan mereka saling berpelukan kembali dan tertidur dalam pelukam malam ini

Bersambung ....
Dinanti komen yang membangun .... dan maaf masih banyak tipo ...

Sehat selalu selamat berkarya
ROO238

Knapa Eyang Bram lebih perhatian dan sayang kepada Tasya, daripada ke Mama Rini..... ??
 
Part 19: Sebuah Pertemuan.

Pov : Tasya Anggraeni

Jam 9 pagi Aku dan mas Bram sudah check out dari hotel tempat kami menginap dan menuju ke rumah om Sriyono yang tak jauh dari hotel, dengan menggunakan Taksi on line, ternyata om Sriyono dan tante Maharani sudah menunggu kedatangan aku dan mas Bram setelah basa basi sebentar kami berempat meninggalkan Jakarta menuju ke Wonosobo tempat tinggal keluarga pak Margono dengan menggunakan mobil pribadi om Sriyono tanpa bantuan sopir sebab mas Bram dan om Sriyono yang akan mengendarai sejara bergantian mengingat jarak cukup jauh kurang lebih 400 km dari Jakarta ke Wonosobo, dengan perjalanan normal bisa memekan waktu 9 - 10 jam kalau langsung ke Wonosobo baru sampai ke sana tengah malam tidak enak bertamu malam malam sehingga mereka memutuskan untuk beistirahat dulu di pemandian air hangat di daerah Slawi, Tagal baru paginya berangkat kembaki ke Wonosobo.

Sampai di Tegal sudah menunjukan jam 7 malam dan langsung ke pemandian air hangat di Guci, Slawi tegal, mereka memesan 2 kamar ukuran standart yang saling berdekatan.

“Wah, enak kau Bram dingin dingin dapat penghangat juga” kata Sriyono

“Gimana mau enak Sri, kalau Tasya baru kedatangan tamu bulanan” jawan Bram

“Ya selamat berkentang ria, aku sih biasa dapat kelonan sudah cukup Bram” kata Sriyono sebelum mereka berpisah untuk masuk ke kamar masing masing.

Aku hanya tersenyum mendengar onrolan dari dua sahabat dan aku masuk kamar terlebih dahulu tanpa menunggu mas Bram ongbrol dengan om Sriyono dan tante Maharani di lobby hotel tersebut. Tak lama kemudian mas Bram masuk kamar dan melepas pakaian dan berganti dengan sebuah kimono dari saten berwarna biru kesukaannya dan mendekapku dari belakang memberi ciuman dan memangku aku di atas tempat tidur holel.

“Tasya, kamu ngak mandi kungkum air hangat belerang yang bisa menghilangkan rasa capek” kata mas Bram

“Gimana to mas Bram, kan aku baru kedatangan tamu dan baru besar besarnya dari semalam sampai 2 hari kedepan” kataku.

“Ya udah kamu mandi didalam kamar aja kan juga ada fasilitas untuk mandi air belerang, aku Sriyono dan Rani ingin mandi di kolam besar di lingkungan wisata ini, sambil cuci mata” kata mas Bram

“Awas ya kalau nakal” kata ku ambil tersenyum, lanjutnya: “Tolong mas Bram kalau keluar di pesenkan sate kelinci yang ada di depan hotel, 10 dan lontong dan minumanyan sekalian”

“Apa lagi, sayang” kata mas Bram sambil mencium bibir ku.

“Udah itu aja” jawan ku

Sementara mas Bram pergi memesan makanan yang aku pesan aku langsung masuk kamar mandi dan mandi air hangat belerang, rasa badan menjadi sangat segar seakan semua capek hilang.

“Ini sayang pesanannya” teriak mas Bram

“Taruk disitu aja” jawabku dari dalam kamar mandi yang tidak di kunci, tiba tiba mas Bram masuk kamar mandi dan menghampiri aku yang masih mandi, aku berhenti sebentar dan memandang mas Bram yang berdiri di depan pintu kamar mandi.

“Kalua sudah mandi, makan satenya dan istirahat ya” kata mas Bram sambil mendekat ke tubuhku yang masih alam keadaan telanjang lalu mencium bibirku sebentar dan melangkah kelar kamar mandi sambil mengucap “Aku tinggal ya”

“Mas” panggil ku

“Mau keluar kok pakai kimono sih” kataku

“Kan mau mandi” jawab mas Bram, lanjutnya “Nanti tinggal lepas aja langsung masuk kolam”

“Bawa sabun juga dan handuk masku sayang” kataku

“Ia ia bawa handuk, sabun nanti beli di alfam***” kata mas Bram

“Hati hati, dan jangan nakal” kataku sambil tersenyum

“Ia ia jeng beres lah itu, mas keluar dulu ya sayang” kata mas Bram sambil memberi ciuman jauh dengan tangan

Aku dan melanjutkan acara mandiku yang agak terganggu dengan masuknya mas Bram tadi.

Sehabis mandi aku makan sate kelinci yang di belikan oleh mas Bram tadi sebelum berangkat mandi di kolam air hangat bersama om Sriyono dan tante Maharani. Sehabis makan aku tiduran di ranjang sambil melihat acara TV yang ada di hotel tersebut.

Aku terkejut ketika bibirku di cium sesorang dan dengan malas aku buka mataku dan melihat pacar tuaku sudah ada di atas ranjang sedang melihat aku tidur dan tersenyum manis, aku segera mengalungkan tanganku ke pundaknya dan ciuman pun terjadi, mas Bram melumat bibirku dengan lembut penuh rasa kasih sayang yang seharian tidak merasakan ciumannya selama dalam perjalanan dari Jakarta ke kota ini, aku dengan manja aku robohkan kepalau di atas dada bidang nya dan tangan mas Bram mengusap rambutku berkali kali aku pun merabai wajah kekasih tuaku menyentuh pipinya, hidungnya dan merabai bibirnya yang tampak tambah seksi di mataku, hanya pandangan kami yang saling berbicara di selah selah senyuman khasnya yang selalu aku meridukan saat ini

Digesernya tubuhku agar mas Bram bisa terlentang dengan santai sambil terus menerus mengusapi rambutku yang terurai lepas sambil bercerita

“Tasya kamu besok pagi akan ketemu ibumu dan ayahmu bagaimana perasaanmu” kata eyang kakung sambil masih membelai rambutku

“Ya, senang lah, seakan akan ketemu ibu kandungku sendiri walau aku ngak ada pertalian apa apa dengan beliau tapi pertalian rasa yang aku rasakan saat ini selama hampir 1 tahun aku meminim asi dari beliau dan itu mahal sekali untuk menentukan kwalitas dari hidup aku ngak pernah merasakan dari mamaku sendiri yang telah tega membuang aku sewaktu aku membutuhkan kasih sayang yang tulus dari seorang ibu, pertalian ini yang membuat aku merasa sangat bahagia menemukan seakan menemukan ibu kandungku sendiri” kataku sambil mememeluk perut masBram dan merebahkan kepalaku ke dadamas Bram rasa nyaman yang selalu aku dapatkan dari kasih sayang tulus dari sosok lelaki tua yang kini menjadi pacarku dan aku merasakan selalu di manja sepanjang hidupku, dan akan menjadi tumpuan hidupku.

Pada saat seperti ini aku tidak berani membangunkan burung garudaku yang gagah perkasa sebab sangkarnya baru di renovasi aku hanya berani menciumi putting sususnya yang mungil di atas dada yang bidang dan ada juga rambut dada yang tidak begitu banyak tapi aku bisa memainkannya sehingga aku terdidur dalam pelukan mas Bramku, kekasih hatiku, pelabuan akhir cintaku.

Pagi harinya jam 5 aku terbangun dan membersihkan diri dan membangunkan kekasih hatiku yang masih pulas dalam pelukan pagi yang cerah suara adhan sudah terdengar, dengan pelan pelan aku bangunkan kekasihku dalam kecupan pada bibirnya dan tak lama kemudian badan kekernya mulai menggeliat dan mata elangnya langsung menatapku dengan pandangan kasih yang tak terhingga ke dua tanganku memegang tungkuh ku dan mendekatkan bibirnya ke bibirku ciuman pagi itu terasa amat nyaman,

“Yang …. bangun …. subuhan dulu “ aku membangunkan dan mengingatkan kuajibannya untuk memanjatkan menghadap Nya dan untuk bersyukur atas limpahan rahmat ka kemudahan yang di berikan.
.
“Jam berapa sekarang” kata mas Bram

“Jam 5 kali, itu baru mendengar suara adhan” kata ku sambil melangkah pergi meninggalkan mas Bram.

Aku mengambil kopi saset dan susu kental manis juga dalam bentuk saset mengambil gelas cangkir dan menuangkan air panas dari termos yang sudah disediaka oleh pihak hotel. Setelah mas Bram selesai sholat, aku dan mas Bram duduk berdampingan di sofa masih dalam kamar, tak lama kemudian terdengar ketukan dari luar

“Bram, Bram, Bram, bangun sudah pagi” kata om Sriyono membangunkan kami berdua

Pintu kamar lalu aku buka dan mempersilahkan om Sriyono masuk.

“He he he tak kirain masih pada tidur” kata om Sriyono

“Mau ngopi om” kataku

“Boleh” jawan om Sriyono masuk kamar dan duduk di sofa

Aku pun membuatkan secangkir kopi lagi yang sama seperti kopi untuk mas Bram.

Om Sriyono memilih duduk di teras dan mas Bram menyusul duduk di teras aku membawa kopi yang sudah selesai ku sedu untuk ku bawa ke teras di mana mas Bram dan omSriyono berada, dan membawakan kopi untuk mas Bram yang tinggal separo, aku juga membawa susuku sendiri dan duduk di samping mas Bram diteras, tak lama kemudian tante Maharani keluar dari dalam kamar dan bergabung dengan kami.

“Tante mau minum apa” kataku

“Sudah Tasya, tante udah bikin teh hangat tadi” jawab tante maharani

“Ayok kita jalan jalan keluar menikmati pagi yang segar dengan pemandangan yang bagus” kata Om Sriyono

“Sebentar om, aku ganti dulu” kata ku lalu masuk ke dalam kamar untuk ganti pakaina sebab saat ini aku masih menggunaka kimono saten yang kupakai untuk tidur semalam, akhirnya mas Bram juga menyusul untuk ganti pakaian sebab mas Bram masih memakai sarung setelah sholat tadi.

Kami berempat keluar dari hotel menghirup udara segar, tak lupa aku membawa kamera yang baru saja aku dibeli sebelum pergi ke Kalimantan. Udara yang sejuk memang tempat wisata dan ini hari libur sehingga banyak turis local ataupun manca yang berlibur akhir tahun ke pemandian air hangat Guci. Walau masih pagi sudah banyak warung makan dan penjual souvenir yang buka, aku duduk berempat disebuah warung makan yang kelihatannya bersih dan memesan teh hangat dan nasi goreng babat untuk sarapan kami.

“Kita chek out dari hotel jam 8, masih ada 1.5 jam untuk bersiap, biar tidak terlalu siang sampai disana” kata om Sriyono

“Ok mas kita masuk hotel dan bersih bersih” jawan mas Bram

Aku dan mas Bram segera masuk ke dalam kamar hotel dan mempersiapkan diri aku, aku melepas semua bajuku masih di kamar tidur hingga telanjang bulat ketika aku mahu masuk kamar mandi tanganku di pegang oleh mas Bram dan mencium bibirku dengan lembut dan aku membalas cuiman bibirnya dengan kelembutan juga, tangan ku segera meraih kaus yang dipainya dan melepas kelalui kepala dan segera melepas gseper celana panjang yang di pakainya dan meloloskan ke bawah, mas Bram langsung mengangkat tubuhku di gendongnya masuk kamar mandi dalam keadaan bugil.

Setelah samapai di mamar mandi aku diturunkan dan segera mas Bram membuka kran shower air hangat pun segera meluncur dari atas, mataku melirik ke bawah melihat penis mas Bram yang setengah tegang dan aku mulai mengisapinya dengan kelembutan dan akhirnya penis itu sudah tegak berdiri burung garudaku gagah ingin terbang ke angkasa raya, aku cium kepala burung garudaku dan desahan pun mulai terdengar mengalun membelah suasana pagi, aku percepat kulumanku keluar masik badan burung garudaku sehingga semakin lama semakin menggelepar leper keenakan eranganpun lebih keras terdengar 10 menit kemudian Burung garudaku memutahkan lahar panas di mulutku banyak dan aku telan lahar dari burung garudaku enak, gurih, asin dan ada manisnya, seperti permen nano nano, aku pandang wajah kekasihku puas dari kemarin menahan nafsunya.

“Lega ya mas” kataku dengan tersenyum

“Terima kasih, kekasih kecilku” jawab mas Bram sambil menarik tubuhku ke atas dan mencium bibirku kembali dan aku membalasnya.

Mas Bram mengambil sabun mandi cair dan di tuangan ke tangannya dan meratakan di sekujur tubuhku kecuali memek ku dan mukaku, setelah selesai aku pun mengambil sabun cair yang sama dan meratakan ke seluruh tubuh mas, dan tubuh dan badanku di tariknya merapat ke badanya dan membawaku ke bawah pancuran shower yang dari tadi sudah keluar airnya.

Setelah bersih semua sabun yang menempel di tubuh ke aku ambil sabun cair lagi untuk membersihkan vaginaku dan wajahku sehingga bersih, mas Bram sudah keluar dari dalam kamar mandi dan mengeringkan badannya dengan handuk yang sudah di sediakan oleh pihak hotel.

Satu jam kemudian aku dan mas Bram sudah siap untuk segera berangkat dan menunggu om Sriyono dan tante Maharani keluar dari dalam kamar hotel.

Tepat jam 8 pagi aku dan rombongan sudah melakukan perjalanan lagi ke Wonosobo lewat jalur toll Tegal – Semarang, keluar dari jalan toll di Weleri belok kanan menuju ke Wonosobo.

Jam 11 lebih modil om Sriyono sudah berada di depan rumah di Wonosobo, rumah sederhana tapi pekarangan cukup luas, rumah terbuat dari kayu semuanya tertata rapi, dengan model rumah khas pedesaan. Mobil langsung masuk kepekarangan rumah itu.

Hatiku berdebar debar saat ini, untuk pertama kali aku akan bertemu dengan ibu yang menyusui aku ketika bayi, tak beberapa lama keluar seorang gadis keluar dari dalam rumah sambil berteriak

“Bu, bune, eyang Sri datang” kata gadis itu sambil berlari menghampiri mobil om Sriyono.

Tante Maharani langsung keluar dari mobil dari pintu tengah menyambut tangan cucu konakannya

“Bagai mana kabarmu cah ayu” kata tante Maharani sambil memegang kepala gadis itu dan di ciumnya ke dua pipinya

“Baik eyang“ kata gadis itu

“Ibu dan bapak mu ada” kata tante Maharani

“Ibu ada eyang sedang bapak baru ke balai desa” kata gadis itu

“Eh, ia Putri, ini kakak mu Tasya” kata tante Maharani,lanjutnya: “Tasya, ini Putri adikmu”

Aku langsung memeluknya, dan kami pun saling mencium pipi, dan aku tatap wajah adikku dan ku ucapkan namaku

“Tasya Anggraeni, panggil Tasya aya ya dik” kataku

“Putri Ayuningtyas, panggil putri aja, mbak” kata putri

Sebentar kemudian keluar seorang wanita yang berusia 40 tahunan, keluar dari tumah sambil berlari lari kecil masih memakai daster yang sudah pudar warnanya dan basah dan kedua tangannya juga basah.

“Bu lik kok ngabari sih mau datang” kata wanita itu sambil menjabat tangan tante Maharani yang sebelumnya mengeringkan tangannya yang basah dengan baju yang di pakainya.

“Ya nih, ngak ada rencana mau kesini juga” kata tante Maharani

“Ya Lastri, ini aku menghantar Bran suami dari Niken Larasati, kamu ingat” kata Om Sriyono

“Oh …. “ kata Sulatri terkejut mendengar nama Niken Larasati, lanjutnya: “Ingat Pak lek”

Kemudian Larasati menjabat tangan om Sriyono dan mas Bram secara bergantian

“Ayo, nduk salim sama pak lik berdua” kata lastri ke anaknya putri

“Lastri, kamu masih ingat, siapa ini” kata tante Maharani sambil menunjuk ke aku

“Siapa ya bu lik ini selalu bikin penasaran” jawab Lastri

“Kamu ingat Tasya, Tasya Anggraeni” kata tante Maharani lagi

“Tasya, Tasya, Tasya Anggraeni” ucapnya sambil mikir sebuah nama yang di sebutnya berkali kali

“Aku ngak ingat bu lek” Kata Lastri

“Tasya ini cucu ibu Niken Larasati, istri pak Bram Kusuma” kata Maharani sambil menunjuk pada mas Bram

“Oh ….“ kata Lastri, sambil terkejut ngak percaya, lanjutnya ”Anakku” sambil berlari dan memeluk Tasya dan menagis

“Maafkan aku ibu, aku baru tahu kemarin setelah tante Maharani bercerita” Kata Tasya sambil memeluk dan menagis juga dalam pelukan Sulastri

Semua yang ada di situ menunduk haru pertemuan antara ibu dan anak yang terpsahkan selama lebih dari 18 tahun.

“Sudah Lastri, kangen kangennannya di dalam rumah aja” kata tante Maharani sambil menggandeng Sulastri dan Tasya masuk ke dalam rumah.

Sesampainya di dalam rumah, ibu masih terus menggamdeng tanganku dan masih terdengar isek tangis tertahan dan sekali kali masih mengusap air matanya.

“Tasya, ibu sangat kangen sama kamu, setelah kamu di ambil oleh eyang putrimu ibu sangat kehilanganmu, untung Putri segera lahir, ibu merasa di pisahkan dari anakku sendiri walau aku tidak melahirkanmu tapi semenjak kamu lahir ibulah yang memberi asi kepadamu sehingga ikatan batin sangat kuat di hati ibu” kata Sulastri

“Sudah ibu, jangan menagis lagi, aku ngak akan meninggalkan ibu lagi, ibu tetap menjadi ibuku selain mama yang melahirkanku tapi sudah membuang aku ketika aku sangat membutukkan kasih seorang ibu, aku juga ngak tau apa jadinya kalau ibu ngak memberi asi ibu ke aku” kata Tasya

“Janji ya Tasya, kam ngak akan meninggakan ibu lagi” kata Lastri

“Ia ibu, aku berjanji ngak akan meninggalan ibu lagi dan akan menjaga ibu, bapak dan adik adikku semuanya” kata Tasya.

“Maaf bu lik, pak lik aku tinggal sebentar mau ganti pakaian yang lebih pantas, dan Putri buat minum untuk pak lik, bu lik dan mbakmu kan baru sampai pasti pada haus” kata Lastri

“Baik ibu” jawan Putri

“Ayok dik, mbak bantu” kaya Tasya

Kedua gads itu melangka masuk ke dalam rumah bagian belakang masuk ke dapur dengan bergandengan tangan

“Dik, kelas berapa kamu sekarang?” tanya Tasya

“Aku sekarang kelas XI, mbak” jawab Putri, lanjutnya ”Mbak masih sekolah atau sudah kuliah”

“Mbak masih sekolah dik, kelas XII sebentar lagi ujian” jawab Tasya

“Tak kirain udah kuliah” jawab Putri

“Apa tampan mbak sudah jadi mahasiswa ya” jawab Tasya

“Benar mbak, sudah pas kalau mbak sudah jadi mahasiswa dewasa banget” jawan Putri

“Sudah punya pacar belum dik” kata Tasya

“Belum boleh pacaran dulu oleh bapak dan ibu” jawab Putri

“Tapi kan sudah ada yang naksir putri kan” kata Tasya,lanjutnya: “Cewek secantik putri ini pasti banyak cowok yang suka”

“Ia sih mbak, juga ada beberapa cowok yang nembak aku, mbak tapi selalu aku tolak” kata Putri

“Banyak cowok yang patah hati dong” jawab Tasya

Mereka berdua tertawa bersama, kebersamaan Tasya dan Putri begitu akrap nya walau mereka baru bertemu, sebab Tasya menganggap putri sebagai adik kandungnya sendiri. Setelah selesai buat minum mereka berdua kembali ke ruang tamu untuk bergabung.

Sulastri juga sudah bergabung kembali dan sudah berganti baju yang lebih pantas dengan memakai pakain baju kurung dan lengan panjang dan berkerudung dengan riasan make up sederhana dan tipis terlihat cantik, walau badannya tampak agak gendut sedikit tinggi 155 cm khas ibu ibu jawa.

“Sini Tasya duduk disamping ibu, masih kangen sama kamu” kata Lastri sambil menepuk tempat duduk yang kosong disebelahnya, Tasya pun tersenyum dan melangkah mendekati Sulastri dan duduk disampngnya.

“Cantik banget sih, anak ibu ini” janjut Sulastri sambil memegang wajah Tasya dan memandang nya denga perasan bangga.

“Ibu juga cantik” jawab Tasya

“Bisaaja kamu Tasya” kata Sulastri

Mereka saling bertegur sapa dan menyatakan keadaan masing masing, dan Putri pun mengambil korsi dari ruang makan dan menaruhnya disamping tante Maharani dan ikut bergabung . Semetara obrolan berlanjut pak Margono datang dari balai desa dengan mengendarai sepeda montor buntut miliknya.

“Assalaualaikum” sapa Margono suami Sulastri

“Walaikumsalam” jawab mereka serempak, lanjutnya: “Eh ada pak lik Sri dan bu lik Rani”

Segera Margono menjabat tangan om Sriyono dan Tante Maharani selanjutnya menjabat tangan mas Bram dan terakir berjabatan tangan dengan Tasya, segera Tasya mengulurkan tangannya dan mencium biku biku tangan Margono

“Putri ambilkan korsi untuk bapakmu” peritah Sulastri

Tanpa menjawab Putri langsung mengambil korsi lagi dari ruang makan dan menempatkan di antara korsi nya dengan korsi ibunya sehingga Tasya ada diantara mereka.

“Kapan datang pak lik, kok ngak kasih kabar dulu” kata Margono

“Ia No, memamg ngak ada rencana balik desa, aku hanya menantar Bram dan Tasya kemari” jawab om Sriyono

“Dik Margono, masih ingat dengan ibu Niken Larasati ngak” kata tante Maharani

“Masih ingat to bulik, karena ibu Niken kehidupan kami menjadi seperti ini” jawab Margono

“Kamu kan belum kenal dengan suami dari ibu Niken kan” lanjut tante Maharani

“Ia, bu lik kan waktu itu beliau baru dinas ke luar negri ya, jadi ya belum sempat berkenalan” jawab Margono

“Inilah Suami almarhumah ibu Niken Larasati, pak Bram Kusuma” jawab tante Maharani dengan menunjuk kearah mas Bram

Margono terkejut mendengar berita duka ini langsung mengucap “Innalilahi wa ina ilahi rojiun” yang di ikuti dengan Sulastri dan Putri bersamaan

“Pak Bram, sungguh aku tidak tahu kalau ibu Niken sudah di panggil Tuhan, maaf” kata Masgono

“Ngak apa apa kok mas Margono dan lagi itu sudah lama berlalu sekitar 2 tahunan lebih” jawab mas Bram

“Dan ini cucu beliau, Tasya Anggraeni” lanjut tante Maharani setelah menunjuk ke aku

Akupun segera bangkit dari duduk nya dan bersimpuh didepan kaki pak Margono

“Maafkan aku Bapak, aku baru tahu kemarin setelah tante Maharani bercerita tentang aku” ucap Tasya

Margono terkejut mendengar penuturan tante Maharani dan sikap Tasya yang langsung bersujud di bawah kakinya. Dengan segera Margono mengangkat tubuh Tasya yang bersujud di hadapannya, dan mendudukan kembali di tempat duduk semula. Masih memandangi wajah Tasya dan mendekatkan bibirnya ke kening Tasya dan menciumnya dengan lembut, pertemuan ayah dan anak yang telah dipisahkan selama belasan tahun ini akhirnya berkumpul kembali.

Sulastri yang duduk disamping Tasya selalu membelai rambut Tasya yang panjang terurai lepas dan sebentar bentar memandangi wajah cantik Tasya sekan ngak pernah puas memandang wajah anak sulungnya.

“Maaf Bapak Margono sekeluarga, kedatangan kami membuat gaduh keluarga ini, pertama saya dan mas Sriyono dan mbakyu Rani hanya mengantar Tasya menemui ibu dan bapaknya yang sudah 18 tahun terpisah karena ketidak tahuan kami sekeluarga karena Niken istriku ngak pernah cerita secara detail peristiwa kelahiran Tasya setelah kemarin aku bertemu dengan mas Sriyono pada acara reoni, aku dan Tasya baru tahu peristiwa itu, maafkan kami” ujar mas Bram

“Ngak apa apa pak Bram, malah kami sekeluarga bersyukur pak Bram dan keluarga mau mampir ke gubuk kami yang reot ini dan hampir ambruk” jawab Margono, lanjutnya “Ibunya anak anak itu yang sering mengis sediri kalau teringat anaknya Tasya dan aku ngak pernah menyangka akan pertemuan kali ini”

“Disamping itu aku juga punya kepentingan tersendiri” kata mas Bram, lankutnya ”Mengenai wasiat atau keinginan istriku almarhumah Nilen Larasati yang mempunyai keinginkan menjodohkan aku dengan cucu aku sendiri Tasya” lalu Bram menceritakan semua pengalaman dirinya semenjak istrinya Niken larasati dalam keadaan sakit sampai meninggal dunia yang mengharapkan Bram untuk mengambil Tasya cucunya sebagai pengganti dirinya menjadi istrinya, “Semula aku ragu ragu atas keinginan istriku ini tapi melihat kenyataan bahwa Tasya sendiri juga menghendaki sebagai pengganti eyang putrinya sebagai istriku dan akhirnya aku pun luluh juga dan berusaha untuk melegalkan hubunganku dengan Tasya dan aku melihat peluang itu dengan adanya akte kelahiran Tasya yang masih menyantumkan nama Bp Margono dan Ibu Sulastri sebagai bapak dan ibu yang syah hukum pemeritah ataupun agama, untuk menjadi wali dari cucuku Tasya dan aku mengharap pada keluaga ini terutama kepada bp Margono untuk menjadi wali untuk Tasya dalam perkawinanku dengan Tasya nanti”

Margono terdiam demikian juga Sulastri tidak bisa ngomong apa apa sementara dalam ruangan ini hening dalam pikiran masing masing.

“Begini No” kata om Sriyono, lanjutnya: “Baik dengan perstujuan kamu dan Lastri atau pun tidak mereka tetap akan hidup bersama, aku melihat hubungan mereka sangat mesra dan tidak bisa di pisahkan lagi, Tasya sudah bulat akan pendiriannya untuk menjadi pendamping eyang kakungnya sebagai istri Bram Kusuma, dan aku juga melihat ke gigihan perjuangan mereka untuk melegalkan hubungan mereka menjadi suami istri, dari pada mereka melakukan dosa sepanjang hidupnya, itu lah No, hanya kamu yang bisa membuat mereka bahagia dan tidak selalu dikejar kejar dosa”

“Ia pak lik, tapi aku minta waktu untuk bicara dari hati ke hati dengan Tasya dan istriku Lastri sebelun aku mengambil keputusan yang salah malah menjadikan boomerang bagi kita kedepannya, aku hanya mita waktu sebentar” kata Margono dengan bijak

“Baik bapak Margono, aku bisa mengerti urusan ini memang berat dan ini memerlukan tanggung jawab juga ke depannya” kata mas Bram

“Kalau begitu urusan mu sudah selesai ya, tinggal menanti jawaban dari keluarga ini” Kata om Sriyono

“Aku malah dek dek gan nih, persis pesakitan yang akan menerima vonis dari pengadilan” jawab mas Bram sambil tertawa.

“Biasa lah itu, kalau menghadapi ayah dan ibu mertua kan selalu begitu, ketika aku melamar Rani dulu juga punya perasaan seperti itu” jawab Sriyono denga tertawa sangat keras dan semua yang ada di situ juga ikut terawa mendengar bayolan dari om Sriyono.

Setelah bicara serios dan kini suasana menjadi cair dengan banyolan bayolan dari om Sriyono dan mas Bram untuk mengubah suasana menjadi ceria kembali.

“Assalamualaikum” sapa seseorang di depan pintu masuk rumah itu

“Walaukumsalam” jawab mereka serempak

“Eh, ada eyang Sri to” kata pemuda kecil sambil mengacungkan tangan dan menjabat tangan mereka semua yang ada di situ dan mencium biku biku tangannya.

“Kamu dari mana Bagas” kata Sulastri kepada anaknya yang baru datang

“Dari rumah Angga, bu bikin layang layang untuk di jual mupung sekolah libur” jawab Bagas yang bediri di samping bapaknya.

“Kenali nih, kakakmu Tasya” jawab ibu

Tasyapun langsung berdiri menyambut uluran tangan Bagas: “Bagas mbak, Bagas Dwikara” ucap Bagas

“Tasya Anggraeni, panggil Tasya aja ya dik” jawab Tasya

“Ini mbakmu anak ibu yang pertama juga, yang baru datang dengan eyang kakungnya” kata ibu lagi

Bagaspun menjabat tangan mas Bram kembali dan menyebutkan namanya

“Om Bram” kata mas Bram menjabat tangan Bagas

“Tasya, kamu ambil gih, makanan yang kamu beli di jalan tadi untuk makan siang bersama” kata tante Maharani mengingatkan Tasya.

Tasya pun berdiri dan melangkah keluar sambil menarik tangan adiknya akan menuju mobil yang ada di halaman rumah, Tasya behenti sebentar dan menatap mas Bram

“Eyang kunci mobilnya” kata Tasya

Om Sriyono yang mengeluarkan kunci mobil dari dalam sakunya dan memejet tombol dan terdengan suara alaram mobil tersebut

Aku dan Putri keluar menuju mobil yang terparkir di halaman rumah dan mengeluarka semua makanan yang di di belinya di perjalanan menuju kemari tadi dan membawanya ke dalam rumah dibantu oleh putri adikku

“Wah ini tamunya yang bawa makan sendiri he he he” kata ibu setelah aku dan Putri masuk ke dalam rumah.

“Aku bukan tamu ibu, aku pulang kerumah aku sendiri” jawab Tasya

Aku dan Putri menyiapkan semua makanan yang aku beli tadi dan menghangatkannya di atas kompor dan menatanya di meja makan setelah semua makan tersaji termasuk nasi yang juga dibelinya di perjalanan tadi.

Tasya kembali ke ruang tamu dan mengajak mereka makan bersama, karena meja makan nya kecil maka semua mengambil makanan dan membawanya kembali ke ruang tamu untuk menyantab makanan mereka, Tasya dan Putri mengambi air putih dan di sajikan di depan meja tamu dan akhirnya Tasya, Putri dan Bagas mengambil makanan dan bergabung kembali di ruang tamu.

Mereka bercengkrama kembali dengan cerita dan suasana ruangan tersebut masih diliputi dengan suasana kekeluargaan yang kental. Sifat welcome dari keluarga ini yang menerima aku dengan apa adanya membuat aku sangat bersukur atas semua anugrah yang berlimpah dari sang pencipta karena kemudahan kemudahan yang diberikan selama ini.

Setelah selesai makan om Sriyono dan tante Maharani pamit pulang ke rumah orang tuanya tante Maharani yang memeng berasal dari Wonosobo ini dan mas Bram juga ikut ke rumah mertuanya om Sriyono mau istirahat disana sedanga aku ditinggal dirumah ini karena aku masih sangat rindu akan belaian seorang ibu dan kehangatan keluarga yang tidak pernah aku dapatkan selama ini, walau aku sekarang hidup bersama mama tapi jarang berkumpul karena kesibukan masing masing.

Setelah semuanya pergi aku, putri dan ibu membersihkan sisi makanan yang ada dan mencucinya bersama sama dalan suasana yang seperti ini membuat aku bahagia keluarga ini memang lain sekali keluarga yang cukup harmonis mementingkan kebersamaan dalan memutuskan segala sesuatunya itulah yang membuat bapak memjawab pernyataan mas Bram ketika melamar aku tadi.

Kami pun berkumpul kembali di ruang keluarga dan bapak ingin bicara dengan aku dan ibu tentang lamaran dari mas Bram tadi.

“Tasya, aku ingin mendengar kisahmu selama ini, terus terang aku masih buta tiba tiba di hadapkan oleh suatu masalah yang aku sendiri tidak tau asal usulnya banyak pertanyaan yang simpang siur dan membingungkan tiba tiba eyang kakungmu melamar kamu menjadi istrinya tadi aku sudah mendengar cerita dari eyang kakungmu sendiri sekarang aku ingin mendengarkan dari mulut kamu mengapa kamu mau dan ingin menjadi istri eyang kamu sendiri” kata bapak dengan lembut dan penuh kasih sayang.

“Bapak, ibu dan adik adik ku semua, aku akan bercerita tentang diriku selama ini sebelum nya aku minta maaf dulu aku baru dapat mememui bapak, ibu dan adik adik ku semua karena memang kurang nya informasi yang aku dapatkan, pernah sekali waktu aku bertanya ke mama tentang siapa pak Margono dan ibu Sulastri mengapa tercantum dalam akta kelahiranku bukan nama papa john Wirasakti dan mama Rini Kusumawardani, tapi mama malah marah marah ngak jelas dan aku malas bertanya kembali, dan aku juga pernah bertanya pada eyang Bram Kusuma tapi ama saja dengan aku ngak tahu siapa pak Margono dan ibu Sulastri itu sebab eyang kakung juga belum mengenal bapak dan ibu sekalian, baru kemarin aku ketemu dengan om Sriyono dan tante Maharani yang mau membuka suatu rahasia yang terpendam selama hampir 18 tahun ini, dari aku memohon pada om Sriyono untuk mengatar aku dan eyang kakung untuk mememui bapak ibu, selain untuk silahturami dan menyampung tali persoudaran yang putus akibat dari ketidaktahuan kami. Selanjutnya mengapa aku sampai mau dan ingin menjadi istri eyang kakung karena semenjak SD aku ikut dengan eyang putri Niken aku melihat kasih sayang eyang kakung dengan eyang putri yang membuat aku iri, dari situlah aku punya keinginan kalau besar ingin menjadi istri eyang kakung yang pada saat itu menurut penilaianku sangat ganteng dan berkarisma sehingga menggetarkan jiwaku ini walau aku saat itu masih duduk di bangku kelas 5 SD, semenjak kelas VII aku di ambil oleh mama dan papa yang tinggal di Semarang dan aku sangat tepaksa meninggalan eyang putri sendiri di Solo walau Semarang – Solo terbilang dekat. Setelah aku kelas X dan eyang putri sudah mulai sakit sakitan dan eyang kakung minta pensiun muda dari dinas kemiliterannya salah satu alasan supaya bisa merawat eyang putri lebih baik lagi, sebelum eyang putri menghembuskan nafasnya di pangkuan eyang kakung eyang putri sempat bertanya ulang kepadaku tentang pernyataanku ketika kelas 5 SD dulu, dan aku pun memjawab masih ingat dan masih ingin menjadi pendamping eyang kakung setelah eyang putri meninggal nanti, tapi eyang kakung punya pendapat lain eyang kakung masih mengangap aku terlalu kecil untuk memutuskan persoalan ini, sampai aku kelas XII dan usiaku 18 tahun sekarang, aku dingatkan kembali dalam sebuah mimpi eyang putri menemuiku dalam mimpi dan mengingatkan akan janjiku untuk menjadi pendamping eyang kakung sebagai istrinya, dan aku sendiri selalu mengharap untuk menjadi istri eyang kakung yang begitu setia ke eyang putri sampai saat menjelang ajal tiba, mengapa eyang putri menginginkan aku menjadi pendaping eyang kakung sebab eyang putri selama hidup membina keluarga dengan eyang kakung tidak bisa terus menerus mendampingi eyang kakung yang punya mobilitasi yang cukup tinggi selalu berpindah dari tempat ke satu tempat yang lain dengan sangat cepat karena eyang putri harus mengelola perusahaan yang diwariskan kepadanya dan sebagai putri tunggal dan menjaga amanah orang tua eyang putri itu lah yang menyebabkan penyesalan yang berkepanjangan, dalam benak eyang putri nanti kalau eyang pensiun akan selalu mendampingi eyang kakung kemana pun eyang kakung berada tapi sang maha pencipta mempunya kehendak lain menjelang pensiun dari eyang kakung malah mendapat penyakit yang mematikan Leokimia, itulah sebabnya eyang putri sangat mengharapkan aku menjadi pengganti beliau sebagai istri eyang kakung, tapi dalam hati kecilku memang aku sudah jatuh hati ke eyang kakung semenjak aku masih muda belia, aku selalu mengagumi beliau dan memimpikan nya setiap saat, memeng banyak juga cowok yang menginginkanku menjadi pasanganku tapi aku ngak bisa menerima mereka karena hatiku sudah terpatri dengan sosok eyang ku sendiri. Baru kemarin awal liburan ini aku bertemu kembali dengan eyang kakung dan aku menyerahkan harta yang paling berharga bagi seorang gadis ke eyang kakung, semula eyang kakung menolak keinginnanku untuk menyerahkan keprawananku kepada beliau tapi dengan kebulatan tekat ku akhirnya menerima juga keperawananku yang ku persembahkan ke eyang kakung karena aku sangat mencintai eyang kakungku seperti eyang putri juga mencintai eyang kakung dengan tulus sampai ajal menjemputnya, satu minggu yang lalu aku diajak oleh eyang kakung ke Kalimantan tengah menemui saudara angkat eyang kakung yang menjadi kepaka suku disana dan aku menjalankan ritual penyatuan jiwa dan raga dengan eyang kakung, dengan ritual itu sebenarnya aku sudah resmi menjadi istri eyang kakung menurut adat orang dayak, tapi belum resmi menurut agamaku dan Negaraku sehingga aku dan eyang kakung berupaya lagi meresmikan hubunganku dengan eyang kakung menurut agama yang ku anut dan Negara, aku pun mempunyai peluang untuk hal ini dengan mengharap dengan sangat kepada bapak dan ibu menjadi wali aku dalam perkawinanku nanti” kata ku sambil menutup ceritaku di depan bapak, ibu dan adik adikku.

Bapak, ibu dan adik adik ku mendengarkan kisahku dengan seksama tampa memutuas ceritaku dari awal hingga akhir.

“Oh Allah nduk menarik tenan kisah perjanan hidupmu penuh perjuangan untu meraih cita citamu ini tapi juga penuh bahaya, kamu sadar ngak sih kalau usiamu dan usia eyangmu sangat jauh berdeda, sekarang memang belum timbul persoalan keluarga yang demikian peliknya banyak persoalan yang akan kamu hadapi sangat rumit, persoalan keluarga bisa timbul sewaktu waktu dan sangat halus sehingga tanpa disadari akan timbul perpecahan dari keluarga itu, serapi apaun kamu menyikapi akan berdampak baik positif atau pun negative apa kamu sudah siap menhadapi itu semua? kata Sulastri ibunya.

“Sudah ibu, pada dasarnya ketidak harmonisan keluarga itu, kalau salah satu sudah tidak jujur, banyak terjadi perselingkuhan disebabkan dari tidak puasnya pasturi tidak jujur pada dirinya sendiri dan pasangannya, itu baik persoalan ranjang sampai persoalan keunangan karena tidak ada kejujuran diantara mereka, kalau semuanya terbuka dan saling percaya dan bisa menjaga diri, maka semua persoalan keluarga itu pasti ada jalan keluarnya dan mencari solusi bersama untuk mengatasi persoalan itu, kuncinya hanya pada kejujuran ibu” jawanku spontan

Sulastri tebengong mendengar jawabanku mengenai persoalan keluarga yang akan ku hadapi kelak

“Memang perbedaan usia aku dengan usia eyang kakung sangat jauh 40 tahun, tapi itu tidakakan memjadi penghalang bagi menyatukan aku dan eyang kakung yang telah menyadari perbedaan itu, hanya karena cinta yang tulus yang bisa menyatukan dan ridho dari Ilahi serta doa yang tak putus” kataku kemudian.

“Begitu tekatmu nduk, ibu hanya bisa berdoa semoga pilihanmu tepat adanya, iya to pakne” kata Sulastri

“Benar bu ne, semua itu tergantung dengan Tasya sendiri yang mau melakukan kita sebagai orang tua hanya bisa tut wuri handayani” kata Margono sang bapak

“Terus rencanamu kapan akan melangsungkan perkawinanmu kelak?” tanya Margono

“Masih lama juga kok pak, mungkin pertengahan tahun ini kalau semua lancar, akupun harus meyelesaikan sekolahku dulu sehingga lulus SMA ini.

“Ya aku setuju, ia to bune” ucap Margono

“Ya pak ne, walaupun dilaragpun mereka akan nekat untuk bersatu walau tidak ada persetujuan dari kita” kata Sulastri

“Jadi Bapak dan ibu mau jadi wali aku” tanyaku sambil berlinag air mataku tanda kebahagian

Bapak Margono dan ibu Sulastri hanya mengangguk mengiyakan.

“Terima kasih Tuhan atas kemurahan yang kau berikan kepada kami” ucapku sambil mengadah kan dua tanganku ke atas.

“Amin” terdengar suara mereka bersama sama, aku langsung berdiri bersujut di depan bapak dan ibu dan mengucapkan teima kasih berkali kali.

“Bapak dan ibu, sebenarnya ada satu hal yang belum aku ceritakan kepada bapak dan ibu soal warisan, hanya aku ngak ingin soal ini akan mempengarui keputusan bapak dan ibu” kata ku

“Ceritakan anakku apapun ceritamu tidak akan mempengarui keputusan ku ini untuk mendukungmu, anakku” kata Margono

“Semenjak aku menerima eyang kakung menjadi calon suamiku dan setelah aku menyerahkan keperawanku ke eyang kakung, ada kata sepakat antara eyang kakung dan eyang putri sebelum beliau meninggal dunia, aku akan mendapat warisan 4 perusahaan yang dirintis eyang putri dengan kerinat dan darah ke 4 perusahaan itu sudah menjadi milikku tapi bukan karena warisan itu aku menerima eyang kaung menjadi suamiku dan aku baru tau ada kesepakan itu setelah aku menyerahkan keperawananku ke eyan kakung.” kata ku kemudian

“Jadi kamu sekarang kaya raya ya” kata Margono

“Bukan kaya raya yang menjadi persoalan nya tapi ada amanah di balik itu untuk mengembangkan perusahaan itu menjadi lebih besar dan aku mau adik adikku mau membantu mengurus perusahaan itu kelak setelah tamat menjadi sarjana” kata Tasya

“Serius, mbak” kata Putrid an Bagas hampir bersamaan

Tasya hanya mengangguk kan kepalanya dan Putri dan Bagas segera berdiri dari korsinya memeluk ku dengan erat sekali setelah lepas dari pelukanku

“Mangkanya mulai hari ini kamu berdua Putri dan Bagas harus rajin belajar soal biaya pendidikan mbak akan tanggung samai kamu bosan belajar” kata ku sambul tersenyum

“Terima kasih mbak” kata mereka sambil meraih tanganku dan menciumnya, dan aku pun menarik wajah wajah mereka satu persatu dan memberi ciuman di kening mereka bergantian..

“Seperti janji ku ke ibu tadi siang aku ngak akan pergi kemana mana dan akan menjaga ibu, bapak dan adik adikku, tapi aku ngak bisa tinggal lebih lama lagi karena stausku masih sekolah sama seperti Putri liburanku juga terbatas sekali seperti Puti dan Bagar masuk kesekolah aku pun harus masuk sekolah aku ingin membelikan alat komunikasi, kamu sudah punya HP Putri” tanya ku

“Belum mbak, HP hanya satu yang dipakai bapak untuk alat komunokasi dengan teman teman kelompok tani” jawab Putri.

“Baiklah, Bagas kamu udah sholat belum dan Putri juga” kataku

“Belum mbak, mbak Tasya apa sudah sholat” jawab Putri

“Aku baru kedatangan tamu ih” jawabku

“Mana mbak tamunya sambil menoleh ke jalan” kata Putri

“Ih, kamu nyebelin” kataku sambil mencubil tengan adikku Putri

“Sakit mbak” teriak Putri sambil berlari menjauh

“Putri, tasnya mbakmu di bawa masuk ke kamarmu gih” kata ibu

“Ia bu” jawab Putri

Putri pun mengambil tas ku dan membawanya masuk kekamarnya

“Sana Tasya kalau mau istirahat di kamar putri aja ya” kata Sulastri

“Bapak dan ibu juga istirahat ya” jawanku sambil melangkah masuk kamar Putri

Aku mengambil ponsel ku dan WA kepada mas Bram

“Assalamualaikum Suamiku” tulis ke WA

Tidak lama kemudian ada balasan dari mas Bram

Wallaikunsalam istriku” balas mas Bram
“Bagaimana udah beres urusan dengan Bapak mertuaku, sayang” lanjut tuls eyang kakung

“Semuanya lancar, Bapak dan ibu sudah setuju untuk menjadi waliku” tulisku
“Tinggal papa dan mama, aja yang belum tahu” ketikku selanjutnya

“Percayalah sama aku, sayangku, mama dan papamu juga akan setuju walau mungkin ada sedikit kendala, tapi suamimu ini sudah dapat jalan eluarnya untuk mengatasinya” balas mas Bram

“Kok mas Bram punya keyakinan seperti itu “ jawabku

Lihat saja nanti, kamu lupa kalau mas mu ini akhi strategi” jawab mss Bram

“Percaya deh, suami siapa dulu, Tasya …. ha ha ha” jawabku sambil memasang mosion orang galau

“Bisa aja kamu” balas mas Bram
“Mas, bawa uang kes 10 juta ngak” tulis ku

“Banyak amat untuk apa” balas mas Bram

“Untuk ku berikan ke ibu dan keluarga ini, sebagai tanda terima kasih ku kepada mereka” kataku

“Kalau sekarang sih ngak ada, tapi kalau besok di usakan deh” katamas Bram

“Makasih, sayang muah …. “ telis Tasya dan menambahkan mosion cium di pipi

“Udah ah aku mau bersih bersih dulu sebentar sore aku akan mengajak putri dan Bagas ke mall untuk membelikan mereka HP biar komnikasiku dengan mereka lancar, mas setuju ngak” tulis ku

“Mas selalu mendungkungmu sebatas itu wajar” tulis mas Bram
Assalamualaikum. istriku, selamat berbelanja” tulisnya
“Wallaikumsallan sayang , jangan lupa sholat” balasku

Akupun meletakkan ponsel ku di meja lalu berbaring di tempat tidur putri.


Bersamnung ke part 20

Semoga terhibur selallu
ROO238

Pastinya Om ROO238, saat bikin cerita ini juga bingung dengan alur cerita dan konfliknya....... aku juga bingung nih....... tapi seru
 
Part 20: Konpensasi

Dua puluh tahun yang lalu


Pov: Sulastri

Siang itu udara sangat panas walaupun aku berada di daerah pegunungan yang terkenal dengan udara yang sejuk tapi siang hari ini aku merasakan panasnya bukan main, aku hanya menggunakan daster yang cukup tipis, suamiku Margono sedang berada di sawah sebagai petani penggarap sawah tetangga dengan bagi hasil jadi bukan petani yang mempunya sawah sendiri.

Aku memang baru nikan 8 bulan yang lalu dengan pemuda desa ini juga yang sudah aku kenal semenjak kecil, Dia kakak kelasku ketika aku mesih sekolah di SMP aku kelas 1 dan dia kelas 3 hubungan cinta kami berawal dari sini, aku sunggung menenal pribadi yang benar benar tulus setelah aku menamatkan jenjang sekolahku sampai SMA dan Margono melamarku dan meninta aku sebagai istrinya dan aku pun mau karena sudah tau karakter Margono seperti apa. Setelah penikahanku aku di boyong ke rumah peminggalan orang tuanya, rumah dengan perkarangan yang cukup luas dan masih terbuat dari kayu.

Tiga bulan kemudian aku hamil betapa senangnya Margono melihat aku hamil dan selama kehamilanku selalu dimanja olehnya, aku dilarang kerja keras hanya boleh bersih bersih rumah dan memasak selebihnya harus di gunakan untuk istirahat, hari hari ku selama 5 bulan terakhir ini sepi bila siang hari, banyak tetangga yang pergi ke sawah hanya ibu ibu dan anak anak yang ada di sekitar kampung kami, memeng begitulah kampung kami baru jam 4 atau jam 5 sore para kaum laki laki sampai di desa kembali ruinitasku menjadi sangat monoton

Pada hari ini aku kedatangan tamu paklik Sriyono dan isrti bulik Rani yang tinggal di Solo sebagai seorang aparat angkatan darat, dengan membawa temannya dua orang wanita seorang ibu dengan anak gadisnya, setelah aku persilahkan masuk om Sriyono mengutarakan maksudnya menitipkan anak sahabatnya yang hamil di luar nikah dan sekarang baru kehamilan 3 bulan tapi aku ngak bisa memutuskan sebelum mendapat persetujuan dari suamiku Margono, aku suruhan anak tetangga supaya memberi tahu Margono kalau ditunggu tamu dirumah,

Tak berselang lama Margono pun pulang ke rumah menemui paklik Sriyono dan bulik Rani,

“No, kedatanganku kemari nenemuimu karena aku dimintai tolong oleh teman sahabatku kebetulan ibu ini juga sebagai sepupuku sendiri dari aku sedang kamu kemenakan dari istriku sebenarnya kita ini bukan orang lain No” kata paklik Sriyono, selanjutnya “Bulik Niken ini sedang mengalami kesusahan yang amat sangat, putri tunggalnya Rini ini hamil di luar pernikahan laki laki yang menghamili pergi menghilang entah kemana sekarang setelah mengetahui Rini hamil. Kalau kamu berkenan bu Niken ini akan menitipkan putri tunggalnya disini sampai dia melahirkan tapi kalau kamu ngak berkenen juga ngak apa apa”

Margono diam memandang isrtrinya meminta pesetujuannya,

“Mas, aku setuju aja demi nama baik dik Rini dan keluarganya, dan tidak ada salahnya kita menolong orang yang baru menerima cobaan dari Tuhan dan aku sendiri kalu siang kesepian ngak punya teman untuk diajak bicara sedang mas kalau pagi sampai sore ada disawah, boleh ya mas” kata Sulastri merajuk pada suaminya.

“Bagaimana aku mampu menaggung biaya kehidupannya sementara kehidupanku masih susah begini” kata Margono

“Mas Margono kalau tentang biaya yang menjadi persoalan, semua biaya untuk anak ku Rini menjadi tanggung jawab aku dan keluargaku, aku hanya mau titip sementara waktu sampai prosese kelahiran selesai dan aku dan keluarga aku akan memberi sebuah konpensasi ke mas Margono dan keluarga sebidang tanah yang akan aku beli melalui mas Sriyono untuk kami berikan kepada mas Margono, berapanya mas Sriyono tadi yang tahu” kata Niken

“Ia No, aku tadi dengar bahwa ada orang yang akan menjual tanah di daerah ini luasnya kira kira 5 – 7 bahu, itu akan di beli oleh ibu Niken dan akan di berikan ke padamu sebagai konpensasi Rini tinggal di sini, sedang biaya sehari hari sampai biaya melahirkan tetap di tanggung oleh bu Niken ini, tadi mau dibayar langsung oleh bu Niken tapi aku melarangnya sebelun dapat persetujuan dari kamu, selarang tingga menanti persetujuna mu saja” sambung paklik Sriyono.

Lama Margono termenung sendiri, akhirnya Margono minta waktu untuk bicara dulu dengan istrinya, kemudian aku dan mas Margono masuk kamar untuk membicarakan hal imi.

“Gimana dik menurut pendapatmu terlepas dari konpensasi dari 5 – 7 bahu itu” tanya Margono

“Ia mas aku selalu kesepiamn sendiri di rumah bila mas Gono pergi ke sawah aku perlu teman untuk ngobrol di siang hari” kata Sulasti

“Ok kalau gitu mas setuju mas ngak mau karena di beri imbalan sawah 5 – 7 bahu mas jadi mau, tetapi alasanya untuk teman kamu siang hari di rumah mas setuju tapi kalau memang diberi tanah itu adakah rejeki dari jabang bayi yang kamu kandung ini” kata Margono

Setelah selesai berembuk Margono dan Sulastri kembali ke ruang Tamu dan menyetujui akan menerima Rini sebagai anggota keluarga gari jauh datang kesini


“Bagaimana mas” tanya Niken

“Ia buk saya dan istri setuju tapi bukan berdasarkan mendapat konpensasi tanah yang ibu janjikan tapi biar istriku punyanya teman kalau siang hari selalu sendiri dirumah” kata Margono tegas

“Terima kasih mas Margono sudah menolong saya dan keluarga yang baru menghadapi kesulitan ini” kata ibu Niken dalan isak tangisnya, lanjutnya: “Entah apa jadinya kalau mas Margono tidak bisa menolong kelahiran cucuku ini”

“Sudah bu, kita hidup di dunia harus saling tolong menolong dan itu wajar suatu saat nanti pasti aku juga membutuhkan seserang menolong saya bu, wajarkan kalau manusia ini ngak bisa hidup sediri tapa teman” kata Margono

“Mas Sriyono tolong panggilkan orang tadi di suruh kemari” kata Niken

Lalu Sriyono mengambil HP dan menghubungi seseorang tak lama datanglah 2 orang keduanya sudah Sriyono kenal satu Sekdes dan satunya lagi ulu ulu desa.

“Assalamualaikum” sapa dua laki laki setelah di ambang pintu rumah Margono

“Wallaikunsalan” jawan serempak dari daram rumah

“Pak Sekdes dan pak ulu ulu lansung menjabatan tangan dengan orang orang yang ada didalam rumah.

“Kamu tentunya sudah mengenal mereka bukan NO” kata paklik Sriyono

“Sudah paklik” jawab Margomo

“Aku jadi mengambil tanah yang di tawarkan tadi 7 bahu kan” kata Niken

“Ia bu semuanya 7 bahu, apa ibu sudah sepakat dengan harga yang kami tawarkan” kata Sekdes

“Aku telah setuju dengan harga yang kamu tawarkan” jawan Niken, lanjutnya: “Kamu bawa surat surat tanahnya”

“Bawa bu” jawab Sekses, lalu mengeluarkan surat tanah dari dalam tasnya dan diberikan pada Niken setelah membaca sebentar di serahkan surat tanah tersebut kepada Margono dan membacanya dan mengenal lokasi dari sertifikat tanah tersebut.

“Jadi ini tanah milik Haji Mustafa ya kang, yang dijual” kata Margono

“Ia No, Haji Mustafa meminta saya untuk menjualkan tanahnya, kan kamu juga yang menggarap tanah beliau” kata Sekdes

“Betul kang, sawah Haji Mustafa aku yang mengerjakannya” jawab Margono

“Jadi begini pak Sekdes, tanah ini aku beli untuk saya hibahkan kepada pak Margono, saya minta bantuanya untuk urusan balik nama dan semuanya saya mau terima jadi” kata Niken

“Ya bu, saya akan bantu Margono untuk urusan balik nama ke nama Margono” kata Sekdes

Niken mengambil tas dan mengeluarkan buku panjang dari dalamnya dan dan menulis angka nominal yang di minta oleh Sekdes dan mecerahkan berupa chek yang sewaktu waktu bisa dicairkan melelui bank.

Transaksi jual beli pun telah selesai, dan sertifikat tanah sudah di pegang Margono.

“Ini aku berikan kepadamu aku tidak memberikan harta yang melimpah dan akhir akan habis untuk di konsumtif tapi aku memberikan kail untuk bekerja mencari sesuap nasi, mudah mudahan kamu bisa mengembangan pemberianku ini, aku tulus dengan pemberian ini sebagai rasa syukurku ke hadirat Tuhan dan rasa terima kasih ku kepadamu , mas Margono” kata Niken

“Aku juga berterima kasih atas kebaikan ibu yang memberika sesuatu yang sangat berharga untuk kehidupan keluarga kami dan menyongsong kelahiran anakku yang masih dalam kandungan istriku, pemberian ini merupakam rejeki dari jabang bayi yang akan lahir kelak dan aku berjanji akan menjaga amanah ibu untuk mengembangkan nya, aku mohon doa restumya, demikina pula untuk pak lik Sri dan bu lik Rani, aku juga mengucapkan terima kasih”

“Ia No, semoga apa yang di berikan oleh mbakyu Niken bermanfaat untuk kehidupan kamu selamjutnya.

“Ya pak lik aku akan menjaganya amanah ini” kata Margono, lanjutnya “Ia bune. mbak Rini diajak masuk dan tunjukin kamarnya ya”

“Ia mas” kata Sulastri, sambil berdiri mengajak Rini masuk ke dalam kamarnya sambil menjinjing tas yang di bawa Rini

“Istirahat dulu ya dik Rini, kalua mau minum atau makan bisa ambil sendiri ya, anggap rumah sendiri, kan aku sendirian ngak punya pembantu lagi” kata Sulastri

“Ia mbak” kata Rini.

Setelah mengantar Rini masuk ke dalam kamarnya, aku kembali bergabung dengan suamiku di ruang tamu.

“Tolong carikan pembantu, warga disini aja biar Rini ada yang mengurusi, tidak semua di urus oleh mbak Lastri, anak itu sangat manja tidak pernah bekerja, tapi aku percaya pada mbak Lastri bisa mendidiknya biar lebih dewasa dalam menyikapi hidup ini” kata Niken setelah ke dua tamu mereka pak Sekdes dan pak Ulu ulu meninggalkan rumah Margono.

“Ia buk, apa maunya ibu saja coba nanti aku cari yang mau ngurus dik Rini, tapi sebenarnya ngak perlu juga sih bu, biar dik Rini punya rasa Tanggung jawab untuk masa depannya dan melanjutkan hidupnya sesuai dengan apa yang dia cita citakan” jawab Sulastri

“Terserah dik Lastri saja aku ikut” kata ibu Niken, lanjutnya: “Mas Gono ini ada sedikit dana untuk keperluan sehari hari Rini, nanti kalau kurang ibu Tranfer ya, minta no Rekening Bank dan No HP nya biar bisa aku menghubung setiap saat” kata Niken

“Maaf bu aku ngak punya HP tapi aku minta no ibu aja nanti kalau ada perlu aku menghubungi lewat wartel yang ada dekat kelurahan” kata Margono

“Ya sudah kalau begitu, ini kartu nama ibu bisa dihubungi ke kantor kalau siang kalau sore atau malem di rumah kecuali hari libur aku selalu dirumah” kata Niken sambil menyerahkan secarik kertas kecil kepada Margono.

“Ya bu” jawab Margono

Setelah berbincang bincang santai akhirnya Niken, Sriyono dan Maharani pamit untuk pulang ke Solo karena waktu juga sudah sore.

Sepeninggalan mereka Margono pamit untuk ke sawah kembali yang tadi di tinggalkan begitu saja.

Tingal Lastri dan Rini yang berada di rumah dan mereka berbincang di teras di saat menjelang sore hari.

“Enak ya mbak, suasanan tenang dan hawanya sejuk” kata Rini membuka prcakapan.

“Semoga kamu krasan di sini ya dik, temenin mbak” jawab Sulastri

Rini hanya menganggukkan kepalanya dan tersenyum

“Kamu kenapa dik, kok kelihatan gelisah gitu” tanya Sulastri

“Ngak ada apa apa kok mbak” jawan Rini

“Mbak ngak punya adik perempuan jadi mbak anggap dik Rini sebagai adik kandung mbak sendiri makanya kalau ada apa apa cerita aja ke mbak mungkin mbak dapat membantu sedikit kegelisahan dik Rini, ya sudah kalau masih malu, besok besok masih banyak waktu” kata Sulastri

“Mbak sebenarnya aku ingin menggugurkan kandungan ini tapi ibu ngak boleh aku mau menggugrkan kandunganku” kata Rini, lanjutnya “Enak juga ya mbak si Yudis sesudah berbuat menghamili aku langsung pergi tanpa beban aku benci dan sangat meyesal mbak” kata Rina dalam isak tangis yan tertahan

“Sudah dik yang sudah biarlah berlalu, sekarang dik Rini harus mengambil hikmah dari pelajaran ini kedepanya, biar ini menjadi pelajaran yang sangat berharga untuk diri dik Rini bahwa kodrat kita sebagai wanita ya harus seperti ini hamil dan melahirkan, tapi percayalah pada Tuhan siapa yang menenan pasti akan memetik hasil tanamannya, dan mbak percayalah pacarmu si Yudis yuga merasakan hal yang sama atas semua dosa yang diperbuatnya pasti hidup Yudis akan tidak tenang seperti di kejar kejar dosa dan percaya lah Gusti mboten sare (Allah tidak tidur)” kata Sulastri

“Ia mbak, mudah mudahan aku di sini bisa merenung kan dan menjalankan kehidupan ini dengan wajar aku mohon bimbingannya mbak” jawab Rini

---skip---

Siang itu aku mengajak Rini untuk jalan jalan ke kota Wonosobo yang berjarak 5 km dari desa kami, untuk menghilangkan rasa suntuk di hati dan menghibur Rini agar bisa lepas dari penderitaan batin dan tekakan dari lingkunganya.

Ke pasar Wonosobo untuk membeli keperluanku sendiri, keperluan menjelang kelahiran yang kurang 3 bulan kedepan dan Rini kurang 4 bulanan, kami berdua jalan bareng dua orang wanita yang baru hamil keliling pasar membeli pakaian bayi dam perlengkapannya, aku senang dengan adanya Rini di sini mebuat hari hariku tambah ceria senyumku terus tersunggi di bibirku aku mengajak Rini makan soto kegemaranku sampai sore hari kami baru pulang dengan mencater angkot karena bawaan kami suggung banyak.

Tak terasa waktu berjakan dengan cepat 3,5 bulan di lalui dengan penuh ceria setelah Rini tinggal bersamaku aku, Rini menjadi adikku, saudaraku, sahabatku sudah tidak ada rahasia diantara kita, tapi kau belum juga mengeti Rini belum bisa melupakam peristiwa dengan mantan pacarnya yang tega meninggalkan dirinya menanggung semua akibat dari perbuatan nya Rini sunggung dendam pada laki laki itu dan itu masih terlihat dari sorot matanya di balik wajah yang cantik, tubuh sempurna, pagi pagi sering kami berdua jalan jalan keliling kampung setelah suamiku pergi ke sawah yang kini sudah menjadi sawah milik kami, dan padipun mulai menguning pertanda sebentar lagi masa panen akan segera tiba. Pulang dari jalan jalan pagi biasanya mampir ke penjal bubur ayam di dekat sekolah SD yang terkenal enak, dan di bawa pulang untuk untuk di makan dirumah sambil bersendaugurau bersama dan tertawa bersama kalau melihat sesuatu yang lucu.

Siang itu aku baru datang dari jalan jalan dan masuk ke rumah dan langsung ke kamar mandi untuk cuci tangam dan kaki entah kenaapa aku merasa pusing dan aku terpeleset di dalam kamar mandi dan aku ngak bisa menghindar lagi akhirnya aku jatuh posisi jatuh pantatku duluan, aku cuma ingat perutku aku pegang perut yang lumayan besar sudah memesuki bulan ke 9 dan pantatku menghantan lantai kesar kamar mandi aku pun berteriak keras sekali sambil menahan sakit pada darerah vaginaku dan pantatku mendengar teriakanku Rini langsung datang ke kamar mandi dan mencoba menolongku dengan menarik tanganku tapi badanku lebih besar dari pada badan Rini sehinggRini ngak kuat mengangkat badanku aku tetap dudu di lantai sambil memegang perut ku yang tesasa sangat mules.

“Rini, tolong panggil kan tetangga, kalau kamu sendi ngak akan kuat” kataku memeritahkan ke Rini

Rini langsung keluar dari kamar mandi dan keluar rumah

Aku masih nenahan sakit yang makin lama semakin terasa aku hanya bisa berdoa ke Allah semoga bayi dalam kandunganku terselamatkan dan lahir tanpa cacat, seperempat jam kemudian dua orang ibu dan seorang remaja datang dan masuk kamar mandi dan mengangkatku dari lantai kamar mandi dan di bawanya ke kamar tidurku

“Tolong dik jemput suamiku di ladang” kata ku pada remaja yang menolongku

“Baik mbak” katanya

Dengan cepat pemuda itu keluar dari kamar tidur langsung berlari ke sawah untun menjemput suamiku

Rini terlihat diam di sisi tempat tidur sambil menegis sambil memandang aku

“Lastri, sebaiknya di bawa segera ke rumah sakit aya” kata bu Drayat

“Tapi siapa yang akan membawa ya” jawab bu Imron

“Aku akan minta tolong ke pak Anwar yang pinya mobil sewaan coba bisa tolong ngak” kata bu Drayat

Bu Drajat langsung pergi ke rumah pak Anwar tapi sebentar kemudian pulang lagi

“Pak Anwarnya ngak ada” kata bu Drajat

Sebentar kemudian Suami datang dari sawah dengan beberapa laki laki dan pak Samsu yang datang dengan membawa angkot yang di temui ditengah jalan, dan aku di gotong oleh suamiku di bantu dengan beberapa tetangga dan di bawa masuk ke anggkot yang di bawa oleh pak Samsu tadi

“Rini tolong baju baju mbak yang sudah aku siapkan di susulkan ya ke rumah sakit” kataku ke Rini

“Ya mbak” kata Rini

Aku di bawa oleh suamiku dan bebrapa tetangga menuju RS Derah yang cukup jauh 6 km dari desa kami melalaui jalan aternatif yang belum rata benar, aku merasa perutku seperti terombang ambing, sambil menahan sakin yang tak terkira tanganku meremas remas tangan suamiku dan kepalaku berada di panguanya.

Cukup lama perjalanan dari rumah sampai di rumah sakit dan aku ngak sadarkan diri

Aku siuman sudah berada di kamar, pertama aku melihat wajah Suamiku Marono memgang tanganku sambil tersenyum entah apa arti senyuma itu,

“Bagai mana mas, anak kita” kataku

“Kamu tenang dulu ya dik, biar dokter yang menjelaskan” kata suamiku masih tersenyum tapi di peluk matanya menggenag air mata

“Mas…..“ teriakku dan mataku gelap

Aku merasan bau bau yang sangat menyengat di hidungku , aku sadar dan diselingku derdiri seorang Dokter dan beberapa suster yang mendampinginya

“Ibu Sulastri, maafkan kami ngak bisa menyelamatkan putri ibu lahir dengan selamat, putri ibu sudah meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit kami pihak rumah sakit hanya berupaya untuk menyelamatkan jiwa ibu dengan melakukan operasi secsar, maaf sekali lagi maaf, Tuhan sudah menghendati kita hanya bisa menjalani kehendaknya dan putri ibu sudah di makamkan oleh bapak tadi pagi di pemakaman dekat rumah ibu sekali lagi saya pribadi dan pihak rumah sakit memohon maaf“ kata dokter itu.

Aku langsug menangis lirih, pedih hatiku di tinggal buah hati yang aku nanti nanti selama 9 bulan terakhir ini

“Selamat siang bu, kami permisi melanjutkan tugas kami lagi” kata doter dan mengulurkan tangan dan memegang tanganku, kemudian pergi meninggalkan aku diikuti oleh perawat yang mendampinginya.

“Mas, anak kita” tangisku meledak lagi di tangan suamiku

Suami ku hanya diam sambil mengelus rambutku ”Yang sabar ya dik, ini bukan salah siapa siapa tapi ini kehendak dari atas, tapi aku percaya Dia akan memberi gantinya kembali”

“Ia mas …. tapi hati ini pedih banget mas” kataku

“Udah yo kita berdoa untuk memohonkan ampunan anak kita ke Allah SWT” kata Suamiku

Kami pun mengambil sikap berdoa dengan ke dua tangan di tengadahkan ke atas, selesai berdoa Bu Niken, Paklik Sriyono, Bulik Rani dan juga Rini mendekat tempat tidur dimana aku bebaring dengan lembut Ibu NIken membelai rambutku dan mengucap

“Yang Tabah ya, mbak semua cobaan dari Tuhan pasti ada hikmahnya” kata Bu Niken

“Terima kasih bu” jawabku membalas senyuman tulusnya.

“Lastri, kamu yang sabar ya” kata bulik Rani

“Terima kasih bulik” kataku

“Sebentar kami akan pulang ke Solo, besok aku kirim mobil dam supir dan pembantuku supaya mengurusi kamu dan Rini selama menanti kelahiran cucuku anak Rini, dan kamu jangan menolak lagi, supir dan pembatuku itu suami istri kok” kata Ibu Niken

“Iya bu” kata ku

“Mas bapak dan simbok belum datang ya” kataku ke suamiku

“Belum dik, mumgkin masih dalam perjalanan, kan kemarin minggu menengok cucunya yang ada di tegal” kata Suamiku Margono

Mereka kembali duduk di sofa di rumah sakit itu

“Mbak saya suapin ya, tadi aku sempat beli bubur ayam kesukaan mbak yang di samping SD itu” kata Rini sambil mengambil bentelan di meja di samping tempat tidur, aku hanya mengangguk dan tersenyum

“Terima kasih adiku yang cantik” kataku

Rini membuka bungkusan dan mulai menyuapi aku yang masih lemas sejak kemarin belum terisi apa apa.

“Dik kamu sehat kan” kataku

“Alhamdulilah sehat, mbak” kata Rini

“Tolong jaga kandunganmu untuk mbak ya dik” kata Sulastri

“Ia mbak” jawab Rini

Empat hari kemudian Aku sudah diperbolehkan pulang ke rumah denga syarat harus banyak istirahat

Pak Narto dan ibu Narsih keduanya sebagai supir dan pembantu keluarga ibu Niken yang di janjilan sudah berada di rumah dan pagi itu aku di jemput oleh pak Narto, mas Margono dan Rini di tumah sakit pulang ke rumah, sedang bapak dan simbok langsung pulang kerumahnya setelah tiga hari tiga malam menjaga aku di rumah sakit, mas Margono tidak bisa sewaktu waktu menunggui aku di rumah sakit karena sebentar lagi dia akan panen untuk pertama kali setelah tanah sawah itu menjadi milil kami.

Setelah sampai dirumah aku tidak boleh bekerja apa apa hanya boleh tiduran dan melihat TV di temani oleh Rini sedang pekerjaan rumah di kerjakan oleh bu Narsih dan Pak Narto, walaupun kadang kadang pak Narto juga menemani mas Margono ke sawah.

Panen raya pun tiba keluarga ku benar benar sibuk, bapak dan symbol pegang peranan sedang bu Nasih dan pak Narto hanya mebantu sedang aku dan Rini duduk manis bak ratu yang kesana kemari di ladeni oleh bu Narsih.

Setelah panen Raya berakhir tepat 3 minggu setelah aku mengalami keguguran, Rini merasa perutnya mual mual dan pecah ketuban, pak Narto dan bu Narsih dengan sigap mengantar ke rumah sakit ditemani oleh suamiku mas Margono sampai di rumah sakit pada kebinggunan siapa yang bertanggung jawam tentang Rini, mas Margono pun mengambil sikap tegas mengaku Rini sebagai istrinya. dari pada terhenti di administrasi rumah sakit ini rumah sakit beda dengan rumah sakit ketika aku melahirkan dan di daftarkan Rini sebagai aku Sulastri, ini demi kelancaran administrasi rumah sakit dan sudah mendapat persetujuan dari ibu Nilen juga.

Kelahiran lancar dan secara normal seorang putri yang cantik, tapi keanehan terjadi Rini ngak mau menyusui bayinya dan memninta aku memberikan asi ku anak nya dan aku pun setuju malah seneng banget sih, lima hari kemudian Rini boleh pulang tapi langsung pulang ke Solo meninggaljan bayinya di rumah seakan bayinya di buang dan aku dengan senang hati untuk memelihara bayi ini yang di beri nama Tasya Anggraeni dengan neneknya Niken Larasati,

Semua persyaratan kependudukan di uruas dengan suamiku dengan orang tua tertera nama Margono dan Sulastri sebagai ayah dan ibu kandung Tasya Anggaeni dan masuk dalam daftar keluargaku, aku senang sekali mendapat ganti seorang bayi mungil yang aku idam idamkan selama ini akhirnya aku tahu kehendak Tuhan bengan mengmbil anakku keharibaannya kembali.

SetelahTasya berumut 1 tahun aku sudah hamil lagi 3 bulan oleh eyangnya Niken di bawa akan dirawat sendiri, hatiku menangis seakan di pisahkan oleh anak kandungku sendiri, tapi Mas Margono selalu memberi kekuatan dan menyatakan bahwa Tasya hanya titipan sementara untuk mendapatkan gantimya kembali ya bayi yang ada di perutku ini, akhirnya aku pasrah dari takdir Ilahi.

Pagi ini 18 tahun kemudian aku di kejutkan kembali oleh kedatangan pak lik Sriyono dan bulik Rani dan mengenalkan pak Bram Kusuma sebagai suami ibu Niken Larasati yang sudah dua tahun meninggal dunia dan membawa seorang gadis cantik seumuran dengan Putri, Tasya Anggraeni, putri ku yang hilang kini kembali kepangkuanku betapa senang rasa hati ini bertemu kembali dengan putriku dalam urutan daftar keluargaku sebagai anak pertamaku.

Mutiara yang hilang telah kutemukan kembali dalam suasana yang sunggung menyenangkan ini terselip suatu kabar yang tidak enak di dengar bahwa Tasya akan menikah dengan eyang nya sendiri, tapi setelah mendengar penjelasan dari pak Bram dan keterangan Tasya sendiri dan mendengar kebulatan dan kesungguhan hati Tasya akhirnya aku dan Mas Margono menyetuyui perkawinan ini walau perbedaan usia sangat jauh, Tasya baru berusia 18 tahun dan pak Bram sudah berusia 58 tahun sebuah perkawinan yang sangat fantastis menurut aku.


Bersambung ....

Semoga berkenan

Rumit ya.... kisah Tasya ini. Sudahkah mereka siap menghadapi cemooh masyarakat kalau rahasia mereka berdua terbongkar
 
Part 21: Fatamorgana

Pov: Tasya Anggraeni

Sore itu aku mengajak ke dua adikku Putri dan Bagas ke sebuah pasar swalayan karena mall di kota ini belum ada, rencanaku akam membelikan HP umtuk memudahkan komunikasi aku dengan mereka aku akan memberikan mesing masing satu, untuk bapak, ibu, Putri dan Bagas,

Jam 5 kali berangkat dengan mobil online melalui aplikasi di HPku, perjalanan cukup jauh juga sekitar 5 km dari rumah samai ke pusat kota Wonosobo, aku bertiga langsung meniju konter HP yang ada di toko swalayan itu, dan membeli langsung empat buah sekalian dengan kartu yang sudah aktif dan sudah terisi pulsa juga.

“Mau kemana lagi nih, Bagas kamu ngak butuh kaus atau sepatu, tas sekolah mungkin juga untuk putri juga”kata ku

“Tas sekolah aja mbak, tasku sudah jelek sekali dari kelas 5 kalik” kata Bagas

“Ya udah pilih sendiri tas Selolahmu dik Bagas, dik Putri” kataku

Bagas memilih tas sekolahnya dan putri masih berdiri di sampingku

“Mbak pilihin ya, tas yang masih trent di kota Semarang, ayo” kataku sambil mengandeng tangan putri

“He he he, pilihan nya mbak Tasya gaul deh, putri suka” kata putri ya udah di ambil aja

Setelah aku membayar semua belanjaanku di kasir, aku, Putri dan Bagas keluar dari pasar swalayan

“Putri, Bagas Laper ngak, kita cari makan di conter itu aja ya” kataku

Putri dan Bagas hanya menganggukan kepalanya.

Setelah mereka duduk di kafe di depan pasar swalayan itu

“Mbak mau nanyak boleh ngak” kata Putri

“Mau nanyak apa, sayang tanyak langsung aja” kata ku

“Takut kalau mbak Tasya tersinggung” kata Putri

“Ngak lah, mbak ngak akan marah apapun pertanyaan Putri dan Bagas jangan sungkan kan aku mbakmu juga jadi sebagai saudara harus saling terbuka sehingga tidak ada rasa yang nganjal di kelak kemudian hari’ kataku

“Anu mbak, ini mungkin sangat pribadi” kata Putri

“Oh, ia coba tanya apa pasti mbak jawab kok” kataku

“Ini tentang eyang, e… mas, e …. om, e…. aku bingung manggilnya” kata Putri

“Om aja juga ngak papa, kan sekarang sudah menjadi calon suami mbak, tapi mbak lebih suka manggil mas Bram sudah terbiasa sih, apa sih arti panggilan kalau hati mbak sudah menyatu dengan hati mas Bram dan sudah menjadi satu” jawabku

“Ia sih, yang Putri ngak habis pikir mbak kok bisa jatuh cinta pada om Bram mbak, padahal di luar sana masih banyak laki laki muda yang ganteng ganteng yang ingin menjadi pendamping mbak, sebab mbak cantik banget dengan bodi yang aduhai, kalau aku laki laki pun pasti akan jatuh cinta pada pandangan pertama” kata Putri

“Lebay deh putri“ jawab ku sambil sambil tertawa cekikian sambil menutup mulutku, lanjutnya: “Kamu juga dik Bagas akan jatuh cinta pada mbak ya”

Bagas hanya tersenyum mendengar candaanku

“Putri, ini soal hati, siapapun dan kapanpun tanpa pandang pangkat derajat dan kedudukan juga usia kalau seseorang sudah kena apa yang di namakan asmara ngak akam bisa nenolaknya, sebab cinta itu universal putri sangat sangat umum tapi dampak nya pada kenyamanan, aku sudah nyaman dengan mas Bram semenjak kelas 5 SD yang belum mengeenal cinta dan asmara rasa nyaman itulah yang membaut rasa sayang, ingin memiliki, ingin melindungi, ingin melihat dia selalu bahagia dan dari situlah timbul rasa cinta dan itu sudah mbak rasakan semua semenjak lama, dari SD kelas 5” kata ku

“Cinta monyet dong” jawab Putri

“Ya sekarang jadi cinta gorilla ha ha ha” candaku

Kami pun tertawa bersama

“Jadi mbak Tasya, sudah cinta mati ya, om Bram nya mbak Tasya memang ganteng sih ngak nyangka kalau usianya sudah hampir 60 tahun mana kaya usianya baru 40 tahunan, kalau dibanding dengan sibah kakung, ayah dari ibu beda jauh mbak, ayah dari ibu sudah kelihatan tua banget kalau jalan sudah pakai teken gitu” kata Putri

“Beda lah putri mas Bram pensiunan meliter yang selalu olah raga terus meneruas tidak ada hari tanpa olah raga, jago karate dan jodo juga, juga renang, tenis dan masih banyak lagi cabang cabang olah raga yang di tekuni, tapi sekarang Cuma renang dan tenis aja yang masih sering di lakukan, sedangkan untuk karate dan judo ya sewaktu waktu dilatih, coba nanti kamu perhatikan badannya keker banget” kataku

“Ia sih, nih buat pelajaran buat kamu dik Bagas, olah raga itu penting, bukan olah raga main layang layang aja” kata putri sambil tertawa.

“Eh, mbak putri ngak tau ya, aku termasuk tiem sepak bola di sekolah lho, satu kelas Cuma di ambil 2 anak termasuk aku” jawan Bagas

“Dik, kalau ingin badannya bagus renang dan ikut salah satu bela diri di sekolah bukan untuk jago gelut tapi untuk jaga diri sewaktu waktu kamu ketemu orang yang perlu bantuanmu” kata ku memberi semangat kepada adik ku Bagas.

Sebentar kemudian makanan pesanan kami pun datang dan kami nenyantap makanan pesanan kami, tiba tiba HP ku bergetar dan aku segera mengangkatnya.

“Assalamualaikum mas” kata Tasya

“Walaikumsalam sayang, masih di mall” tanya mas Bram

“Masih mas” kataku

“Mas jemput ya” kata mas Bram

“Jemput pakai apa? “ tanyaku

“Pakai mobil lah, pinjam mobilnya om Sriyono” kata mas Bram, lanjutnya” Nanti di sering kolasinya ya” kata mas Bram

“Baik mas, assalamualaikum” ucapku

“Walaikumsalam sayang ku, tunggu di situ jangan kemana mana” kata mas Bram

Tasya pun segera menutup Hpnya kembali dan memasukan ke dalam tasnya

“Yieee, yang baru apat telpun dari yayang nya” ledek Putri

“Biarin to, wek” jawab Tasya sambil mengeluarkan lidahnya.

“Mas Bram mau jemput kita, enak kan ngak kehilangan ongkos untuk pulang” kataku

Setengah jam kemudian, mas Bram sudah sampai di pelataran toko swalayan dan mengirim pesan, dan di balas di kafe depan toko swalayan. Sebentar kemudian mas Bram sudah berdiri di samping ku dan aku memegang tangan mas Bram dan mas Bram duduk disampingku.

“Mau makan ya mas” kataku

“Udah makan tadi di rumah tante Maharani, minum aja, kopi dengan gula sedikit” kata mas Bram

“Wah, kasian tu ngak ada yang buatin kopi” jawabku sambil melangkah ke kasir, dan memesan kopi item dengan gula sedikit tapi ngak ada adanya kopi sasetan.

Aku pun kembali ke mejaku dan mengatakan adanya kopi sasetan

“Ya, ngak papa dari pada ngak ngopi seharian” jawab mas Bram

Aku pun memesan kopi yang di maksud, dan aku duduk kembali di samping mas Bram, akupun segera menyandarkan kepalaku di lengan kirinya.

“Jeng, ngak malu tu, ada adik adik mu juga” kata mas Bram

“Biarin, mereka juga pada tau” kata ku cuek

“Ngak boleh memberi contoh yang ngak baik kepada adik adik mu” jawab mas Bram

“Ia ia “ jawan ku sambil menarik kepalaku menjaug dari lengan mas Bram

“Putri dan Bagas ya, sekarang kelas berapa?” tanya mas Bram

“Aku kelas XI om, dan Bagas kelas VII” jawab Putri

“Tadi aku memberi tahu sekolah yang pinter jangan pikirkan biaya, aku akan membiayainya sampai bosan sekolah” kataku memberi keterangan ke mas Bram

“Bagus itu, mbakmu sudah sanggup membiayai kamu sampai kamu bosan sekolah, om hanya mendukung saja dan setuju, sekarang tinggal kamu mau ngak” kata mas Bram

“Mau om, aku akan belajar yang giat supaya bisa bantu mbak Tasya mengelola perusahannya” jawab Bagas denga semangat

“Bagus itu cita citamu, tadi siang kamu baru bikin layang layang untuk dijual ya, itu bagus untuk memupuk jiwa wirausaha sejak dini dengan modal sedikit dan kerja dapat penghasilan, tapi harus hemat juga untuk menjadi pengsaha yang handal supaya usahanya bisa berkembang dengan baik, dan satu lagi Bagas kerja bareng dengan teman amat lah bagus untuk menghasilan sesuatu yang lebih bermanfaat” kata mas Bram memberi semangat kepada Bagas

“Kalau kamu Putri, apa keingnanmu” kata mas Bram

“Aku ingin jadi phisiater om” kata Putri

“ Oh, ho …. bagus tu, bisa membaca pikiran orang, tingkah laku orang dan bisa mempredisi masa depan seseorang” kata mas Bram

“Uadah Tasya, udah malem juga, ngak enak sama bapak ibu mu kalau terlalu malam” kata mas Bram

Dan aku melangkah ke kasir untuk membayar makanan yang baru kami makan dan keluar dari cafe menuju parkiran mobil dan langsung pulang.

Sesampainya di rumah sudah jam 7.30, mas Bram, aku, Putri dan Bagas segera masuk di sambut oleh ibu dan memanggil suaminya “Mas ada nak Bram”

Mas Bram agak terkejut mendengar ibu memanggil dirinya dengan sebutan nak, memangsih seharusnya demikian kan Bram akan menjadi anak menantunya dan aku melihat perubahan mimic mas Bram ingin tertawa tapi aku tahan hanya aku yang tahu semua ngak pada memperhatikannya dan perubahan wajah mas Bram, duduk di korsi panjang dan aku duduk di sampingnya.

“Ya, bu, Bapak sudah tidur” kata mas Bram

“Belun tu, tadi masih leyeh leyeh di tempat tidur” kata ibu Sulastri

Sebentar kemudian pak Margono keluar masih memakai sarung tapi sudah ganti memakai kemeja lengan pedek.

“Dari mana saja nih, nak Bram, Tasya” kata bapak

“Tadi ngajak adik adik jalan jalan, sebentar dan pulangnya di jemput mas Bram” kataku sambil tertawa dan aku melihat mimic mas Bram lucu jadi tambah lucu akupun tersenyum sudiri, biarin tak kerjain aja mas Bram

“Ia nih he he he” jawab mas Bram sedikit grogi, lanjutnya” Anu pak, kalau boleh tau tentang lamaran saya ke jeng Tasya, diterima ngak ya” kata mas Bram sambil nyengir dan mata kami saling beradu dan hanya senyuman yang terlontar, asem mas Bram balas nih, batinku.

“Oh soal itu tho, jawab bapak, sudah saya bicarakan dengan Tasya dan ibunya, dan aku mau menjadi wali dari Tasya, memang kewajiban saya untuk menjadi wali dari Tasya secara hukun, agama dan Negara” jawan bapak, lanjutnya” lalu kapan rencananya nak Bram”

“Kalau rencananya sih masih agak lama, pak mungkin tunggu jeng Tasya lulus dulu dari sekolahnya, ya paling cepat juni juli tahun depan” jawan mas Bram

“Pak ini aku beli tadi untuk bapak dan ibu” kataku sambil mengeluarkan 2 buah smartphone masih dalam keadaan tersegel, lanjutnya” untu adik adik sudah di bawa mereka sendiri sendiri, ini bukan apa apa bu, pak sebagai alat komonikasi aja dan aku tadi pagi sedah berjanji aku tidak akan kemana mana dan akan menjaga ibu dan bapak selalu, tapi kenyataannya aku harus pergi menyelesailan tugas menyelesaikan sekolahku yang kurang beberapa bulan ke depan ini sebagai ganti kehadiranku kalau sewaktu waktu ibu kangen aku atau sebaliknya aku kangen ibu tingga telpon aku atau dengan vidiocoll telpun tapi bisa saling melihat wajah bu, pak” kataku

“Oh canggih banget ya” kata ibu kaget mendengar penggunaan telpon saat ini

“Nanti Putri akan memberitahu ibu dan bapak cara penggunaanya, bisa kan dik” kataku

“Bisa mbak” jawab Putri

Malam pun semakin larut dan mas Bram mohon diri untuk tidur di rumah tante Maharani di kampung sebelah.


Bersambung ....

Update sedikit dulu pada part ini biar terasa nyambung dengan part selanjutnya.

Thank
ROO238

Menunggu saja bagaimana endingnya
 
Part 22: Bingung kan?

Pov: Bram Kusuma

Aku sampai rumah mertua Sriyono sudah sepi dan tertutup rapat, aku ketuk pintu depan dan Sriyono sendiri yang membukakan pintu.

“Bagai mana udah ada jawaban dari bapak mertuamu?” tanya Sriyono

“Sudah, sambutannya sangat welcome, aku jadi muda banget mas” kataku

“Emang nya kamu udah tua tho, wong masih muda juga masih 30 tahun kan” goda Sriyono

“Ngak 18 tahun sekalian” kataku

“ Ha ha ha itu resikomu mau mengambil Tasya jadi istrimu” jawab Sriyono dengan tertawa.

“Tadi sampai di sana setelah menjemput Tasya, aku sedikit terkejut setelah ibu Sulastri memanggil aku dengan nak Bram” kataku, lanjutnya “Tasya sendiri memanggi aku yang biasanya dengan eyang kakung kalau ada orang lain malah tadi memanggil aku dengan sebutan mas” kataku

Disambut dengan suara tertawa Sriyono tambah keras: “Jadi aku memanggik kamu dengan cucuk ya” ledek Sriyono

“Ya eyang kakung” balasku tambah kesel.

Tak lama kemudian Maharani bangun dan keluar dari kamar mendengar suata ketawa suaminya dengan keras

“Eh… eyang putri bangun tho” ledek Bram ke Maharani

“Apa sih mas Bram, ngak lucu ah” ucap Maharani yang tidak tau duduk permasalanya.

“Gini jeng, Sulastri tadi memanggil Bram dengan sebutan nak Bram” kata Sriyono

“Serius mas” kata Maharani terbengong

Aku hanya bisa mengangukkan kepala sambil tersenyum kecut.

“Padahal Lastri kemenalanmu kan, jadi Bram harus memanggil kamu eyang putri dong” kata Sriyono

Kami pun tertawa lagi, sampai mules perutku dengan ketawa yang ngak ada habis habis nya, setelah tertawa kami reda

“Mas, bawa uang kes 10 juta ngak” kata ku kemudian

“Untuk apa malam lagi” kata Sriyono

“Tasya tadi minta aku uang kes 10 jutanan gitu katanya untuk ibunya sebagai tanda kasih gitu” kataku

“Kalau 10 juta sih ngak ada kalau 5 jutaan mungkin ada, Bram” kata Sriyono

“Ya udah ngak papa aku pinjam dulu kekuranganya aku ambil di ATM aja, kalau bisa begitu banyaknya ngak mungkin harus ambl berapa kali coba, kalau 5 juta kan Cuma 3 atau 4 kali saja” kataku.

“Ok besok ya, nanti deh tak siapkan dulu” kata Sriyono

“Sebenarnya sih ngak perlu ngasih uang segitu banyaknya, sebab aku tahu persis 18 tahun yang lalu istrimu Niken telah memberi dia sebidang tanah seluas 7 bahu ya kira kira 0,5 ha ran, sekitar itu lah, itu 18 tahu yang lalu, sekarang tanah yang 7 bahu itu sudah berkembang menjadi 25 bahu sekitar 3 atau 4 hektar tidak hanya di dukuh ini saja tapi juga di dukuh sebelah sebelahnya, bukan hanya itu saja, dia juga punya penggilingan padi, sapi, kambing dan ungags. sapinya aja ada 30 ekor, coba bayangkan kalau harga sapi sekarang 10 jutaan itu bisa membeli mobil jepang berapa biji coba itu dari peternak sapi saja belun yang lain lain, tapi ya memang penampilannya sangat sederhana sekali orangnya ngak pernah neko neko anaknya saya sekolah nail angkot padahal dia bisa beli 10 sepeda montor sekali gus, dia pun hanya punya 1 sepeda montor itupun sudah jadul, kamu ingat ngak ketika kita datang dia pergi ke balai desa, artinya dia orang terpandang di kampung nya sehingga kelurahan mengundangnya” kata Sriyono

Aku terbengong mendengar cerita Sriyono, luar biasa bapak mertuaku ini batiku

“Lalu bagainana mas, kalau menurut mas aku harus bagainama?” tanyaku

“Karena ini permintaan cucumu sendiri dan cucumu tidak tau apa yang terjadi penilainya hanya menilainya dari luar saja, kalau menurut aku di beri saja lah, dan yang diberi juga bukan orang lain kok, dia adalah calon mertuamu juga kan, kamu ngak mengabulkan permintaan Tasya dikira kamu ngak mau membantu nya walau sebetuknya bantuan itu mubadir, cobalah sedikit demi sedikit beri penjelasan dan wawasan kepada Tasya tapi jangan cepat cepat nanti skock dia” ucap Sriyono bijaksana

“Baik mas aku akan mengikuti saranmu, ini demi Tasya yang kelihatannya sangat bahagia setelah bertemu dengan Sulastri dan Margono dan aku juga merasa senang kalau melihat Tasya senang” kataku kemudian, lanjutnya “besok pagi pagi aku pinjam mobilmu lagi ya”

“Ya boleh asal penui bensinnya” lelakar Sriyono

“Beres itu mah” jawan Bram sambil mengacungkan jempolmya

“Sana tidur, aku juga udah ngantuk he he he” kata Sriyono

“Siap ndan” jawab ku sambil mengangkat tanganya dan di dekatkan dengan pelipisnya sambil berdiri masuk ke kamar yang di sediakan untukku.

----skip----

Pagi harinya aku sudah ada di dalam mobil menuju kota Wonosobo mencari sebuah Bank yang mengeluarkan buku tabung bersama ATM ku, setelah puter puter akhirnya mememukan bank yang di maksud dan berhenti menanyakan apakah bisa ambil Tunai, dan ternyata bank itu bisa melayani pengambilan tunai buka jam 8 – 10 saja kerena libur bersama,Aku pun menanti bank itu buka sebentar lagi kemudian aku bisa ambil 10 juta melalui tarik tunai, setelah mendapatkan uang itu aku pun meluncur kembali ke rumah langsung ke rumah Margono calon mertuaku dan memberikan bungkusan itu ke Tasya, pagi itu Tasya memakai pakaina model baby doll yang sudah kekecilan sehingga lekuk tubuhnya kelihatan merangsang sekali,

“Mas, kok udah datang pagi pagi gini, katanya berangkat jam 10 an” kata Tasya

“Ia jeng aku tadi dari Wonosobo mengambil pesananmu kemarin” kata ku ambil menyerahkan amplop coklat kepada Tasya.

“Duduk dulu mas, pasti belum sempat ngopi kan” kata Tasya

“He he he kok tau aja nih pacar aku ini” kataku

Akupun masuk rumah dan duduk di korsi tamu di rumah itu, sebentar Tasya masuk kerumah membuatkan secangkir kopi sedikit gula

“Eh nak Bram, dari mana nih pagi pagi gini” kata Sulastri

“Dari Wonosobo tadi mengambil pesanan jeng Tasya” kataku sambil menahan senyum lucu soalnya.

Tasya pun keluar dari dalam rumah membawa secangkir kopi di tangannya

“Mas diminum dulu” kata Tasya

“Baik” kataku sambil mengambil kopi buatan Tasya, meminumnya sedikit karena terlalu panas. dan menaruhnya kembali di meja.

“Bapak mana bu” kataku

“Bapak udah dari pagi tadi katanya mau jagain orang orang pada tandur” kata Sulastri

“Luas ya bu, tanah bapak” tanyaku

“Ya ngak lah Cuma beberapa aja kok” jawab Sulastri, lanjutnya “Dibelakaung ada roti sumbu, mungkin nak Bram mau”

“Roti sumbu bu, mau aku, udah lama banget nyak makan roti sumbu” kata ku

“Roti sumbu itu apasih, kok ngak pernah dengar” kata Tasya

Aku dan Sulastri tertawa

“Apa sih kok malah ketawa, orang ngak ngeri juga malah di ketawain” ucap Tasya sewot

“Roti sumbu itu yang kamu makan tadi pagi bersama putri, sayang” kata Sulastri

“Itu bukan ketela ya bu” tanya Tasya

“Ya itu benar dimakan dengan parutan kelapa wah enak tenan” lanjut Sulastri

“Mbak Tasya lebey deh, dasar orang kota ngak tau roti simbu taunya berger” ledek Putri keluar dari kamar

“Putri” teriak Tasya, lanjutnya” awas kau” sambil melototkan matanya ke arah putri

Putri berlalu dengan senyum ke arah Tasya sambil bawa anduk masuk kamar mandi, Tasya pun bangkit dari duduknya ke dapur lagi mengambil ketela rebus di taruh diatas piring dan di taburi kelapa parut

“Ini kan roti sumbunya mas” kata Tasya sambil menaruh di atas meja

“Ini namanya roti sumbu jeng, kalau di belah tu kelihatan sumbunya” kata ku sambil mengambil ketela rebus dan parutan kelapa dan memakannya

“Ibu, ini ada sedikit uang dari aku untuk ibu, sebagai tanda kasih aku harap ibu mau menerimanya” kata Tasya sambil mengacungkan tangannya untuk memberikan amplop coklat yang terletak di atas meja.

Sulastri menangis sambil menerima amplop itu

“Sini sayang duduk di samping ibu” kata Sulastri sambil membangunkan Tasya yang tersimpuh di bawah kaki Sulasri

“Sebenarnya ngak usah pakai ini juga, ibu sudah senang kamu datang dan mengakui aku sebagai ibu mu walau kamu bukan keluar dari rahimku tapi aku yang memberimu asi sejak kamu lahir di dunia ini, ibu sangat senang sekali kamu udah datang rasanya tidak ada sesuatu yang lebih membahagiakan dari itu” kata Sulastri sambil memeluk Tasya yang duduk disampingnya.

“Ini ngak seberapa bila di bandingkan dengan kasih ibu yang tulus ke aku, dan juga bapak dan adik adik aku semuanya walau baru kali ini aku bisa datang kemari” jawab Tasya sambil menanis di pelukan Sulastri

Aku melihat adegan itu menjadi sangat terharu, sebagai laki laki aku merasakan ketulusan kasih yang begitu nyata, aku hanya diam sambil menikmati kopi dan roti sumbu di atas meja. Tiba tiba smartphone ku bergetar ada nada panggilan masuk

“Assalamualaikum mas” kataku setelah mengangkat smartphoneku

“Walaikumsalam, kamu dimama Bram” kata penilpun

“Aku masih dirumah bapak Margono, sebentar lagi pulang nih” jawabku

“Yo wis, Assalamualaikum” jawabnya

“Walaikunsalam” kataku sambil menutup telpun ku

“Ibu, saya mau minta ijin untuk pulang dulu ke Solo nanti besama jeng Tasya, sebab masih banyak urusan yang harus saya selesaikan dan lagi jeng Tasya harus sekolah dulu nanti kalau ada hari libur yang agak panjang aku berjanji akan datang kembali bersama jeng Tasya” kataku

“Jam berapa mau pulang” kata Sulastri

“Selitar jam 10 an bu, mau ke Jogya dulu bersama mas Sriyono dan mbakyu Maharani, kemudian sorenya akan langsung ke pulang ke Solo” kata ku

“Kok cepat sekali sih, seperti mimpi aja, kangenku belum hilang juga” kata Sulastri

“Nanti kalau ada liburan aku dan mas Bram berjanji akan datang lagi, gimana lagi bu aku harus sekolah juga liburan sudah hampir habis” kata Tasya

“Masih satu jam lagi, aku tak pulang ke rumahnya mbakyu Maharani jemput mereka dan kamu jeng siap siap ya nanti aku kesini lagi” kataku

Aku pulang ke kumah mertua Sriyono 10 menit kemudian aku sudah sampai di tempat Sriyono

“Gima cuk udah beres urusannya” kata Sriyono begitu aku turun dari dalam mobil

“Asem” jawabku, lanjutnya ”Udah eyang kakung he he he, aku ngak jadi pinjam karena aku tadi bisa tarik tunai di bank langsung hanya buka sampai jam 10”

“Sama mandi, terus sarapan udah di tungga eyang putri, he he he” ledek Sriyono

“Terus, terus, tak bakar mobilmu” jawabku sambil tertawa bersama

“Ada apa to” kata Maharani yang baru keluar dari rumah

“Nih suamimu ngedekin aku teus, cuk, cuk” kataku

“Udah to mas” kata Maharani sambil menahan tertawa sampai matanya berair.

Aku masuk kamar, ambil ganti dan anduk dan masuk kamar mandi, setelah selesai Maharani ngajak sarapan dulu dan setelahnya berangkat meniju rumah Margono

Aku datang memarkir mobil Sriyono di depan rumah, Margono, Sulastri, Tasya, Putri dan Bagas sudah menanti ledatanganku di teras rumah.

“Kok tergesa gesa to nak Bram” kata Margono

“Ia bapak, masih banyak tugas yang menunggu di Solo, kan akhir tahun juga tutup buku” kata ku memberi alasan, aku melirik ke arah Sriyono dan Maharani menahan tertawa lucu.

“Bapak, ibu aku pamit dulu, aku berjanji akan datang lagi setelah ini” kata Tasya sambil menjabat tangan ke Sulastri dam Margono sambil mencium biku biku tangannya, kemudian ke Putri dan Bagas sambil mencium keningnya dan dibalas cium biku biku tangan Tasya oleh ke dua adiknya

Aku pun lansung menyodorkan tanganku hendak mencium biku biku tangan Margono tapi di tahan dengan rangkulan di pundakku,
“Jangan kapok ya nak Bram” kata ayah calon mertuaku Margono dan aku jawab
“Ia pak” aku melangkah ke Sulastri aku hendak menciun biku biku tangannya tapi juga di tahan dengan memegang ke dua lenganku
“Hati hati di jalan, ngak usah ngebut dan jagain Tasya untuk ibu ya” jawabku
“Ia buk” dan untuk ke dua adik Tasya mencium tangnku dan aku mencium kening mereka masing masing dengan berujar
“Rajin belajar ya, jangan main layangan terus” kataku
“ya om” jawab mereka berdua

“Paklik terima kasih telah mempertemukan kembali anakku Tasya” kata Sulastri sambil menjabat tangan Sriyono dan dan Maharani sambil mencium biku biku tangannya, demikian juga Margono dan kedua tangannya.

“Kami pamit dulu ya No” kata Sriyono dan Maharani

Aku pun mengankat tas Tasya dan memasukkan di begasi, Sriyono dan Maharani masuk ke dalam mobil duduk di bangku tengah, Tasya kebingungan

“Tasya kamu didepan disamping masmu” kata Maharani

Tasya pun menganggukan kepalanya dan masuk di bangku depan sebelah kiriku, aku masuk ke mobil langsung ke tempat duduk pengemudi, aku memandang Sriyono dan Maharani mereka berdua tersenyum mengejek, asem batinku.

Mobil pun berjalan dengan pelan meninggalkan pekarangan rumah Margono dan Sulastri, setelah sampai jalan Raya menuju magelang dengan kecepatan sedang. Aku mengemudikan mobil dengan sekali kali melirik ke Tasya yang asik memainkan smartphonenya sebentar bentar tersenyum sendiri setelah membaca WA group yang diikutinya.

“Tasya, kamu ngak haus, beli munun gih di Aprilmart depan” kata ku sambil memecahkan keheningan

“Ya, eyang kakung haus ya, baik nanti beli munuman di Aprilmart aja” jawab Tasya

“Lho kok kembali lagi panggilannya” Kata tante Maharani

“Apa sih tan” kata Tasya

“Tadi aku dengar Tasya memanggil mas pada eyang kakungmu” kata Maharani, lanjutnya “Biar eyang kakungmu awet muda dan kalian tu sudah sepadan kok, yang satu cantik yang lain ganteng, yang satu muda belia yang lain sudah tua hix hix hix, tapi memang benar kata pujangga cinta tidak memerlukan alasan, perbedaan usia, asalkan hati sudah bicara itulah cinta”

“Aku takut keterusan tante, kalau di depan orang banyak apa jadinya kata orang” bantah Tasya

“Ngak masalah Tasya, biar mereka tahu bahwa kamu saling mencintai, jangam takut kata orang, bener ngak Bram” kata Maharani

“Bener sih, ngapain harus dengar kata orang, tapi ya jangan distrutif gitu pelan pelan saja asal selamat” kataku

“Tapi kan kini hanya ada kami yang mendukungmu dan mencarikan jalan keluar dari masalahmu Bram, jadi ngak ada salahnya kamu dan Tasya bermesra mesra an di depan kami, apalagi kamu Bram sudah lama di tinggal Niken, kalau kanu mau ciuman bibir didepan kami kami akan maklum kok Bram, Niken sahabatku dia selalu selalu terbuka pada aku sehingga aku tau masalahmu sebelum kamu datang ke aku sebab Niken juga pernah minta tolong ke aku untuk menjagamu Bram untuk cucunya Tasya itu dikatakan ketika aku menjenguk istrimu di rumah sakit menjelang ajalnya dan tanpa di minta ke dua kali aku langsung mencarikan jalan keluar ketika pertama kali kamu telpun ke mas Sriyomo beberapa hari sebelun kamu dan Tasyya ke Jakarta” kata Maharani.

“Asem kowe Sri, ngak mau crita ke aku” kata Bram

“Salahmu sendiri ngak mau tanya, dan setelah kamu tanya kan aku terus aku juga mendukungmu kan” kata Sryono

“Udah Jeng itu ada Aprilmart di depan, berhenti dulu ya” kataku

“Baik Mas, tante mau minum apa” kata Tasya ke Maharani

“Aku juga mau keluar pilih sendiri he he he” jawab Maharani

Setelah mobil di parkir di depan Aprilmart Tasya dan Maharani keluar dari mobil membeli minuman dan cemilan untuk mengusir rasa ngatuk dan jemu.

“Tak belikan kopi mas, biar ngak ngantuk dijalan juga untuk om Sri juga” kata Tasya

Setelah mobil berjalan kembali

“Bram mampir di tape Muntilan ya beli oleh oleh untuk cucuku” kata Maharini

“Siap eyang putri” kata Bram sambil tersenyum

“Kok eyang putri sih” kata Tasya

“La ia to jeng, ibumu Sulastri adalah kemenakan Maharani dan kamu merupakan anak dari Sulastri jadi kamu cucu kepenakan dari Maharani dan aku jadi suamimu kan seharusnya aku panggil eyang juga sama Sriyono dan Maharani. Beda juga kalau di hubungkan dengan Niken merupakam saudara sepupu dengan Sriyono dan Niken istriku, jadi aku juga saudara sepupunya Sriyono dan kamu juga istriku jadi kamu juga adik dari Sriyono jadi kamu berhak panggil mas ke Sriyono dan Mbak ke Maharani, bingung kan, tapi menurut aku apa sih arti sebuah panggilan dan sebaiknya panggil aja seperti biasanya kalau kamu biasa panggil om ke Sriyono ya panggil om aja kalau kamu biasanya panggil tante ke Maharani ya panggil tante aja, gitu kok repot” kata Bram.

“Benar Bram apa sih arti panggilan kalau bikin repot” tegas Sriyono

“Ya mas aku baru sadar sekarang” jawab Tasya, lanjutnya ”Tapi aku sudah jatuh cinta ke eyang kakung dan tak mungkin bisa kembali lagi dan akan terus berjalan mengikuti suara hatiku”

“Siapa yang suruh Jeng Tasya untuk kembali lagi, akupun ngak mungkin berbalik arah da akan terus berjalan sampat stasiun akhir dari cinta kita” kata ku

Tasya menggemgam tanganku dan menyadarkan kepalaku di lengan sebelah kiri

“Ia mas sampai saat ini semua lancar bahkan aku rasa ngak ada halanga yang berarti tapi siapa tahu kedepanya” kata Tasya

“Kita hadapi bersama Tasya” kata Bram

“Cie cie romantic banget nih kayak senetron FTV” canda Maharani

“He he he “ kata Tasya sambil menolah ke belakang

“Mas nanti di SPBU bernenti sebentar ya mau kebelakang” kata Tasya

“Boleh sekalian beli bensin, aku sudah janji ke pak bos mau ngisi bensin sampai penuh” kataku

“Ngak perlu Bram, tadi kan cuma canda” kata Sriyono

“Di isi juga ngak apa apa kok om” saut Tasya

“Tu bu boss owner sudah beri lampu hijau” kata Bram

“Apa sih mas” jawan Tasya sambil mencubit lenganku dengan mesra

“Ya deh terserah bu boss aja, prahurit kan nurut sana bu boss” canda Sriyono

“Bu boss apaan” kata Tasya.

Sebentar kemudian mereka melihat SPBU di kiri jalan, langsung Bram memberi tanda belok ke kiri, mobil pun berhenti di dekat toilet, menurunkan Tasya dan Maharani yang ingin ke toilet, mobil di bawa ke antrian untuk mengisi bensin. Setelah selesai mobil kembali parkir dekat toilet kembali.

Setelah Tasya dan Maharani kembali duduk di dalam mobil dan mobil pun berjalan kembali san setengah jam kemudian sampai di muntilan

“Mbak Rani udah sampai di muntilan jadi beli tape ngak” kataku

“Jadi dong Bram cucuku paling suka tape ketan ijo” kata Maharani

Setelah sampai depan conter tape ketan muntilan Maharani dan Tasya turun masuk conter aku dan Sriyono tetap di dalam mobil

“Mas aku nanti turun di stasiun tugu aja mau naik kereta pramek” kataku

“Lho kok ngak mampir dulu” kata Sriyono

“Lain kali aja mas, nanti malam ada acara pergantian taun di kantor Larasati Group, ajang tahunan mas, sekali waktu biar anak anak rilek dan saling kenal satu sama lainya” kata ku

“Oh gitu ya, ya ngak papa nanti turun di stasiun tugu” kata Sriyono

“Mas aku beli satu ya tape kentan ijo, kek nya kok enak gitu” kata Tasya setelah menghampiriku

“Ngak papa Tasya kalau satu, besok kalau pingin tak beliin yang banyak kalau bawa mobil sendiri ngak ribet” kataku

Setelah itu kamipun masuk ke mobil kembali dan aku masih menjadi sopir satu jam kemudian aku sudah sampai du Stasiun Tugu dan turun dari mobil mengabil tasku dan tas Tasya dan kembali ke tempat Tasya, Sriyono dan Maharani

“Makasih mas, telah mengantar aku dan Tasya ke tempat bapak mertuaku” kataku

“He, ngak apa apa lah kita kan bersodara apaun masalah mu juga mejadi masalahku dan demikan sebaliknya, semoga berhasil dan sukses” kata Sriyono sambil memeluk tubuhku

“Terima kasih mbak atas atensi dan selalu mendukungku bersama Tasya, jasa mbak ngak akan aku lupakan, begitu ya Jeng” kata ku sambil menyalami tangan Maharani.

“Ya sama sama Bram, hidup ini kan saling tolong menolong dan saling bantu memnantu, sekarang ini aku bisa bantu kau, tapi lain kali aku akan mimta bantuanmu Bram” kata Maharani,

“Om terima kasih atas bantuannya, sehingga aku dapat bertemu kembali dengan ibuku” kata Tasya sambil mengulurkan tangannya dan mencium biku biku tangannya

“Tasya sudah layak dan pantas aku mendukungmu” kata Sriyono

“Tante terima kasih atas semuanya” kata Tasya sambil berciuman di pipi

“Sama sama Tasya” jawab Maharani

Kami pun berpisah aku dan Tasya masuk stasiun Tugu dan Sriyono masuk kedalam mobilnya dan meninggalkan Stasiun Tugu. Aku membeli tiket ke Solo dengan Pramek memeng jurusan Solo Jogya dan menanti kedatangan kereta.

Dua jam kemudian aku dan Tasya sudah sampai ke stasium Balapan dengan menggunakan taksi online akhir aku sampai juga sampai dirumah

“Tasya sekarang istirahat dulu nanti malam ada acara pergantian tahun di kantor Larasati Group” kataku

“Oh ia, kok baru dengar mas” kata Tasya

“Ini acara tahunan yang setiap tahun diadakan, ini sudah tahun ke tiga, tujuannya saling mengakrapkan diri dengan sesame karyawan baik karyawan tetap, kontrak dan lepas baik yang di kantor ataupun di outlet outlet milik Larasati group, nanti memberi sambutan ya sebagai owner Larasati Group” kataku

“Siap” jawab Tasya,


Bersambung dulu, selamat malam minggu.
Kalau ngak ada aral melintang Minggu besok Update lagi

Selamat menikmati dan Semoga berkenan

Thank
ROO238


Mantul dah Om ROO238


Lanjut para suhu, reader pencinta cerita ane

Part 23: Pergantian Tahun

Pov : Tasya Anggraeni

Jam menunjujkan jam 16.30 ketika aku dan mas Bram tiba kembali di rumah ini karena hampir 10 hari aku dan mas Bram melakukan perjalalan yang sangat melelahkan tapi juga sangat menyenagkan kerena aku dapat bertemu kembali dengan orang orang yang sangat berarti dalam hidup ini dan itu membuat aku merasa bangga, terutama sekali aku bertemu ibu yang pernah menyusui aku memberikan asi kehidupan ketika aku masih bayi.

Dan yang lebih penting aku mendapat kepastian yang lebih serius dengan hubunganku dengan mas Bram ku, Bapak susuanku sudah bersedia menjadi wali aku dalam menyatukan niatku menjadi istri syah dari mas Bramku sudah di depan mata dan aku sangat bahagia sekali.

Aku marasa bersukur atas kemudahan yang diberikan semesta yang masih berpihak padaku dan pada mas Bram ku yang bener benar aku cintai dengan sepenuh hati, ketika aku pertama kali memanggil mas pada mas Bram ditelingaku merasa aneh dan lucu sehingga aku tertawa sendiri di dalam hati, terdengar sangat lucu ketika mas Bram memaggil ku dengan Jeng seperti eyang kakung memanggil eyang putri Niken panggilan ini terasa aneh tapi aku suka, lama lama panggilan itu mulai terbiasa di dalam telingaku.

Baru sampai dirumah mas Bram ini di sambut oleh mbak Surti di depan pendopo langsung meminta tas ku dan tas mas Bram yang di bawa keluar dari taksi yang mengantar aku dan mas Bram dari stasiun Balapan tadi, aku langsung masuk kamar ku dan mas Bram juga masuk ke kamatnya dan segera melepas pakaianku dan melihat pembalut yang aku pakai masih terlihat semburat semburat bercak warna merah di sana sini padahal aku pakai setelah mandi pagi di rumah bapak Margono, Aku langsung masuk kamar mandi dan segera mandi dan rasa segar di sekujur tubuhku, mengerinkan tubuh ke dengan handuk yang baru aku keluarkan dari lamari pakaianku, dan mengganti pembalut dan celana dalamku dan memakai kimono warna putih dengan hiasan bunga sakura.

Aku keluar dari kamarku menuju dapur membuatkan miniman kopi kesukaan mas Bram dan membuat susu coklat kesukaanku sendiri dan membawabya di ruang keluarga dan duduk disana sambil menikmati acara TV sore itu.

Sebentar lemudian eyang kakung keluar dari kamarnya memakai kimono berwarna putih dan duduk disampinku

“Mas, itu kopinya udah tak buatin” Kataku

“Terima kasih jeng, istriku tersayang” jawab mas Bram sambil memegang kepalaku dan mencium keningku dan duduk di sampingku.

“Bagaimana perasaanmu sukarang, jeng” kata mas Bram

“Terima kasih mas, sekarang sudah ngak ada penghalang sama sekali walau mama ngak setuju pernikahan ini tapi kan bapak dan ibu ku sudah merestui rencana kita untuk membangun rumah tangga bersama mas Bram tercinta” Kataku sambol memegang kangan kirinya yang ada di sebelahku

“Tetap lah jeng aku masih mengharapkan persetujuan dari anak Rini biar tidak ada masalah di kemudian hari dan melakukan pelanggaran hukum yang berakibat fatal” kata mas Bram

“Mas aku punya berita bagus nih, mau dengar ngak” kataku

“Mau dong, berita bagus ya” kata mas Bram

“Aku sudah besih hanya tinggal plek plek sedkit” kata ku

“Oh ya berati aku bisa tengok tengok dulu dong” kata mas Bram sambil tersenyum senang

“Ngak boleh, katanya akan pasang IUD dulu” kataku

“Ya sebentar tak hubungi Dr Ayu dulu akhli kebidanan” kata mas Bram sambil melangkah meninggalkan aku dan masu kamarnya kembali mengambil smsrtphone nya dan menghunungi seseorang.

Seperempat jam kemudian eyang kakung keluar dari kamar dengan wajah seria

“Nanti jam 7 nan di tunggau ditempat prakteknya” kata mas Bram

“Siapa sih Dr Ayu ity mas” kayaku

“Dr Ayu adalah sahabat eyang putri Niken semasa di SMA seperti juga Masella, dan atas bantuan eyang putri Niken dia berhasil mengambil spesialisnya sebagai dokter spesialis kandungan dan kini mendirika Rumah sakit bersalin itu pun atas bantuan eyang putrimu” kata eyang kakung

“Waduh, ternyata eyang putri itu keren banget ya, semua sahabatnya di bantu dan aku salut dan angkat topi setinggi tingginya ke eyang putri Niken” kataku

“Oleh sebab itu ngak ada penolakan untuk memasang IUD untuk dirimu jeng, tapi katanya sebaiknya kamu di akui sebagai istri ku yang masih kuliah gitu dan menunda kelahiran, sebab dr Ayu sekarang sedang berada di Surabaya di tempat anaknya, tapi tadi berjanji akan menghubungi bidan yang bertugas malam ini atau dr kandungan yang lain untuk pemasangan IUD, biar ngak ada pertanyaan macam macam dari mereka” kata mas Bram

“Jadi malam ini ya mas, sebelum acara di kantor” kataku

“Ia “ jawab mas Bran

“Kesukaan tu burung garudanya mas Bram sangkarnya udah di upgrade lagi” he he he “ kata ku sambil menyandarkan kepalaku di bahu kiri mas Bram

“Sok tau aja” jawan nas Bran sambil mencubil pelan hidungku

“Rencana pulang ke Semarang kapan Jeng” kata mas Bram

“Sekarang kan hari Selasa tanggal 31, nanti aja sekitar tanggal 3 gitu mas, soalnya hari senin tanggal 6” kata ku

“Kalau mamamu pulang kapan” kata mas Bram

“Menurut rencana sih juga tanggal 3 an gitu” kataku

“Kalau giti kamu pulang tanggal 4 aja dan sambil menanti keputusan mamanu kapan pulangnya” kata mas Bram

“Ia deh, aku setuju” kataku

----skip----

Jam 7 malam ini malam pergantuan tahun terlihat mas Bram dan aku sudah siap untuk berangkat menuju klinil bersalin milik Dr Ayu dengan menggunakan mobil dan nas Bram yang mengemiudikam mobil itu, setengah jam kemudian kami sudah sampai di Rumah Sakit Ibu dan Anak, aku dan mas Bram turun dan menggandeng tanganku menuju lobby rumah sakit itu dan bertemu dengan resepsionis rumah sakit itu yang di jaga seorang perawat

“Malam mbak” ucap mas Bram

“Malam pak, apa yang bisa bantu” kata perawat yang menjaga

“Saya Bram Kusuma, tadi saya udah telpun dr Ayu dan saya disuruh kemari oleh dr Ayu bertemu dengan bidan jaga” kata mas Bram

“Sebentar ya” jawab perawat itu dan menghubungi seseorang dengan menggunakan telpun

“Silahkan pak bu Bidan Nurningsih sudah menunggu di ruang prateknya” kata perawat itu

Aku dan mas Bram langsung melangkah menuju ruang praktek bidan Nurningsih setelah mas Bram mengetuk salah satu pintu dan terdengar suara wanita mempersilahkan masuk

“Hallo pak Bram” kata Bidan itu

“Hallo Nur” kata mas Bram sambil bersalaman

“Kapan merit nya kok ngak ada undangan sih” kata Bidan Nur

“Memang ngak dirayain kok, yang penting syahnya dulu, hanya keluarga dan teman dekat saja yang aku undang” kata mas Bram penuh kebohongan, aku hanya tersenyum mendengar jawaban mas Bram, lanjutnya“Kenalkan ini, istriku Tasya”

Tasya pun mengulurkan tangannya untuk saling berjabatan tangan dengan bidan Nur

“Gini mbak Nur kan aku masih kuliah baru semester 3 dan aku mau menunda kehamilamku dengan mas Bram” kataku

“Oh gitu” tanya budan Nur, lanjutnya “Berapa usiamu”

“Baru 20 tahun, mbak” jawab ku bohong

“Terus kapan men terakhir” kata mbak Nur

“Baru bersih tadi siang, tadi pagi masih plek plek sedikit, tapi sekarang udah bersih” kataku

“Yok, bu Tasya ikut aku” kata bidan Nur

Aku dan bidan Nur mesuk di sebuah ruang yang hanya di sekat dengan korden warna putih, bidan Nur menutup korden tersebut dan mempersilahkan aku tiduran di ranjang periksa. Tak beberapa lama bidan Nur mengankat kedua kakiku ke atas ditumpangkan ke tumpangan dari besi untuk menahan ke dua kaki ku katas dan mengabil suatu alat dan menunjukkan kepada aku

“Ini IUD bu, aku pasang ya” kata bidan Nur

Aku hanya mengangguk meniyakan, tak lama hanya 15 menit selesai proses pemasangan IUD ter sebut, dan aku dipersilahkan kembali ke tempat sumula duduk disamping mas Bram.

“Ini pak Bram dan Bu Tasya, ini ada obat di minum, yang ini anti peradangan dan ini pengurang rasa sakit, diminum setelah ini, tapi setelah 6 jam ada rasa nyeri atau apa obatnya di minum lagi kalau ngak ada keluhan ya ngak usah di minum, dan ini di berikan oleh perawat yang jaga di depan ya” kata bidan Nur

“Terima kasih Nur, aku permisi dulu” kata mas Bram sambik menyalami tangannya

“Terima kasih mbak Nur” kata ku sambil menyalam tangannya

“Sama sama pak Bram dan bu Tasya” jawab bidan Nur

Setelah selesai aku dan mas Bram kembali ke meja resepsionis umtuk memberikan surat dari bidan Nur

“Jadi semuanya xxxx rupiah, tolong di bayar di kasir pak” kata perawat tadi

“Itu sedanga dengan obatnya” kata mas Bram

“Sudah pak, nanti obatnya di ambil di sini” kata perawat tadi

Setelah mas Bram membayar dan mengambil obatnya aku dan mas Bram pergi dari Rumah Sakit Ibu dan Anak tersebut

“Makan dulu ya jeng untuk minum obatnya” kata mas Bram

“Makan di mana mas” jawabku

“Mau makan apa” tanya mas Bram

“Disiap saji aja mas, MD “ kata ku

“Ok” kata mas Bram, sambil menjalankan mobilnya menuju sebuah mall yang ada MDnya

Sesampainya di mall tersebut mas Bram turun dan melangkah ke samping pintu penumpang dan memapah aku turun dari mobil, tangan kiriku memegang tangan kanan mas Bram dan turun dari mobil, setelah menutup bobil mas Bram menekan kunci otomatis dan menggandeng tanganku memasuki mall ternyata mall masih sepi hanya terlihat berapa orang yang ada dalam mall

Aku dan mas Bram melangkah ke konter MD dan memesan makanan siap saji tersebut dan memilh tempat duduk yang pojok, mas Bram menarik korsi dan mempersilakam aku untuk duduk karena aku yang membawa makanan yang aku pesan tadi dan mas Bram duduk di depanku

Acara makan pun segera di mulai, dengan penuh canda dan tawa

“Ngak nyangka kalau mas Bram seromantis ini ke aku” kataku

“Ia kan jeng, kalau berjalan dengan istri tercinta memang harus romantic”jawab mas Bram

Setelah makan selesai aku ambil pil yang diberi oleh bidan Nur dan meminumnya, aku dan Mas Bram kembali ke mobil untuk menuju ke kantor Larasati Group untuk menyambut tahun baru bersama sekuruh keluarga besat Larasati Group
Setengah jam kemudian Aku dan mas Bram sudah berada di plataran Larasati Group dan sudah banyak juga yang datang pada acara ini memang acara tidak resmi hanya kumpul kumpul dan omomg omong kosong dengan teman atau saudara dan banyak juga mereka yang datang dengan pacarnya atau tunangannya karena semua karyawan kalau dipersetasikan 75 % adakah bekum berkeluarga dan masih bujangan.

Aku sangat senang melihat banyak karyawan Larasati Group yang berwajah ceria dan saling canda tawa mereka saling bergerombol gerombol membentuk kelompok masing masing. Aku duduk bersama para manager yang datang dan disebelah setalan ada panggung kecil dan di atas panggung ada ogan tunggal yang dimaikan juga dari karyawan Larasati Group. Memeng mas Bram yang selalu mamberi dorongan ke semua karyawan untuk selalu berinofatif untuk kemajuan bersama semua solo orgen yang semula di usulkan oleh tante Luna untuk resepsi perkawinan dari pada sewa salo organ dari luar maka mas Bram membeli seperangkat orgen untuk keperluan itu, ada karyawan yang hobby bermain organ dan ada juga karyawan yang hobbynya menyayi bisa di salurkan juga mendapat tambahan penghasilan.

Malam itu malam tahun baru dan tepat jam 11.30 acara solo organ di hentikan sebentar dan pembawa acara menyatakan ada pesan dari pemilik Larasati Group dan Tasya dipersilahkan tampil kedepan panggung

Akr melangkah mendekati panggung dan memegang microfon dan mulai memberi kata sembutan

“Yang terhormat dan tercinta eyang kakung Bram Kusuma selaku direktur Larasati Group, kepada semua meneger yang tergabung dalam Larasati Group dan semua teman teman seluruh karyawan dan karyawati Larasati Group, Assalamualaikum dan salam sejahtera bagi kita semua, saya bersyukur atas Rahmat dan Karunianya semua nikmat yang telah kita terima bersama sama, saya hanya akan menyampaikan satu hal, mari sama merenungkan apa yang sudah kita perbuat demi ke keluarga dan demi kekesejahteraan kita bersama, kita tingkatkan semua yang kita anggap baik dan kita tinggalkan apa yang kita anggap tidak baik dan semua yang kita kerjakan itu berdampak positif untuk keluarga kita masing masing untuk mensejahterakan keluarga

.…..

Sambutanku di sambut tepuk tangan cukup meriah

Jam 12.00 aku diminta menyalakan lilin yang cukup besar bertuliskan tahun ini dan mas Bram menyalan kembang api di tengah tengah lapangan yang memang sudah dipersiapkan dan setelah iti saling bersalaman satu dengan yang lain saling mengucapkan selamat tahun baru.

Kegiatan menyambut tahun baru ini di lanjut kan tapi aku dan mas Bram pulang dahulu karena badan sudah tidak kuat dari tadi pagi belum istirahat sampai di rumah sudah menunjukan pukul 02.00 lebih sampai aku tertidur di mobil yang mas Bram kemudikan karena terjebak macet di tengah pejalanan pulang.

Sampai dirumah dan setelah memasukan mobile yang kakung menggendong aku dan di bawa masuk ke kamarku, setelah mas Bram melepas semua pakaianku dan melepas pakaiannya sendiri dalam keadaan sama sama telanjang aku dan mas Bram tertidur saling berpelukan selayaknya sepasang suami istri, tanpa ada kegiatan sex karena kecapaian

Pagi harinya aku bangun jam 10 an dengan badan cukup segar, dan aku melihat mas Bram masih terdidur disamping ku dan enak sekali tidur dalam pelukanku, pelan pelan aku mengalihkan tangan mas Bram yang menindih tubuhku dan turun dari tempat tidur setelah membetulkan letak selimut yang aku pakai semalam aku langsung masuk kamar mandi, dan membersihkan tubuhku dengan menyiram tubuh ku dengan air dingin dan terasa sugar sehabis mandi aku pakai kimono putih yang kemarin sore aku pakai tanpa memakai CD dan Braku, aku keluar dari kamar, suasana masih sepi sekali semua lampu masih menyala dan mbak Darsih ngak datang pagi ini karena libur tahun baru, aku bikin kopi kesukaan mas Bram dan membuat coklat panas setelah mematikan lampu dan membuka jendela di semua ruangan termasu kamar ku dan kamar mas Bram biar udara berganti segar.

Aku bangunkan mas Bram dengan ciuman di bibir dengan lembut dan mas Bram membuka matanya dan mengucapkan

“Selamat tahun Baru Tasya, kekasihku, istriku yang tercinta” kata mas Bram sambil mencium keningku lama

“Selamat tahun baru suamiku tercinta mas Bram Kusuma” kataku sambil mencium bibir mas Bram dan menyambut ciumanku dan menariknya sehingga aku jatuh di atas tubuh telanjangnya.

“Mas bangun sudah jam 11 lho” kata ku, lanjutnya ”Mandi mas biar seger”

Mas Bram menjawabnya dengan angguan kepalanya dan bangun dari tempat tidur dan melangkah masuk kamar mandi masih dalam keadaan telanjang, aku memperhatikan dan ingin tertawa melihat penis mas Bram yang tegang bergoyang ke kiri dan ke kanan lucu.

Setelah selesai aku menyodorkan kimono putih yang di pakai kemarin sore dan keluar dari dalam kamarku dengan bergandengan tangan mesra kemudian duduk di ruang keluarga sambil menikmati kopi buatanku dan beberapa makanan ringan yang aku beli kemarin siang di stasium Tugu.

“Capai sekali aku, mas” kataku, lanjutnya “Tapi sekarang sudah seger sekali

“Ada keluahan ngak, kemarin pasang IUD nya” kata mas Bram

“Ngak tu mas, biasa aja ngak terasa” kataku

“Jeng ngak lapar” kata mas Bram

“Oh, ia aku kemarin di bawain makanan dari kantor oleh tante Marsel, masih di mobil belum di keluari” kataku sambil melangkah menuju garasi tempat mobile mas Bram di parkir, aku buka mobil mas Bram yang tidak di kunci, tadi malam ngak sempat menguncinya aku ambil bingkisan tas kresek yang di taruh di jok tengah dan aku bawa ke dapur dan memanasinya semua lauk dan nasi yang di bawakan dari kantor kemarin, setelah semua nya siap aku melangkah ke tempat mas Bram duduk dan menggandengnya ke meja makan dan kami makan bersama.

----skip----

Siang itu setelah makan siang aku dan mas Bram duduk kembali di ruang keluarga aku duduk di samping mas Bram dan merebahkan kepalaku di pangkuannya terasa nyaman terlindungi tangan mas Bram berada di kepalaku dan menusap ngusap dengan lembut mataku yang selalu memandang mas Bram dan merasa kagum dengan mas ku yang satu ini, badan tegap, kulit agak gelap, hidung mancunng agak melebar bibir tebal, rambut sudah dua warna putih dan hitam itu yang membuat eyang kakung tambah ganteng, orang pasti tidak mengira kalau umurnya sudah setengah abat lebih bukan karena pandai merawat diri tapi hobbymas Bram ku adalah olah raga sehingg badan menjadi tetap fit itu menyebabkan segala keriput pada wajahnya begitu cepat menghilang hiburan satu satunya mas Bram adalah olah raga hampir semua jenis olah raga mas Bram kuasai tapi hanya beberapa saja yang mas Bram tekuni.

“Mas, ingat ngak ketika mas pulang dari tugas dan berdansa dengan eyang putri, waktu itu aku ada rasa cemburu mas dengan eyang putri Niken, begitu mesranya mas memeluk eyang puteri Niken dalam iringan lagu romantic, masih terbayang sampai sekarang mas Bram memperlakukan eyang putri seakan eyang putri seoarng putri dan itu membuat aku selalu ingin merasakan menjadi eyang putri yang selalu di lindungi oleh pangeran tercinta” kataku

Mas Bram memandang mataku begitu dalam seakan pandangan itu tembus sampai di ujung hati yang paling dalam menembus jantung dan aku merasa berdaran jantungku semakin cepat terpicu hormone adernalin, tatapan mata mas Bram pun aku balas dengan senyuman yang akan meningkatkan sexualitas dan menggugah singa jantan dari tidurnya, mas Bram menundukkan kepalanya berusaha mencium keningku

“Tasya, Waktu itu telah berlalu dan semua yang terjadi dengan eyang putrimu NIken telah menjadi kenengan di lubuh hati sebagai lembaran masa lalu dan kini aku berhadapan dengan kekasih hatiku yang masih muda belia dan selelu menggairahkan” kata mas Bram, lanjutnya ”Tasya maukah kamu berdansa denganku siang ini sambil mengenang ketulusan cinta eyang putrimu NIken”

“Mau mas, aku mau berdansa dengan mas saat ini” kata ku

Kami pun bediri dan mas Bram melangkah mematikan TV yang sedang di lihatnya menghidupkan oudio set di ruangan itu dan memilh lagu dengan irama wols yang segera mengalun lagu romantic di ruangan itu dengan suara yang pelan, dan melangkah medekatiku dan mengganeng tanganku di bawanya agak jauh dari korsi dan sofa di ruang keluarga tersebut.

Mas Bram memeluk pinggangku dengan ke dua tamggannya dan aku menyesuaikan diri ke dua tangan ku berada di pundahnya, tinggi aku hampir seimbang hanya terpaut 5 – 6 cm saja sehingga mas Bram tidak perlu menunduk ketika mas Bram mencium bibir aku pun dengan santai memerima ciuman lembut dengan penuh perasaan

Aku melangkah sesuai dengan irama wols yang lambat seakan badan kami terayun ayun dalam pelukan mas Bram begitu rapat nya memeluk tubuhku, tangan mas Bram menarik tali kimonoku dan kimono yang di pakainya sendiri otomatis belahan dada ku dan mas Bram terbuka dan aku merasakan gesekan tubuh bagian depan mas Bram langsung bergesekan dengan tubuhku, payudaraku yang sanagt sensitive langsung bergesekan dengan dada bidang mas Bram tanganku yang ada di pundah mas Bram menarik kimono yang dipakai mas Bram ke belakang sehingga kimono mas Bram terlepas meninggalkan tubuh atlis mas Bram dan tangan mas Bram punmenarik komono yang aku pakai ke belakang dengan sangat sukses komono yang aku pakai meninggalkan tubuh ku dan kami pun bertelanjang karena dari bangun mandi aku dan mas Bram sudah tidak memakai apa apa lagi baik CD dan Bra demilinan juga mas Bram juga sudah tidak memakai cd

Mas Bram meremasi bongkahan pantat ku yang semakim membesar karena setelah ritual kari Kalimantan dan kedua tanganku juga menekan dada mas Bram sehingga payudaraku menempel langsung dengan dada mas Bram yang bidang dan berbulu tipis dan gesekan putting ku dengan bulu bulu mas Bram membuat bulu dukuku meriding nikmat

“Pas, enak di remas pantatmu jeng di tangan ku” kata mas Bram

“Bulu bulu dada mas Bram juga bikin aku merinding yang nikmat” kataku

“Jeng, suka” kata mas Bram, aku menjawabnya dengan mengangukan mepala

“Maaf ya mas, kalau di bandingkan dengan punya eyang putri “ kata ku

“11 – 12 lah Jeng dalam remasan mas Bram, malah aku juga masih merasakan pantatmu persis sama dengan pantat eyang putrimu setelah ritual kamarin” jawab mas Bram sambil melumat bibirku yang merapat dan selalu menempel di bibir mas Bram, tak terasa suara leguanku tertahan di selah selah nafasku yang mulai memburu

“Kalau nenenku mas” kataku

Sakah satu tangan mas Bram pindah ke payudaraku dan meremasnya denan lembut

“Sama juga, sekarang nenenmu udah tambah besar setelah ritual kemarin dan aku senang kamu mau ikut ke Kalimantan sementara eyang putrimu terlalu sibuk untuk meninggalkan kota ini dan selelu menolak ketika ku ajak ke Kalimantan” kata mas Bram

Aku dan mas Bram masih berdansa tanpa menggunakan baju, aku telanjang dan mas Bram juga telanjang terasa lebih nikmat berdansa dengan keadaan begini tanganku bisa meraba apa saja yang ada di depanku demikian pula dengan mas Bram bisa meraba semua bagian tubuh ku tanpa penggalang, tangan nakal mas Bram mulai merabai memekku dan mulai menjamah itilku aku merasakan seperti terbang melayang di awang awang terus berdansa langkah kakiku terus bergerak seirama lagu wals yang masih terdengar secara perlahan di telingaku rangkulanku ke tubuh mas Bram lebih erat lagi dan ciuman bibirmu pun lebih mendadam lagi aku melepas ciumamku dan kini tangan kiriku turun kebawah dan mulai memegang penis mas Bram yang semakin mengeras dalam genggamanku.

“Maassss, aku ingin ini, tapi tidak disini di dalam kamr biar lebih terasa” kata ku manja

Tanpa menjawab mas Bram mengankat tubuhku dengan tumpuan pantatku yang dinaikan keatas sehingga badanku ikut naik ke atas dan mas Bram membawaku ke kamar mas Bram dan aku pun membuka pintu kamar mas Bram dengan tanganku dan menutupnya lembali dan mas Bram langsung menurunkan aku di samping tempat tidurnya.

Mendorong tubuh ke supaya terlentang di atas tempat tidur dengan spei biru muda menutupi spring bad, aku naikan kaki ke atas segingga memeku terlihat jelas tanpa aba aba mas Bram mendekati belahan memek putihku yang sedikit di rumbui rambut, sejenak mas Bram memandang memekku yang polos, dan bibirnya mulai menyentuh bibir memekku dan lidahnya menjalur masuk kedalam belahan memekku, aku merasa kan sesuatu yang nikmat sentuhan bibir mas Bram ke bibir memekku. Badan mas Bram semakin merendah sejajar dengan tempat tidut tangannya menyusup kebawah pinggulku dan menerobos sampai menyentuh putting susuku dan melai meremas dan memainkan pentil susuku dengan pelan dan ini membawa sensasi yang sangat menggairahkan, bibir mas Bram menyentuh itikku dan memberi sedotan yang sangat kuat sehingga badanku tertarik ke atas matamu terpejam merasakan sensani yang sangat menyenangkan ini. Demikian dilakukan berulang ulang lama sampai mulutku ikut mendesah saking enaknya apa yang di lalukan mas Bram terhadap tubuh telanjangku

Ditariknya tangan kanannya dari teteku dan kini di masukan dua jari ke dalam lubang memekku dan menggosoknya pelan, interaksi antara jari jari mas Bram dengan daging dalam memekku membuat cepat basah aku rasa cairan cinta mulai tumpah di celah celah percintaan kami.

“Maaaasssss… “ kataku diantara desahan desahanku

Taka da jawaban dari mas Bram, malah semakin cepat menusuk lubang vaginaku semakin laman terasa cepat dan bibir mas Bram masih menciumi kelentit yang mulai membesar dan kadang kadang di sedot sangat kuat.

“Maaaassssss….” ucapku sambil punggungku melengkung ke atas mata terpejam dan kepalaku secara otomatis menggeleng ke kanan dan kiri, tangan kananku meremas kelapa mas Bram dan mendorongnya masuk lebih dalam dan tangan kiriku meremas bantal yang aku pakai, indah dan nikmat sekali

“Maaaassssss…..” suara leguanku semakin panjang disertai keluarnya cairan cintaku tumpah ke muka mas Bram, sreeeeeeeerrrrrr ….. panjang pinggulku naik ke atas menekam bibir mas Bram dan mulut mas Bram membuka menerima cairan citaku dan menelannya dan membersihkan lipatan memekku yang semakim memerah.

Mas Bram memegakkan tubuhnya memendang aku dengan pandangan dan senyuman ke puasan, aku meraih kepala mas Bram menariknya mendekat bibirku ke bibirnya dan aku membuka bibirku mengeluarkan lidahku menerima ciuman mas Bram tanpa terasa penis berar mas Bram menyentuk lubang vaginaku yang membuka dangan gerakan pelan didorongnya kepala penis nya menusuk ke lubang vaginaku tapi meleset di ulangnya berkali kali tapi tetap ngak bisa masuk. Tangan kakan ku kebawah menyentuh penis mas Bram dan memegangya, mengarahkan kepala penis mas Bram pas pada lubang vaginaku dan aku mengangguk pelan, mas Bram mengerti akan isyaratku dan mendorongnya pelan sehingga kepala penis mas Bram segera menguak memesuki lobang vaginaku denga sangat sukses, aku menahan nafas ketika kepala penis besar mulai memesuki tubuhku melalui celah sempit begitu juga mas Bram. Setelah setengah lebih batang penis mas Bram memesuki diriku, mas Bram menghentikan tekanannya ke lubang vaginaku, kesempatan itu aku gunakan untuk menaik nafas yang dalam mengisi oksigin dalam paru paruku demikian juga dengan mas Bram.

Digoyangnya pinggul mas Bram pelahan lahan sambil sedikit sedikit menesukan penis mas Bram semakin mendalam memasuki lubang vaginaku yang semakin membesar seukuran besarnya penis mas Bram dan suatu saat penis mas Bram berhenti menyentuk dasar liang senggamaku

“Mentok jeng” kata mas Bram sambil tersenyum, akupun hanya tersenyum manis melihat ekspresi mas Bram yang sangat puas akan hasil yang di capainya.

Pinggul mas Bram secara otomatis mulai menggoyang naik turun dengan irama yang mula mula pelan semalin lama semalin cepat seiring dengan melimpahnya cairan cintaku memenui lubang vaginaku. Tangan kiri mas Bram berada di bawah punggungku singga wajah mas Bram sangat dekat dengan wajahku sekali kali bibir kami bertemu dan tangan kanan mas Bram yang bebas meremas remas tetek ku dan memainkan putting ku sebelah kiri, terasa nikmat tak terhingga. Setelan 10 – 15 menit dalam posisis misionaris ini yang begitu menyenagkan aku bisa memandang wajah mas Bram dengan lebih seksama melihat ekspresi wajahnya membuat kepuasan tersendiri, ke dua kakiku melingkar pada pinggul mas Bram dan mengkait satu sama lainnya, pinggul mas Bram terus maju mundur semakin lama tanpa irama dan semakin liar goyangan pinggulnya tak terasa kaki ku yang terkait lerleps sendiri dan mulai menekan keatas disertai goyangan pinggulku ke kiri dan ke kanan sesuai dengan irama hentakan pinggul mas Bram ke arah memekku dan pada saat yang bersamaan pinggulku menekan keatas disertai leguan yang panjang dan pada saat yang bersamaan pinggul mas Bram juga menekan kebawah dengan tekanan yang hampir sama.

“Ahhhhhh…..” sura leguakku dan leguan mas Bram secara bersama sama Seeeerrrrrr, Chooooooot, berlaki kali kedua kelamin bersatu saling menekan satu sama lain dan setelah itu mas Bram tergulir kesamping kananku sambil memegang kepalaku dan ciuman panjang pun tak dapat dihindari lagi, ada senyum kepuasan menyertai didalamnya.

Lelehan cairan cintaku dan sperma mas Bram berhamburan keluar dari vaginaku kental putih meluncur keluar membasai sprei biru diatas springbet mas Bram

“Banyak sekali Mas spermanya” kataku sambil memandang lelehan cairan cintaku dan sperma mas Bram keluar dari memekku yang merekah merah muda mas Bram pun duduk disampingku juga memendang lelehan cairan yang keluar dari lubang vaginaku.

Di pegangnya kepalaku dan di ciuman bibirku dengan tembut dan aku membalas ciumannya ke dua tanganku berada di pundaknya dan kedua tanggan mas Bram berada di pinggangku, direbahkan tubuhku di sampingnya dan ciuman pun terus berlanjut.

Mas Bram terlentang tubuhnya menghadap atas dan aku merebahkan kepalaku di atas dadanya yang bidang, aku usap dada bidangnya yang basak karena keringat yang mengucur deras membuat basah sprei dengan tanganku, dan kami saling berpelukan lagi keningku mendapat ciman hangatnya dari bibirnya.

“Terima kasih istriku” ucapnya pelan di di telingaku, aku angkat kepalaku melihat wajahnya yang tersenyum kepuasan

“Sama sama suamiku, puas banget setelah 5 hari berpuasa” kataku

“Ia, Mas juga merasakan hal yang sama” kata mas Bram sambil menari kepalaku dan mencium bibirmu dengan kelembutan.

Aku turunkan kembali kepalaku dan memeluk pria tua disampingku ini dengan pesaraan bangga yang menyelimuti tubuh telanjangku. Aku naikan salah satu kakiku ke atas pahanya dan akupun tertidur dengan sebuah senyuman kepuasan.

Entah beberapa lama aku tertidur dalam posisi memeluk mas Bram juga tertidut kelelahan di samping kiriku kedua tangannya tak lepas memeluk tubuh telanjangku dan dengan tangan kirinya tepat berada di atas tetekku, aku cium keningnya dan mengucap pelan “Terima kasih pejantan tuaku”

Aku singkirkan tangan kirinya dan aku terlentangkan tubuhnya diatas kasurAku duduk tersimpuh di sampung memendang lelaki tua disampungku dengan pesaraan bangga semua cita cita ku untuk mendapatkan diri dirinya semakin jelas hanya tinggal satu langkah kedepan yang mungkin menjadi batu sandungan, aku pandangi tubuh telanjang kekasih tuaku dari ujung rambut sampai ujung kaki semua sempurna “perfect”

Mataku langsung tertuju pada penis kekasihku yang masih tertidur, aku pegang pelan dan aku goyang ke kiri dan kanan dengan usapan usapan halus dan lambat, kepalaku mendekatti penis mas Bram dan berbisik pelan dan berguman “Ayo bangun sayang kekesihmu menanti keperkasammu”

Pelan tapi pasti burung garuda mulai mengeliat di ujung jari jariku, aku mulai mencium kepala burung yang semakin membesar menampakan ayap yang gagah ingin terbang dengan kekasih hatinya, aku kulum penis mas Bram dan tangan ku yang satu lagi mengarah ke memekku dan menyentuh kelentitku sendiri lama 5 menitan memek ku terasa basah dan aku berdiri dan melngkahi pinggul mas Bram dan memasukan burung garuda gagah pada sangkarnya yang mungil agak sulit juga tapi lama ke lamaan masuk juga penis mas Bram tertelan semua ke dalam memekku, mas Bram terbangun dari tidurnya dan melihat aku duduk di pinggulnya dan mengangkat wajahnya sedikit melihat penis yang besar sudah hilang tertelan oleh ganasnya memekku.

“Kebiasaan nih” usapnya pelan. Aku hanya tersenyum, lalu duduk bertumpu pada siku siku tangannya meraih tubuhku dan merapatkannya mencium bibirku dan aku menerima ciumam mas Bram dengan sukacita. Aku mulai menggoyan pinggulku naik terun berirama mas Bram memeluk tubuhku semakin erat

“Mas, minum susu dulu haus kan” aku raih kelapanya aku dekatkan ke putting ku yang begoyang seirama dengan goyangan pinggulku.

“Mas ini enak sekali, maaasssss, ahh, ahh, ahh” mulutku mulai meracau saling enaknya.

“Ia jeng ini enak sekali, 5 hari puasa sekarang rapelan kan” kata mas Bram di antara ke dua putting ku yang di gigit pelan sambil di sedot sedot dan di kenyot kenyut bergantian dari liri ke kenan dan kembali lagi ke kiri secara terus menrus

Tak terasa pinggul ku bergerak semakin cepat seiring membanjirnya cairan cinta ku memenui memeku

“Terus sayang” kata mas Bram memberi semangat sambil memegang pinggulku dan bibirnya menciumi nenenku dan memberi beberapa cupangan di antara ke dua bukit kembarku yang dapat menambah sensati lebih nikmat.

“Maaaassssss “ kataku setelah 15 menit berlalu.

“Enak jeng” katanya sambil tersenyum, mata kami saling bertemu dan bibir kami saling bertukar senyum yang menggairahkan. lanjutnya” Terus jeng, jangan berhenti”

Peluhku melai bercucuran si sekujur tubuh ku, diangkatnya tangan kiriku ke atas dan bibir mas Bram mendarat disitu menciumi dan menjilat peluh yang ada di ketiakku sesaca bergantian ketiak kiri sebentar dan ketiak kanak selanjutnya. Gerakanku semakin menggila dan akhirnya aku tekan vaginaku sedalam dalamnya sehingg penis mas Bram menyentuh peranakanku dan tubuhku bergetar, sseeeeeerrrrr, sseeeerrrrr, empat kali terus menerus membuat badanmu lemas dan jatuh dalam pelukan mas Bram.

Dengan sigap mas Bram mengangkat tubuhku dan membalikannya sehingga posisiku menjadi rebahan di bawah tertindik badan mas Bram, tanpa aba aba mas Bram menggnjot tubuhku dengan gerakan pinggulnya sangat sepat sehingga tak sampai 2 menit aku merasakan cairan cintaku akan leluar lagi, tubuhku merespon dengan megerakan pinggul, dada dan kepala menyambut orgasme yang ke dua

“Mmaaaaaassssss …. ennnaaaaakkkkk Baaaanngggeeeettttt”kataku sambil memejamkan mataku merasakan kenikmatan yang tak terhingga.

Mas Bram berhenti sebentar mencium bibirku dan ber bisik “Kamu tengkurap, sayang” sambil melepas penis besarnya yang penuh lendir cintaku

Dengan pelan aku cium bibirnya sambil menggerakan tubuhku dalam posisi tengkurap, ditariknya pinggulku ke atas segingga lubang vaginaku sejajar dengan penis mas Bram, tanpa lama lama di masukkan penis yang besar ke dalam vaginaku setelah jari jarinya menyusup ke belahan memekku. Aku meleguk ketika penis besar masuk ke memekku dengan memegang pada pinggulku mas Bram memaju mundurkan pinggulnya dengan penis sudah ada di dalam vaginaku, aku ngak kuat menahan tubuhku aku sandarkan kepalaku ke bantal yang ada di depanku.

Gaya ini yang paling aku suka setelah WOT tadi baru saja selesai, penis mas Bram terasa masuk lebih dalam ke dalam memekku dan pinggulku merasa bebas untuk bergoyang kekiri dan ke kanan sesuai keinginanku Akhirnya aku tekan pinggulku ke belakang dan itu membuat goyangan penggul mas Bram berhenti

“Massssss keelllluuuuaaaarrrrr lllaaaggiiiii” teriakku disertai nafas yang memburu dan akhrirnya aku tumbang dan pantatku jatuh ke tempat tidur dan penis mas Bram terlepas dari memeku

Mas Bram berbaring di sampingku dan mulutnya mengarah ke mulutku dan menciumnya dengan lembut.

Diantara ciuman mas Bram yang lembut aku bertanya

“Mas belum keluar ya” kataku

Hanya angguan kepala nya untuk memjawab pertanyaaku

“Mau di memek atau di mulut mas” kata ku

“Dimemekmu aja Jeng, lebih seru” kata mas Bram sambil meneruskan ciumam di mulutku, aku merubah pusisi menjadi terlentang dan mengbuka pahaku semakin melebar sehingga jari jari mas Bram memainkan itilku dan ciuman juga berdeser kearah putting ku yang sudah keras, mas Bram mengangkat pinggulnya dan memenpatkan kontol mas Bram yang masih tegang di antara pahaku yang masih terbuka lebar.

“Mas masukin ya sayang” kata Mas Bram

Aku menjawabnya dengan anggukan kepala

Sambil bibir kamu bertemu kembali dan tangan kiri mas Bram sebagai tumpuan berat badannya dan tangan satunya lagi memainkan putting susuku penis eyang kakung sudah menempel di mulut vaginaku, aku pegang kontol mas Bram pelan dan mengarahkan pada tempat yang benar dengan sekali dorong kontol mas Bram masuk ke dalam libang memekku dengan sempurna, dan mulai memainkan pinggulnya maju mundur dengan kecepatan sedang, semakin lama semakin cepat seperti gelombang samodra yang hendak sampai ke pantai makin besar gelombangnya semakin mendekati pantai, demikian juga dengan persetubuhan ini gerakan pinggul mas Bram makin lama makin cepat dan cepat sekingga tedengar suara deritan ranjang mas Bram yang semakin lama semalin bergoyang seirama denga goyangan dan tekanan kontol mas Bram di dalam memekku, aku pun mulai merespon pingul mas Bram dengan goyangan ku semakin sepat menimbulkan gesekan antara kelamin kami yang sedang berpacu menuju pantai orgamus. Aku tekan pantatku ke atas sehingga pantat mas Bram yang tadinya bergoyang semakin melemah diganti dengan tekanan yang maha dasyat kearah memekku, kelamin kami bersatu dalan kenikmatan yang sesungguhnya seakan tubuh ku melayang menggapai bintang dan meraihnya bersama mas Bram.

“Masssss, ahhh, iinnniii luuuaaarrr biiiaaassssaaaa…..” kataku disertai suara dari alam kelaminku sseeerrrttt, ssseeeerrrrttt. beberapa kali.

“Iyaaaa jenngggg, iinnniiii llluuuaarrrr bbiiaaasssaaa…..” erangan eyang kakung cukup kencang dan dari kelamin eyang kakung mutah lahar panasnya memenui rahim ku chhhooottttt, chooottttt beberapa kali semprotan pelukan eyang kakung serasa meremukan badanku saling liarnya mas Bram memeluk tubuhku yang berkejotan di antara pelukan dan ketegangga otot pinggul mas Bram “Orgamus yang sempurna” batinku sambil tersenyum

Masih tersegal segal aku raih mulut mas Bram yang berada disamping mulutku dan ciuman panjang pun terjadi diantara ke dua bibir kami dan lidah kamu saling membelit satu sama yang lain

Malam harinya aku dan eyang kakung masuh sempat bermain sampai tuga ronde lagi dan tertidur setelah tengah malam capai tapi puas sekali mas Bram menjadi tambah perkasa setiap permainan aku pasti kalah telak 3 – 1 atau bahkan juga pernah 4 – 1, aku sungguh puas dan semakin cinta kepada mas Bram yang memang cinta ku semenjak dulu.

Pagi harinya aku ke kantor Larasati Group tapi aku hanya sebentar sampai jam 11 san padahal aku berangkat dari rumah sudah jam 9, terpaksa mas Bram aku tinggal karena masih harus bertemu dengan pihak kontraktor untuk membahas pelaksanaan pembuatan café Larasati di depan kantor kami.

Setelah mendapat ijin dari mas Bram, ya calon suamiku sendiri adengan menggunakan taksi online yang di pesan oleh mas Bram untuk mengantar aku pulang ke rumah, sesampainya dirumah langsung masuk kamarku berganti pakainan memekai kimono setelah semua pakaian ku lepas semua termasik bra dan cdku dan tertidur sangat nyaman sekali.


Bersambung ....

Semoga terhibur suhu dan para reader pencinta cerita inin

Salam .....
ROO238


Om ROO238, Tasya ma Eyang Bram sering sekali main adegan ranjang KNAPA Mama Rini belum ada adegan ranjangnya..... ??
 
Part 24: Mama

Rini Kusumawardhani, pov

Aku seorang ibu rumah tangga dan juga mempunyai usaha kecil kecilan butik yang aku beri nama Kusuma Butik dan letak usahaku ada di sebuah moll yang cukup bergengsi dengan modal awal di dapat dari modal dari usaha suamiku, pada awal usahaku cukup maju dan conter di butik ku tak pernah sepi dari pengunjung dan aku juga seorang istri dari seorang pengusaha eksportir kayu ukir dari Jepara yang di pasarkan ke berbagai belahan dunia, Eropa, Amerika, dan Asia terutama Jepang dan Korea yang sangat kagum akan hasil ukiran dari bangsa Indonesia terutama dari Jepara.

Ketika aku berusia 17 tahun kelas 2 SMA sekarang kelas XI di kotaku aku berkenalan dengan seorang pemuda atau tepatnya seorang mahasiswa dari salah satu perguruan tinggi negeri di kotaku yang berasal dari Menado Sulawesi Utara, orangnya ganteng, tinggi, bernama Yudistra, perkenalanku dengan Yudistra di awali dengan acara ulang tahun sahabatku Nentin di rumahnya, pertemuan dengan Yudistra berlanjut dengan seringnya Yudis menjemput aku ketika pulang sekolah dan aku sangat senang sekali makin lama perasaan senang berubah menjadi rasa sayang dan pada suatu pertemuanku dengan Yudis sepulang nya dari sekolah Yudis menambaku, dan itu terjadi ketika menjelang ulangan umum bersama dan pada liburan kenaikan kelas Yudis mengajaku berlibur ke Tawangmangu, yang merupakan tempat wisata berhawa dingin, tentu saja aku ijin ke orang tua dengan sedikit berbohong bersama teman teman se kelasku padahal hanya kami berdua saja dengan Yudistra dan menyewa sebuah villa milik temannya dan mendapatkan diskon yang cukup besar, di dalam villa itulah aku menyerahkan kegadisanku ke Yudis dengan janji yang sangat meyakinkan, sebagai seorang cewek yang baru pertama kali jatuh cinta tentu saja hati ini berbunga bunga

Pada siang itu dengan berboncenga sepeda motor aku dan Yudistra menuju ke Tawangmangu, sesampainya di sana Yudis berhenti di depan café dan mengajak aku makan siang di café tersebut sambil menunggu pesanan

“Dik Rini” kata Yudistra

“Apa mas” jawabku

“Cantik” katanya sambil memegang daguku dan menatap wajahku,

“Gombal” jawabku sambil tersenyum, tapi pandangan matanya menembus sampai pusat hatiku yang paling dalam

“Aku sunggung mencintaimu dengan segenap jiwa ragaku” kata Yudistra sambil menggenggam kedua tanganku dan di ciumnya pelan, lanjutnya “Sunggung aku menginginkan dik Rini menjadi istriku kelak”

“Benar mas” tanyaku

“Ngak percaya nih” kata Yudistra

“Pescaya kok” kata Rini sambil tersenyum

“Biarlah ini janji laki laki yang pantang menjilat ludah sendiri” kata Yudistra sambil bersimpuh di depan Rini

“Mas bangun jangan berjongkok gitu, aku malu” kata Rini

Yudistra berdiri dan duduk kembali dikorsi yang didudukinya dam memegang tangan Rini

“Mungkin dik Rini pernah mendengar aku punya banyak pacar, itu memeng benar tapi hanya satu wanita yang bisa membuat hatiku bergetar dan selalu terbayang wajah dik Rini kapanpun aku berada dan di manapun, aku sunggung mencintaimu dik” kata Yudistra sambil menciun mesra biku biku tangan Rini

Aku hanya bisa memandang wajah Yudistra yang aku kagumi, lelaki jantan ini dan menundukkan kepalanya dan mengucap

“Terima kasih mas, selalu ada untuk Rini” ucapku kemudian

Tak lama kemudian pesanan mereda datang dan mereka makan bersama dan sendaugurau ala remaja berpacaran, Yudistra sebentar bentar menyentuh wajah Rini dan membelai rambut Rini dengan mesra, sampai hatiku sunggung bergetar getar dari pancaran cinta kasih yang tulus dari Yudistra.

Aku pun bersyukur kepada Tuhan bahwa sudah mengirin seorang lelaki yang begitu mencintainya.

Setelah selesai makan di café kami pun melanjutkan perjalanan menuju villa yang sudah di pesannya, sampai di villa disambut dengan penjaga villa dan Yudistra mengenalkan aku sebagai adiknya yang baru datang dari Menado dan penjaga itu pun percaya

Aku dan Yudistra pun melangkah masuk villa itu di villa itu punya 3 kamar yang cukup besar dengan tempat tidur yang cukup besar juga, aku dan Yudistra memilh salah satu kamar yang bisa dipakai berdua, di setiap kamar sudah ada kulkas berukuran kecil, TV 32 in, AC ruanganan, kamar mandi dalam juga disediakan pemanas air elektri di dalam kamar mandi masih dilengkapi shower dan baltup dan air pun bisa di setel panas dan dingin.

Aku duduk di depan balkon yang ada d kamar itu dan memandang siang itu begitu cerah suasana tempat wisata ini begitu ramai banyak turis dari daerah sekitar Tawangmangu ini datang berwisata baik dengan rombongan sekolah atau dengan keluarga.

“Ayok keluar dik lihat air terjun” kata Yudiatra

“Malas mas, enak disini ingin merasakan pacaran kayak teman teman gitu” kata ku

“Oh gitu ya” jawab Yudistra sambil melangkah duduk disamping kiri dan tangan Yudistra ada di pundakku dan mengusap pipiku tentu saja wajahku jadi merah merona. Yudiatra tersenyum melihat Wajahku bertambah cantik.

“Boleh” kata Yudistra sambil menyentuh bibir ku dan aku hanya menjawab dengan angguan

Ini ciumanku yang pertama dari seorang laki laki yang begitu aku sayang, Aku masih meresapi ciuman bibirku untuk pertama kali ini, aku juga merasakan deburan jantung yang kian cepat dan

“Mas ini ciumanku yang pertama ku” kata ku

“Ohhh …., beruntung aku mendapatkan ciumammu yang pertama fist kiss” jawab Yudistra sambil mengulang lagi ciumam bibirnya dengan lembut dan tangan Yudistra mulai mencari peganggan di payudaraku yang masih terbungkus bra dan baju yang aku pakai,

“Ohhh ….“ tak terasa mulutku merespon remesan tangan Yudistra di payudaraku yang aku rasa semakin membesar

Di tariknya aku untuk berdiri sambil berciuman yang makin lama semakin panas aku merasakan lidah Yudistra yang menjalur kuluar menjilati sekitar bibirku, aku pun berdiri sambil berciuman di bimbingnya aku masuk ke dalam kamar dan di dudukannya aku di tepi ranjang yang cukup besar, tangan nakal Yudistra mulai melepas kancing kancing baju ku dan ketika itu aku sadar aku pegang tangan yusdistra yang sudah berhasil melepas 2 kancing bajuku di bagian atas, Yudistra memendang ku dan tersenyum dan aku membalasnya dengan senyuman juga dirapatkan tubuhku ke samping dan bibirnya memdekati kelinggaku dan mengatakan tiga kata “Aku Cinta Padamu” sambil menciumi telingaku sebelah kiri dan mengulum daun telingaku digigit kecil kecil leher di bawah telinga aku, aku merasakan sensasi yang membuat aku seakan melayang, tanpa sadar tangan kananku menyentuh selakangannya yang masih terbalut celana jean ketat aku sadar dan aku menarik tanganku menjauhi selangkangannya tapi dengan cepat tangan Yudiatra menehannya dan membuka resteling celana dan memesukan tanganku kedalan celana dalamnya.

Aku tidak bisa berbuat banyak tanganku pun segera mengusap batang penis Yusdistra yang masih terbalut celana dalam. Yudistra pun mulai lagi membuka kancing bajuku dan akhirnya terlepas juga semua kancing baju ku, Yudistra menghentikan ciumamnya dan memendang buah dadaku yang masih terbungkus bra hitam untuk menutupi payu daraku. Dipandanganmya buah dadaku entah apa yang sedang di pikirkan

“Cantik” gumannya begitu lirih, aku sadar akan pandanga mata Yudistra ke buah dadaku dengan reflek aku segera menutupni buah dadaku dengan kedua tanganku

“Cantik sayang” ucapnya lagi sambil menahan ke dua tanganku yang mau menutupi payudaraku, lanjutnya” Ngak usah malu cantik, aku benar benar cinta padamu dan aku kan tadi udah berjanji akan menjadikan kamu menjadi istriku” kata Yudistra sambil mengecup keningku. Dan ciuman pun ngak bisa dielakan lagi. Di tariknya tubuhku berdiri dan kami saling berhadapan hadapan bibir kami sudah menyatu dalan ciuman yang lembut sambil ciuman kedua tanganku di atas pundaknya dan tangan Yudistra ngak mau diam, melapas pakaian yang aku kenankan yang sudah terbuka kancingnya, dan tangan Yudistra ke kepunggung melepas kaitan bra ku yang ada di sana.

Ciuman Yudistra juga bergeser ke arah leher bagian depan setelah berhenti di daguku dan mengulumnya

“Mas, geli” kataku di selah selah desahanku yang semakin mengeras

Yudistra tidak menaggapi desahanku dan kata kata ku tadi malah bibirnya terus ke bawah mulai menciuman payudaraku bergantian dan lidahnya sekali kali mengenai putting kecilku yang berwarna colkat muda, Dijilati putting kiriku dengan lidah yang menjulur keluar dan menggigit kecil putingku kemudian menyedotnya dengan kekuatan penuh tubuh ku merespon kelakuan Yudiatra dengan eranga panjang dengan kepalaku bergerak sendiri kekanan dan kekiri

Tangan Yudistra yang satu lagi berada di pantat ku dan menekan ke depan dan aku merasakan benda keras menempel di memekku dan pinggul Yudistra di goyang ke kiri kan ke kanan sehingga memek dan penis Yudistra saling bergesek menimbulkan sensasi yang lain

Didorongnya tubuhku kearah tempat tidur dan aku tertidur terlentang demikian Yudistra juga tertidur di sampinku dan menghadap di tubuhku, bibir kami bertemu lembali dan ciumam makin ganas melumat bibirku dan aku hanya bisa mengimbangi perlakuan Yudistran sebisaku

Tak lama kenudian bibir Yudistra berada di payudaraku dan menciumanya dengan ganas dan tanganku hanya memegang kepala Yudistra dan menikmati perlakuan Yudistra dengan mata terpejam. Sementara bibir Yudistra ada di payudaralu tangannya mengusap perut ku dan memainkan pusar ku, aku merasa geli yang amat sangat, dengan tangannya Yudistra mencari iktan celana jeanku dan membukanya menarik reseting ke bawah dan berusaha melepas celana jean ku yang aku pakai, aku hanya mendiamkan saja atas perlakuan Yudistra kepadaku aku percaya akan janji Yudistra akan menjadikan aku istrinya.

Dengan susuh payah akirinya Yudistra berhasil melepas celana jean ku beserta dengan celana dalamku sekalian, dan tanpa ragu lagi tangan Yudistra berada di memekku dan memeinkan itil ku dengan menggosok gosokmya dengan pelahan tapi pasti aku merasaka perbuatan Yudistra sewajarnya aku diperkalukan seperti itu, dalam pikiranku apa bedanya besok dengan sekarang dan akhirnya juga sampai seperti ini. Inilah kesalahan terbesarku percaya penuh terhadap lelaki yang bernama Yudistra ini.

Yudistra memandang ku dengan senyuman yang membuatku tak bisa berbuat apa apa.

“Vaginamu sunggung cantik Dik Rini” kata Yudistra

“Aku malu mas, pandang memek ku seperti itu” kata ku sambil berusaha menutupi memeku dengan ke dua tanganku, tapi dengan sigap tangan Yudistra menahannya dan mendekatkan wajahnya di depan memeku, aku tidak menyangka kalau Yudistra akan mencium memekku aku pun dedesah ketika lidah Yudistra berada di belahan memekku dengan sepontan aku tarik tubuhnya ke atas

“ Jangan mas, itu kotor” kataku

Yudiatra menghentikan aksinya dan mengucap

“Nikmati saja dik Rini, aku jamin dik Rini akan mendapatkan yang enak yang belum pernah di rasakan sebelumnya” katanya

“Tapi itu kotor mmaaassss” kataku

“Ini setiril dik, bersih dan banyak mengandung protein yang menyehatkan badan” kata Yudiatra

“Terserah lah” jawabku

Tanpa ada aba aba lagi Yudistra menciumi kembali memeku dan menyentuh kelentitku dan memesukan jari tengahnya ke dalam lubang vaginaku, aku mulai mendesah desah ngak karuan sehingga pada suatu titik kau merasakan ada desakan dari dalam tubuh ku seakan ingin pipis tapi aku tahan dan aku peringatan kalau aku ingin pipis tapi Yudistra tidak menghiraukan peringatanku dan aku sudah tidak tahan lagi sehingga aku terkencing kencing menyiram sebagian wajahnya dan membasahi baju yang di pakainya. Nafasku tertahan sementara air kencing ku keluar, badanku melengkung ke atas merasakan sensasi yang berbeda dengan kencing biasanya, mata ku terpejam meninkmati kencing pertamaku pada siang hari ini

Yudistra tersenyum memandang ku seperti ini ada rasa puas di wajahnya

“Itu bukan pipis neng, itu orgasme” katanya

Aku melonggo mendengar pengakuan dari nya

“Layak berbeda sensasinya” kataku

“Dik Rini akan mendapatkan yang lebih enak lagi 100 kali lebih enak dari ini” kata Yudistra sambil melepas Baju yang basah karena orgasme ku tadi dan mencopotnya di taruh di pinggir ranjang dan berdiri melepas celana jeannya yang dipakainya menyisakan celana dalam hijau yang masih melekat di tubuhnya.

Aku melihat tonjolan penis di balik celana dalam itu besar menjulang ke atas menyentuh gesper celana dalam nya.

“Besar mas, apa muat, kan memekku kecil” tanyaku

“Muat lah Dik, sedang kepala bayi yang lebih besar dari ini pun bisa keluar kok” kata Yudistra lagi

Aku duduk di atas ranjang dan Yudistra berdiri disampingku diraihnya tanganku dan di tempelkan pada penis besarnya, melepas celana dalamnya sampai kelutut, aku melihat penis laki laki yang aku cintai ini menentang keras bagai pentungan satpam di sekolahku mengangguk angguk ke atas ke bawah, dengan perasan ngeri aku mencoba memegang penis itu dan menggenggam dalam genggamanku, hangat kata dalam hatiku

“Coba dik cium kepalanya” pinta Yudistra

Aku ragu untuk melaksanakan permintaannya, aku masih memandang tak jup penis pacarku ini, dengan perlanhan aku majukan wajahku menempel di ujung kepala penis bak kepala jamur besar dan kokoh dan bibirku ada di sana, ada bau pesing di antaranya tapi aku abaikan tak ingin pacarku menjadi kecewa karenanya.

Lidahku keluar menjilati kepala penis yang sudah basah dan aku merasakan asin di ujung lidahku.

“Jilat dik seperti jilatin es grim” katanya

Aku melakukan apa yang menjadi permintaannya, aku dengar leguan panjang ketika aku jilat dari pangkal ke ujung penisnya lama ku melakukan hal serupa sehingga penis yang tadi kering kini basah karena air liurku

“Masukan dik ke mulutmu seperti adik makan permen lollipop” katanya

Aku pun melaukan lagi permintaannya, aku buka mulutku lebar lebar dan menyasikkan penis kekasin ku ke dalam mulutku dan aku dengar leguan kenikmatan di dari mulutnya

“Ahuuh, jangan kenain gigi dong ngilu” ucapnya

Aku hentikan aksiku dan aku pandang wajahnya

“Ya sorri” kataku sambil melanjutkan aksiku memesukna penis nya kembali, 10 menit kemudian gerakan mulutku tambah cepat dan tubuh Yadistra kejang kejang sambil mengeluarkan cairan putih emtal di dalam mulutku

“Yang benar dong, masah spermanya di tumpaian di mulutku

“Ia sorri banget tadi enak banget dan keburu keluar” katanya

Yudistra mengambil tisu yang ada di kekat meja rias dam memberikan kepadaku.

Aku kelekahan dan tidur dalam pelukannya, entah berapa jam aku tertidur ketika aku bangun hari sudah gelap kamar pun gelap masih ada sinar terang dari luar ruangan yang masuk ke dalam kamar, aku bangun mencari skakelar lampu dan menghidupkannya, baru aku sadari aku masih dalam keadaan telanjang dan melihat Yudistra yuga tertidur masih dalam keadadan telanjang.

Aku masuk kekmar mandi untuk mandi karena badanku lengket dan bau sperma Yudistra yang masih menempel di tubuhku. Sehabis mandi aku menggunakan tangtop tanpa bra dan celana pendek selutut dan membangunkan Yudistra

Malam itu aku dan Yudistra mencari makan di warung dekat villa dengan jalan kaki sambil tersenyum senang dan bergandengan angan saling bully satu sama lain aku dan Yudistra pun akhirnya kembali ke villa, Yudisrta mengambil sebatang rokok dan mengisapnya di depan villa sementara aku masuk ke dalam villa menghiduupan TV dan melihat acara sore hari in, mengambil HP ku dan mengecek SMS yang masuk.

Yudistra masuk ke dalam villa langsung duduk di sampingku dan tangannya berada di pundakku dan tak beberapa lama kami mulai berciuman kembali dan akhirnya aku menyerahkan keperawanku ke Yudistra leleki yang aku cintai tak ada kata menyesal bahkan rasa berbunga bunga menyelimuti hari hari ku setelah ini.

Dilanjautkan hampir setiap hari aku bertemu dengan Yudistra yang berakhir dengan melakukan make love dan meniru adegan adegan dari video bokep milik Yudistra, aku pun selalu horne kalau sedang berdekayan dengan Yudistra, hubunganku sudah hampir 2 bulan berjalan, aku mulai curiga mengenai sirkus haidku sudah 3 minggu ini ngak datang tatang, aku ceritakan keadan ku ke Yudistra dan Yudistra mengajaku perisa ke dokter kandungan aku kami mendaftar sebagai pasangan muda baru menikah 3 bulan yang lalu.

“Selamat Bapak Yudistra dan Ibu Rini, sebentar lagi akan mendapat momongan” kata Dr kandunag itu sambil menjabat tanganku dan tangan Yudistra

“Ini aku beri sesep untuk menguwatkan kandungan ibu dan vitamin, hati hati dalam berhubungnan sebab dalam usia kandungan yang masuh muda rentan akan keguguran” kata dr tersebut

“Sudah berapa bulan dok” kata Yudistra

“Sudah memesuki minggu ke 6 akan ke 7 jawabnya” kata dokter

“Ia terima kasih doter” kata Yusdistra

Kami pun meninggalkan tempat praktek dokter kandungan itu langsung menuju ke kostan Yudistra

“Percayalah dik aku akan bertanggung jawab kok” Jangan gelisah

“Ia mas” kataku sambil berpelukan di atas kasur di tempat kost Yudistra, kami melalkukan hubungan suami istri kembali dengan sangat lembut dan penuh kesan. Tapi itu adalah pertemuan kami yang terakhir kalinya, esok harinya aku tunggu kedatangan Yudistra untuk menjemputku tapi tidak datang, aku hubungi HP nya tapi tidak akktif, aku mulai panic, keseokan harinya aku bolos sekolah pergi tempat kost Yudistra tak menemukan orangnya di sana, kata temannya dalam satu kost dengan nya mengatakan dia libur semester dan pulang ke Menado setelah kemarin dapat telpon dari orang tuanya bahwa ibunya sakit.

Aku ngak bisa ngomong apa apa, aku serahkan segalanya untuk nya lelaki yang bisa bertanggung jawab tapi nyatanya dia meninggalkanku seorang diri menaggung segala perbuatanku, perasan cinta kini berubah menjadi perasaan benci kepada Yudiatra

Menginjak minggu ke 8 pagi pagi setelah sarapan perutku mual dan ingin muntah, wajar sih aku dalam ke adaan hamil tapi menjadi tidak wajar untuk keluargaku, dengan setengah paksa aku di bawa ke rumah sakit Ibu dan Anak milik Dr Ayu sahabat ibuku, Ibu dan Dr Ayu sunggung terperanjat ngak percaya apa yang terjadi sampai di ulang pemeriksaan 2 kali oleh dr Ayu

Aku hanya dapat menangis menyesali diri, dengan desakan desakan terus menerus yang di lakukan oleh ibuku dan dr Ayu akhirnya aku mengaku yang menghamil aku adalah Yudistra mahasiswa semester 3 dari fakultas xxx dan universitas yyy, langsung ibu telpun kampus tersebut mememui dekan falultas itu, mengatakan ini baru libur antar semester jadi falultas ngak bisa manatau ke adaan mehasiswanya, tapi menyatakan bahwa orang yang bernama Yudistra benar benar mahasiswa di faluktas tersebut

Aku menyatakan pada dr Ayu keinginanku untuk menggugurkan kandungan ini tapi di tentang oleh mereka berdua dan semenjak saat itu pengawasan terhadap diriku di perketetat dan tidak boleh keluar rumah sendiri harus ada teman nya, Sekolahku buyar kurang 2 bulan lagi aku menempuh ujian akhir tapi aku gagal mengikutinya karena ibu melangku masuk sekolah membuat aip keluarga tersebar kemana mana.

Ayahku saat itu baru tugas di Konggo sebagai pasukan perdamaian di negeri afrika itu sebagai bagian tugas dari PBB menjaga perdamaian di kawasan itu. Akrirnya Ayahku menyerahkan nama baik keluarga dengan Om Sriyono seorang tentara juga yang baru di dinas di Karesidenan Surakarta, juga termasuk saudara sepupu ibuku.

Dengan persetujuan ibu dan ayah akhirnya aku di ungsikan ke Wonosobo menjelang kelahiran bayiku yang amat aku benci karena perbuatan ayah bayi dalam kandunaganku ini, hanya karena ibu, om Sriyono dan tante Maharani aku luluh dan mau berjuang untuk melahirkan bayi ini tapi aku bersumpah dalam hati ini aku ngak maum memelihara bayi ini yang membuat aku seperti ini.

Saat itu kandunganku berusia 4 bulan ketila ibu, om Sriyono dan tantre Maharani membawaku ke keluarga Margono di Wonosobo seorang petani sederhana dan Sulastri istri Margono yang masih keponakan dari tante Maharani istri om Sriyono

Sebulan sebelum aku melahirkan mbak Sulasri keguguran kandungan setelah dia terpeleset di kamar mandi, dan peristiwa itu ada di depan mataku aku hanya bisa menangis melihat peristiwa itu dan tak bisa perbuat apa apa, peristiwa itu sendiri terjadi di siang hari dan suaminya Margono baru berada di sawah. Tapi peristiwa itu tidak membuat hatiku bergiming kepada bayi dalam kandunaku ini dan mengharap peristiwa itu menimpa diriku tapi Tuhan berkendak lain Anakku keluar dengan sehat dan kuat dengan berat badan 3500 gram cukup besar dan sehat tapi anehnya aku sendiri menolak untuk memberi asi kepada bayi anakku ini dan terpaksa asi dari mbak Sulastri di berikan kepada anakku, dan setelah 1 hari pulang dari rumah sakit aku mengajak supir dan pembatu aku pulang ke Sala tanpa mengingat perasan keluarga Margono, aku hanya berpikir sudah setimpal dengan pemberian ibuku kepada mereka.

Setelah pulang ke rumah aku menghubungi lagi teman temanku ingin mendengar nasib dari Yudistra tapi tidak ada temanku yang mengetahui ke beradaan Yudistra saat ini aku menghubungi teman teman Yudistra juga sama ngak ada kabar beritanya seperti tertelan oleh bumi.

Akhirnya aku memutuskan tinggal di daerah Pati Jawa tengah ikut pak de Darma kakak dari ayahku Bram 2 tahu lamanya aku dalam keterpurukan dan sering melamun sendiri, badan ku tidak tambah gemuk tapi tambah kurus

Disitulah aku mengenal suamiku sekarang Jhon Wirasakti seorang keturuan ayah nya adalah sahabat baik pak de Darma dan sama sama beragama Kristen, aku sering di ajak oleh pak de Darma untuk pemulihan kondisiku dari setres berat yang menimpaku

Hari berganti hari, minggu berganti minggu akhirnya aku bisa move on dari persoalan yang ku alami dari perhatian teman teman gereja terutama mas Jhon sendiri yang sering mambimbingku dengan tulus dan akhirnya aku masuk agama Kristen atas anjuran pak de Darma

Hubunganku dengan mas Jhon semakin serius dia tidak mempermasahkan masa laluku yang kelam dan gelap dengan sikap kebapakan dan kedewasaan dia aku pun akhirnya menikah dengan mas jhon, aku minta modal kerja untuk hidup berkekuarga dengan mas Jhon berupa uang yang tidak sedikt jumlahnya dengan pesan aku tidak akan menerima warisan se senpun dari mereka berdua aku pun menyetujui.

Dua tahun kemudian aku dan mas Jhon melangsungkan penikahan dengan saling menerima saktrmen pernikahan yang di pandu oleh pendeta dari gereja yang di anut oleh pak de Darma, setahun kemudian aku melahirkan anak ku ke dua Dion dengan mas jhon

Nasip anakku Tasya yang baru umur 1 minggu aku tinggal pergi begitu aja, Tasya pun di asuh dan di jadikan pengganti anaknya mbak Sulastri yang meninggal dunia karena keguguran. Setelah 1 tahun mbak Lastri hamil kembali dan atas inisatif ibuku diambilnya bayi Tasya dari tangan tangan mbak Lastri dengan alasan menggangu proses kelahiran anak ke dua mbak Lastri.

Tahu tahun pertama perkawinanku sunggung sangat menyenagkan dengan perhatian penh dari suami ku Jhon Wirasakti, seiring dengan kesibukan membesarkan perusahaan yang dirintis dari nol itu, kesibukan bertambah sering pergi keluar kata sampai berminggu minggu pernah baru saja pulang sehari terus pagi harinya ke Surabaya itu pun baru pulang dari Jakarta, aku sering kesepian dirumah yang cukup besar dengan apa apa sudah tersedia. Rasa sepi ini terus menghantui aku terus menurus aku pun terus terang ke pada suamiku akan kesepiamn hatiku dengan ide yang cemerlang dari suamiku untuk menghilangkan rasa sepi di hatiku Tasya yang waktu itu berusia 13 tahun di minta oleh mas jhon untuk di pelihara oleh ku dan ibu dengan rasa berat menyelujui usul dari suamiku Jhon.

Tapi setelah Tasya pindah ke rumahku perasan kesepian malah tambah besar dirumah sering uring uringan sendiri dan yang menjadi sasaran uring uringanku adalah Tasya dan Dion mereka sebenarnya tidak tau apa apa.

Akupun meminta modal ke suamiku untuk mulai membuka usaha Butik di kotaku dengan modal yang cukup besar pula hampir sepertiga modal kerja suamiku terserap untuk mendirikan usaha yang yang baru aku dirikan, kesibukan mengurusi usahaku sendiri lamnat laun perasaan kesepian ku akhirnya menghilang juga dan aku hilangkan dengan kinerja membesarkan Kusuma Butik. Suamiku Jhon tidak bisa bilang tidak karena sebagian modal usanya dari ibuku. Dalam ke sibukanku membesarkan usahaku aku mendengar dari kawanku juga seorang pengusaha butik bahwa suamiku punya simpanan di Surabaya, awalnya aku ngak percaya tapi kawanku itu mendesakku supaya mengadakam penyelidikan lebih lanjut, Akhirnya aku percaya bahwa suamiku berselingku di belakang perkawinanku dengan dia hati ku mulai panas.

Sementara itu aku juga berkenalan dengan pengusaha butik yang rata rata adalah wanita kesepian seperti aku ini, aku pun berkenalan dengan aku berkenalan dengan cik Lani seorang pengusahan garment dari Jakarta dan dia merupakan istri simpanan dari seorang kaya di Jakarta dan suatu saat datang cik Leni ketempat butikku mengajakku ikut arisan di kelompoknya dari pada sendiri galau galau uterus aku pun menyanggupi arisannya sih ngak seberapa tapi efek dari arisan itu yang membuat aku sedikit demi sedikit bisa mengghilangkan stress yang berkepanjangan, dalam acara arisan itu juga di undang para gigolo yang siap memuaskan birahi sesaat, ini lah yang menjadi obat dari strees ku dan rasa balas dendam kepada suamiku yang mulai membakar api perselingkuhan, pada awalnya hanya ingin balas dendam terhadap perlakuan suamiku dan aku mengenal seorang gigolo dari universtas ternama di kota ini, orangnya tinggi tegap badan tegap mengingaktkan aku pada seorang masa laluku Yudistra. Permainan ranjangnya sunggung sempurna bisa membat aku orgasme berkali kali dalan suatu permaian panjang dan laki laki ini akhirnya menjadi laki laki peliharanku sampai saat ini .

Lionif Surya Kencana nama priya tampan umur kira kira 20 tahun wajah ganteng 11 – 12 lah dengan Yudistra laki laki pertama dalam hidupku.

Bersambung dulu suhu
Semoga berkenana

Asyiiikk Mama Rini mulai beraksi, STW emank TOP lah
 
Part 25: Mencari kebenaran

Bram Kusuma pov.

Aku pulang kerumah sudah jam 3 sore aku cari Tasya kekasih kesayanganku dimana mana akhirnya aku menemukan kasihku dalam keadan tertidur pulas di tempat tidurku layak aku cari di kamarnya tidak ada. Aku dekati Tasya dan memberi ciuman pada bibirnya yang tersenyum dalam tidurnya. Aku berdiri dan melepas pakainanku semua termasuk CD dan kaus singlet yang aku pakai menggantinya dengan kimono yang masih tersipan di almari pakaian ku dan mendekati tubuh cucuku dan tidur di sampingnya tanganku meraih tubuh nya dam memeluknya dari belakang dan aku pun tertidur juga dalam posisi memeluk Tasya dari belakang

Aku bangun ketika Tasya sudah duduk ditepi tempat tidurku dan tersnyum manis melihatku bangun dan membelai kepalaku dan memberi ciuman di keningku

“Jam berapa jeng” kataku

“Udah magrib mas, bangun dan mandi sekalian dan sholat berjemah” kata Tasya

“Sebentar” kataku melangkah masuk kamar mandi dan mandi dan keluar berganti dengan pakaian koko dan sarong baru dari almari

Aku dan Tasya melakukan sholat berjemahah berdua di dalam kamarku, sehabis sholat Tasya mencium tanganku

“Mas mau minum apa” katanya

“Seadanya aja jeng, asalkan anget” kata ku

“Minum wedang jae saja ya, aku tadi mampir ke supermarket depan membeli serbuk jahe instan” kata Tasya

“Mau jeng” kataku

Aku melangkah keluar kamar dan duduk di ruang keluarga menghidupkan TV melihat berita hari ini, seperempat jam kemudian Tasya membawa 2 cangkir Jahe angat dan menaruhnya di depan meja.

“Mas besok jadi ngantar aku pulang ke Semarang” kata Tasya

“Jadi dong, kan tadi semua pekerjaan sedah mas selesaikan jadi besol langsung berangkat” kataku

“Jam 12 san aja mas, aku ingin ketemu dengan tante Puji sahabat mama” kata Tasya

“Lho ada apa dengan Puji” jawab ku

“Mas lupa ya, tante puji sahabat mama ketika masih di SMA dulu, aku akan tanya tentang Yudistra ayah biologisku” kata Tasya

“Kalau sudah tau untuk apa” kataku

“Ya mau tahu peristiwa yang sebenarnya yang menimpa diriku to mas” kata Tasya

“Terus kamu mau mencarinya kalau sudah tau” kata ku penuh selidik

“Ngak juga kok mas, hanya sekedar ingin tahu saja, aku males ketemu ayahku yang membuataku ngak bahagia, bukan mendendam, dendampun percuma karena tidak dapat mengubahku menjadi lebih baik” kata Tasya

Aku raih wajahnya dan aku cium keningnya “Betul Tasya pendapatmu kalaupun kamu bertemu ngak akan merubah apapun, jalani saja yang sekarang ini yang jelas aku Bram Kusuma akan menjagamu sepenuh hati” kata ku

“Terima kasih, mas” kata Tasya sambil rebahkan kepalanya di dadaku, dan aku mengusap air matanya.

“Sudah jangan menangis lagi, ngak pantas orang semacam Yudistra mendapat air matamu” kata ku

“Ini bukan untuk dia mas, aku terharu akan sikap mas yang melindung aku ketika hati ini rapuh” kata Tasya

“Ya udah ngak usah dipikirkan lagi ya” kata ku memberi semangat

“Jeng ada makan ngak, aku laper he seharian ngak makan tadi siang waktu jam makan aku malah ke luar dengan pak Raharjo si komtraktor itu” kataku

“Ada mas tadi mbak Darsi masak gulai ayam, sambel Tarsi dan tempe tahu goreng dan lalapannya juga, sebentas aku siapkan dulu“ kata Tasya

Tasya meninggalkanku dan melangkah menuju dapur, seperempat jam kemudian “Makanan siap jendral” kata Tasya sambil memberi hormat ala militer

“Yok kapten, temani jendral makan ya” kataku

“Siap jendral” kata Tasya

Kami melangkah bersama sambil bergandengan tangan menuju ruang makan yang sudah tertata rapi. aku menarik korsi yang biasanya di pakai Tasya dan menarik korsiku sendiri duduk berdampingan.

Tasya meraih piring di depanku mengisinya dengan nasi yang masih kelihatan hangat dan menaruh kembali piring tersebut di dipanku Aku menganbil gulai ayam kesukaanku dan menaruh di piring ku dangan mengambil sambel trasi buatan mbak Darsih Tasyapun dengan sangat cekatan mengisi piringnya sendiri dan nasi dan mengambil lauknya sekalian.

“Makan yang banyak mas biar strong genjotnya nanti” kata Tasya sambil tersenyum

“Kamu in ada ada saja Tasya, mau berapa ronde sih” kataku sambil meraih hidungnya dan menyubitnya pelan

“Semampu mas, mau berapa ronde lagi malam ini” kata Tasya

“Pokoknya sampai kamu ngak bisa bergerak deh” jawab ku

Tanpa banyak bicara lagi aku dan Tasya menghabiskan nasi dan lauk yang tersedia di depan kami, setelah selesai makan Tasya menyingkirkan semua piring kotor di wastafel dekat dapur dan mencucinya sendiri, Aku langsung kembali ke ruang keluarga dan menikmati malam ini sambil meminum wedang jahe bikinan Tasya.

“Mas yok sholat dulu terus bercinta” kata Tasya sambil menarik tanganku

Aku berdiri mengambil air wudhu di kamar mandi, demikian juga Tasya mengambil air wudhu dan memakai mukenenya setelah melepas semua pakain yang yang melekat di tubuhnya. dan berjalan ke kamarku untuk melakukan sholat berjemah.

Sehabis sholat aku berdiri dan menarik tangan Tasya berdiri untuk juga berdiri dan Tangan ku meraih kepala Tasya dan mencium keningnya, Tasya melingkarkan tangannya dipundak ku dan mencium bibirnya lembut dan berucap

“Terima kasih kasih ku, kau selalu ada untuk ku” setelah melepas ciumannya

Tangan ku merabai pantat yang masih tertutup mukene dan mengangkat mukena yang dan mendapatkan pantat Tasya ngak memekai apa ada di balik mukenamya

“Nakal sekali ya” kata ku

Dengan berani Tasya membalik dan menarik sarung hingga terlepas dan terpampang gurung garudagu sudah menggeliat dan tangan Taya langsung memegang penis ku yang sudah mulai merangkah besar sekali

“Tuh lihat mas, burungnya mau terbang melulu” kata Tasya sambil tersenyum

Aku dorong tubuh Tasya kearah tempat tidur sehingga tidur terlentang dan menyingkapkan mukena yang Tasya pakai sampai sebatas perut aku sergam vagina Tasya dengan ciuman mautku, dan terdengar erangan Tasya dan melihat perbuatkanku dan senyum manis ketika mata kami bertemu

“Sini” Kata Tasya sambil mendekatkan mulutnya dalam posisis 69 pun langsung terjadi masing masing membuat enak pada lawan mainnya aku dan Tasya pun mulai kehilangan control desaham dan leguan pun sering terdengar diselinggi teriakan

“Ah …. mas ….” desah Tasya

“Enak jeng serponganmu” kata ku pelan masih bibir ku pada vagina dan bibir Tasya pada penisku main oral masing masing bagai hendak berlomba ngak ada yang mau kalah ingin membuat pasanganya orgamus terlebih dahulu.

“Masssss enaaaakkk” teriak Tasya sambil mengangkat pahanya ke atas

“Jengggg enaaaakkk” keriaku sambil menyodok penis ku ke dalam mulut Tasya

Seeeerrrrrtt, seeeerrrrttt, seeeerrrrt berrapa kali semburan caitan cita Tasya menyembur memenui kulut ku yang sengaja ke bika supaya cairan cita Tasya masuk ke dalam mulutku.

Choooot, chooot choooot beberapa kali semburan spermaku masuk ke dalam mulut Tasya

Dan setelah itu aku mengubah posisiku tiduran di samping Tasya. Tasya duduk melepas mukenamya dari tubuhnya dan aku melepas kaus yang aku pakai dan mempar ke lantai. aku dan Tasya sudah telanjang bulat tak bosan bosannya aku mememdang tubuh Tasya setelah ritual kemarin, payudara yang besar dan sangat kencang dengan putting warna merah muda menghiasi pucuk payudara Tasya, memeknya masih di tumbui rambut tapi tertata rapi berada di atas belahan Vagina yang semakin tembem.Tasya masih duduk diatas tempat tidur dan aku rebahan di pangkuannya, terlentang di sampingnya sekali dan tanganku menbelai wjah ayunya dengan ranburt terurai panjang sebahu

“Kamu kok tambah gemesin to” kataku

Tasya hanya tersenyum dan tangan Tasya ada di atas penisku yang masih tidur sambil menggosok gosok dan memeinkan jari jari tangannya, aku tarik badan Tasya supaya mendekat payudara Tasya ke mulutku, aku kulum dan aku kebyot kenyot bagai bayi yang baru nyusu ibunya lima menit kemudian penisku sudah tegang kembali

“ Tuh Jeng sudah tegang harus bertanggung jawab” kataku

“Ia ya mas aku akan bertanggung jawab sepenuhnya” katanya sambil berdiri dan melangkai pinggulku dan segera memesukkan penis ku ke lubang vagina yang sudah basah karena baru saja orgasme tadi.

“Ah….” suara Tasya menggema seiring masuknya penisku ke dalam vagina Tasya tak beberpa lama eranganTasya mulai terdengan lebih keras deburan jantungnya semakin cepat dan goyangan pinggul Tasya semakin tak beaturan dan pada akhirnya badan Tasya melengkung ke belakang dan dengan sigap aku tahan badan Tasya supaya condong ke depan dan jatuk ke dalam peluakanku, aku berdiri dan membimbing Tasya dalam posisi nungging dan aku masukan penis besarku ke dalam vagina Taya yang sunggung nikmat, masih terasa menjepit kontolku terasa di peras peras di dalam vagina yang lembut tanpa sadar aku meleguk keras ketika penisku sudah masuk sepenugnya sehingga bongkahan pantat Tasya begitu menempel dengan sempurna dengan pinggul depanku aku berhenti sebentar merasakan sensai remasan vagina Tasya ke penisku yang masuk sempurna. Aku mulai menggoyangkan pinggul ku maju mundur dan berirama tidak terlalu cepat dan juga tidak begitu lambat.

Pada saat yang bersamaan aku merasaka air maniku sedah diambang pintu keluar aku percepat sodokaku dengan segenap tenagaku benturan pantat Tasya dan pinggul depanku semakin keras dipadu dengan suara berderit dari goyangan tempat tidurku menehan beban kami berdua Tasya dan aku, goyangan pinggul Tasya semakin cepat sesuai dengan kecepatan sodokan pinggul ku pada pantat Tasya. Dan akhirnya tubuh kamu sama kejang aku ngak kuat menahan tubuhku lagi dan jatuh menmpa Tasya dalam posisis tertelungkup dan aku menindih dari belakang dan penisku masih menancap sempurna pada vagina Tasya yang berkedut cairan cinta kami besatu dalam meraih maraih puncak kepuasan yang sempurna.

Setengah jam kemudian mataku sudah ngak tahan lagi untuk terpejam tapi samar samar aku melihat Tasya mengambil selimut di pojok bawah tempat tidurku dan menyelimuti tubuh telanjangku dan melangkag kelar kamar mungkin memetikan semua lampu yang ada didalam rumah dan setelahnya berbaring di sampingku membuka selimut dan menurtupi tubuh telanjangnya dan memelukku dan kepalanya berada di dadaku nyaman sekali.

Pagi harinya aku terbangun masih jam tiga pagi tapi badanku terasa ringan dan rasa capai hilang setelah pertempuranku dengan Tasya semalam hanya dua ronde tapi berkesan menguras banyak tenaga karena sore hanya istirahat sebentar saja. Aku singkirkan tubuh Tasya yang masih menindih tubuhku dan aku duduk di tepi ranjangku, memereksa email dan notifikasi yang sejak kemarin sore belum sempat aku buka, membalas beberapa email. satu jam lebih aku duduk di tepi tempat tidur dan aku pindah di depan tempat didurku duduk di korsi dekat meja kerjaku dan menikmati tubuh indah cucuku yang tertidur dalam keadaan telanjang.

Dalam ketelanjanganya Tasya cucuku yang kini menjadi pacar dan calom isstri penganti Niken tertidur dengan sangat damai, bibir mungilnya tersenyum, aku pandang wajahnya dan ini tekatku ingin selalu melindunginya setiap saat baik dari semua masalah yang di hadapi sekarang ataupun yang akan datang, aku pandang wajah ayunya dan mulai merenung semua kejadian yang berlangsung sangat cepat dalam kurun waktu tidak lebih dari 2 minggu ini perkembangan hubungaku dengan Tasya semakin dekat sudah layak hubungan suami istri, kalau dipikir lagi memang hubungan ini aku sebagai suaminya dan Tasya sebagai istriku suatu kenyataan yang tak dapat dipungkiri dan apa reaksi mama Tasya, Rini putriku sendiri ya ibu dari Tasya. Suatu tantangan yang cukup berat bagi gadis kecilku untuk menghadapi tantangan ini, dan aku wajib menjadi pelindungnya, insting sebagai tentara yang sudah 25 tahun mengabdi pada Negara menyatakan Tasya akan di coret dari daftar keluarga anakku Rini, tapi di lain pihak ibu Sulastri memerima dengan tangan terbuka.

Setengah jam berlalu aku kembali tidur terlentang di samping Tasya dan mengecup keningnya dengan lembut dan selimut tebal sudah berada di atas badanku, Tasya mengeliat dan membuka matanya sambil mengucap

“Jam berapa mas” kata Tasya

“Masih pagi sayang, tidur lagi ya” kata ku lembut sambil mengusap pipinya dan mencium keningnya dengan lembut, tangan Tasya bergerak menindih tubuk telanjangku dan kembali tertidur tak lama kemudian mataku pun terasa berat dan tertidur kembali.

Jam 7 aku bangun dan Tasya sudah tidak ada di sampingku dan aku mendengar suara air dari dalam kamar mandi yang berada di ruangan ini.

Ketika Tasya keluar dari kamar mandi aku sudah duduk di tepi ranjang

“Selamat pagi, sayang” kataku

“Selamat pagi juga mas” balasnya

“Aku mau olah raga dulu setegah jam ya” kata ku sambil mengambil cenala boxser yang tergantung di capstok kamarku.

“Mau minum apa mas” katanya

“Biasa lah kopi aja dengan gula sedikit ya” kataku

Aku melangkah keluar dari kamar ku dan melangkah ke ruang fitnes di dekat kolam renang

Tak lama kemudian Tasya menyusul aku sudah menggunakan kimono yang dipakainya kemarin sore dengan membawa secangkir kopi pesan ku tadi

“Mas diminum dulu” kata Tasya

“Ditaruh di situ dulu sayang” kata ku dan Tasya meninggalkan aku lagi entah apa yang di kerjakan.

Setenga jam kemudian aku sudah selesai olah raga ringan mendapatkan Tasya yang berada di dapur membuat sarapan pagi, aku peluk tubuh Tasya dari belakang sambil mencium leher di bawah telinga kanan mula mula Tasya terkejut kemudian tau aku yang memeluknya dan tersenyum manja di bibirnya

“Masssss ih ngangu aja” kata Tasya sambil menggelendot manja di pelukanku

“Terkejut ya” kataku

Hanya angguan untuk menjawab pertanyakku dan menghentikan sejenak kegatannya dan berbalik menghadapku langsung mencium bibirku dengan lembut

“Dari bangun tidur belum cium bibirku, kok malah olah raga dulu sih” katanya cemberut

“Ya maafin ya, nih cium bibir adik ku sayang ku kekesihku” kaya ku sambil mencium ganas bibir mungilnya sambil tanganku memegang gundukan payudaranya di balik komono

“Ih, … nakal nih” sambil menapis tanganku yang ada di payudaranya

“Sana mandi bau” katanya

Aku lepas pelukanku dan pergi ke kamar mandi dan melakukan ritual mandiku, selesai aku keluar dengan memakai celana pendek boxser dan kaus dan duduk di pendopo membaca koran pagi adalah ritualku setiap pagi sejak dulu dari masih dinas, sehabis olah raga buka koran

Tasya datang mendekatiku dan merangkul dari belakang ke dua tangannya ada di pundaku dan kepala nya menunduk mencium pipi kiriku, aku terkejut atas keberanian Tasya mencium pipiku di pendompo yang berbatasan denga jalan raya

“Tasya, inget dong” kataku

Tasya hanya tersenyum sambil menggeser duduk di sampingku

“He he he sorry ya mas” kata Tasya

“Ingat Tasya kita orang timur tabu berciuman di muka umum apalagi orang jawa” kataku

“Ia ia Aku ngrti kok mas, sorri tadi terbawa suasana romantic yang mas berikan ketika aku masah” kata Tasya

“Ya udah ngak papa, tapi jangan di ulang ya” kataku

“Ia ia mas Bram” kata Tasya sambil tersenyum manis tambah gemesin

“Udah selesai masaknya, mas laper nih ingin ngrsain cheff Tasya” kata ku

“Sudah siap kok mas, makanya aku kemari untuk memberi tahu mas kalau makanan sudah siap” kata Tasya

“Ayo” kataku

Aku merik tangan Tasya membawanya masuk rumah dan menuju ke ruang makan sesampainya di ruang makan aku pegang tangan Tasya secara tiba tiba, Tasya menghentikan langkahnya dan menarik tubuh Tasya merapat ke tubuh ku dan memberi ciuman di bibir nya yang terbuka siap menerma ciumanku.

“Mas mau makan atau mau ciuman aku” kata Tasya

“Ya makan ya ciuman dulu he he he”kataku

Aku langsung melangkah mendekati korsi yang di peruntukan untuk ku dan duduk di atasnya, Tasya menarik korsi yang berada di sampingku dan mendudukinya, Tasya mengambil piring yang ada di depanku mengisi nasi dan dan menaruhnya di depamku lagi, lalu mengambil nasi untuk dirinya sendiri

Ritual makan pun berjalan dengan lambat yang diselingi oleh gurauan yang menyegarkan

“Jeng sudah siap barang barang yang akan di bawa pulang” kataku

“Belum mas, nanti sehabis makan aku pakking pakaina yang akan aku bawa ke Semarang, sekalian pakking pakaian mas yang akan dibawa” kata Tasya

“Yang penting baju baju mu duku, baju mas gampang lah” kataku

“Mas mau berapa hari di Semarang” kataku

“Fleksibel jeng sesuai kebutuhan popoknya kamu tenang mas baru akan pelang, kalau kehabisan pakaian, di CL kan masih buka dapat pesan on line aja yang gampang” kataku

“Ya deh nanti disiapkan 5 setel pakaina ya” kata Tasya


“Gitu juga boleh” kataku, lanjutnya” Nanti pakai mobil barumu aja sekalian cobain jeng di jalan toll biar nanti ngak kaku ya”

“Gitu ya mas, nanti mas pulangnya gimana” kata Tasya

“Gampang mas sih pulangnya travel apa saja bisa kok, pokoknya jeng ngak perlu kawatir ya” kata ku

Tasya tersenyum ke padaku sambil menyentuk pipiku dengan mesra.

Pov: Tasya Anggraeni

Aku lega setelah mendapatkan penjelasan dari mas Bram akan pulang setelah urusanku dengan mama selesai dan itu yang membuatku bangga terhadap sosok mas Bram yang satu ini, begitu romantic, begitu sayang ke aku juga ngayomi membuat hati tentram kalau berada di sampingnya. Memang mas Btam layak memdapat cinta sejati dari eyang putri sebab mas Bram selalu ada buat eyang putri dan selalu mendukung nya.

Setelah selesai makam aku bergegas masuk kamar dan menyiapkan semua pakaian ku yang akan aku bawa pulang ke Semarang pakainanku bertambah banayak yang aku bawa ada dua koper sendiri semua pakain yang di belikan mas Bram, berupa pakaian tidur yang tipis tipis sampai pakaian seragam kowad juga aku bawa. Setelah selesai berkemas aku masuk kamar mas Bram dan mempersiapkan pakaian mas Bram yang akan di bawa, jadi aku teringat pada waktu aku masih kecil kalau mas Bram mau pergi dinas ke luar kota selalu eyang putri menyiapkan pakaian mas Bram baik itu seragam dinas kemiliteran ataupun pakaian untuk di rumah akau di mess.

Setengah jam kemudian aku telah selesai berkemas dan segera ganti baju kerja untuk hari ini, aku datang ke kantor sebagai owner dan tujuanku untuk ketemu tante Puji yang kemarin tidak datang ke kantor . Aku keluar kamar dan mas Bram juga sudah siap untuk berangkat ke kator bersamaku

“Jeng, nanti langsung aja dari kantor langsung berangkat ya ngak usah pulang dulu dan semua tas koper dn keperluan lainnya udah di masukan ke mobil ya” kata mas Bram

“Baik mas, aku sudah siap kok” kataku sambil melangkah kembali ke dalam kamar mengambil koper ku dan tas dan peralatan lainnya yang akan aku bawa ke Semarang pulang ke rumah mamaku.

“Sudah semua masuk, jeng, ngak ada yang ketinggalan” kata mas Bram

“Siap udah semua masuk” kataku

Jam sudah menunjukkan jam 9 lebih aku dan mas Bram sudah berada di mobil dan aku yang mengemudikan mobil ini sekalian melanyahkan menjalankan mobil ini, mas Bram duduk manis di samping kiriku. Tak lama kemudian aku dan mas Bram sudah sampai di tempat parkir Larasati Group, dan keluar dari dalam mobil dengan bergandengan Tangan, banyak mata mata memandang aku dan mas Bram dengan berbagai pertanyaan di benaknya tapi aku dan mas Bram cuek saja tanganku berada di lengan kiri mas Bram melangkah seperti biasa.

Aku masuk ke dalam ruangan owner memang ruang kerjaku dan mas Bram masuk ke ruangannya sendiri. Ku anggat telpun dari ruanganku dan menghubungi mbak Nurmala sekretris pribadiku

“Mbak Nur, Tante Puji udah datang apa belum” kataku

“Udah mbak tadi pagi aku sudah melihat kehadirannya, ada perlu apa ya” kata Nurmala

“Ngak aku ingin ketemu beliau: kataku
“Apa perlu di panggilkam” kata Nurmala

“Ngak usah mbak Nur biar aku yang kesana, terma kasih ya” kata ku sambil memutup telpum antar ruang

Aku keluar dari dalam ruanganku dan masuk ke ruangan Keuangan dan ketika aku masuk semua karyawan yang ada disitu berjumlah 5 orang termasuk tante Puji berdiri dan mengucapkan salam dan aku jawab dengan senyum ramah dan mengucapkan salam balik, aku dekati meja tante Puji yang agak terpisah dari karyawan lainnya.

“Tante aku mau tanyak sesuatu boleh” kata ku

“Boleh dong masak tanyak ngak boleh mbak” kata tante Puji

“Ini agak pribadi dan ngak ada sangkut pautnya dengan Larasati Group” kataku

“Boleh aja” kata tante Puji

“Tapi ngak disini tante, sebaiknya tante ke ruangan ku aja biar enek” kata ku

“Ya boleh kok, nanti sekalian aku juga akan melaporkan keuagan kepada mbak Tasya” kata tante Puji

“Ya udah aku tinggal dulu ya” kataku

“Ya, sebentar namti saya susul” kata tante Puji

Aku kembali ke ruanganku dan duduk di sofa dekat TV tidak di depan meja kerjaku, sebentar kemudia tante puji masuk dengan membawa beberapa berkas untuk laporan.

“Silahkan duduk Tante” kata ku

“Baik” jawab tante Puji dan duduk di korsi tepat di depanku

“Duduknya di sampingku aja tante” kataku

Tante puji pun pendah korsi yang didudulinya sekarang kami saling bersebelahan

“Kok kelihatannya serius sekali sih, mbak Tasya, saya sampai takut” kata tante Puji

“Ngak kok tante santai aja, ini ngak ada hubungannya dengan pekerjaan” kataku

“Boleh saya tebak, ini ada hubunganya dengan mamamu kan” kata tante Puji

“Benar sekali tante, aku pikir hanya tante yang bisa memberi informasi ini sebab tante Puji adalah sahabat mama ketika masih di SMA, bahkan pernah duduk sebangku juga” kataku

“Kalau boleh tau soal apa ya, kalau aku tau pasti aku sampaikan tapi kalau aku ngak tau yang maaf“ kata tante Puji

“Begini Tante, aku pernah tanya mamah siapa sih orang tuaku, maksudku ayahku, kan dalam akte ku terulis nama bukan nama papa dan mamahku, tapi jawabannya malah marah ngak jelas, suatu rahasia yang besar buatku, sampai kemarin aku ketemu dengan om dan dan tante yang tau benar akan nama yang tertulis di akta kelahiranku dan juga sudah ketemu dengan ayah dan ibu yang namanya tertera di aktaku, tapi aku masih ingin bertanya tentang seseorang yang kabarnya menjadi ayah biologisku dan sampai sekarang aku masih buta tentang lelaki yang tak punya rasa tanggung jawab itu” kata ku tanpa menyebutkan nama lelaki itu

“Tante Puji terkejut mendengar keteranganku dan melotot matanya sambil menutupi mulutnya dengan ke dua tangannya. Tante Puji terdiam kelihatannya berpikir keras dan mengiant basib sahabatnya kala itu, aku masih diam melihat reaksi tante puji seperti itu akhirnya

“Maaf mbak Tasya, mbak memeng berhak tau semuanya tapi sebaiknya dari mamamu sendiri bukan dari orang ketiga seperti aku” kata tante Puji

“Kalau aku tunggu sampai mama buka mulut sampai kapan tante, nanti malah aku kena marah lagi ngak jelas” kata ku sambil memegang ke dua tangan tante Puji, lanjutnya “Saya mohon Tante”

“Bukan aku ngak mau cerita tentang masa lalu mamamu, tapi ….“ kata tante Puji terputus

“Tapia pa tante” kataku

“Ini cerita aip seseorang mbak” kata tante Puji

“Memang benar ini aip mamaku tapi puja dampak ke aku tante, tolong” kataku

“Oke aku akan cerita walau aku harus melangga janji ku ke mamamu dulu, tapi kalau dipikir lagi aku tidak melanggar janjiku tapi membuka tabir ke benaran mungkin juga akan berdampak sangat menyakitkan untuk mu mbak Tasya tapi setelah aku tadi mendengar mbak Tasya sudah tau asal usul orang tua yang mengupdopsi mbak Tasya aku jadi yakin kalau mbak Tasya akan kuat menerima cobaan yang menurut aku sungguh berat, dan mungkin juga kalau ini terjadi ke aku aku juga ngak akan sanggup menerimanya” kata tante Puji

“Aku mulai dari mana ya” kata tante Puji

“Dari Siapa lelaki yang bernama Yudistra itu tante” kata ku

“Eh, mbak Tasya sudah tau nama lelaki itu?” kata tante Puji

Aku hanya menganggkan kepala dan siap mendengar keterangan dari tante Puji

“Yudistra ya Yudistra, lelaki bajingan yang menghamili mamamu ketika mamamu di kelas 3 SMA, dia bukan orang jawa tapi pendatang yang sedang kuliah disini, keluarganya dari Menado sebagai mahasiswa falkultas XXX di Universitas YYY yang terkenal, aku ngak tau juga perkenalan mamamu dengan Yudistra yang aku tahu, setelah Yudistra sering menjemput mamamu pulang sekolah 2 – 3 bulan sebelum ulangan umum semester gasal, Hubungan mereka begitu ronantis sehingga banyak teman teman yang suka ke mamamu pada cemburu tapi mamamu injoi saja sampai pada suatu ketika mamamu bolos sekolah ngak taunya mamamu mencari keberadaan Yudistra yang menghilang seperti di telan oleh bumi, kami pun akhirnya bertoleransi juga mencari keberadaan Yudistra sampai ke kampus menanyakan di kost kostanya, sampai ke sahabat sahabatnya, akhirnya mamamu juga menghilang dari sekolah tapi kami berlima sahabat sahabat mamamu tau kalau mamamu sedang di ungsikan oleh nenekmu ke suatu tempat yang di rahasiakan sementata kami para sahabat mamamu lost kontak dengan mamamu, sudah sekian lama kami mendapat kabar kalau Yudstra telah meninggal dunia kecelakaan di Surabaya tabrak lagi, berita ini sangat mengejutkan kami berlima sahabat sahabat mamamu tapi kami ngal bisa menggubungi mamamu, sampai kamu datang sebagai owner perusahaan ini makanya kemarin aku cuma menduga kalau kamu anaknya Rini sahabaiku dulu ketika di SMA, begitah, cerita yang aku aku sampaikan kepadamu mbak Tasya tidak aku tamba dan aku kurangi sebab hanya itu yang aku tahu sampai saat ini” kata Tante Puji

“Terima kasih tante, telah mau membuka identitas siapa sebenarnya orang tuaku” kataku
“Tindakan apa yang akan mbak lakukan setelah tau cerita sebenarnya sekarang” kata tante Puji

“Aku tidak akan melaukan tidakan apapun percuma juga orangnya sudah melinggal dunia” kataku

“Ya udah kalau itu yang kamu anggap baik apalagi masa depanmu sudah begitu cerah untuk apa mengungkit luka lama” Nasehat tante Puji

“Oh, ia tante tadi mau laporan tentang apa” kata ku

“Gini mbak Tasya, kemarin dalam pemaparanku tentang keuangan Larasati Group ini itu hamya biaya operasional saja bukan termasuk kekayaan seluruhnya dari Larasati Group ini, dana yang tersimpan di tempaku yang setiap harinya bergulir untuk operasional belum termasuk surat surat berharga dan benda benda non bergerak termasuk bangunan, tanah yang semuanya tercantum dalam kekayaan Larasati Group ini” kata tante Puji

“Jadi itu bukan kekayaan Larasati Group ini uang yang di sebutkan hanya 75 M saja tapi sebenarnya berapa sih tante” kataku

Kalau di lihat dari strutur pajak, untuk kanah dan bangunan mencapai 5 T mbak, kurang lebihnya” kata tante Puji, lanjutnya “ temasuk surat surat berharga yang di miliki oleh Larasati Group ini, semuanya atas nama Ibu Niken Larasati, tapi dengan akta pemilikan Larasati Group yang sekarang dipegang oleh mbak Tasya jadi secara otomatis semua kekayaan ibu Niken Larasati sudah pindah pemiliknya menjadi kepunyaan mbak Tasya sebagai owner perusahaan ini dan itu baru diurus oleh anak buah saya dan pihak Notaris Haris Nasution sebagai kuasa hukum dari Larasati Group ini” kata tantr Puji

“Bukan nya aku malah bingung sekarang untuk kedepannya, mudah mudahan aku bisa mengembangkannya dengan baik dan benar suatu tanggung jawab yang besar tante untuk menghidupi 200 karyawan yang tergantung di dalamnya” kata ku

“Memang benar mbak tanggung jawab yang cukup besar di tangan mbak Tasya, tapi aku percaya kok mbak Tasya mampu memajukan perusahaan ini kearah posif lebih baik lagi” kata tante Puji

Tak terasa sudah 2 jam aku dan tante puji berrbicara hampir semua persoalan Larasati Group ini dari gajih setiap karyawan, pembagian deviden perusaan ini, dan aku juga berjanji mulai tahun ini 10 persen dari laba bersih akan aku kembalikan ke karyawan tapi tidak berupa gajih akan di masukan ke dalam koperasi karyawan sehingga sebagai modal kerja koperasi karyawan untuk meningkatan kesejahteraan setiap anggota koperasi baik koperasi senpan pinjam atau koperasi pengadaan sarana kebutuhan sehari hari yang nantinya akan kembali sebagai SHU dari koperasi itu.

Aku puas dan tante Puji juga senang akan sikap keterbukaanku untuk mensejahterakan semua karyawan Larasati Group, dan itu akan berdampak kinerja semua karyawan Larasati Group ini

Setelah tante Puji pamit meninggalkan ruanganku aku memanggil mbak Nurmala untuk ke ruanaku

“Slamat siang mbak Tasya” kata Nirmala

“Selamat siang juga mbak, silahkan duduk” kataku

Aku duduk di keja kerjaku dan mbak Nurmala duduk didepanku

“Begini mbak Nurmala, aku besok akan pulang ke Semarang untuk menyelesaikan sekolahku dulu, nanti kalau ada surat surat yang harus saya tandatangai tolong segera kirim ke email saya atau di titip kan ke eyang kakung ya, dan sementara aku ngak ada mbak bisa bantu tante Murti saya lihat dengan pelaksanaan pembangunan Café dan prosese perijinan Gedung Pertemuan tante Murti akan kerepotan juga, jadi bantu tante Murti kedepannya, akan beda tugas yang sama di kerjakan seorang diri dengan dikerjakan dua orang, mengerti maksudku” kata ku

“Mengerti mbak, seperti biasanya atau sebelumnya pun aku selalu bantu pekerjaan tante Murti mbak Tasya, sampai saat ini kan pekerjaan dari mbak Tasya belum ada dan mbak Tasya baru menyeesaikan sekolahnya dulu otomatis aku ngak ada pekerjaan, saat ini pun aku selelu membantu tante Murti kok mbak, tanpa disuruh akupun tau tugas ku, tenang aja mbak Tasya aku dan tante Murti sudah aku anggap sebagai tante sendiri dan tante Murti pun kalau suruan sudah ngak sungkan sungkan lagi dan memang tugasku yang dulu juga membantu tante Murti kok” kata Nurmala

“Bagus itu mbak Nur, maaf mbak Nur kalau aku yang muda terlalu cerewet soalnya mengingat perkejaan kantor ke depannya banyak terutama pekejaan kekretariatan pasti akan selelu sibuk sekali” kata ku

“Kapan mbak Tasya mau ke Semaramg” tanya Nurmala

“Nanti sehabis jumatan mbak” kata ku

“Dengan pak Bram” kata Nurmala

“Ya hanya ngantar aku aja kok mbak , kalau urusann aku di Semrang selesai ya eyang kakung pulang lagi “ kata ku

“Mbak kalau ngak ada yang lain aku pamit dulu” kata Nurmala

“Ya silahkan mbak Nur” kataku

Bersambung ......

Eyang Bram mantul...


Part 26: Penolakan

Pov: Tasya Anggraeni

Jam 4 aku dan mas Bram sampai di rumah di jalan Sultan Agung Semarang, rumah papa Jhon dan mama Rini baru aja mobil aku parkir di halaman depan rumah di sambut teriakan oleh Dion adik ku

“Mbak Tasssyyaaa “ teriakan Dion menggemparkan dunia

Aku buka pintu pengemudi dan mas Bram keluar dari pintu penumpang

“Mobil siapa nih mbak baru ya” kata Dion

“Mobil mbak to, mobil dari perusahaan eyang kakung to sebagai infentarisku” kata ku bangga

“Jadi montor mbak untuk aku dong” kata Dion

“Boleh, asal dapat ijim dari papa dan mama” kataku sambil ku ulurkan tanganku menyambut uluran tangannya, lalu aku cium keningnya

“Eyang kakung, selamat datang yang” kata Dion sambil mengulurkan tangan nya dan mencium biku biku tangan mas Bram

“Iya Dion, mama dan papamu ada di rumah” kata mas Bram

“Ada kok eyang” kata Dion sambil berlalri mauk ke dalam rumah sambil berteriak

Aku dan mas Bram masuk ke dalam rumah sambil bergandengan tangan, aku berani menunjukkan kemesranku di rumah mamaku, ingin tau reaksi mereka kalau melihat aku datang berdua dengan kemesraan ini

Aku duduk di sebelah mas Bram dan tangan kanan ku berada di pangkuan mas Bram yang tetap menggenggam tanganku dengan mesra senyuman kasih sayang terpancar dari sikap dan tindakan mas Bram bukan lagi seorang kakek tapi kasih sayang seorang pacar dan ini membuat aku bertambah kuat dan akan terus berjuang dengan apa yang menjadi cita cita ku selama ini

Papa dan Mama keluar dari dalam kamarnya dan menyambut kedatanganku dengan wajah ceria, aku segera melepaskan genggaman tangan mas Bram dan mengnyodorkan tanganku ke tangan mamaku dan mencium biku biku tangannya dan mama mencium keningku dan setelahnya aku cium biku biku tangan papa jhon.

“Rasanya kok kamu tambah cantik sih Tasya” kata mama

“Anak siapa dulu dong ma, anak mama yang ngak pernah mama harapkan” kataku

“Kamu kok bisa ngomong gitu si ke mama, mama yang melahirkanmu, tau!” kata mama

“Ya memeng mama yang melahirkan aku ke dunia ini, tapi mama ngak pernah mengharapkan kehadiranku ke dunia ini, dan mama meninggalkanku seorang diri ke dunia ini tanpa kasih sayang mama bahkan asi mamapun ngak pernag mama berikan ke aku di biarkan mubadir dari pada menyusui anaknya sendiri yang di kandungnya sendiri, gitu kan ma” kataku tanpa emosi tapi dingin

“Eh, kamu dapat cerita dari mana nih?” kata mama

“Mama ngak usah menutupi masalah ini, aku kemarin ketemu denga ibu Sulastri dan bapak Margono yang menyayangiku seperti putrinya sendiri walau tidak melahirkanku tapi memberikan asi nya untuk aku dan memberi kuhidupan ini” kataku selanjutnya

Rini mamaku terdiam dan jatuh duduk di korsi di belakangnya, dengan pandangan kosong dan aku mendengar tangisnya tapi aku diamkan saja, papa Jhon mendekati mama dan dan duduk di sampingnya

“Apa kata ku, akan lebih menyakitkan kalau dengar dari orang lain dari pada dengar dari mu sendiri ma” kata papa Jhon.

“Kamu tau apa Tasya, aku punya alasan sendiri untuk tidak memberimu asi aku” kata mama

“Iya memeng itu hak mama untuk membenci ke seseorang bajingan, tapi mama telah mengorbankan aku seorang anak yang tak mengerti apa apa masalah mama, lalu apa kesalahanku ke mama, kalau mau jujur aku pun ngak minta di lahirkan ke dunia ini melallui rahim mama kok” kataku

Mama hanya diam tak bersuara hanya menunduk kan kepalanya.

“Ada satu lagi ma, aku sekarang pewaris tunggal dari perusahaan Larasati Group dan aku sudah menjadi pemilik perusahaan itu sekarang” kata ku

Itu membuat mama dan papa terkejut seperti mendengar halilintar di siang bolong

“Ah, kamu pembual, dasar anak haram” kata mama.

Senggung menyakitkan sekali ucapan mama yang menyatakan aku anak haram, aku pun tambah geram lagi.

“Dan mama perlu ketahui kalau saat ini aku sudah menjadi istri dari eyang kakung Bram sesuai surat wasiat dari eyang putri Niken Larasati” kataku

Mama diam tak bisa berbicara apa apa, tiga kali kejutan yang membuat sok pada mama dan aku diam menahan emosi ku yang meluap, tapi eyang kakung memegang tanganku dan di genggamnya erat erat dan mengajakku duduk di sampingnya, tangan mas Bram mengusap ramputku pelan dan berulang ulang sambil aku dengar suara desis san dari mas Bram dan itu bisa membuatku aku menagis di dalam pelukannya.

“Rini, ini bukan kehendakku tapi kehendak ibumu Niken yang menginginkan Tasya menjadi pengganti dirinya menjadi istriku, salah satu pertimbanganyan ibumu Niken ngak mau hal serupa akan menimpa pada diri Tasya, sepertimu dulu hamil di luar Nikah yan membuat masalah besar pada keluarga, atas dasar itu lah ibumu Niken menjodokan aku dengan cucu kesayangannya” kata Mas Bram penuh wibawa.

Rini hanya diam mendengar penjelasan dari mas Bram dan akhirnya

“Keluar kau Tasya aku tidak punya anak sepertimu keluar dati rumahku sekarang juga aku ngak mau melihat wajahmu hai anak haram” kata mama sambil bertera teriaak seperti seorang kesurupan

“Baik ma, aku akan pergi dari sini, tapi sebentar aku ambil semua bukuku dulu dan bebepa pakaian seragamku dari pada mubadir di sini” kata ku sambil melangkah masuk kamarku di lantai 2, dan tidak lama hanya 10 menit aku sudah keluar dari dalam kamar sambil membawa kardus isi buku buku dan beberapa seragam sekolahku.

Aku pamit ke papa jhon samba mencium tangannya, ketika aku dekati mama hendak menjabat tangannya malah aku didorongnya dengan keras hingga hampir jatuh untung mas Bram di belakangku dengan sigap tuhuhku di pegangganya aku pun diam dan aku dekati adik Dion aku cium keningnya sambil berbisik

“Mbak pergi dulu ya dik, jaga mama dan papa ya” kataku

“Mbak mau kemana” kata dion

“Ngak tau lah mbak mau kemana, yang penting mbak harus pergi dari rumah ini, kan tadi kamu mendengar sendiri kalau mbak di usir dari rumah ini dik” kataku

“Hati hati ya mbak” kata Dion

Ketika mas Bram menjabat tangan papa jhon menyambutnya layaknya seorang sahabat sudah tidak ada cium tangan papa Jhon ke mas Bram dan ketika akan menjabat tangan Rini mamaku dan juga anak nya malah di tapisnya tangan mas Bram hanya bisa bergelengkan kepalanya.

Dion pun menyalimi mas Bram seperti biasanya mencium biku biku tangan mas Bram.

Mas Bram melangkah keluar rumah sambil mengakat kardus isi pakaian dan maju seragamku dan aku berjalan di sampingnya sambil berpegangan pada lengan kirinya.

Setelah memesukan barang barang ku ke dalam begasi dan mas Bram meminta kunci kontak mobil dan mas Bram bilang

“Jeng kamu duduk di korsi penumpang, kamu baru emosi takut kenapa kenapa jadi aku yang mengemudikan mobilnya” kata mas Bram

“Ia mas, terima kasih, sudah ada untuk aku” kata ku

“Ya nanti kita bicara di dalam mobil aja” kata mas Bram

Aku pun masuk ke dalam mobil bersama mas Bram dan aku tengok ke rumah ngak ada seorangpu yang ada di luar rumah baik itu Dion, papa apalagi mama

Mobilpun berjalan dengan pelan.

“Kemana kita mas” kataku

“Cari hotel dulu biar tenang sambil memekirkan langkah apa yang harus kita ambil” kata mas Bram

Mas Bram mecari hotel di kawasan Bisnis kota Semarang Simpang Lima dan masuk di salah satu hotel berbintang 5. Aku dan mas Bram pun turun mengeluarkan tas yang perlu saja dan membawanya keluar dari mobil menuju resepsionis hotel bintang 5 tersebut

“Hallo pak Bram, apa kabar” kata seseorang menyapa mas Bram

“Hallo Dra, apa kabarmu” kata mas Bram

“Mau menginap nih” kata orang Tadi

“Ia nih Dra” kata mas Bram, lanjurtnya “Masih ada kamar nih”

“Buat pak Bram pasti ada kok” jawannya

“Eh kenalkan ini cucu saya” kata mas Bram

Dan aku menjabat tangan dari teman mas Bram

“Indra” katanya

“Tasya” jawabku

“Kanu duduk dulu gih” kata mas Bram ke aku

Akupun duduk di korsi yang tersedia di lobby, mas Bram asik ngomong dengan Indra temannya di selingi oleh ketawa ketawa dan sekali kali mas Bram dan temannya Indra melirik ke arahku.

“Yok Tasya udah dapat kamar nih” kata nas Bram sambil menggandeng tanganku menuju kamar lantai 2 namar nomer 38. adalah salah satu kamar bertipe de lux.

Setelah aku dan mas Bram masuk ke kamar

“Mas, ngomong apa sih tadi dengan Indra kok sambil pandangi aku, jadi risi nih” kataku

“Tadi ya, di kira aku membawa cewek untuk berkencan tapi setelah mas jelaskan baru jelas dan memberi potongan 20% dari harga senenarnya, dan mas tadi mita waktu untuk ketemu dengan nya kan dia GM dari hotel ini biasanya punya relasi property gitu, mas mau menanyakan kos kosan yang bisa di sewa untuk tempat tinggalmu sementara” kata mas Bram

Tasya hanya memandang dengan pandangan sayu penuh cinta

“Udah jeng ngak usah di pikirkan lagi mas Bram percaya kok pasti ada jalan keluar untuk menuntaskan mamamu” kata mas Bram lagi

Aku hanya diam sambil menundukan wajahku dan menagis dengan isekan pelan, mas Bram bergeser duduk di sampingku dan meraih kepalaku di taruhnya ke dada bidangnya sambil mengusap kepalaku dengan lembut, tangisanku tidak reda malah menjadi lebih keras dari yang tadi tapi aku merasa terlindungi oleh mas Bram suamiku, kekasihku dan juga eyang kakungku yang selalu ada untuk aku, aku ngak ngerti andaikata hal ini terjadi tanpa adanya mas Btam di sampingku aku ngak bisa bayangkan nasibku akan bagaimana.

Lama aku dalam pelukan mas Bram membiakanku untuk mengeluarkan segala kesedihan hatiku dan semua emosiku tersalurkan dadaku yang tadi masih terasa sesesk kini menjadi longgar dan nafasku menjadi normal kembali dan aku tertidur di dalam pelukan dan kasih sayang mas Bram rasa damai dan nyaman yang aku rasakan kini

Bangun dari tidur sudah gelap dan aku berbaring di tempat tidurku dan pakaianku sudah terlepas semua hanya menggunakan celana dalam dan bra yang masih melekat di tubuhku aku cari keberadaan mas Bram ngak ketemu aku cari HP ku dan menghubungi mas Bram melalui HP

“Mas Dimama” kataku kawatir

“Mas baru ketemuan dengan Indra di sky garden” kata mas Bram

“Masih lama mas” tanya ku lagi

“Ini udah selesai jeng, tunggu ya 15 menit lagi mas kembali ke kamar” kata mas Bram

“Mas belikan makanan dong aku lapar” kataku

“Nanti pesan aja di restorasi hotel akat mau makan di luar” tanya mas Bram

“Aku ingin makan di luar mas di simpang lima gitu” kataku

“Ya udah siap siap kalau gitu kita keluar cari makan, mas juga belum makan kok” kata mas Bram

“Ok, mas 15 menit aku siap” kata ku sambil menutup telpun ku.

Aku langsung masuk kamr mandi dan menyelesaikan ritual madiku dengan cepat dan berganti berpakaian, aku menanti mas Bram datang dan tidak lama kemudian mas Bram masuk ke kamar hotel itu

“Mas jahat hik, ninggal aku sendiri di hotel ini” kataku

“Kamu itu jeng tidur nyenyak banget tidurnya ngak tega deh mbangunin kamu” jawab mas Bram santai, lanjutnya “Ayo berangkat sudah jam 9.30 lagi takutnya kamu malah sakit terlambat makan”

Aku berdiri menggandeng tangan mas Bram dari kamar hotel menuju parkiran tempat mobil ku terparkir, mas Bram yang mengemudikan mobil langsung ke Simpang lima cari makan malam

“Mau makan apa jeng” kata Bram

“Aku ingin makan nasi pecel mas, udah lama ngak makan nasi pecel” kata ku

“Ok, sebelah mana sih” kata mas Bram

“Nanti deh aku arahin” jawabku

Tidak lebih dari seperempat jam aku dan mas Bram sudah duduk di nasi pecel lesehan di pinggir simpang lima, aku memesan nasi pecel dua porsi dengan lauknya sekalian dan minum 2 teh manis hangat. Selesai makan aku dan mas Bram pulang ke hotel untuk istirahat.

Begitu masuk kamar hotel aku langsung mencium bibir mas Bram sambil mengucap

“Terima kasih Mas” kataku

Mas Bram membalas ciumanku dan

“Untuk apa jeng” kata mas Bram

“Ya untuk sumuanya, mas Bram selalu ada untuk ku” kataku sambil duduk di sofa hotel

“Bagaimana tadi pertemuannya dengan Indra” kataku

“Indra tidk punya akses ke kos kosan, mungkin ada di daerah tembalang gitu, kan jauh sekali tapi dia mengusulkan sebuah apartemen, gimana” kata mas Bram

“Apartemen Mas, kalau aptermen sentralend aku mau, tapi harganya mahal mas” kata ku

“Kan sekalian untuk infestasi juga jeng, kalau nanti jeng udah lulus bisa disewakan kok atau di pakai sendiri kalau ke kota ini ngak perlu ke hotel jeng” kata mas Bram

“Kalau menurut mas gimana” tanyaku

“Apertemen yang di tawarkan ke aku memeng apartement sentraland, memeng tempatnya sunggung stategis dekat simpang lima, CL dan terpenting juga dekat SMA mu, tapi lita lihat dulu besok pagi, indra mau menghubungi pihak pengelola nya yang merupakan teman bisnisnya” kata mas Bram

“Kalau aku punya apartemen mas ke kota ini langsung ke apartemenku ya” kataku

“Kan jeng sebagai owner Larasati Group harus punya wibawa, masak owner perusahaan sebesar Larasati mau tinggal di kos kosan yang saling berdempetan satu sama lainnya, mas yang ngak setuju dan tunjukan pada mamamu kalau kamu bisa mandiri sebagai calon istri Bram Kusuma seorang mamtan jendral TNI, dan masalah mamamu nanti dengan pelan pelan kita cari jalan keluarnya pasti ada jalan keluarnya, semua orang itu punya kelemahan masing masing hanya saja kita belum menemukan celah untuk ke sana” kata mas Bram

Membuat hati bangga dengan mas Bram selalu melangkah jauhke depan 2 – 3 langkah ke depan

“Mungkin ini adalah celah itu, kemarin ketika mas datang ke ulang tahun mu sebulan yang lalu papamu mengeluh mencari dana untuk mengirin barang ke amerika dan eropa kayaknya kekurang dana entah kenaapa dia kekurang dana aku juga ngak tau, besok saja senin aku akan mengadakan pertemuan dengan papamu sendiri tanpa mamamu, kalau hanya 2 M aku sanggup memberi bantuan dana tanpa harus kridit, tapi dengan syarat mamamu harus menyetujui perkawinanku dengan mu jeng, dan harus hitam di atas putih” kata mas Bram

“Aku yang sering ketemu aja ngak tau kalau papa punya masalah keuangan dan pada hal setauku papa tu punya menegement yang bagus apa tertipu orang ya” kata ku

“Ngak tau lah jeng, mas juga bingung kok, nanti aja mas tanyakan langsung ke papamu” kata mas Bram, lanjutnya “Yok ah tidur, ngantuk”

“Bener nih mas Bram ngantuk mau tidur, ngak kangen sama nenen aku” kata aku sambil tersenum manja dan memegang payudaraku sendiri

“Kangen dong sayang boleh nenen ya” kata mas Bram dengan wajah berseri

“Boleh lah kan ini milik mas Bram juga” kataku

Mas Bram mencium keningku dan mengangkat tubuhku dibarngkannya di tempat tidur dan mulai mencium bibirku dan aku membalas ciuman mas Bram, kedua tangan mas Bram membuka kaos yang aku kenakan dengan melepas melalui kepalaku aku pun berbuat yang sama melepas kaos yang di pakai setelah telanjang dadamas Bram mencium lagi telinga kananku sambil tangan yang satu melepas ikatan braku yang ada di belakang punggung dengan sekali tekan “klik” terlepas ikatan braku dengan hati hati melepasnya tadi dan melempar ke samping tempat tidur.

Aku didorongnya tidur di tempat tidut dan mas Bram mencium bibirku kembali dan tangan nakalnya berada di atas payudaraku dan memeinkan putting nya, ke dua tanganku bebes dan hanya bisa meremasi rambut kepala mas Bram dan mendesah nikmat. Mulut mas Bram turun ke bawah menciumi leher bagian depan dan memindahkan lagi ke buah dadaku sebelah kiri di ciumnya dan di sedotnya berkali kali, tangan mas Bram lepas dari buah dadaku langsung merabai vaginaku yang masih tertutup oleh celana yang aku pakau dan berusaha melepas celana yang aku pakai beserta celana dalam sekalian berhasil juga dengan bantuan kaki nya mas Bram menarik celana dan celana dalam ku terlepas dari tubuhku dan membiarkan tergeletak di lntai bawah kakiku.

Tangannya kini berada di atas vaginaku yang sangat terbuka karena selangkanganku terbuka lebar lebar sehingga vaginaku terlihat jelas temben dan ditumbui bulu yang tertata rapi berbebtuk segitiga terbalik, mas Bram berhenti mengulun buah dadaku dan kini memendang vaginaku yang terbuka lebar aku mengamati apa yang di kalukan mas Bram dan secara refek aku menutupi vaginaku tapi mas Bram langsung memegang tanganku yang berusaha menutupi vaginaku sendiri tangannya mulai merabai vaginaku dan mulutnya kini berada perutku dan mencium dan menjilati seluruh permukaan perut hingga basah aku ngak tahan sangat geli seakan di gelitik

“Mas, ahhhh….geli bangaet …” kataku sambil memegang kepalanya mengusapi rambut mas Bram dengan penuh perasaan yang semakin melayang layang ke angkasa

Mas Bram pun menurunkan ciumannyake bawah tapi tidak langsung ke area vaginaku malah menciumi bulu bulu yang ada di atas vaginaku, tapi tangan yang satu beradadi bongkahan pantat ku dan meremas lembut sedang tangan yang lain berada di atas vaginaku mengusap halus celah melintang dari atas ke bawag terus meneros sehingga mayora sudah membuka berwarna merah bagai bunga mawar yang baru merekah menenti setetes embun untuk menyemai menjadi buah.

Mas Bram tersenyum kepada ku dan aku membalas senyumannya juga, tak lama kemudian bibirnya menyerbu kelentit ku yang sudah mulai membesar dan mengeras aku merasakan sentuhan lidahnya pada permukaan kelentit dan aku tak kuasa menahan leguah kenikmatan

“Ahhhh…..mas….mas…..mas….” rancau dari mulutku

Itu menambah semangat mas Bram dalam menciumi dan menjilati kelentit ku dengan lidah yang terasa kasar di permukaan vaginaku, di sapunya lidah nya dari bawah celah ke aras sampai ke kelentitku dan berhenti sebentar untuk menyedot kelentikku dengan lembut, itu di lakukan berulang ualang, aku hanya bisa menahan nafas dan meremas remas rambutnya karena sensasi yang berbeda.

“Ahhhhh….mas….mas….” ucapku ngak bisa menehan kenikmatan yang di berikan saat ini, aku sudah melupakan perseteruanku dengan mama hanya bisa mendengsis dengan manja dan pinggulku mulai bergoyang secara otomatis menikmati jilatan jilatan panjang dari lidah mas Bram yang semakin efektif menyentuk area vaginaku daerah yang paling sensitive untuk semua wanita.

Mas Bram mulai mulai melepas celana yang di pakai dengan satu tangannya sekalian celana dalamnya dan aku membantu mendorong celana dan celana dalamnya terleps dari tubuhnya, setelah lepas nas Bram menggeser pinggulnya dan memposisikan pinggulnya di atas wajahku sehingga penis besar mengacung dengan gagah di depan wajahku dan tanpa di perintah lagi aku melai mengulum penis mas Bram dengan mulut lidahku bermain main si sepanjang batang penis nya dan tanganku meremas halus kantong pelir dan menciuninya, aku angkat punggul mas Bram menjauh dari mukaku agar aku bisa memesukkan batang penisnya ke mulutku tapi mengalami kesulitan aku pun mendorong tuhuh mas Bram dari atas tubuhku agar posisiku di atas dan mas Bram tau maksudku menghentikam sapuannya ke vaginaku sambil rebahan dan mengangkat pinggulku ke atas sehingga aku berada di atas tubuhnya

Posisi 69 kami saling mengeksplotasi kemaluan lawan main masing masing, aku menaikan wajahku sehingga penis mas Bram berada tepat di depan mulutku dam aku membukanya dan mulai mengulum penis mas Bram yang gagah dan perkasa. Tangan mas Bram menggeser membuka celah vaginaku dan menjilati belahannya, di tusuk susuknya lubang vaginaku dengan jari jari mas Bram sehing aku mulai merasakan ada sesuatu yang mendorong keluar dari vaginaku.

“Mas…. eeennnaaaakkk…. mas ….teruuuusss ahhhh….” rancauku

Aku mulai menggoyang pinggul ku ke kiri dan kanan tapi di tahan dengan tangan mas Bram yang memegang pingul ku dan menyedot kelentitku dengan keras dan aku merasakan orgasme ku sudah semain dekat dan

“Ooooohhhhhh…. mas Braaaammmm” teriaku sambil menekan pantatku lebih dalam dan seeerrrttt ….. seerrrrrttt…. menimpa muka mas Bram dan mediamkan saya sehingga tekanan pantatku melemah sendiri, aku segera membalikan badanku dan kami saling berhadap hadapan mas Bram duduk dengan kaki terbuka lebar, setelah membalik aku menciumi muka mas Bram yang belepotan dengan cairan cintaku di seluruh muka mas Bram dan akhirnya ciuman panjang mendarat di bibirnya dan aku merasa penis mas Bram yang dari tadi tegang aku pegang aku arahkan ke memeku dan mendorongnya ke dalam sehingga penis mas Bram tepat masuk ke lubang vaginaku dan bibir mas Bram yang berada di depan buah dadaku dan mengecup putingku dengan penuh perasaan, aku pun mulai menggoyang pantanku naim turun kadang memetar dan kadang ku gesek gesekkan ke arah yang paling enak tidak lama kemudian aku mempercepat gerakanku dan orgasme ku yang ke dua akan segera muncul lagi tanpa bisa aku cegah, mas Bram nenehan tubuh ku supaya tidak roboh 2 – 3 menit kemudian mas Bram mengangkat badanku dan menelentangkan tubuhku di atas penpat tidur dan segera memasukak penis nya kembali ke dalam vaginaku dan mulai menggenjot nya dengan pelan dan secara bertahap mempercepat genjotannya ke dalam vaginaku.

Kecepatan gerak pinggulnya membuat aku benar benar melayang layang ke angkasa dan sebentar kemudianaku merasakan oegame ku yang ke tiga akan muncul kembali dalam waktu yang relative singkat aku menekan panpat ku ke atas disertai goyangan pantatku ke kiri dan ke kanan benda keras selelu mennyundul nyndul d dalam rahimku dan

“Ahhhhhhh….mmaaaaaasss ……”teriakku, seeerrrttt. seerrrttt. …..

“Jennnnggggg,,,, eeennnnaaaakkkkk” teriakan masBram menggema seantero kamar, choooort….chooort….. choooort…..

Nafas kami putus merasakan orgamus kamu yang sangat berkwalitas bareng dalam satu titik kebersamaan memadu cita menyatukan penis dan vagina secara bersama sama.

Mas Bram kelelahan dan bergulir roboh di sampingku dan memegang wajahku dan cebuah ciuman yang sangat panjang dan mesra aku dapatkan dari bibir mas Bram yang menyatu dengan bibirku

Aku pun tersenyum sambil keleluk leleki tua ini dengan penuh kasih sayang setelah istirahat sebentar aku mulai meremas remas penisnya sebentar kemudian sudah tegang lagi, mas Bram berdiri dan berjungkok dan memohon aku supaya menungging di depannya dan setubuh kami lakukan lagi higga benar benar melelahan dan tertidur dalam pelukan dan penispun masih bersangkar di dalam rahimku.

----skip----

Pov : Rini Kusumawardani

Sepeninggalan Tasya anakku yang masih duduk di kelas XII di SMA Negeri XX, pikiranku tambah kacau, hanya tangisan yang dan penyesalan dalam hidup ini, mengapa aku tidak bisa berterus terang ke Tasya anakku sendiri, memeng semenjak bayi aku sudah menolak kehadiran Tasya di dunia ini, aku ingin menggugurkan kandunganku tapi ibu selalu menghalangi keingnanku, rasa cinta seorang ibu ke anak kandungnya sendiri telah aku padamkan, ketika mas Jhon meminta Tasya untuk di asuhnya sebenarnya aku sudah menolah nya tapi mas Jhon terus mendesak katanya sebagai kewajiban orang tua harus mendidik dan membesarkan anaknya dan sebagai teman aku ketika mas Jhon keluar kota

Sebuah kenyataan pait yang sekarang aku rasakan Tasya anak ku dengan dukungan ibu dan ayah kandungku sendiri melawan aku kenyataan pait ini membuat aku sangat terpuruk lebih dalam lagi, Tasya telah tau siapa dirinya, siapa ayah biologisnya laki laki bajingan yang mencampakan aku di lembah paling nista dan membiarkan aku sediri dalam ketidak pastian hidup. Kenyataan ke dua Tasya telah memilh pasangan hidup nya yang menurut aku tidak lumrah bukan dari segi usia dan vinansial saja tapi dari hubungan mereka ayahku sendiri kakeknya dari Tasya anakku yang akan menjadi suaminya, bulsid lah ini atas kemaiuan ibu ku Niken itu hanya alasan belaka memang dari dulu aku sudah curiga kedekatan Tasya dengan ayah Bram kedekatan yang lain yang aku rasakan aku melihat Tasya selalu duduk di pangkuak ayah ku sampai sewasa aku sudah mencoba menegurnya tapi ngak pernah di hiraukan malah ayah selalu membelanya Tasya kan cucu kesayagan ayah dan ibu jadi wajarlah kalau Tasya selalu dekat dengan aku begitu selalu di katakanya ayah ku ketika aku memegurnya tapi dalam hatiku yang menjadi tenang sedikit Tasya dekat eyang kakungny sendiri ingin melindungi Tasya. Tapi kini kenyataan menjadi lain ketika Tasya menyatakan dirinya sudah menjadi istri eyang kakung atas pesetujuan ibu ku Niken, dan kini Tasya mendapat seluruh warisa dari ayah dan ibuku sendiri, memeng aku pernah diberi modal untuk mendirikan perusahaan suamiku 15 tahun yang lalu dan aku menyatakan ngak akan memintanya warisan apapun dari ibu dan ayahku dan itu tertuang di atas surat bermetrai, dan yang menjadi aku ngak mengerti jalan pikiran ke dua orang tuaku masalah ini di kaitkan dengan masa laluku yang begitu kelam.

Hatiku resah sekali hingga malam itu aku menutup diri di kamar, suami da anakku dion ngak berani mengusik aku mereka menjalankan aktifitas sendiri aku mengurung di dalam kamar selama tiga hari merenungkan semua peristiwa yang terjadi dan hanya keluar untuk makan tanpa banyak bicara dan masuk kamar lagi sampai dengan kesimpulan aku tetap akan menentang hubungan yang lazim ini.

Hari senin pagi hatiku sudah mulai bisa diajak kompromi aku menghubung Lionif pacar gelap ku pria ganteng masih muda yang bisa membawa aku ke angka raya mengarungi samodra birahi dan mendapatkan ketenagan batin.

“HalloTante Rini” kata Lionif setelah aku hubungi

“Posisi kamu dimana lion” kataku

“Aku masih di kampus tante” kata Lionif

“Selesai kuliah jam berapa sih” kataku

“Jam 11 san tante, kangen ya” jawab Lionif sambil tertawa

“Aku ingin jurhat ke kamu Leonif” kataku

“Ada masalah apa tante” kata Lionif

“Masalah keluarga Lion, hanya kamu yang aku percaya untuk masalah ini, suamiku juga sudah ngak bisa di percaya dan anakku Dion juga ngak bisa, hanya kamu yang bisa membuat hati ku tenang” kataku

“Oke Tante nanti jam 11.30 an kita ketemu di tempat biasa ya” kata lionif

“Aku tunggu ya, awas kalau bohong” kataku

“Mana berani aku bohong ke tante yang cantik” katanya, sambil menutup telpun selulernya

Pagi ini aku merasa lebih tenag sudah tiga hari ini hatiku gundah aku tersenyum sendiri

Jam 11.30 aku sudah ada di dalam café di tempat ini aku dan Leonif sering mengadakan pertemuan rahasia, tempatnya agak tertutup dari jalan raya café ini memeng konsumsi para mahasiswa dari unniversitas swasta di kota ku.

Aku dudu di pojok café tempat paling nyaman untuk mengadakan pertemuan di dalam café ini aku bisa bermesraan tanpa takut di lihat orang. Disuatu kamar privat yang tertutup dari luar

Setengah jam kemudian Leonif muncul di hadapanku langsing mencium bibirku denag mesra, mememg aku sudah sebulan ini ngak ketemu dengan nya rasa kangen menyelimuti aku selama ini.

“Ada masalah apa sayang, suami mu ya” kata Leonif

“Bukan masalah suamiku, tapi masalah anak ku yang sulung, udah tau kan” kata ku

“Aku tau dari foto yang di perlihatkan oleh tante dan aku tau juga dari instagram miliknya” kata Lionif

“Lion aku harus berbuat apa coba, Tasya anakku kini sudah menjadi istri kakeknya sendiri” kata ku sambil meneteskan air mata.

Lionif tampak terbengong bengong mendengar aku berkata begitu.

“Kok bisa tante” kata Lionof ngak percaya

“Aku sendiri ngak mudeng sebab sebab nya, kemari datang datang membawa masalah yang menyatakan bahwa anakku Tasya sudah menjadi istri ayahku senduri dan sekarang minta doa restu ku sebagai ibu dari anak ku, tapi aku menolak karena aku anggap ini hubungan yang tidak wajar dan suamiku cenderung menyetujuinya hubungan antara anak ku dan kakeknya itu, aku marah Lion” kataku

“Udah tante sudah ngak usah di pirkan juga biar kan saja, nanti kalau bosan juga akan pisah sendiri tante” kata Lionif, lanjutnya “Dari pada mikir mereka lebih baik kita mikir diri kita sendiri aja tante, aku sudah kangen sama tante, kita ke kos kosan ku aja lebih nyaman” kata lion sambil menciumi bibirku dan leher jenjangku, akupun mulai medesah karena kegelian,

“Sudah ah Lion, kita ke kos kosan mu saja” kataku

Memeng Lion hidup sendiri di kota ini dan dia tinggal di kos kosan dengan 2 orang temannya yang sama sama provisi sebagai gigoo gateng di kota ini disamping sebagai mahasiswa swasta di kota ku. Bahkan sebagian danaku sudah masuk ke Lion untuk melengkapi perabot dan elektronika yang Lion butuhkan sebagai seorang mahasiswa.

Aku langsung ke kasir untuk membayar pesannanku dan tempat privat room ini, setelah membayar aku dan Lionif bergegas menuju kos kosan setelah Lionif bertemu dengan temannya untuk membawakan montornya dan menyerahkan kunci montor nya ke temannya.

Lionif membawa mobil ku menuju ke kos kosan yang lumayan dekat dari café sekitar kampus ini. Aku sempat berciuman di dalam mobil yang berkaca gelap ini. tidak ada 10 menit aku dan Lionif sudah sampai di tempat kos nya.

Lionif membukakan pintu dan mengajaknya ku masuk ke dalam rumag kos kosan dan terlihat sepi sebab teman temannya pada kuliah.

Sesampainya di kamar Lionif mencium aku dengan begitu bergairah demikian juga aku tak kalah bergairahnya. Sambil berciuman Lionih membuka baju yang aku pakai dan membuangnya di sembarang tempat demikian juga dengan aku aku tarik kaus Lionif ke atas dan melepaskan melelui kepala yang sedikit menunduk untuk mempermudah aku melepaskan tangan Leonif bergeserke arah punggung dan sekali sentuh “klik” terlepes ikata braku dan melepasnya kelantai, ke dua tanngan leonih merabai buah dadaku yang besar dan sekal sekali di pijit pijitnya putting ku bergantia kiri dan kanan terus menerus membuat amelepas gseper dan ku mendesak desak ke enakan,
Leonif sangat pandai membuat aku horny begitu cepat tanpa di sadarinya tanganku sudah merabai selakangannya yang berisi penis yang sudah menegang

“Buka cenamamu Lionif kasian tu burung terjepit ngak bisa nafas” kata ku menggoda

“Ini bukan burung, tante sayang tapi kontol” kata Lionif dengan bangga saat menyebut burungnya dengan kontol.

“Ia ya kontol mu” kataku

Dengan segera Lionif dan menarik celana panjang yang di gunakan bessama celana dalamnya dan terlihat kontol Lionif yang panjang menjulang keluar dari sangkarnya yang berwarna coklat tua dihiasi dengan kepala kontol nya yang merekah badai jamur indah. Leonif berjongkok di depanku sambil melepas rok sepan yang aku pakai melepasnya bersama sama dengan celana dalam ku sekaluan, kami pun sama sama telanjang.

Leonif mengangkau kaki kananku dan menaruhnya di pudak kirinya dan aku memegang kepala Leonih untuk menjaga keseimbanganku, lidah Lionof langsung menyerbu vagina ku yang sudah basah, menciumi kelentitku dan menyodok lubang peranakanku denga dua jarinya.

“Ahhhh …. Liiioooonnnn …. terus ….. ya ya ya ….. diii siiittt ttttuu beeee nnnnaaaarrrrrr…” kata ku terputus putus sambil mengatur nafas yang kian memburu “Eee nnnnaaaakkkk…” kata ku terputus putus sambil mengatur nafas yang kian memburu.


Bersambung dulu
Part 27



Om ROO238, adegan ranjang Mama Rini dan brondongnya juga dibanyakin donk
 
Part 27: Apartement

Pov : Bram kusuma

Aku bangun jam 5.30 menit dan membangunkan Tasya mengajaknya sholat berjemaah setelah mandi wajib dan sholat bersama, aku dan Tasya duduk di sofa yang ada di kamar hotel sambil berpelukan dan mengumbar kasih sayang tanpa nafsu, ciuman ciuman di barengi dengan candaan yang membuat aku dan Tasya semakin menghayati makna hidup sebagai suami istri, rabaan kasih sayang aku lancarkan seiring dengan terbitnya matahari pagi yang mulai mencul memesuki kamar hotel.

“Mas Bram, udah janjian dengan Indra jam berapa” kataku

“Jam sembilanan lah nanti dia akan menelpon kita untuk di ajak ke apaetemem yang di janjikan”

“Sekarang masi jam 6.30 masih lama” kata Tasya ambil merebahkan kepalanya di pangkuanku, aku mengusap rambut Tasya dengan penuh kasih sayang”

“Bagai mana perasaanmu pagi ini” kataku

“Udah baikan mas dan aku sudah sepenuh nya menerima keputusan mama, aku juga ngak bisa menyalahkan mama 100% mas, mungkin kalau itu terjadi menimpa diriku aku pun akan berbuat yang sama dengan yang diperbuat oleh mama” kata Tasya

“Semua itu pelajaran untuk mu Tasya, dan ini yang di kehendaki leh eyang putrimu kamu tidak terjerumus oleh pergaulan yang salah, dengan di jodoh aku ke kamu, Tasya kamu akan selalu terikat oleh ku dan ini terbukti efektif dan pada dasarnya memang kamu sudah mencintai aku semenjak kamu masih kecil dan di pupuk terus dengan eyang putrimu yang selalu mengingatkan kamu tentang janji janjimu ke eyang putri tanpa kamu sadari sendiri kamu sudah terikat secara batin dengan ku bukan lagi sebagai seorang kakek untuk mu tapi sebagai seorang lelaki yang bisa melindugimu secara lahir dan batin, sedangkan orang tuamu sendiri ngak bisa melindungimu secara batiniah, naluri yang terpupuk sudah mendarah daging dan di rekam dalam bawah sadarmu secara terus menerus” kata ku

“Dan aku ngak bisa lepas lagi dari mas Bram yang sangat aku cintai dan aku dambakan menjadi pasangan hidupku menjadi suamiku untuk selamanya sampai ajal menjemput mas Bram untuk berkumpul kembali dengan eyang putri di taman keabadian” kata Tasya.

“Ia sayang, mas mu ini juga sudah terikat lahir batin semenjak eyang putrimu di panggil oleh yang kuasa dan menjodohkan aku ke kamu tapi secara logika aku selalu menolak keinginan eyang putrimu tapi secara batin mas mu ini selalu menjaga hati untuk mu Tasya sayang” kataku sambil membukukkan kepalaku mencium kening cucuku Tasya.

“Mass, nanti kalau aku lulus aku ingin segera menikah secara syah dengan mas Bram dan melahirkan anak anak mas Bram dengan rahimku sendiri buah hati yang aku dambakan setiap saat sebagai buah cintaku yang teramat tulus ke mas Bran” kata Tasya

“Ya, kamu harus lulus dulu agar aku bisa menikahimu secara syah” kata ku

“Asiiik nih paling 5 – 6 bulan lagi namaku sudah berganti dengan Nyonya Bram Kusuma” kata Tasya dengan semangat dan penuh gairah hidup.

Di angkat wajahnya dengan ke dua tangan pada leherku dan mendekatkan bibir mungiknya ke bibirku dan menciumnya dengan penuh kebahagiaan, hatiku senang melihat keceriaan wajah Tasya yang kemarin tanpak suram tapi pagi ini kelihatan cerah kembali.

“Mas, mas, kalau udah nikah mas ingin anak berapa” kata Tasya

“Ya berepa berapa mau” jawabku

“Kalau aku ingin anak dua satu laki laki dua perempuan, pasti yang laki laki akan ganteng dan perkas seperti mas Bram” kata Tasya

“Kalau perempuan pasti secantik ibunya dan semanja bundanya” kataku

“Kok ibu sama bunda sih” kata Tasya sambil cemberut

“Jangan cemberut dulu” kata ku sambil mencubil bibirnya yang cemberut, lanjutnya “Ibu nya yang melahirkan anakku dan bunda panggilan kesehariannya”

“Aku suka di panggil bunda dan mas Bram akan dipanggil ayah untuk ke dua anakku yang pasti mungil dan lucu lucu, aku sudah tidak sabar menenti saat itu” kata Tasya sambil tersenyum bahagia.

“Terserah bunda aja” kataku dan menariknya dan mengangkatnya ke tempat tidut, lanjutnya “Bunda ayah mau nenen dulu ya” kataku sambil tersenyum, karena cerita dengan Tasya penis ku mulai menegang dan ingin menuntaskan cairan cintaku ke dalam memeknya yang mungil dan wangi

“Mau nenen ya ayah” kata Tasya dan membuka kimono nya setelah aku turunkan di tempat tidur dan aku langsung melihat buah dadanya yang semakim membesar, aku baringkan Tasya miring dan aku rebahan di sampingnya sambil mendekatkan mulutku ke arah putting nya yang berwarna merah jambu, kecil sebesar kelingking, aku cium dengan membuka mulutku dan memesukan putting nya ke dalam mulutku yang terbuka dan menghisapnya pelan pada nenen Tasya yang ranum, Tasya pun segera melepas ikatan kimono yang dipakainya langsung memegang payudara sendiri dan menyodorkan kedalam mulutku aku masih melihat Tasya menikmati permainan mulutku ke buah dadanya dengan memejamkam ke dua matanya meresapi kenikmatan yang aku berikanpada pagi itu.

“Ahhhh ….. mas ini nikmat sekali ….. mas …. terus …. sedot biar susunya biar keluar mas ….. habis kan mas ….. enak ngak mas susu Tasya ….. semuanya untuk mas Bram ya …. ahhhh ….. enak …. semuanya untuk mas Bram ….. habiskan mas ….. enak …..enak ….. maaasss ……mmmaaaaasssss …..” erang Tasya sambil memejamkam matanya dan meresapi perlakuan ku tehadap buah dadanya yang tak mungkin akan keluar susunya

“En…nak …. bbuun….daaa ….sruput ….sruput …. susunya …. sruput ….. maniiisss…. sruput … nyoot ….. nyooot ….. maanniisss bunnn ….. nyooot …. daaa ….. sruuupuutt” kata ku

Sambil menyedot buah dada Tasya dari kiri pindah ke kanan aku berhasil melepas kimono yang di pakainya dan Tasya dalam keadaan telanjang bulat, semenjak mandi pagi tadi tidak mengenakan cd dan bra hanya waktu sholat di bungkus dengan mukene dan setelah sholat mukene di lepas diganti dengan komono.

Tangan Tasya pun tidak mau diam setelah tau dirinya sudah tidak menggunakan apa apa Tasya berusaha melepasikatan kimono ku dan melepasnya dengan sangat mudah di singkirkan kimonoku sejaug jauhnya dari jangkauan, tangan Tasya merabai selanganku dan merabainya menggenggamnya dan mengocoknya dengan lembut

“Bunda …. ayah ingin nengokin adek bayi …. boleh ya ….” kataku

Tasya pun merespon imajinasi liarku

“Ia … ayah …. dadeeek bayi udah kangen sama ayah tu nendang nendang terus di perut bunda … “kata Tasya, aku segera mengelus perut Tasya yang masih rata

“Bun …. tendangannya keras banget sampai terasa di telapak tagan ayah ….kataku

“Ya …. ayah…. pemain sepak bola kaliyah ….” jawan Tasya

Aku dan Tasya tertawa bersama sama dan aku mencium kening Tasya dan langsung ke mulutnya yang terbuka

“Makasih …. bunda …. “Kataku

Aku mencium perut datar Tasya dan bermain pada pusarnya aku jilati dengan lidahku yang selalu berputar putar di sekitar pusarnya dan tanganku melai merabai vagina Tasya yang mulai basah

“Sini ayah ….penisnya aku basahin dulu“ kata Tasya sambil duduk di sampingku dan membungkukan badannya langsung melahap burung kesayanganku di telan habis kelapa burungku sambil memainkan lidahnya di selah selah penis besaru tidak ada 5 menit penis sudah basah, aku pindah posisi Tasya aku tidurkan dan aku buka lebar selangkangannya dan aku dekatkan penis ku di depan mulut vagina Tasya yang sudah basah dan siap memrima kehadiran penis ku

“Pelan …. mas …. “ katanya

Aku hanya mengangguk tanda setuju memeng pada dasarnya aku juga senang permainan lembut lebih terasa kemesraannya.

Setelah penisku berada di pintu gerbang vagina Tasya aku mendorongnya sedikit demi sedikit Tasya pun mempermudah masukkan penis ku dengan menggoyang pantatnya dengan pelan pelan lima menit kemudian penis ku sudah tertelan semua di dalam vagina Tasya, setelah terasa mentok ngak bisa masuk ke dalam lagi aku merubah posisis tanganku bertumpu pada siku untuk menahan badanku tangan satu nya lagi bebas memainkan putting Tasya, wajah kami saling berdekatan aku paling suka gaya seperti ini bisa melihat ekspresi wajah Tasya secara dekat sekali ketika orgasme datang dan bisa menikmati wajah cantiknya secara detil, bibir tipis dibawahnya agak melebar hidung mancung mata agak sipit seperti keturunan memang pantas kalau ayahnya dari Menado yang mempunyai mata sedikit sipit tapi menambah kecantikan nya, lama memandang wajahnya dan tanpa sadar aku mulai menciumi bibirnya sambil terus menerus menggoyang pinggulku maju mundur dengan iram tetap tidak ada kata tergesa gesa walau ini pagi hari terasa nyaman bercinta pada pagi hari di hotel berbintang

Hampir lima belas menit berlalu aku ingin merasakan lebil lama lagi bercinta dengan cucuku tersayang ini sambil tanganku selalu merabai duah dadanya dan memainkan putting nya yang membuatku tambah semangat menikmati tubuh Tasya yang masih belasan tahun umurnya dan aku sangat terharu sekali ketika Tasya pasrah akan keadaannya kemarin sore tapi aku bisa menguwatkan hatinya supaya tidak rapuh seperti mamanya.

Tasya gadis cantik tinggi semampai dengan pinggul sedang pantat sedikit besar setelah ritual dadapun membesar persis buah dada Niken almarhumah istriku, centil, manja dan gemesin khas remaja seusianya.

Aku masih menatap wajah ayunya dan tangan Tasya mengusap mataku

“Mas kok melihat aku kayak gitunya sih” katanya manja

Aku hanya tersenyum, aku angkat tangannya ke atas aku cium ketiaknya

“Ahhhh …. maaasss …. geli …. tau… “ katanya

Tapi aku tetap menikmati ketiak yang halus tanpa bulu bersih dan wangi yang tercium pada indra penyiumanku, aku jilat lilat sampai Tasya mendesah desah kegelian, aku hentikan aksiku melihat kembali ke wajahnya

“Mas ah…. nakal banget sih ….“ katanya sambil cemberut

Aku ingin ketawa melihat ekspresi wajahnya, kaki ku bergeser sedikit sehingga posisis kaki saling menyilang dan aku masih tengkurep di atas tubuh Tasya yang terlentang sambil terus menerus goyang pantatku naik turun secara teratur dan mantab. Aku geser kaki Tasya menimpang pada kakiku aku merasakan penisku masuk lebih dalam pada vagina Tasya, leguan Tasya semakin terdengar

“Ahhhh …. mas …. kok …. kuat bangeeettt ….. siiiihhhhh” kata Tasya sambil berbisik di telinga ku sambil mengulum telinga kananku dan menggigit leher bawah telinga, aku merasakan tidak sakit malah tambah semnagat menggoyang pantatku lebih keras lagi. Setelah hampir 30 meneitan Tasya mulai merasakan gejala gelaka orgasme datang goyang pantatnya semaki terasa menekan nekan pinggulku tapi aku diamkan saja tanpa merubah tempo, gerakan konstan seperti ini yang membuat aku dapat bertahan lama seperti lari marathon dengan kecepatan konstan dapat bertahan lama dan …

“Ahhhh …. maaaassss ….piiii… piiiissss …..“ bisik Tasya di telinaku seeerrrrtttt …. panjang dan lama …. aku diamkan sebentar 1 – 2 menit, aku lanjutkan lagi goyangangku naik turun dan aku tambah variasi goyangan aku tekan pantatku agak kedalam dan memutar ke kiri dan kanan secara bergantian. Ini membuat kelentit Tasya seperti di gesek gesek oleh bulu bulu kemaluamku dan penis didalam liang senggama beputar putar mennyentuh diding peranakan

“Ihhhh ….. maaassss…..jaaahhhaaaattttt…..ahhhhh…. piiii… piiissss” teriak Tasya, sseeeeerrrrttt ……

Aku hanya tersenyum menikmati wajah cantik Tasya sewaktu orgasme tiba matanya terbelalak indah badannya ngak bisa beberak karena sebagia aku tidih dengan badanku, kerinatku melai membanjir seluruh tubuhku dari ujung kepala sampai kaki semua basah tapi pinggulku terus bergoyang tanpa berhenti demikian juga dengan tubuh Tasya sudah berkerinat di tambah nafas yang memburu terkapat lemah dan pasrah.

“Maaasssss…..jaaaahhhaaaattttt …..bbbaaannggggg… eeeetttt … siiihhh ….”kata Tasya dengan manjanya. membuat aku gemes aku cium bibirnya yang ranum ada awalnya menolak ciumanku tapi aku buru bibirnya sehingga aku dapat menagkap bibirnya aku sedot Tasya mengeluarkan lidahnya aku tangkapdan aku mainkan dengan lidahku yang sudah menjulur. Semakin lama semakin interes gerakan pantatku tambah cepat genjotanku penisku ke vagina Tasya

“Maassss ….. pppiiiii …..pppiiiiisssss …..laaaaggggiiiiiiii …..” teriak Tasya Seeerrrrrrttttt

Aku percepat genjotanku dan aku tekan pantatku ke panpat Tasya.

“Jeeeennnnnggggggg ….. aahhhhhh……“ teriaku ….chhooorrrttt ….. chhoooorttt …… sebanyak 5 laki aku semburkan air maniku ke dalam vagina Tasya dan akhir aku terkapar kelelahan dan tergulir di sebelah kiri tubuh telanjang Tasya dan aku tengok jam diding sudah 45 memit lebih aku memadu ksih pagi ini. Nikmat …..batinku puas…..

Aku raih wajah Tasya dan memberi ciuman hangat dan panjang di bibir Tasyan membalas ciumanku.

Tasya mencubit perutku ….

“Katanya mau nenen sebentas tapi kenyataanmya malah membuat aku keluar 3 lagi” kata Tasya

“Sakit sayanggg….“ kataku sambil meremas perutku bekas cubitan sayang dari calon istriku, lanjutnya “Tapi suka kan”

“Suka sih….enak, mas kok kuat banget sih sampai 45 meneit tanpa berkenti” kata Tasya

“Itulah gunanya menjaga kebugaran dan kesehatan kuat strong dan kopral pun siap tempur” kataku sambil tertawa.

“Ah ….mas bisa aja….“ kata Tasya sabil mengangkat kepalanya di rebahkan ke dadaku, aku membelai rambut nya dengan mesra.

“Ini yang mas suka dari jeng Tasya, walau bersedih hanya sebentar dan kini kembali ceria lagi” kataku

“Mas juga sih yang membuat aku seperti ini, terima kasih mas Bram tersayang” kata Tasya sambil menciumi leherku.

“Tidur sebentas neng, 1 jam nanti jam 9 bangun dan kita temui Indra ya jeng” kataku

“Ok Maskuuuuu“ kata Tasya dan tangan nya melingkar di badanku telanjangku, kami sama sama telanjang dalam tidur saling berpelukan

----skip----

Pov: Tasya Anggraeni

Jam 9.30 aku dan Mas Bram keluar dari hotel menujua partemen yang di tunjuk oleh Indra sang GM hotel dan langsung menuju kantor pemasaran yang berada di lantai dasar dan ketemu sendiri dengan magager pemasaran Apartemen itu

“Kenalkan dulu ini pak Lukas manager pemasaran dari Apartement ini dan ini pak Bram dan itu cucunya Tasya” kata Indra sambil menunjukkan ke arah kami sambil menyebutkan nama kami masing masing

“Lukas” kata Lukas sambil menyodorkan tangannya ke Mas Bram

“Bram” jawab mas Bram singkat

“Lukas” katanya sambil menyodorkan tangannya ke arahku

“Tasya” jawabku

“Senang bertemu dengan Pak Bram seorang direktus Larasati Group yang terkenal itu dan juga mbak Tasya selaku owner nya, suatu kehormatan untuk aku” kata Lukas, lanjutnya “Apa yang bisa saya bantu, pak Bram dan mbak Tasya”

“Aku butuh apartemen untuk cucuku pak Lukas” kata Mas Bram

“Mau beli atau sewa pak” kata Lukas

“Lihat dulu kalau memungkinan mau tak beli tapi lihat dulu kalau cocok untuk cucuku, ada berapa tipe sih” kata mas Bram

Lukas berdiri dan mengabil daftar harga dan brosur memberikan kan ke pada ku dan mas Bram

Setelah mengamati model dan harga yang di tawarkan mas Bram berbisik kepadaku

“Jeng, tertarik yang mana yang stndar atau de lux” kata mas Bram

“Kalu yang standart aja mas, kan aku pakai sendiri yang satu kamar cukup” kataku

“Ngak yang delux jeng” kata mas Bram

“Ngak ah, capai membersihkan” alasanku

“Ok pak Lukas coba yang standart aja untuk di pakai sendiri aja” kata mas Bram

“Yang stsndar prima ya pak” kata Lukas

“Bedanya apa ya kalau Prima dan biasa” kata mas Bram

“Kalau yang biasa langsung kayak kos kosan gitu antara ruang tamu, keluarga dan tempat tidur menyatu, tapi kalau Prima antara ruang Tamu, runag keluarga dan tempat tudur terpisah” kata Lukas

“Bisa lihat kamarnya dulu” kata Mas Bram

“Bisa pak Bram, mari ikut kami” kata Lukas

“Kalau yang biasa ada di lantai 3 dan 4 sedang yang yang Prima ada di lantai 6 dan 7” kata Lulas

Lukas memanggil seseorang untuk membawa kunci untu lantai 4 dan 7 yang masih kosong dan mereka berlima masuk life menuju lantai 4 dulu yang tipe standart biasa Setelah masuk Apettemen nomer 423 aku melihat semuanya sudah siap, perabot standat termaduk rumah tangga biasa ada AC ½ Pk dan TV 24 in hanya kamar mandi dan ruamg cuci yang terpisah dari ruangan induk tempat tidur ruanng makan ruang santai menjadi satu tanpa batas

“Ini harga yang di tawarkan sudah dengan prabotnya sekalian” kata Mas Bram

“Betul sekali pak Bram, ngak usah beli Prabot tambahan kecuali kalu tambah home teater ayau perangkat lain pak Bram bisa di tambahkan dengan harga terlepas dan saya jamin harga masih di bawah pasaran sebab sudah langsung ke pabrikan” kata Lukas

Seperempat jam aku dan mas Bram mengamati Apartemen standart biasa, sesudah itu kami pun meninggalkan ruang itu menuju lantai 7 no kamar 712 dan ini standart prima sama fasilitasnya denag stadart biasa tapi kamar tidut terpisah menyatu dengan kamar mandi

“Kayaknya ini lebih nyaman mas” kataku pada mas Bram

“Ngak bisa kurang nih” kata mas Bram

“Ya khusus untuk pak Bram dan mbak Tasya saya kurangai 10% kalau di bayar kontan” kata Lukas

“Kalau ditambah dengan home teater jadi saya harus menambah berapa lagi ya” kata Mas Bram

“Kalau mau tambah dengan home teater begini aja, kita sama sama enak ya pak, harga tetap itu tambah hom teater dan TV saya ganti dengan 32 in yang lebih besar lebih mantab pak” kata Lukas

“Ok deal’ kata mas Barm sambil bersalaman

“Saya kontan sekarang, tapi minta segera di lengkapi nanti jam 3 sudah selesai untuk segera di tempati dari pada cucuk saya tidur di hotel lagi” kata mas Bram

Lukas tampak mikir dan menghitung dengan jari setelahnya “Siap pak Bram jam 3 sudah siap di tempati. MasBram mengeluarkan buku kecil dari tas yang dia bawa menukis sebuah nomilal dan diserahkan ke Lukas.

“Mari mbak Tasya ikut saya identifikasi kepemilikan dan segala sesuatu untuk mbak ketahui” Lukas mengajak Tasya untuk mengikutinya dan mengurus surat kepemilikan apartemen atas nama Tasya Anggraeni, setengah jam kemudian urusan kepemilikan sedah selesi tinggal sertifikat kepelikan yang akan selesai satu minggu ke depan karena harus di keluarkan oleh puhak Notaris.

Setelah selesai aku dan Mas Bram pamit ke Lukas dan Indra sambil mengucapkan terima kasih atas segala bantuannya.

Keluar dari Apertemen berlantai 15 ini aku dan mas Bram keliling kota bingung mau kemana

“Mas Bram lapar ngak” kataku

“Lapar dong kan dari pagi belum makan Cuma minim cucu doing ditambah marathon 10k” kata mas Bram

“Ih … mas Bram” kata ku sambil mencubit perut mas Bram dengan manja

“Ha ha ha kena batunya tu” jawab mas Bram

“Mau makan di tepi laut mas, tempat Tasya ulang tahun dulu” kata Tasya

“Boleh” kata mas Bram

Aku pandu mas Bram menuju restoran khusus masakan laut di tepi pantai sambil melihat nelayan mencari ikan.

Jam 12 lebih mereka sampai di restoran tersebut tampak sepi hanya ada beberapa pengunjung di tempat itu, setelah memesan makanan dan aku dan Mas Bram duduk di tempat yang menghadap ke laut sambil memendang ombak laut jawa yang saling berkejar kekaran.

Sementara di luar are datang rombongan dari guru guru SMA negeri XX di mana Tasya sekolah

“Mas, tu ada rombongan guru dari SMA aku” kata ku ke mas Bram

“Mana” jawab mas Bram

“Itu yang memakai seragam batik” kataku

“Ya kamu sambut aya ucapkan selamat siang atau gimana” kata mas Bram

Rombongan guru guru melewati saung yang ku tempati aku tempati bersama mas Bram dan seorang guru pak Santosa wakil kepala Sekolah datang menghampiriku

“Selamat siang pak” kataku

“Siang” balasnya tapi pandanganya tidak mengarah ke padaku melainkan pada mas Bram

“Selamat siang Jendral” kata pak Santosa sambil menyalami mas Bram” kata pak Santosa

“Eh … kamu San, selamat siang juga” jawan mas Bram sambil mereka bersalaman

Di belakang pak Santosa terlihat bu Indah wali kelas ku dan bu Damar guru Fisikaku

“Eh … kamu Tasya kan” kata bu Indah

“Ia bu, selamat siang bu Indah dan bu Damar” kataku sambil mencium tangan beliau berdua

“Pangling aku, kamu tambah cantik sekarang” kata bu indah

“Kemarin kemarin jelek ya bu” jawabku

“Ngak kemerin juga cantik kok, sama siapa” kata bu Damar

“Sama eyang kakung, bu” jawabku

Lalu bu Indah dan bu Damar mersalaman dengan mas Bram

“Saya kakeknya Tasya bu” kata mas Bram

“Yang, ini bu Indah wali kelas aku dan ini bu Damar guru fisika aku dan pak Santosa wakli kepala sekolah aku” kata Tasya menerangkan kedudukan mereka di sekolahan

“Kalau dengan Santosa sih eyang kenal, Dia anak mantan komandan eyang dulu ketika bertugas di Surabaya Tasya” kata mas Bram

“Ini eyang mu to Tasya, awet muda sih masih seperti dulu aja ketika dinas di Surabaya’ kata Santosa

“Masih dinas om” kata Santosa ke mas Bram

“Udah pensiun 5 tahun yang lalu sekarang pedagang kecil kecilan, san” kata mas Bram

“Ha ha ha Larasati Group kok kecil kecilan to om, dia itu direktur utama Larasati group yang terkenal” kata pak Santosa mengenalkan ke pada dua rekannya.

“Ah, kamu bisa aja san, dan ini owner dari Larasati Group” kata mas Bram sambil menunjukkan ke aku

“Ia, Tasya kamu owner Larasati group” kata pak Santosa

“Ia pak” jawab ku malu lalu

“Ngapain malu malu” kata bu Indah, lanjutnya “Pak Bram cucumu ini beda, lain dari yang lain”

“Oh ia, aku malah ngak tau yang aku tau manja dan gemesin” jawab mas Bram

“Tasya ini mentan ketua OSIS sekolah dan pernah mewaliki sekolah sebagai Paskibra tahun ini” kata bu Indah

“Ah,…ibu ini Tasya jadi malu nih hanya tingkat propinsi aja ngak bikin bangga kalau tingkat nasional itu baru biasa di banggain” kataku

“Walaupun kamu tidak bangga tapi sekolah dan teman temankmu semua pada bangga atas pretasi mu Tasya” kata bu Indah, lanjut ”Kamu kok baru kelihatan Tasya, setelah ulangan umum kamu menghilang ke mana”

“Aku ke Solo bu, kangen sama eyang kakung” kataku

“Rapotmu juga belum di ambilkan, kamu juara kelas lagi dan juara dua kelas parallel Tasya, prestasi mu hebat, pertahankan ya, biar besok masuk perguruan tinggi gampang lewat jalur prestasi” kata bu Indah

“Ya bu maaf aku sudah pesen ke mama tapi mama lupa katanya ada urusan mendadak dan terima kasih atas bimbinganya” jawabku

“Nanti setelah masuk bisa di ambil ke bu Mariyam Ka TU ya” kata bu indah

“Aku ngak nyang kalau om Bram itu eyangmu Tasya” kata pak Santosa, lanjutnya” Eyangnya aya hebat pandai dan terakhir kepala staf ya om”

Mas Bram hanya mengagukkan kepala tanda setuju

“Apa lagi cucunya ya om” sambung bu Damar

“Ah, ibu bisa aja” jawabku

“Ayok ah, itu pesanannya om Bram sudah datang, permisi dulu om” kata pak Santosa mengajak ke dua rekannya meninggalkan kami berdua

“Tasya ibu duluan ya, sampai ketemu hari Senin” kata bi Indah

“Ia bu, selamat siang” kataku sambil menyalami mereka bertiga sambil mencium tangan nya.

Aku menghantar kepergian mereka sampai jauh meninggalkan mas Bram sendiri

“Sana Tasya eyang nunggu kamu, udah kelaparan kali” kata bu Danar sambik tersenyum

“Sudah ya bu” kata ku sambil meninggalkan mereka bertiga menyusul rombongan yang lain

Setelah aku duduk disamping mas Bram.

“Ini harus dirayakan jeng, kamu juara kelas peringkat satu lagi” kata mas Bram

“Ngak usah mas, aku bahagia sekali kok, mas Bram selalu ada buat aku dan hadiah apartemennya” kataku

“Itu kan fasilitas dari Larasati Group, jeng Tasya” kata mas Bram, lanjutnya “Kalau dari mas kan belum”

“Ya sama aja mas, dari mas Bram atau dari Larasati Group” kataku

“Nanti deh aja kejutan untukmu jeng Tasya, cintaku, sayangku calon ibu dari anak anakku” kata mas Bram

“Udah ah, mas nanti horny di sini aku yang payah” kataku sambil mencubit perut mas Bram dengan masra

“Ia yuk makan” kata mas Bram sambil mencoel daguku dengan lebut.



Sambung dulu ya ….

hebat stamina eyang Bram
 
Part 27 B : Apartemen II

Pov: Tasya Anggraeni

Sereteh selesesai makan aku pamitan pada rombongan guru yang baru makan siang bersama dan mas Bram membayar makanan yang kami makan waktu sudah menunjukan jam 2 lebih , aku dan mas Bram kembali ke Apartemen yang di janjikan siap di huni jam 3 siang ini. Sesampai nya di Apartemant aku dan mas Bram menuju kantor pemasaran dan regrestasi ulang yang di cetak dengan kunci yang berupa cart sehingga tinggal tenpel langsung buka aku mendapat dua kunci serupa cart yang satu aku pegang dan yang lain di pegang oleh mas Bram dengan satu cart parkir berlangganan yang di bayar bersama fasilitas lainnya, seperti kebersihan lingkungan, kebersihan kamar apartemen, keamanan dan juga londre yang di bayar bulanan juga termasuk TV kabel dan internet itu yang dibayar diluar harga Apartemen dan di bayar setiap bulan pada akhir bulan karena ini awal bulan langsung di bayar di depan. Aku membayar langsung kebutuhan pribadiku dengan kartu debet setelah urusan selesai aku dan mas Bram dengan di antar dua orang yang membawakan barang barang aku dan mas Bram me kamar.

Aku masuk kamar merasaka hawa yang sejuk karena AC kamar sudah di hidup kan dan wangi dari pewangi ruangan yang ada di depan AC sehingga wangi menyebar ke seluruh ruangan. Setelah petugas pergi yang di beri tip oleh mas Bram, tanganku langsung memegang leler mas Bram dalam posisi berhadapan dan aku mencium bibir mas Bram dengan sangat mesra dan setelahnya

“Mas capek ya” kataku

“Sedikit Jeng mau mandi dulu biar segar lalu tidur sebentar keluar untuk belanja keperluan sehari hari, seperti beras dan minuman dan lain ainnya Jeng Tasya” katamas Bram

“Yok mandi dulu aku mandiin deh” kataku sambil melepas kaus mas Bram yang dipakai sekalian celana panjang dan Cdnya, aku tuntum kearah kamar mandi, aku hidupkan shower air hangat dan mengambil sabun mandi cair dan mulai menggosoknya seleruh permukaan badan Mas Bram aku gosok pelen pelan penuh perasanan dan mendudukan mas Bram di atas closet duduk dan mengabil sampho dan menuangkan di tanganku dan membersihkan rambut nya, tangan mas Bram mau menjamah tubuh ku tapi segera ku tapis

“Mas sekeli kali sama istri nurut gitu lho tangannya ngak boleh jail ya” kataku sambil membangunkan kembali dibawah shower air yang mengalir dan aku tinggal keluar dari kamar mandi

“Sebentar ya mas aku ambil anduk dan kimono untuk mas Bram” kataku, tanpa menenti jawaban aku keluar dati kamar mandi ke tumpukan tas yang berisi pakaian mas Bram dan aku kembali masuk kamar mandi membentangkan handuk ke tubuh mas Bram dan mengeringkan badannya dan memberikan kimono dan menuntunnya ke tempat tidur yang cukup besar untuk dua orang.

Aku baringkan mas Bram di tempat tidur dan mencium kening mas Bram

“Udah mas Bram tidur dulu aku mau beres beres biar ruangan menjadi rapi” kataku meninggalkan mas Bram di tempat tidur

Aku pum membongkar pakaina yang aku bawa dari Sala atau dari rumah dan memasukan kedalam almari yang cukup besar, pakaianku di sebal kiri dan pakaina mas Bram di sebelah kanan dan menaruk tas pakainan di atas almari. Kemudian membongkar buku yang baru pelajaran dan menyusunnya di almari yang satu lagi yang lebih pendek mengeluarkan lattop ku di taruh diatasnya dan barang barang lain nya termasuk tustel masuk ke dalam almari yang berisi buku pelajaranku, pakaim seragam sekolahku aku gantung di lemari pakain khusus untu menggantung pakaian termasuk baju tidur berupa lingerine yang baru di belikan mas Bram dan baju baju seksi lainnya.

Aku hidupkan home teater dan mencari lagu lagu lembut dengan suara yang kecil tapi mantab. aku membuka almari tidak punya apa apa, ambil teko pemanas air elektrik aku isi dengan air hingga ¾ nya aku hubungkan ke stop kontal listrik dan menekan on dan aku putuskan untuk belanja, tadi aku melihat mini market di lantai satu coba aku ke sana sekalian belanja kebutuhan untuk sehari hari.

Aku kekuar dati kamar aprtemen ku menuju ke base camp di mana mini market berada setelah sampai aku belanja kebutuhan sehari hari, hampir setengah jam aku berada di nini market tersebut dan akan kembali ke apartemenku tiba tiba ponselku bordering tanda panggilan masuk aku lihat pada layar monitor handphonke tertere Yayangku segera aku angkat

“Hallo mas, udah bangun” kata ku

“Hai kamu di mana Jeng” kata mas Bram kawatir

“Aku di base camp di mini market membeli keperluan sehari hari mau minun aja susah, sudah selesai kok mas, ngak usah kawatir gitu ah, aku kan udah gede juga” kataku

“He he he takut calon istriku di gondola cicak” kata mas Bram sambil tertawa

“Ya udah aku balik” kataku

Tidak ada sepuluh menit juga aku sudah sampai di kamar kembali melihat mas Bram di depan TV mendenarkan siaran warta berita dari TV Swasta, melihat aku datang langsung menghampiri aku dan mencium bibirnya,

“Lain kali ijn dulu kalau mau kelua, jadi nagk membuat mas kawatir” kayta Mas Bram

“Kan mas Bram baru tidur ginana mau ijin tunggu mas Bram bangun keburu haus mas” kataku

Setelah masuk kamar apartemen, mad Bram segera menyuruh aku

“Ya udah sana mandi” kata mas Bram

“Tar dulu mau bikin kopi item kesukaan mas dulu baru mandi” kataku

Sentar aku melangkah ke dapur dan mengambil 2 buah cangkir dari pastik yang tersedia di sana membuat kopi untuk mas Bram dan colkat untuk ku dan membawanya di depan mas Bram dan meletakkan di meja.

“Aku mandi dulu ya mas” kataku sambil mencium kening mas Bram

“Perlu di mandiin mas” kata mas Bram

“Ngak ah” kata ku sambil berjalan ke arah kamar mandi setelah menyiapkan mengambil kimono dan handuk. Mandi sekalian kramas lengket semua. Sehabis mandi aku kembali duduk di sisi mas Bram dan mengambil colkat dan meminum nya

“Mas ngak punya apa apa kita” kata ku

“Lha ayo kita belanja” kata mas Bram

“Nanti aja setelah mahrib ya mas” kata ku

“Mau beli apa saja” kata mas Bram

“Ya macam macam mas, peralatan dapur, gelas, piring kan belum punya semua” kata ku

“Aku teringat eyang putri mu dulu pertama kali memempati rumah juga ngal punya apa semuanya beli yang baru, maklum pengantin baru” kata mas Bram

“Seperti kita ya mas. juga temanten baru kan, punya rumah baru, tapi harus melengkapi sarana juga baru” kataku sambil tanganku pada pangkuan mas Bram

“Ia sayang, kita pengantin baru lho dan mas merasa muda kembali apa lagi istri mas juga muda SMA aja belum lulus, tapi mas tetap semangat untuk selalu mendampingi dan memjagamu setiap saat jeng Tasya yang cantik, manja dan gemesin, bikin mas selelu horny terus menerus” kata mas Bram

“Ia mas aku juga sayang pada mas Bram, apa lagi sekarang sudah terbukti mas selalu ada untuk aku baik pada saat suka maupun duka, aku merasa sangat beruntung sekali, terima kasih eyang putri yang telah menjodohkanku dengan sososk kelaki ini disebelahku terima kasih Tuhan” kataku sambil mengadahkan tangan ke atas

“Amin jeng, semoga proses pernikahan nanti sukses tak ada halangan apa apa” kata mas Bram

“Amin, ya Tuhan” jawabku

Mas Bram menatapku dan aku memendang nya lama lama bibir kami saling menyatu hanya rasa sayang menyelimuti hati kami, sambil bibir kami saling menyatu tangannya juga usilnya kumat, di tarik nya tali kimonoku sehingga belahan dadaku terbuka dan tangan mas Bram mulai menyusup di balik kimono yang tiak ada bra dan cenala dalamnya, bibir mas Bram mulai turun ke bawah menciumi leherku dan aku mulai medesah ke enakan, putting ku menjadi sasaran bibir mas Bram selanjutnya aku hanya bisa meremasi rambut mas Bram yang sudah di tumbui uban sambil merasakan rangangan yang di lancarkan oleh bibirnya yang selalu menghisap seakan buah dadaku keluar air susunya aku tidak kuat menehan badanku kenudian rebah miring menyilang di pangkuan mas Bram posisi semacam ini mempermudah mas Bram menciumi buah dadaku dengan sangat genjar tangan yang satu sudah di atas memekku dan mengrabanya belahan memekku dari atas ke bawah.

“Udah ah mas, sebebtar lagi mahrib tar harus kramas lagi” kata ku manja

Mas Bram menghentika aksi tangan dan mulutku setelah mendengar kumandangnya adhan mahrib.

“Ayo ambil air wudhu dulu jeng dan mahripan sama sama”kata mas Bram

Aku berdiri membetulkan kimno ku yang terbuka karena udah tangan mas Bran dan melengkah ke kamar untuk ambil mukena, sarung dan baju koko untuk mas Bram aku dulu ambil air wudhu dan berhanti memakai mukena, setelah itu mas Bram ambil air wudhu dan berganti memekai sarung dan baju koko.

Setelah sholat mahrib aku dan mas Bram masih duduk di atas sejadah dan aku mencium tangan mas Bram sebagai tanda bakti ku kepada mas Bram dan mas Bram membalas nya dengan mencium keningku, setelah memenjatkan doaa syukur atas nikmat yang di berilan oleh Allah kami pun mengakhiri dan bersiap untuk pergi ke mol Mata**** store untuk belanja barang barang yang si butuhkan mas Bram selelu mendampingi aku kemanapun aku melangkah, hampir dua jam aku berkeliling Mata**** Store sampai pindah lantai membeli alat alat mandi, pindah lantai lagi belanja beras, mie instan, gula kopi dan membayar di kasir dan teakhir ke konter makan dan makan malam bersama di MD cepat saji.

Jam 9.30 aku dan mas Bram meningalkan Mata**** Store dan kembali ke apartemen

“Capek deh, biasanya mama yang belanja kayak gini dan sekarang akan aku biasakan untuk belanjaan kayak begini biar capek mas, tapi ini adalah latihan untuk aku belajar mandiri jauh dari orang tua mas” kata ku setelah menaruh semua belanjaan ku di atas meja makan dan aku langsung terkapar di sofa kecapean.

Mas Bram hanya tersenyum

“Ini bukan seberapa jeng, nanti kalau sudah punya baby sendiri lebih capek lagi ha ha ha” kata mas Bram sambil duduk dan mengangkat kepalaku dan menaruhnya di pangkuannya.

“Kan ada ayah nya, gentian dong jagain baby ya mas” kata ku

“Itu pasti jeng, aku dulu ngak sempat gentian jaga baby, kan selama itu aku tugas” kata mas Bram

“Kasiahan ya eyang putri, selalu sendiri, dari hamil, melahirkan tanpa di tunggu sang suami, jagaain baby juga sendiri” kata ku

“Ya gimana lagi jeng Tasya, dan sekarang mas janji akan selalu mendampingi jeng Tasya dan melindungi baby dan mamanya biar sehat” kata mas Bram sambil mengacungkan jari keliling ke arahku, aku tersenyum menyambut jari kelingling nya dan menyatukan menjadi satu. Dan mas Bram mencium keningku begitu lama aku hanya bisa memeluk tubuhnya dan meresapi sebuah kasih sayang yang sangat tulus.

“Mas, kakau besok mas sudah kembali ke Sala, aku kalau kangen gimana ya mas” kata ku

“Ya telpun aja to kan komonikasi kita mudah bisa telpun atau vc” kata mas Bram

“ Kalau kangen burung garudanya mas Bram” kataku

“Lha itu yang agak sulit jeng, padahal tidak sewaktu waktu mas bisa ke sini, kalau Larasati Group di tinngal terlalu lama takutnya maah ngak jalan Jeng, di usahaan deh setiap jumat sehabis jumatan mas langsung ke mari menemui jeng Tasya yang cantik, manja dan gemesin ini” kata mas Bram

“Janji” kataku

“Ya mas berjanji” kata mas Bram mantab

“Jeng Tasya kalau sendiri disini takut ngak” kata mas Bram

“Jujur mas agak takut juga sih, tapi gimana lagi, aku garus sekolah kurang 3 – 4 bulan ini dan aku harus berani apa lagi banyak yang jaga 24 jam non stop” kataku

“Itu baru calon istri mas ngak pernah takut he he he” kata mas Bram sambil mengecup bibirku

“Calon istri letnan jendra Bram Kusuma kok” jawabku

“Mas boleh ngak kalau teman aku aku ajak kesini” kataku

“Boleh lah, asal wanita, ngak boleh bawa teman laki laki ke sini” kata mas Bram

“Iya iya lah, gila apa bawa cowok kesini” kataku

Mas Bram hanya tersenyu, dan menacungkan ibu jarinya.

“Mas yok tidur, aku ngantuk ingin kelon mas” kataku

“Sholat dulu jeng” kataku

“Oh ia lupa” jawan ku, sambil bediri dan menerik mas Bram masuk kamar dan dan mengambil air whudu kembali menmakai mukena dan melakukan sholat berjemah setelah nya berhanti pakai kimono dan langsung naik ke tempat tidur dan dalam pelukan mas Bran tersayang.

Keesokan harinya

Alaram HP ku berbunyi tepat jam 4.30 pagi ketika matahari masih belum menapakan diri kabut tebat masih terasa dingin aku bangun dari tidur, aku harus mulai menbiasakan bangun jam segini ngak boleh malas lagi, liburan udah usai esok aku harus berangkat pagi sebelum jam 7 sebab sekolahku jam 7 sudah di mulai apa lagi hari senin ada upacara bendera yang mengharuslah aku berangkat lebih awal.

Pagi ini aku bangun melihat mas Bram, kekasih hatiku masih tidur dengan pulasnya aku hanya membelai kepala saja dan mencium kening dan turun dari tempat tidur menuju dapur dan menyiapkan minuman dan olesan roti tawar yang aku beri mertega dan selai kacang kesukaanku aku bikin 3 tangkep dan membakarnya takut kalau gosong aku tunggu sementara aku menyiapkan minuman hangat untuk aku dan mas Bram setelah emua selesai aku taruh di meja makan dan semua barang barang yang ada di atasnya aku turunkan aku di susun di pojok dekat mesin cuci.

Aku melangkah melengkah membangunkan mas Bram untuk mengajaknya sholat subuh, dengan kecupan ringan di bibirnya dan aku melihat bibirnya tersenyum dan ucapan selamat pagi dari mulut mas Bram bukan hanya itu tubuhku ditariknya dan di ciumnya bibirku sampai aku ngak bisa nafas aku agak berontak karena kehabisan nafas, setelah sadar

“Mas Bram, ih …. bangun udah pagi sholat subuh dulu nanti tidur lagi” kataku memberi samangat dan aku berjalan masuk kamar mandi dan mandi pagi dengan air hangat dari shower selesai mandi aku mengeringkan badan dan memakai mukena untuk sholat, aku lihat mas Bram sudah berjalan kearah kamar mandi dan mandi dan keluar sudah menggunakan sarong dan baju koko yang tadi malam di pakai untuk sholat, aku sudah gelar sajadah dan menenti mas Bram untuk sholat berjemaah.

Selesai sholat aku dan mas Bram duduk di depan meja makan aku sudah berganti dengan kimono lu dan mas Bram masih memakai baju kokonya.

“Siapa nih yang bikin sasapan” kata mas Bram

“Kok tanya sih, kalau mas Bram ngak merasa ya aku lah” kataku sambil senyum

“Bangun jam berapa jeng” kata mas Bram

“Jam setengah lima mas, kan sekarang harus di biasakan bangun pagi kalau ngak mau terlambat ke sekolah sebeb hari senin besol aku sudah masuk dan nagk boleh malas lagi” kataku

“Sini cium dulu, istri mas Bram memeng beda” kata mas Bram sambil meraih kepalaku dan mencium keningku, inilah kemesraan yang aku dapatkan pagi buta biasanya bukan kemesraan tapi omelan dadi mama, kalau terlamnat bangun pagi.

Sambil menikmati roti bakar yang aku buat dan mas Bram habis dua tangkap dan yang satu tangkep untuk aku, sudah cukup kenyang sementara mas Bram pindah duduk di depan TV sambil mendengarkan warta berita pagi yang sudah jarang di dengarnya, dam menikmati kopi yang aku buat.

Aku mulai membuka bungkusan yang aku beli semalam dan menemptkan nya ditempatnya sayur sayusan aku masukan ke dalam kulkas, piring dan gelas dan perlatan dapur aku cuci ulang dan menenpatkan di rak rak tertutup di atas dapur, peralatam mandi aku tempatkan di kamar mandi dan pakain ada anduk aku masukan ke dalam almari pakaian bagian bawah dan akhirnya selesai aku mulai membuka buku pelajaran lagi mengulang membacanya untuk persiapan hari senin.

Baru aja duduk di samping mas Bram, menangkap tubuhku dan mendudukan di pangkuannya

“Jeng mas mau minum susu boleh” kata mas Bram

“Boleh mas tapi di tempat tidur ya biar enek netekinya” kataku sambil berdiri melangkah ke tempat tidur yang hanya di sekat dengan tembok tinggi tak ada pintu haya di pasang korden panjang untuk memisahkan kamar tidur dengan kamar lainnya.

Aku melepas kimono ku dan berbaring miring sehingga buah dadaku menggelantung manja, mas Bram pun segera melepas baju kokonya di taruk di capslok yang ada di kamar, melepas sarungnya dan berbaring di sebelahku dan memposisikan kepalanya di depan buah dadaku dan nulai menciumi putting buah dadaku, aku merasa geli kerika mulut mas Bram sampai di putting susuku dan ketika mulut mas Bram ada di putting ku tangan kanannya mengusap pantat ku dan memainkan buah pantatku kakiku mulai menggeser ke atas membuka selakanganku memeku kelihatan jelas, tanganku pada kepala mas Bram dan mengusapnya lembut rambutnya sambil terpejam, menikmati usapan usapan halus tangan mas Bram pada pantatku dangan gelitikan lidah mas Bram pada putting ku.

Aku di dorongnya rebah menghadap langit langit kamar ke dua kakiku membetang ke kiri dan kanan menghadap ke atas, mas Bram berhenti sebentas memendang tubuh telanjangku dan melulai mencium bibirku dengan mesra otomatis tangganku merangkul pundaknya dan menbalas ciuman nya. Sementara tangan kiri sebagai tumpuan badan mas Bram yang miring menghadapku dan tangan kanannya mengusap dadaku dan aku menikmati apa yang sedang terjadi, moment seperti inilah yang membuat aku selalu meridukan usapan tangan dan belaian kasih yang senantiasa membuatku melayang ke angkasa raya.

Bibir mas Bram menggerse ke bawah melewati leher jenjangku dan menyerbu buah dadaku dan aku mulai merasakan jari tangan mas Bram berada di memeku dan membelainya segaris lutus yamg membelah memek ku menjadi 2 dari atas kebawah, kakiku merentang semakin lebar membuat tangan mas Bram lebih leluasa membelai memeku secara terus menerus dan kelentitku mulai membesar di putar putar pelan dan aku pun mulai mendesah desah keenakan.

“Maaasss …. maaaasss ….Brrraaaammmm ….. ohhhh …. “ suaraku lirih sambil terpejam menikmati usapan tangan mas Bram pada memek dan ciuman pada buah dadaku

Mas Bra, menghentikam sebentar dan mata kami pun bertemu mas Bram tersenyum dan aku membalasnya dengan senyuman

“Maaaaassss ….” kataku sambil duduk dan memegang penis mas Bram yang sudah mulai mengeras aku rebahkan sehingga mukaku berhadapan langsung dengan penis nya otomatis badan kami saling bersilangan aku buka selangkanku makin melebar ketika mulutku mulai menciumi penis mas Bram, aku kecup kepala penisnya, aku jilati batangnya, aku permainkan buah pelernya yang menggelantung sempurna, aku hisap kepela penis yang telah masuk ke dalam mulut mungilku, aku julurkan lidahku mengusap kepela penis Mas Bram, dan mas Bram pun berbuat yang sama mulai menyeciumi memekku dan memainkan kelemtitku dengan lidahnya, tanpa sadar kami mendesah secara bersama sama

“Jeeenngggg …. Tassssssyyyyaaaahhh ….” suara mas Bram menggema

“Maaasssss …. Brraaaaammmmm …..” sautku

Serangan fajar pun segera di mulai, aku dorong tubuh mas Bram sampai terlentang sempurna kaki kiriku melangkahi kepala mas Bram dan tubuhku tengkurem menimpa badan mas Bram selakanganku tepat berada di sisi kiri dan kanan kelapa mas Bram sehingg memeku berada di atas mulut mas Bram dan tanpa aba aba mas Bram pun mulai menciumi vaginaku yang semakin terbuka ke dua tangan mas Bram melingkar di atas pantat dan pantatku pun mulai bergoyang kekiri kanan kadang juga ke depan dan belakangg sesuai kearah mana bibir mas Bram berada.

Aku rentangan sedikit membuka selakangan kaki mas Bram dan kepalaku tepat berada di atas penis mas Bram yang sudah super tegang sempurna secara pelan dan penuh penghayatan mulai mengulang lagi menjitai setiap inci penis mas Bram yang tegang sempurna mula mula aku ciumi buah peler yang menggelantung sempurna dan aku mencoba memasukkan ke dalam mulutku aku mencoba membuka mulutku tapi terlalu besar mulutku ngak muat memesokan biji peler ke dalam mulutku yang sebesar telur bebek, aku jilati aku basahi dengan ludahku dan aku mulai membasahi kantung peler dan ke atas nyamenjilati penis mas Bram sepeeri aku menjilati es grim kesukaanku

Aku meresakan di bawah sana lebih menggila lagi ketika mas Bram mukai menjilati dan mehisap kelentitku aku berhenti sebentar menoleh kearah mas Bram yang asik menjilati memekku dan aku lanjutkan lagi mulai memesukan batang penis Mas Bram ke dalam mulutku dan menggeraknan maju mudur kepalaku sehingga terdengan desahan ringan mas Bram di selah selah jilatannya pada memekku.

“Maaaaassssss ….. “ kataku sambil memegakna tubhku sehingga aku bisa melihat aksi bibir mas Bram menciumi kelentitnu dan dua jari mas Bram masuk ke lubang senggamaku

“Maaaaasssss ….. piiiippppiiiiissssss ….” kata ku pelan vaginaku mulai banjir membasai mulut mas Bram yang terbuka dengan lidah siap menampung cairan citaku yang meleleh meluber ke sisi kiri dan kanan selakanganku, aku masih meresapi orgasmus yang baru saja terjadi dan pantatku di dorongnya ke atas sehingga kepala mas Bram yang tadinya berada di bawah memeku ke luar melalui selah pantat yang terangkat keatas, segera mas Bra mengangkat tubuhku yang lemas masih menikmati sisi orgasme ini di rebahkan kepalaku di dada bidangnya dan dileruskan kedua kakiku yang tertekuk dan aku hanya mengikuti apa yang di kehendati mas Bram.

Setelah kepalaku di rebahkan ke dada bidangnya mas Bram mulai menciumi leher kananku dan menaikan dan mengulum anting ke dalam mulut dan memainkan anak telinggaku dengan lidahnya, ciumannya semakin interes lagi ketika menciumi leher jenjeng ku sebelah kiri dan tangan mas Bram nenekan tuburku sepaya tetap tegak sehingga tangan kanannya memegan tubuhku yang melingkar ke belakang menahan tubuhku dan jari jarinya menyentuh samping kiriku sedang tangan yang lain berada di vaginaku mengusap usap pada lubang peranakanku

“Maaaassss ….masukan ….” kataku

“Apa nya yang di masukan ….” kata nya menggodaku sambil tersenyum

“Itu burung garuda ke memeku” kataku sambil mencubit mesra perut mas Bram.

Aku di rebahkan diatas kasur dan menarik bantal di taruh diatas kepalaku dan mas Bram mulai mengatur tubuhku memposisiskan penis besarnya di atas memekku yang terbuka lebar penis yang tegang luar biasa mulai menguak lubang peranakanku sedikit demi sedikit secara perlahan lahan tanpa hentakan tapi doronga lembut, aku merasakan penis mas Bram ,menyentuh dinding vaginaku inci demi insi masuk dengan mulus tanpa hambatan yang berarti, pandanganku tertuju pada mata mas Bram yang tersenyum aku pun membalas senyumam itu dengan tulus ke dua pasang mata kami saling bertemu dan aku paling suka melihat wajah mas Bram ketika penetrasi memasukan penis besarnya ke dalam memekku dengan kelembutan sambil tersenum manis.

“Massss ….. mentok ….. “ kataku

Mas Bram hanya tersenum sambil menekan penis nya lebih dalam lagi tapi sudah berhenti, didiamkan dulu beberapa saat di biarkan kepala penis nya menyenytuh rahimku tanpa tekakan. Di goyangkan pinggulnya naik turun dengan lembut ke atas dan kebawah denga kecepatan mula mula lambat terus semakin lama semakin cepat dan bertahan pada kecepatan sedang dan aku pun mulai mengoyangkan pinggulku juga bisa bermain lincah pada kecepatan sodokan semacam ini membatku merasa nyaman pinggulku menekan ke atas sambil menggoyang kan ke kiri dan kenanan kadang berputar juga dan mas Bram menahan posisi semacam ini lebih lama seperempat jam telah berlalu ketika aku merasakan suatu gerekan dari dalam tubuhku mulai mengeliat liat rasa ingin pipis menjalar di dekirat vaginaku yang meledak ledak hendak keluar tapi aku masih menahanya sekarang aku masih nyaman dalam posisisi semacam ini, akhirnya aku ngak tahan lagi aku tekan ke atas dengan ke dua kaki ku di dasar tempat tidur mas Bram pun tahu menghentikan genjotan pinggulnya dan sedikit menekan ke bawah sehingga kepala penis mernyentuh rahim ku dengan sempurna, aku menggelepar ke kanan dan kekiri ketika orgasmu datang melanda menjalar seluruh tubuh menyusup ke setiap pori tubuhku membuat nyaman dan membuat pikiran menjadi lebih relex dan santai

Akhirnya tekanan pinggulku melemah dan mengedor dengan sendirinya, pantat mas Bram masih berada diatas pantatku tanpa tekanan semua relex, masBram tersenym dan menciumi keningku

“Enak jeng”katanya sambil tersenym

Aku menjawabnya denga angguakan kepala dan tersenyum aku raih kepelanya aku cium bibirnya sambil mengucap

“Terima kasih mas telah membuat aku relex dan nyaman” kataku

Mas Bram hanya tersenyum sambil menggerakan pelan pinggul nya kembali

“Masih kuat nih” kata ku mengoda

“Kan belum keluar jeng aku ingin membuahi rahinmu jeng Tasya dengan spermaku sendiri, boleh” katanya

“Boleh, boleh mas, inikan milik mas Bram juga semua yang ada di tubuh ini melik mas Bram dan apa yang ada di tubuh mas Bram milik Tasya tidak untuk orang lain, kedenaran nya egois ya mas, tapi aku harus egois tubuh mas Bram semuanya untuk Tasya yang lain ngak boleh nyentuh” kataku sambil tersenyum

“Tubuh Tasya juga hanya untuk mas saja ngak boleh yang lain menyentuh”kata mas Bram sambil mencium keningku,

“Iya mas aku akan jaga tubuh ku hanya untuk mas seorang” kataku

Kami berciuman kembali semakin relex dan lembut tanpa tergesa gesa suasana pagi pun sangat mendukung sekali, sambil bertatapan adu pandang dan mengumbar senyuman pinggul mas semakin interes menggoyang dan semakin lancar penis mas Bram keluar masuk dalan lubang peranakanku, semakin lama semakin cepat dan bertenaga sehingga benturan selakangan kami menimbulkan suara suara seperti orang bertepuk, mas Bram merubah posisinya dan ber jongkok di antara ke dua pahaku dan menggoyan pantatan nya dengan menyodongkan tubuhnya kearahku

“Mas aku diatas” kataku

Mas Bram menegakkan tubuhnya dan menarik tubuh ku supaya duduk diatas pinggulnya mas Bram menelentangkan kakinya di atas tempat tidur dan merapatkan tubuh ku ke tubuhnya otomats kaki ku yang lurus berganti menekuk pada lututku dan aku mulai menggoyang pantatku dan menekannya lebih dalam lagi.

“Maaaassss ….. eennnaaaakkkkk ….” bisiku ke telinganya

Mas Bram hanya tersenyum dan mencium bibir ku dengan mengadahkan kepalanya kerena posisinku lebih tinggi, dengan santai mas Bram mendekatkan tubuhku menenpel ke tubuhnya sehingga buah dadaku berada persis di depan mulutnya putting kananku menjadi sasaran berikut nya dikenyo kenyot putting nya seakan baru minum susu dari tetekku yang semakin mengembang kani putting kanan berpindah ke putting kiri dan kedua tangannya ada pada punggungku menekan ke depan sedang ke dua tangan ku berada di pundaknya dan jari jariku meremas lembut kepala dan mengusap pada rambut kepalanya.

Sepuluh menit berlalu aku mulai merasakan gelombang orgasme ku yang ke dua, gerakan pinggul ku semakin liar ke kanan kiri kadang maju mundur mas Bram menghentikan sejenak hisapan dan kenyotan pada putting susuku dan memendang wajahku dan tersenyum menjelang orgasme aku tekan sedalam dalamnya ke penis yang ada di lubang peranakanku dengan sempurna tekanan pinggul ku semakin dalam membuat tubuh ku bertambah basah karena kerinagt mengalir dengan desarnya di sekujur tubuhku, tapi itu semua membuat aku tambah semangat dan bergerak semakin liar kepalaku mengangdah ke atas dengan mata terpejam dan tuhuhku di tahan pada posisi itu sehingga mas Bram bisa memendang ekspresi wajah ku ketika orgasme nya datang, kedua kakiku kedepan sehingga tubuh kami menyatu sempurna penis dan vagina menyatu di celah celah nafas ku yang memburu dan jetak jantungku memacu sangat cepat membuat aliran darahku juga terpacu sempurna denyut jantung ku meningkat sanat draktis dan akhirnya aku terdiam kelelehan pada saat seperti ini mas Bram datang mengulum bibir ku mengusap dahiku yang penuh kerinat dan aku pun melumat bibir mas Bram dengan sangat rakus.

Sejenak aku meresapi orgamus ku yang makin lama semakimn menghilang, mas Bram berbisik ke telingaku

“Jeng nungging ya” katanya

Aku pun menganguk dan mencium kembali bibirnya sambil mergerak berdiri melepas penis mas Bram plop suara keluarnya penis mas Bram pada sangkarnya

Dengan pelenaku merobah posisiku merangkak di samping mas Bram sementara mas Bram juga bergerak berjongkok di belakang pinggulku dan di lebarkan pinggul ku sehingga posisisnya vagina ku tepat pada moncong penis mas Bram yang tegak sempurna

Setelah mengrabai vaginaku yang basah kuyup bergantian merabai penis yang tegang sempurna akhirnya penis sepanjang itu masuk dengan sempurna ke dalam lubang peranakanku kembali

“Ahhhhh…..pelan…..” kataku setelah merasakan penis mas Bram menguak lubang vaginaku

“Ia jeng ini pelan kok” kata mas Bram

Sambil mendorong pelan tapi pasti sampai semua masuk sempat berhenti tiga kali utuk mengambil nafas dan mendorong lagi, di diamkan sebentar penis mas Bram segingga vaginaku mulai menyusuaikan kedudukan penis mas Bram di lubang perananku.

Mas Bram nenggoyang pantatnya maju mundur sabil memegang pangkal pinggulku dengan gerakan yang sangat lambat aku bisa mengamati saat ini dari pantulan kaca pengilon yang ada didinding kamar yang berukuran cukup besar, Aku melihat kegagaham mas Bram ketika menyetubui aku mata terpejam pinggul bergoyang teratur otot dada dan perutnya menonjol kelihatan lebih macho dengan kerinat membajiri dada dan perutnya.

Sambil gerakan mas Bram di belakang tubuh yang dalam posisis nungging terus menyodok dengan sangat perkasa dan kini badan mas Bram rata dengan badanku, kedua tangannya pada belahan buah dadaku yang bergelantungan indah di remasnya dengan lembut dan di mainkan putting susuku sehingga aku mendesah keenakan, aku menengok kepalaku kearah wajah mas Bram yang berada di punggung ku dan mas Bram memberikan ciumam mesra pada bibir ku, sementara pinggulnya tetap mengayun pelan tapi mantab, semakin lama semakin cepat dan tak beraturan aku sambut gerakan mas Bram ini dengan menggoyangkan pinggulku ke kiri dan kekanan sehingga penis mas Bram juga ikut ber goyang setelah 15 menit berlalu mas Bram mempercepat gerakan pinggul dan ….

“Ahhhh ….. “ teriakan mas Bram berkumandang seisi kamar dengan menekan pinggulnya ke arahku dan tentu saja aku ngak bisa bertahan aku rebah masih dalam keadad nungging tapi kepelaku rebah di kasur dan aku merasan denyutan denyutan pada dasar vaginaku ….

“Ahhhh ….. maaaasssss …..” teriakanku sambil mengejang tubuh ku melengkung ke atas dan kedua kaki ku lemas dan jatuh ki atas kasur tapi pantatku masih menungging searah penis mas Bram masih menenjap di vaginaku

“Jjeeeeennnnnnggggggg ….. “ teriakan panjang dari mas Bram disertai cairan menyembur dari ujung penis nya vaginaku yang hangat membasahi seluruh lorong peranakanku

“Maaassssss ….. Ahhhh ….. “ teriaku mengakhiri persetubuhan pagi ini dan cairan cintaku membasahi vaginaku bercampur dengan cairan cinta mas Bram dan kami kedua terkapar dan tertidur berdua masih telanjang dan tubuh mas Bram memeluk tubuh ku dan kepalaku ada di dada bidangnya


Bersambung dulu ....

Part selanjutnya bercerita tentang sekolahan Tasya

Part 28: tungu ya

Tasya knapa gak hamil ya padahal sering banget disemprot ma Eyang Bram
 
Part 28: Kembali ke Sekolah

Pov: Tasya Anggraeni

Jam 6.30 menit aku sudah sampai dipelaran gedung sekolahku yang bergaya arsitek belanda luas dan megah, setelah memarkir mobil ku disekitas pintu masuk aku melangkag santai menuju ke kelas ku yang berada di ujung koridor bagian depan.

“Taaaasyaaaaa ….. “ suara panggilan dari belakang dengan suara keras

“Ngak pakai teriak napa” kataku sambil tersenyum

“Ngak papa kok, kangen sya” lata Diana sahabatku

“Rani mana” kataku

“Tu di depan bersama Rudi” kata Diana

Aku dan Diana berjalan berdampingan menghampiri Rani dan Rudi yang berhenti menantikan untuk mersama menuju kelas kami

“Hallo cantik, lama ngak ketemu kamu” kata Rudi teman sekelas sambil menepuk pundaku

“Kebiasaan tu” kata Diana

“Baik Rud, kamu ….” kataku

“Biasa lah kurus kurus” kata Rudi

Aku Diana dan Rani tertawa terpingkal pingkal

“Gini tu kurus katamu, mana coba kalau gendut, wow ….. “ kataku sambil kedua tanganku kesamping. Rudi orang nya obositas kelebihan lemak dan kami tertawa bersama

Aku langsung masuk ke dalam kelas sudah banyak yang datang dan berkelompok dan bercerita sendiri sendiri, setelah aku masuk dan duduk di meja ku, banyak teman teman yang datang menghampiriku dan berjabatan tangan

“Tu, Tasya sombong nya bukan main, ngak pernah buka WA group ya” kata Narti

“Aku buka kok, tapi hanya baca dan kadang tetawa sendiri baca celotehan kalian” kata ku

“Duh …. Tasya tambah cakep aja kamu, bebar benar aku rindu padamu” Iskak sang ketua kelas langsung berjongkok di depanku

“Huuuuuu …..” sorak teman temanku kompak sambil mendorong kepala dan badan Iskak supaya menjauh dari kami para wanita berkumpul

“Betul tuk kata Iskak, Tasya sekarang beda deh …. “ kata Diana

“Coba deh perhatikan” kata Diana sambil melangkah mendekatiku dan memegang wajahku memeriksa kepala dan sekitarnya, aku hanya tersenyum melihat ulah kekonyolan teman temanku, lanjutnya “ Ngak tau ah pokoknya lain deh ….”

Dan pendapat Diana di amini oleh sebagian teman teman yang bergerombol di depan mejaku

Sebentar kemudian bel tanda masuk terdengar dan kami semua keluar untuk mengikuti hari pertama upacara bendera di lapangan, hampir satu jam kami di lapangan mengikuti upacara bendera dan pembinaan dari kepala sekolah. Setelah upacara aku dan teman teman kembali ke kelas melewati kantor guru dan bertemu beberapa guru aku pun menyapa beliau dan menciun tangan masing guru yang aku temui dan di tirukan denga teman teman se rombonganku baik laki laki maupun perempuan dan ditegur oleh bu Indah

“Tasya sudah dia ambil rapotnya” kata bu Indah wali kelasku

“Belum bu nanti aja jam istirahat aku ambil bu” kata ku sambil melangkah pergi menjauh ruang guru.

Jam 1 dan 2 ternyata kosang masih jam di pakai untuk rapat guru guru, aku bosan di kelas mengajak teman teman ke kantin sekedar cari minum di kantin sekolah yang letaknya agak jauh di belakang. Aku duduk bertiga dengan ke 2 sahabatku Rani dan Diana dan Narti asik asik nya bercerita datang segerombolan anak laki laki dari kelas XII Sos 2, dan seorang yang amat ku benci Aldo ketua gang montor dan sok jagoan dan menghampiriku dan langsung duduk di depanku sambil berusaha menarik tanganku tapi aku mengelek dari sentuhan tangannya.

“Tasya, Tasya sampai kapan kamu menghindar dari aku” kata Aldo

Aku hanya diam melihat sosok Aldo aku memjadi muak dan aku mengajak sahabatku meninggalkan kantin tersebut jadi bad mood aku jadinya,

“Ayo Diana, Rani, Narti kita ke kelas aja, jadi mood ku hilang melihat tampang penjahat kelamin ada di sini” kataku dengan nada agak keras

“Eh, apa kamu bilang, hah” teriak Aldo. Sehingga banyak anak disana berpaling kearah Aldo dan Aku bersama Rani, Diana dan Narti

Rani dan Diana yang berada di sampingku memegang lenganku sambil menarik badanku menjauh, sambil melangkah menjauhi tempat duduk Aldo dan teman temannya.

“Beraninya sama cewek aja tuh anak, ngak ngefek kali” kataku dan ku mau melanjutkan kata kataku tapi mulut aku di bungkem oleh tangan Diana mengisyaratkan supaya diam.

Segera teman teman laki laki sekelas yang ada di situ berdiri dan melangkah dan memberikan perlimdungan kepadaku, juga Aldo dan teman teman gang montor berdiri mereka saling berhadap hadapan dan saling bertukar pandang satu sama lain.

“Apa kalian mau membela lonte itu” kata Aldo sambil menuding kearah aku

“Jaga mulut mu Al” kata Iskak ketua kelas ku

“Kamu tau ngak Is, Tasya to udah jadi pacar aku berlagu dia” kata Aldo

“Hai sejak kapan aku mau jadi pacarmu” kataku sambil berteriak “ngacak dong”

“Udah Tasya ngak usah bikin ribut disini” kata Rani sambil menarik tanganku keluar dari kantin sekolah

Aku Rani, Diana dan Narti menuju ke kantor TU untuk mengambil rapot ku yang belum sempat aku ambil.

“Selamat Siang Bu” kataku ke seorang wanita yang duduk di pinggir pintu masuk

“Ada keperluan apa ya mbak” kata ibu Mariyam kepala TU SMA

“Gini bu, aku Tasya Anggraeni dari kelas XII IPA 1 mau mengambil rapot ku yang belum terambil” kataku

“Mbak Tasya ya” kata bu Mariam

“Iya bu” jawabku sambil menganggukan kepala

“Sebentar ya” kata beliau lagi

Ibu tadi melangkah meninggalkan meja dan membuka almari dan memilih dan melihat tumpuka rapot yang belum terambil dan mengambil salah satu nya dan membali ke tempat duduknya

“Ini Rapotmu Tasya Anggraeni sambil menyodorkan rapot yang di peganggangnya, Tasya menerima rapot dan melihat isinya dan teresenyum puas

“Terima kasih bu” kata Tasya

“Eh, sebentar ini di tanda tangain dulu, sebagai bukti rapot sudah terambil” kata bu Mariyam

“Ia bu, maaf” kata Tasya sambil menundukan tubuhnya meraih balpoin yang ada di saku bajunya dan menandatangai daftar absen mengambilan rapot

“Udah bu” kata Tasya

“Ya udah” jawabnya

“Permisi bu” kata Tasya

“Ya” jawab ibu Mariyam

Tasya melangkah meninggalkan ruang tata usaha dan menuju ke kelas melewati kantor guru

“Hai, Tasya sini” panggil seorang wanita di depan kantor guru, Tasya menoleh ke arah suara yang memanggilnya

“Bu Indah, selamat siang bu” kata Tasya di ikuti oleh Diana, Rani dan Narti bersamaan

“Tolong kamu catat jadwal pelajaran yang berlaku mulai besok” kata bu Indah sambil menyodorkan jadwal yang baru yang berupa kode kode geru mengajar

Tasya mengambil palpen nya dan meminta sobekan kertas untuk menulis jadwal pelajaran semetara dan bu Indah memberi secari kertas untu menulis Jadwal pelajaran tersebut

Setelah selesai menulis kode pelajaran dan minta kererangan dari kode kode tersebut dan mohon pamit meninggalkan ruang guru sesampainya di kelas Tasya segera menulis di papan tulis dan menyalin jadwal tersebut di papan tulis.

Jam 10 bel berbunyi panjang tanda sekolah usai pada hari ini. Aku, Diana dan Rani meninggalkan Sekolah

----skip----

Pov : Bram Kusuma

Setelah pertempuranku pagi ini, yang membuat aku tambah semangat lagi dan ingin menjaga gadis kecilku, kekasih hatiku, Tasya Anggraeni dan setelah aku dan Tasya mengalami orgasme yang sunggung nikmat sekali bengun tidur langsung berolahraga memacu birahi dan setelah itu Tasya dan aku mandi bersama dan sholat subuh bersama dan Tasya menolak ketika aku mencium bibirnya dan mengelitik payudaranya yang ranum

“Nanti siang mas, aku kan mau sekolah ini hari pertama ku masuk sekolah dan aku ngak mau terlambat” kata Tasyaku

“Ya udah siap siap aja sudah jam 5 lebih lho” kataku dan aku melangkah menjauhi tubuh Tasya yang masih terbalut mukena yang di gunakan dan Tasya cepat cepat memakai seragam sekolah dan menyiapkan semua peralatan sekolahnya.

“Mas masih di sini dulu kan tunggu Tasya pulang sekolah ya biasanya sih kalau hari pertama kaya gini paling sampai jam 10 han lah aku sudah pulang” kata Tasya sambil membuatkan kopi hitam kesukaanku

“Mas sih rencananya pagi ini ingin ketemu dengan papamu sebagai seorang laki laki dan tadi sudah ada janji dengan papamu bertemu di Soto bangkong sekalian sarapan pagi” Kataku

“Semoga berhasil ya mas, lebih cepat lebih bagus semoga papaku tidak separah mama dan dapat menerima keadaan yang sebenarnya” kata Tasya

“Tenang aja Tasya, kan papamu baru butuh dana banyak untuk eksport mebel ke Amirika dan Eropa gitu aku akan tawarkan kerja sama aku penui modal kerja dengan syarat mamamu harus menyetujui perkawinanku dengan mu Tasya dan pernyataan di atas meterai dan di tamdatanganni dengan mamamu dan mengetahui papamu” kataku


“Ih, mas Bram ada aja akalnya” kata Tasya sambil mencium bibir ku

“Mudah mudahan berhasil ya jeng” kata ku

Jam 06.30 menit Tasya meninggalkan apartemen dengan mengendarai mobilnya dan aku yang di tinggal sendiri di apartemen melanjutkan tidur lagi dan alaram aku setel jam 08.00

Jam 08.00 aku bangum dari tidurku dan bersiap siap untuk mengadakan pertemuan dengan menatuku Jhon di rumah makan Bangkong setengah jam kemudian aku sudah ada di rumah makan tersebut dan tak lama menantuku Jhon pun datang sendiri

“Selamat pagi papa” kata Jhon

“Selamat pagi juga, bagaimana kabarmu Jhon” kataku

“Baik pah” kata Jhon, lanjutnya “Udah pesan belum pah”

“Belum juga, kan aku baru sampai juga ha ha ha” kataku, lanjutnya “Temani aku sarapan ya”

Aku pun memanggil pelayan dan memesan makanan untuk sarapan berupa Soto yang merupakan salah satu menu kegemaranku sejak muda

“Begini Jhon, kemarin yang di katakana Tasya itu memeng benar, semua ide ini dari ibunya Rini yang menghendaki aku menikahi cucuku sendiri, sebenarnya aku juga galau tentang keinginan Niken istriku yang menjodohkan aku dengan Tasya, tapi setelah aku mendengar sendiri ke inginan Tasya menjadi istriku aku menjadi mantab dan mengusahakan supaya hubunganku dengan Tasya di akui secara syah baik dengan persetujuan Rini atau pun tidak” kataku

“Lalu sampai dimana hubungan papa dan Tasya” kata Jhon

“Hubunganku dengan Tasya sebenarnya sudah jadi suami istri walaupun belum resmi 100% tapi kemarin itu aku dan Tasya ke Kalimantan untuk meresmikan hubungan ku dengan Tasya walau masih di bawah tangan karena perkawinan adat suku dayak aja” kataku

“Kemarin setelah papa dan Tasya keluar dari rumah, Rini mengurung diri sampai saat ini juga ngak mau ngomong apa apa dengan aku, pah” kata Jhon

Bincang ku dengan Jhon terhenti sejenak karena makanan pesanan kami datang, sambil makan pesanan yang berupa Soto kami melanjutkan perbincangan kami

“Jhon, aku sangat berharap kamu bisa bantu aku untuk melunakan hati Rini anakku, semua itu ngak akan gratis Jhon, aku tau kamu masih membutuhkan dana yang cukup besar kan, kemana sebenarnya dana yang ada, apa kamu di tipu orang atau bagai mana” kataku

“Ya pah, aku masih memerkukan dana infestasi yang cukup besar sekitas 2 sampai 3 M pa, kalau saja dana sebesar itu tidak di minta Rini untuk membangun usahanya di bidang Butik dan salon yang bekerja sama dengan cik Leni pengusaha di bidang Butik, aku ngak akan mencari dana tambahan” kata Jhon

“Apa usaha istrimu mengalami ke gagalan Jhon” kataku

“Ngak tau juga pah, kalau aku tanya jawabannya hanya marah marah ngak jelas” kata Jhon, lanjutnya “Kemarin aku ke Makasar bertemu dengan pengusaha di sana tapi usahaku mengalami kegagalan temanku itu ngak bisa bantu sebab usahanya mengalami kemunduran dengan munculnya banyak competitor pa. Lalu apa tawaran papa”

“Begini Jhon, kalau kamu berhasil membujuk Rini menyetujui keinginan Niken istriku maka dana yang kamu butuhkan akan datang dari saya, ngak usah aku bisa mengucurkan dana sebesar 3 M sekarang juga kalau sekarang kamu bisa membuat Rini menyetujui keingan Niken” kata ku Jhon melongo mendengar pernyataanku

“Serius pa” kata Jhom

“Pernah aku ngomomg bohong bohongan Jhon” kataku

“Ya ya saya percaya, papa seorang pengusaha yang handal dan dapat dipercaya” kata Jhon

Setelah semua itu terjadi aku dan Jhon menghabiskan makanan yang aku pesan

“Tasya sekarang tinggal di mana pa” kata Jhon

“Kemarin itu selepas dari rumah mu Tasya menginap di Hotel kenalanku, dan dengan bantuan dia Tasya membeli Apartemen di Sentra dan sekarang dia tinggal sementara di sana sampai ujian SMAnya berakhir” kataku

“Sentra Apartemen yang ada di jalan ki Mangunsarkaro itu pa” kata Jhon

“Yap” jawabku

“Pasti papa habis banyak ya pah” kata Jhon

“Ngak juga kok Jhon, bukan aku yang membelinya tapi Tasya yang membelinya, sebagai owner dari Larasati Group ngak ada yang aneh kok” kata ku

“Tasya sebagai owner Larasati Group pa” kata Jhon

“Ya sekarang Tasya jadi owner Larasati Group, seteah mendapat warisan dari neneknya Niken Larasati dan aku masih sebagai direkturnya” kataku

“Hebat ngak nyangka aku pah” kata Jho, lanjutnya “kemarin tu Dion selalu mengeluh dan selalu menangis di kamarnya memikirkan kakaknya Tasya gimana nasipnya tinggal dimana setelah di usir oleh mamanya, nanti kalau pulang akan saya beri tahu dia, biar tenang ngak usah memikitkan kakaknya yang sudah mapan” kata Jhon

“Biar nanti Dion disuruh telpun ke Tasya aja, memeng ikatan saudara akan terasa kalau sudah berpisah tapi sebelum berpisah akan bertengkar terus” kataku

“Ia pah benar” kata Jhon

Jam 10 lebih aku mendapat telpun dari Tasya

“Assalaumualaikum …. “ kataku setelah smartpun ku aku on kan

“Wallaikunsalam Mas, aku sudah pulang mas, posisi mas dimana” kata Tasya

“Kok cepat sekali pulangnya” kata ku

“Biasa mas hari pertama masih kosong guru guru masih ogah ogahan mengajar” jawab Tasya

“Aku sudah mau pulang kok sudah ketemu dengan papamu juga, dan ini aku di antar pulang ke apartemenmu oleh papamu” kata ku

“Papa mau mampir ngak” kata Tasya

“Ngak, katanya mau ketemu rekan kerja gitu jam 12 nanti” kata ku

“Ya udah mas di tunggu di apartemen ya, peluk deh, muaaah” kata Tasya

“Assalamualaikum ….” kataku

“Wallaikumsalam ….” jawab Tasya

Sepuluh menit kemudian aku sudah berada di depan kamar apartemen langsung aku buka pintu dengan kunci yang aku bawa, aku melihat Tasya duduk di depan TV dan begitu pintu apartemen dibuka Tasya langsung berdiri dan melangkah mendekati aku yang sedang berdiri tangan tananku sempat mendorong pintu apartemen yang menitup dan mengunci secara otomatis.

“Mas, aku kangen” kata Tasya sambil memeluk tubuh ku dan langsung melumat bibir ku dengan ganas, dan aku merespon ciumannya dengan ciuman balik tak mau kalah dengan mereguh Tubuh Tasya di dalam pelukanku, sementara tangan Tasya ada di pundak ku dengan bibir kami menyatu, tanganku yang bebes langsung menerkam bongkahan pantat Tasya yang sudah berkembang sehabis ritual di Kalimantan, aku singkap seragam SMA Tasya yang panjang se mata kaki aku tarik ke atas dan tangan ku menerobos memegang langsung bongkahan pantat Tasya dan meremasnya di balik celana dalam.

“Ih, mas nakal nih” kata Tasya sambil mendorong tanganku yang masih ada di bongkahan pantat Tasya yang semakin seksi. Aku pun melepas tanganku yang ada di pantat nya dan menuntunnya kembali ke sofa di depan TV.

“Mengapa belum ganti pakai pakaian rumah” kata ku

“Kan itu tugas mas yang melepas semua pakaian Tasya hingga bugil” kata Tasya sambil tersenyum

“Sini” kata mas Bram sambil menerik tubuh Tasya lebih dekat

“Katanya mas Bram ingin ngentot dengan anak SMA sekarang saatnya mas” kata Tasya

“Kamu tuh masih ingat apa yang menjadi keinginan mas” kataku

Aku angkat tubuh Tasya aku dudukan di pangkuanku dan aku kecup kening Tasya mata Tasya mulai terpejam dan aku cium bibirnya sementara tanganku sudah ada di atas kancing baju Taya yang ada di depan dengan susah payah satu persatu kacing baju Tasya terlepas dan aku lepas baju Tasya dengan mudah aku lemparkan ke lantai, sementara ciumanlu berpindah ke telingan Tasya dan aku berusaha melepas bra warna hitam yang ada di belakang klik suara lepas kaitan bra Tasya, otomatis payudara Tasya menyumbul bebes, aku lepas bra Tasya aku lempar ke lantai.

“Massss geeelliiii” rancau Tasya lewat bibir mungilnya.

Tak kuhiraukan rancauan Tasya segera aku pindahkan bibirku ke bongkahan payudara Tasya yang sudah mengacung, aku jilati seluruh permukaan payudara Tasya aku sedot dan aku gigit gigit permukaan payudara Tasya sehingga timbul warna merah karya cupanganku di sana. Pentil warna merah muda kini aku kenyut kenyut desahan demi desahan mengawali simponi birahi kami.

Tasya menggeser tubuhnya menjauh dan meraih kaus yang aku kenakan dan menariknya ke atas dan di buang begitu saja di lantai aku pun sudah telanjang dada yang bidang Tangan Tasya memainkan putting ku dengan jari jarinya sekali selaki menekannya dengan keras

“Sakit, Tasya” kataku, tapi tak dihiraukannya, bibirnya mulai memainkan putting susuku di dijilatnya dan di kenyut kenyut membawa suasana yang lain ada rasa geli tapi nikmat. Sementara tanganku mencari resetting pada rok yang di kenakannya dan berusaha melepas melalui bawah dan pantat Tasya agak ke atas memudahkan aku melepas rok yang di pakainya.

Tasya tinggal memekai celana dalam saya, tanganku mulai membuka selakanganya dan menyusup jariku ke celah celah vaginanya dan mencari kelentit Tasya yang sudah mulai mengeras aku gesek gesek kelentitnya dengan jari telinjukku dan kaki kaki Tasya mulai merenggang semakin menjauh dan tanganku mulai bisa mengusap belahan memek Tasya dari atas ke bawah secara berulang ulang.

“Massss, eeennnnaaakkk, geeelliiii baaanggg…. eet, teeeruusss maaassss ennnaaakkk” kata Tasya sambil menggoyang kan pantat ke samping kiri dan kanan

“Ahhhhh, mmaaaassssss, mmaaasssss” rancau Tasya tak henti hentinya di sertai tarikan nafas yang semakin cepat dan tak beraturan

“Ahhhh, mmaaaaassssss bbrrraaaammmmkuuuuhhh, ennnaaaakkk” sura Tasya menggema di telingaku membuat aku tambah semangat untuk memainkan jari jariku di memek Tasya

Sementara tangan ku aktif di memek Tasya bibirku tak lepas dari bongkahan payudara yang mulai berkembang membesar sampai pada suatu saat tubuh Tasya melengkung ke belakang dan tangan ku yang satu segera menahan tubuh Tasya yang melengkung ke belakang

“Maaaasssss, aakkkkuuuuhhh piiiipppiisss” kata Tasya sreeerrrr, seerrrrrtttt semburan cairan cinta Tasya menyembur ke jari tanganku dan membasahi celana dalam Tasya.

“Ahhhh mmaaassss teegggaaa yaaa” kata Tasya

“Enak kan sayang” kataku

Aku berdiri dan mengangkat Tasya di dalam gendonganku dan membawa ke tempat tidur di apartemen itu.

Pov : Rini Kusumawardhani.

Sementara di tempat yang berbeda Rini sudah berada di kamar kost Lionif yang beberapa saat yang lalu mengadakan pertemuan antara Rini dan Lionif sang pacar seorang mahasiswa dan sebagai pacar gelapnya

Rini sudah bertelanjang dada dan bibir Leonif sudah ada di payudara Rini yang cukup besar di kenyut kenyut payudara selelah kanan dan di remas remas payudara Rini di sebelah kiri

“Lion, aahhhhh, eennnaaakkk, teeerrruuuusss, nenen aakkuuuu haannyyyaaa unntuuk mu, aahhhh” rancau Rini di selah selah nafas yang terputus putus.

“Kamu ngang adil lion, masak aku sudah telanjang dada kamu masih berpakain lengkap” ujar Rini sambil menjau dari tubuh Lionif, Lionif tersenyum dan berdiri melepas kaus yang di pakainya dan celana panjang nya sekalian, lalu menarik Rini supaya bediri dan melepas rok yang di pakai hingga menyisakan senana dalam.

Rini melihat penis Lionif sudah tegak sampai nyumbul keluar dari ikatan celana dalam yang ketat dan ingin mencuat keluar dari sangkarnya. Rini berjongkok di depan Lionif dan melepas celana dalam Lionif seketika penis yang besar mengacung gagah, di raihnya penis itu di belai belainya sayang.

“Kamu udah bangun sayang” kata Rini ke penis besar Lionif

Diciumnya kepala penis yang tidak bersunat, di mainkan lubang kencing penis Lionif dengan lidahnya dan leguan suara Lionif mulai terdengar, Rini menghentikan sebentar kegiatannya dan mata mereka saling pandang dan mengisaratkan nafsu yang menggebu gebu di wajah Rini.

Lionif membungkukkan badannya dan menahan kepala Rini supaya tetap menghadapnya ciuman panjang pun terjadi di antara ke dua bibir mereka seorang pemuda tanggung dan seorang mahasiswa sedang berciuman dengan seorang ibu rumah tangga yang sudah mempunyai 2 orang anak yang mengijak remaja.

Ciumanpun berlangsung penuh nafsu terutama Rini yang sudah hampir seminggu ngak terjamah oleh Jhon suaminya.

“Ohhhh, Liiooonnnn” kata Rini di celah celah ciuman yang panjang

“Ibuuuu Riiinnniiii” suara Lionif penuh getar dan gairah yang membara, lanjutnya “ I Love mom”

“I Love you too, Lion” balas Rini sambil tetap merangkul leher Lionif yang menunduk dan Rini tetap berjongkok

Lionif mengangkat tubuh Rini di bawanya ke tempat tidur di dalam kos tersebut, siang itu tempat kos masih terlihat sepi hanya Lionif dan Rini yang ada di kamar berdua memadu kasih terlarang

“Ibu, aku ingin nenen boleh” kata Lionif manja sambil memandang Rini sayu

“Boleh, Lion ayo habiskan air susu jatahmu” kata Rini sambil menyodorkan payudara kiri ke arah wajah Lionif yang sama sama rebahan di tempat tidur

Rini miring ke kekanan dan Lionif miring ke kiri dan mulut Lionif sudah berada di kekat payudara Rini tapi Rini menghentikan wajah Lionif dan

“Jangan di cupang ya sayang ibu takut ketahuan bapak” kata Rini di buat nada semesra mungkin, Lionif hanya menganggukan kepalanya tanda setuju

“Ayo lakukanlah sayang” kata Rini dan melepas kepala Lionif dan dengan sedikit gerakan saja bibir Lionif sudah mennyentuh perpukaan payudara Rini langsung menyergap putting Rini yang tampak membesar sebesar jari telunjuk di kenyut kenyutnya seakan keluar air susunya lalu mengambil nafas yang dalam dan memindahkan ke payu dara di sampingnya.

Tangan Rini Berusaha meraih penis Lionif yang sudah tegang maksinal, di telentangkan tubuh Rini menghadap langit langit kamar dan Lionif menindih sebagian tubuh Rini, bibir Lionif masih di payudara Rini sedang tangan nya sudah merabai memek Rini yang masih terbungkus celana dalam, tanpa membukanya celana dalam Rini. jari jari Lionif menerobos masuk menyentuh kelentit Rini yang sudah membesar di usapnya beberapa kali dan jari tengahnya mulai menyusuri celah panjang yang membelah memek Rini menjadi dua sama besar, memek Rini yang menonjol membuat pemandangan yang menggairahkan, Lionif terus mengekspos memek Rini dengan telaten tanpa tergesa gesa membuat Rini kelimpungan dengan serangan jari jari Lionif.

Tubuh Rini yang terlentang dan Lionif menggeser tubuhnya ku bawah menciumi seluruh permukaan perut Rini yang terlihat agak gendut karena sudah pernah mengandung di mainkannya lubang pusarnya di jilati seakan baru membersihkan kotoran yang ada di lubang tersebut sebentar kemudian Lionif sudah berjongkok di depan Memek Rini memendangi memek Rini seakan mengagumi memek itu

“Cantik ibu memek mu, sama persis dengan paras ibu yang ayu” celoteh Lionif dan Rini segera menutupi memeknya dari pandangan Lionif tapi segera di cegahnya

“Lion apa sih, ibu malu” kata Rini

“Memek ibu tu cantik sekali dengan jembut yang tipis tipis seperti ini di atas memek ibu sedang di celah celahnya bersih dan Lionif suka” kata Lionif

“Ayo dong kalau cantik cium memek ibu lion” rajuk Rini

Tanpa aba aba lagi mulut Lionif langsung menyergap kelentit Rini dan menciumnya dengan ciuman yang panjang

“Ohhhhh, Liiiiooooonnnnnnn, Ohhhhhhh” suara Rini menggema di telingan Lionif

Bibir Lionif masih menciumi kelentit Rini sebentar bentar menggelitik kelentit itu dengan lidah nya

“Ohhhhhhh, LLiiioooooonnnnnnnn” kembali suara Rini menggema

Jari tangan lionif berisaha membuka celah panjang dan mencari lubang memek dan menusuknya dengan ke dua jari dan mengocoknya dengan irama yang pelan

“Ohhhhhhhh Liiiioooonnnn kkaaammuuuuuhhh aapppaaakkkaaaannnn meeemmeeekkk iibuuuuu” kata Rini terputus putus, lanjutnya “Geeeelllliiiiii Liiioooonnnnn, teerrrruuusssss lliiioooonnnn, ohhhhhh”

Dan suara erangan Rini semakin ngak leras dan akhirnya Rini membenamkan kepala Lionif ke arah memeknya dan menekannya sehingga wajah Lionif menempel erat ke memek Rini yang bergoyang ke kiri dan kanan dan seeerrrrr ….. seeerrrrrr …. menyembur cairan cinta Rini ke muka Lionif yang otomatis membuka mulutnya dan menerima semburan cairan cinta Rini kemudian Rini lemas terkapar ngak berdaya, di sedotnya semua cairan cinta Rini sehingga Rini merasa memeknya menjadi kering

Lionif segera mengarahkan penis besarnya ke arah lubang memek Rini, dan setelah sadar penis Lionif sudah berada di dalam lubang peranakanya Rini terkejut

“Kamu jahat sayang, masukan penis kamu ngak permisi dulu dan aku kan masih lemas” kata Rini

“Cuma di masukan dulu di goyangnya nanti setelah ibu tenaganya pulih” kata Leonif

“Tapi kamu capek dalam posisi begini” kata Rini

“Baiklah ibu miring aja tapi penis Lionif jangan terpepas” taka Lionif sambil tersenyum mesra

Sementara Rini bergeser miring dan Lionif mengikuti gerakan Rini setelah Lionif rebahan miring langsung Lionif mencium bibir Rini yang berada beberapa senti di muka bibirnya mula ciuman mesra dan Rini hatinya mulai bergetar lama lama menjadi ciuman liar dan Lionif mulai menggerakan pinggulnya maju mundur sehingga penis Lionif juga mulai menggesek ke lubang memek Rini.

Tangan Lionih berada di atas pinggul Rini dan menekannya ke depan sehingga penis Lionif masuk sempurna ke dalam memek Rini.

“Ahhhh Lioniffff kamu nakal sekali” kata Rini

“Ibu suka kan” kata Lionif menggoda

Rini hanya menganggukan kepalanya dan merespon goynagan pinggul Lionif dengan mengangkat kaki keatas sehingga kaki Lionif yang berada di atas menyusup di celah celah selakangan Rini dan perpadian kelamin mereka sangat ketat Rini mulai menggoyang pantatnya ke atas dan kebawah baik ke dua tangan LIonif dan kedua tangan Rini berada di pantat lawan mainnya, saling memberi tekanan pada penis dam vagina getakan semalkin lama semakin cepat sehingga timbul suara gesekan kelamin di padu dengan derit tempat tidur yang di pakai sebagai area pertempuran.

“Lion eeennnnnaaaakkkkk ppeeennnniiiissssmmmuuuuuhh” kata Rini terputus putus diselah nafas yang memburu

“Meeemmmeeekkkk ibu seeemmmmpppiiiittttt mmeennggggiiiiggggiiitttt” jawab Lionif semangat mendorong dan menekan ke mememk Rini

Dengan satu berakan Lionif berhasil membuat Rini terlentang kembali dan menggenjot dengan kecepatan sedang kini Rini terlentang sempurna di atas tempat tidur dengan mengkaitkan ke kua kaki di atas pinggul dan menggoyan pantatnya ke kiri dan ke kanan semakin lama semakin cepat dan

“Liiiioooonnnn iibbbuuuuu kkkeeellluuuuaaarrrrr” teriak Rini

Di tekannya penis Lionif ke dalam memek Rini sehingga Rini bisa menikmati orgasme datang dengan nafas masih memburu

“Lion kamu hebat ibu sampai lemes tapi enak banget “ jata Rini

Tanpa basa basi lionif mulai menggenjot penisnya dengan kecepatan super membuat Rini blinggasan

“Lioooonnnnn sssttttoooopppp dduuullluuuuu” kata Rini

Tapi tidak di tanggapi oleh Lionif malah mempercepat genkotannya

“Liiiooooonnnnnn iiibbbuuuuu kkkkeeeelllluuuuaarrrr lllaahhiiiiiii ooohhhhh” ucap Rini

Lionif meneakan pinggunya dalam dalam ke dalam memek Rini dan cchhhhoooottttt ccchhhhoooootttt disertai leguan panjang Rini sseeeerrrrrttttt ssseeeerrrrrttttt

Mereka orgamus bersamaan membuat tubuh ke dua nya melayang layang di angkasa pelukan mereka tambah dan kerinat keluar deras membasai tempat tidur dan tubuh mereka dan saling menikmati orgasme berdua bersama sama kepuasan puncak dalam hubungan kelamin.

“Lion ibuuuu puasssss “ kata kata Rini.

Pov Tasya Anggraeni

Di apartemen Tasya

Setelah tubuh aku di turunkan ke tempat tidur dan di baringkan dengan pelan pelan seakan barang yang mudah pecah, aku terlentang dan mas Bram berdiri di pinggir tempat tidur melepas celana panjang yang di pakainya dan menyisakan celana dalam berwarna krem dengan penis tegang sampai keluar dari celana dalam seakan sempit ke kecilan.

Mas Bram berbaring di samping aku dan tangan mas Bram berada di payudaraku dan meremas remas nya dengan pelan sekali kali menyenggol putting ku yang mulai mengeras kecil kesar merah muda membuat mas Bram ingin selalu berada di atas payudaraku.

“Massss, aaahhhhh” kata ku

Dibelainya ramput Tasya di kecup keningnya di tatap mata Tasya yang mulai sayu malah menambah cantik wajah Tasya kalau dalam keadaan terangsang

“Massssss, ayo” kata Tasya

“Mau kemana sih” kata mas Bram sambil tertawa

“Ihhh nyebelin, mmmaaaassss, setubuhin Tasya” teriak Tasya

“Nah gitu dong kalau perintah yang jelas” kata mas Bram

Aku meraih wajah mas Bram yang ada di samping wajah nya kemudian menciumnya bibir mereka tapi Bram seakan malas untuk membalas aksi Tasya yang ridak sabar mendorong mas Bram terlentang di tempat tidur, kaki Tasya naik ke tubuh Mas Bram dan mulai menciumi telingga mas Bram dan membauat mas Bram kegelian tangan Tasya ada di kepala mas Bram dan payu dara Tasya yang besar berada tepat di depan mulut mas Bram dan tanpa di peritah dua kali mulut mas Bram membuka dan melahap putting Tasya dengan sangat rakus dihisapnya putting nya di mainkan payudara kanan di isep putting sebelah kiri dan tangan mas Bram yang bebas berada di pinggang dan mendorong Tasya agak ke bawah menggesek penis mas Bram yang masih di balut celana dalam Tasya dengan bersemangat terus menggoyangkan pantatnya sesingga kelamin mereka saling bergesekan tidak lama Tasya merubah ke dudukannya kini pantat Tasya berada di antara ke dua lutut mas Bram dan bibir Tasya ada di putting mas Bram yang mencuat kecil, di gigitnya putting tersebut dengan gemas dengan bibirnya, Leguan Mas Bram semakin keras terdengar

“Tasssssyyyaaaa geelliiii ahhhhh” kata mas Bram

Tasya tidak merespon rancauan mas Bram dan sebagai jawaban Tasya duduk di atas selangkangan mas Bram yang merentangkan ke dua paha nya sehingga penis terlihat panjang, tangan Tasya meraih celana dalam dan dengan cepat di lepes nya melalui kali yang terlentang dan tidak sampai terlepas hanya menggantung di salah satu lutut mas Bram, Tasya memegang penis mas Bram di jilatinya kepala penis seakan menjilati es krim kesukaanku digenggamnya penis besar mas Bram dan di belai halus sambul menjilati batang penis mas Bram dan turun ke bawah lagi menjilati peler mas Bram di kulumnya buah peler nya dan di lepas dengan menarik mulut Tasya keluar dengan paksa “Plok”

Mas Bram geli geli tapi enak dan dari mulut mas Bram yang selalu mendesak nikmat, setelah dirasa cukup Tasya menelan penis mas Bram ke dalam mulutnya dan membasai batang penis yang besar sehingga basah kuyup.

Tasya berdiri di tempat tidur melepas celana dalam yang sudah basah kuyup dan melangkah tepat di atas penis mas Bram dan duduk tersimpuh sesingga kepala penis berada tepat di depan lubang memeknya, ditekan pelan pelan sehingga masuk sebentar, untuk ambil nafas dan di tekan nya lagi sehingga semua penis mas Bram hilang tertelan vagina Tasya yang membuka sempurna bagai bunga mawar yang maru merekah.

Tasya ulai menggoyangkan pinggul nya naik turun dan mas Bram menikmati semua perbuatan Tasya dengan mata terpejam

“Nikmat Tasya” kata mas Bram

“Suka mas” kata Tasya sambil meraih ke dua tangan mas Bram yang ngangur kan menempelkan ke payudara nya. Mas Bram mulai meremas remas pelan sambil memejamkan mata merasakan sensasi yang di buat oleh Tasya

“Mas enak mas, ohhh mas suka” kata Tasya

“Enak jeng mas suka banget” jawab mas Bram

Goyanganku semakin lama semakin lancar dan bertambah cepat sampai mas Bram membuka matanya dan melihat aku sedang berjoget ria diatas tubuh mas Bram, aku tersenyum dan mas Bram tersenyum juga dan duduk di ranjang ku, tubuh mas Bram mendekat ke tubuhku meraihnya dan memeluknya dengan mesra sekali pantat ku tetap bergoyang aku tekan agak kedalam kemudian aku putar se arah jarum jam sehingga penis mas Bram juga iktut berputar sesuai putaran pinggulku sebentar berhenti kemudian aku ajukan memek ku menggesek kontol mas Bram enak kelentitku bergesek dengan rambut penis mas Bram yang baru tumbuh mebuat sensasi yang nikmat.

Maaaasssss Brrrraaaammmmmm” kataku mata ku terpejam tubuhku oleng ke samping kiri dan dari dalam memekku menyembur cairan cinta membasahi tubuh mas Bram yang baru menghisap putting tapi dengan sigap nenahan tubuhku agar tidak jatuh ke belakang, di rebahkan tubuhku di atar tubuh mas Bram dan menahan tubuhmu menggulirkan nya ke kiri dua kali sehingga posisiku berada di bawah mas Bram kini mas Bram memegang kendali permainan setelah berhenti sebentar untuk memulihkan tenagaku yang baru saja orgasme enak, mas Bram tidur telungkup menindih tubuh ku penis mas Bram tetap menancap di memekku dan dada bidang mas Bram menekan payudaraku enak benda kenyal yang ada di payudaraku tertekan sempurna tangan kiri berada di belakang kelapaku mengarahkan wajahku menghadap wajahnya dan cuuuuppppp bibir kami bertemu dan bersamaan dengan itu pinggul mas Bram mulai naik turun nikmat aku merasakan suatu rangsangan yang tiada taranya bibirku diciumnya putting ku di remas remas dan memeku di masuki penis mas Bram yang berar mengaduk ngaduk memeku

Sudah sering sensasi semacam ini aku dapatkan dari mas Bram tapi setiap permainan mempunyai rasa yang berbeda aku tidak bisa memahami setiap sensasi ngentot bersama mas Bram selelu membuat hati ini berbunga bunga dan getaran halus selalu berdesir diselah selah goyangan penis mas Bram

“Maaaasssss” suara ku tertahan bibir mas Bram segera menutup mulutku dengan ciuman dan akhirnya ciuman mas Bram berpindah ke leher kanan dan aku hanya bisa menaikan kepalaku saja karena tubuhku ngak bisa bergerak tertekan tubuh mas Bram yang selelu bergoyang pada pinggulnya sementara dadaku aku goyang sehingga buah dadaky yang bergesek dengan rambut yang ada di dadanya gelli.

Lama sekali aku merasakan keringat ku mulai mengalir di sekujur tubuhku demikian juga keringat mas Bram tumpah ruah kembasahi tubuhku juga aku ada di bawah sehingga keringat kami menyatu.

“Jeng enak ya” tanya mas Bram, lanjutnya”Besok mas Bram pulang ya ke Solo”

“Ia mas, sekarang puasin dulu aku mas seminggu kemudian mas Bram kemari lagi ya” kata ku manja di selah selah goyangan pantat mas Bram yang tak pernah berhenti

“Ia hari Jumat pulang kerja langsung kemari kan hari sabtu aku ambil libur saja, mau ngelonin jeng Tasya istriku tersayang, dua hari cukup kan, hari senin pagi berangkat ke Solo pagi langsung ke kantor” kata mas Bram penuh semangat

“Ia mas tapi aku sabtu ngak libur mas” kata ku

“Ya ngak apa apa aku nungguin pacarku yang cantik belajar habis itu pasti dapat enek enak kan” kata mas Bram

“Maaaassssss akuuuuu mau keluar cepetin dikit mas” kataku

“Ia aku jugaaaa, taaahhhhaaaannn jjeeennngggg” kata mas Bram sambil mempercepat goyangan pantatnya ke dalam memekku

“Maaassssss, ohhhhhh” kataku, ssrrrreeeeetttt, sseeerrrrrrttttt

“Terima jeng spermaku, jeeeennnggggg” kata mas Bram

Tubuhku melenting ke atas pinggulku aku tekan ke keatas bersamaan pinggul mas Bram di tekan kebawah persatuan kelamin kami sunggung membuat aku melayang layang dan akhirnya ku tertidur dalam pelukan mas Bram tanpa busana.

Bersambung ….

Part 29: .....


Sedikit banget adegan Mama Rini



Part 29: San Ketua Geng
(Bagian I)

Pov Tasya Anggraeni

Jam 6 pagi aku dan Mas Bram sudah ada di dalam mobil, rencana aku menghantarkan mas Bram ke travel untuk pulang ke Solo, sebelum mas Bram turun dari mobil ku mas Bram memberikan ciuman ke bibirku dan aku menyambut ciumannya dengan menahan air mata

“Mas kalau aku kangen gimana mas” kataku

“Cuma 5 hari aja jeng, jumat sore mas sudah ada di sisi mu lagi” kata mas Bram sambil menghapus air mataku, lanjutnya “ udah jangan nangis gitu, cantiknya hilang lho”

“Tapi maaasss” kataku

“Mas percaya kamu bisa, mas selalu menjagamu walau jauh dan mas percaya kamu bisa mandiri seperti yang ku kenal sebelumnya, kamu pasti bisa Tasyaku sayang, istriku yang manja, udah jangan nangis lagi ya” kata mas Bram

“Hati hati ya mas, di jalan” kataku lagi aku cium kembali bibir mas Bram dengan lembut dan mas Bram membalasnya

“Udah Jeng nanti kamu terlambat” kata mas Bram

Mas Bram keluar dari dalam mobil mengambil tas kecil dan di nyangklong di pundaknya

“Hati hati ya Jeng jangan ngebut” kata mas Bram

Aku melambaikan tanganku dan menjalankan mobil menuju ke sekolah ku tepar jam 7 aku sudah berada di dalam kelas

----skip----

Bel istirahat pun terdengar aku dan sahabatku ke kantin untuk membeli sekedar minuman dan makanan kecil, dan waktu akan kembali ke kelas aku melihat Aldo and geng berdiri menutupi jalan ku dan teman teman

“Tasya, Tasya kamu tu harus bersyukur aku sangat mencintaimu” kata Aldo di sambut dengan ketawa teman teman geng nya

“Apa sih Al, aku ngak suka caramu” kataku

“Lalu aku harus datang ke padamu ya, berlutut di hadapanmu dan memintamu menjadi pacarku” kata Aldo

“Aku udah punya pacar tau, dan aku sangat mencitainya” kataku

“Siapa yang berani merebut kamu dari tangan ku, katakan” kata Aldo sewot

“Bukan urusan mu juga kali, kamu bukan siapa siapa aku tau” kataku menahan emosi

“Ha ha ha tambah cantik saja kamu Tasya kalau lagi marah dan aku suka” kata Aldo

“Minggir aku mau lewat” kataku sambil mendorong nya supaya menepi

Aku dan sahabat sahabatku meninggalkan jalan di depan kelas Aldo

-----

Ketika aku pulang sekolah ternyata Aldo dan teman temanya mengikuti mobil ku yang masuk ke apartemenku, ketika aku mau parkir di tempat parkir, montor Aldo menghalangi jalanku dan aku minta tolong satpam untuk mengusir Aldo dari halaman Apartemen yang memeng di jaga oleh satpan 24 jam.

Esok harinya aku di hadang lagi ketika aku mau ke toilet sekolah disini Aldo makin berani menjamah tubuh ku tapi aku sempat berteriak sehingga kelas yang berdekatan dengan toilet pada keluar dan menggagalkan aksi Aldo, aku ngak jadi ke toilet tapi langsung ke ruang BP untuk melapor kejadian yang membuat aku tidak nyaman kebetulan pak Santosa ada di ruang BP baru bincang bincang dengan bu Anik dan pak Martono guru BP ku

“Selamat siang pak, bu” kataku masuk ruang BP

“Eh Tasya ada apa” kata pak Santosa agak terkejut melihat aku datang tanpa di panggil

“Saya mau melapor pak, karena saya merasa tidak nyaman” kata Tasya

“Coba ceritakan mengapa kamu menjadi tidak nyaman” kata Bu Anik

“Begini bu, sebenarnya ini sudah lama semenjak kenaiakan kelas dulu, Aldo kelas XII Sos 2 selalu mengganggu saya bu, setelah dia menembak saya tapi saya tolak karena saya mau focus belajar dan berprestasi bu” kata ku

“Oh, Aldo lagi bikin ulah, terus apa yang di lakukan” kata pak Martono

“Dulu waktu semester satu hanya gangguan melalui SMS dan WA saja dan itu bisa saya atasi dengan memblok nomernya, tapi sekarang tambah berani pak dia menghadang saya sudah tiga kali ini bu, pertama ketika pertama masuk, hari senin dia mengganggu di kantin sekolah sampai ngatain aku pelacur juga bu, kedua kemarin ketika saya kembali ke kelas dari kantin dihadang di depan kelasnya, dan ketiga pada hari ini baru saja terjadi pak, bu, dia menghadang aku ketika aku mau ke toilet sendiri, dia berani mengganggu dan memegang anggota tubuh ku bu dan aku teriak minta tolong untung suara ku keras sehingga di dengar oleh kelas XI yang berada di kekat toilet, dan aku langsung kesini” kataku

“Eh Aldo baru kumat tu” kata pak Santosa

“Ya Nanti setelah ini Aldo tak panggil ya, kamu tenang aja, belajar yang benar” kata pak Santosa

“Baik pak, saya permisi dulu” kata ku

“Kamu sudah jadi ke toilet belum” kata bu Anik

“Ngak jadi bu” kata ku

“Ya udah kamu ke toilet kantor guru, mari ku antar” kata bu Anik

Aku dan bu Anik ke toilet yang berada di kantor guru dan setelahnya aku mohon diri kembali ke kelas.

Pulang sekolah aku ajak Diana dan Rani ke tempat Apartemenku dengan janji nanti sore pulangnya aku antar, dan Diana dan Rani minta ijin ke orang tuanya lewat WA dan mereka mengijinkan aku agak tenang mengajak temanku mampir ke apartemenku.

Diana dan Rani terbengong setelah masuk Apartemen ku

“Tasya kamu sekarang tingga di sini, dengan siapa” kata Diana

“Ya aku tinggal disini, sendiri lah pengin belajar hidup mandiri” kataku

“Lalu mama dan papa mu juga tau” kata Rani

“Kalau papa sih udah tau, tapi mama dan adikku Dion belum tau” kata ku jujur

“Eh boleh aku tebak kamu ada masalah ya sama mamamu” kata Diana

“Yah masalah keluarga Na”kata ku, mau minum apa” kataku

Sambil menuju dapur dan menyiapkan minuman, aku buat es sirup untuk ke dua temanku

“Kalau boleh tau, kok kedengarnya janggal sih, air yang tadinya tenang kok tiba tiba ada riak yang besar sehingga kamu tidak lagi tinggal dengan orang tuamu” kata Rani

“Nanti deh aku ceritain masalah aku tapi janji dulu kalian berdua ngak akan cerita pada siapapun juga termasuk keluargamu Ok” kataku

“Ayo diminum dulu” kataku menaruh tiga gelas es sirup di depan sofa panjang menghadap TV dan aku duduk ditengah tengan sahabat sahabatku ini, aku raih remut TV dan mencari chenel TV dan memilih siaran music melalui audio sett dari home teater.

“Ayo dong Tasya cerita dong aku jadi kepo nih” kata Diana di sebelah kanan ku

“Janji dulu, sebelum kalian janji aku ngak mau cerita” kataku

Rani dan Diana mengangkat tangan memberi tanda V dan berjanji ngak akan cerita kepada siapapun termasuk saudara saudaranya

“Ceritanya panjang kali tapi jangan di putus ya aku cerita” kataku mengawali ceritaku

Aku mulai setelah aku ulang tahun ke 18 awal bulan lalu, dan setelah usai ulangan umum aku ke Solo ingin menemani eyang kakung Bram Kusuma yang hidup sendiri di kota itu, Eyang putri mengingatkan aku tentang janjiku ke eyang putri 2 tahun yang lalu tentang kesanggupanku untuk menggantikan posisi eyang putri menjadi pendamping eyang kakung dalam artian menjadi istri eyang kakung” kataku

“Apa kamu gila kali” kata Diana

“Udah deh ngak jadi cerita aja” kata ku

“Ayo dong tambah kepo nih” kata Rani

“Kan udah aku katakana jangan memutus aku cerita setelah selesai baru kalian bertanya sehingga kamu tau masalah yang sebenarnya” kataku

“Ya ya sorry Tasya sayang” kata Diana sambil membelai pipiku

“Ok aku lanjutkan, Aku sebenarnya juga sayang benar dengan eyang kakung yang menurut aku punya karisma yang luar biasa dan ganteng juga sih, memang aku pernah janji kepada eyang putri ketika aku masih duduk di kelas 5 SD, aku pernah janji ke eyang putri ingin menjadi istri eyang kakung yang ganteng itu, itulah benih cintaku ke eyang kakung, semakin lama benih cinta ku ke eyang kakung bukan semakin memudar malah semakin bersemi sehingga aku selalu menghidar kalau ada cowok menembakku dengan alasan aku maih ingin berpretasi walau secara jujur aku sungguh cinta dengan eyang kakungku, gila kan, setiap malam sebelum aku tidur selalu sholat tahajut memohon petunjuk akan rasaku selama ini apakah benar aku mencintai eyang ku sendiri dan rasa cintaku yang besar ini aku salurkan ke semangat belajarku dan hasilnya kalian tahu aku menjadi juara kelas semenjak kelas X paling jelek juara 3, Doaku terjawab juga setelah aku kelas X ketika eyang putri meninggal dunia eyang putri mengingatkan aku tentang janjiku ke eyang putri untuk menjadi istri eyang kakung, tentu saja aku sambut keinginnan eyang putri dengan hati yang berbunga bunga, aku mengharap eyang kakung menyatakan ini terlebih dahulu masah sih aku harus mengutarakan terlenbih dahulu. Selama 2 tahun ini aku selalu menunggu pernyataan eyang kakung dan sikap acuh dan cuek eyang kakung membuat kepercayanku dan keyakinanku semakin menipis tapi aku bersikap biasa dengan eyang kakung, kira kira satu minggu sebelum ulang tahunku yang ke 18 aku bermimpi ketemu eyang putri dengan pakaian kebayak putih dan jarit juga latar putih, mengingatkan ku tentang janjiku ke eyang putri belasan tahun yang lalu” aku berhenti sebentar menarik nafas dalam dalam dan melamjutkan ceritaku

“Akhirnya setelah ujian semester berakhir aku langsung ke Solo menemui eyang kakung pada saat aku mengutarakan kembali keinggnan eyang putri, eyang kakung malah bengong bukan menjawab ya atau tidak malah berbagai pertanyaan yang intinya mengorek isi hatiku tentang kesedianku menjadi istri eyang kakung yang nota bene sudah berusia lanjut sudah lebih setengah abat ini, tapi jawabanku yang menyatan kesanggupanku menjadi pendamping eyang kakung sekaligus mengganti kedudukan eyang putri yang belum sempat di berikan eyang putri ke eyang kakung, akhir nya malam itu aku serahkan barang yang paling berharga miliki ke eyang kakung dan eyang kakung mengambil ke perawananku setelah diskusi yang panjang. Doaku selama ini mendapat respon yang positif dari semesta” kataku dan aku berhenti sebentar karena ada ketukan di depan kamar ku

“Siapa ya” kataku cemas kalau Aldo datang lagi

“Saya non, satpam ada kiriman paket untuk non” teriaknya dari luar

Aku melangkah kea rah pintu depan melihat dari kaca pengintai dan membukaan pintu untuk Satpam tersebut memberikan bingkisan itu kepadaku

“Terima kasih pak, sebentar ya” kataku, sambil melangkah menaruh bingkisan itu di atas meja dan masuk mengambil tas ku menyiapkan sekedar uang untuk ku berikan kepada satpam itu

“Ini pak untuk beli rokok” kataku

“Termakasih non” katanya sambil melangkah pergi

Aku buka kiriman paket itu ternyata ada kirimam dari mas Bram yang megirim photo aku dan mas Bram dengan pakaina kebaya dan mas Bram pakai pakaian jas ganteng satu lagi photo ku seorang diri.

“Nik photo aku dengan eyang kakung di Larasati Group” kataku, lanjutnya “Pasang dimana ya” kataku

Diana dan Rani mengamati sekitar dinding dan Rani mengusulkan photo yang berduaan di taruh di atas TV dan yang sendirian di atas sofa dan aku setuju dibantu oleh teman temanku aku memasang photo photo itu.

Setelah selesai memasang photo

“Lanjutkan gih, ceritanya, Tasya” kata Diana

Aku kembali duduk di tempat semula dan mulai bercerita lagi

“Pagi harinya aku di ajak eyang kakung ke tempat Notaris untuk mendatangani balik nama kepemilikan perusahaan milik eyang putri ke namaku dan diperkenalkan dengan seluruh karyawan Larasati Group yang sekarang menjadi milikku dan eyang kakung sebagai direktur utamanya, aku sempat ke Kalimantan untuk ritual perkawinanku dengan mas Bram ya eyang kakungku sendiri secara adat Dayak Ngaju soalnya mas Bram sudah menjadi adik angkat dari seorang kepala suku di sana, aku juga sempat ketemu dengan ibu susuku an merestui hubunganku dengan mas Bram tapi malah mamaku senditi nenolak mentah mentah hubuganku dengan mas Bram dan aku kemarin di usir dari rumah mamaku sahingga oleh mas Bram aku di belikan aparteme ini dengan namaku, gitu ceritanya” kataku

“Eh siapa tu ibu susumu” kata Rani

“Ia adalah ibu asuh ku yang tertera pada akte kelahiranku, setelah mamaku melahirkan aku aku ditinggal di tempat ibu angkatku sehingga berusia satu tahun, kemarin aku sempat menemui beliau dan aku minta doa restunya untuk hubunganku dengan mas Bram, mungkin kalau tidak ada aral melintang pertengaah tahun ini aku akan resmi menjadi istri mas Bram ya eyang kakung ku sendiri” kataku

“Rumit nian Tasya ceritamu” kata Diana

“Eh kaya cerita senetron aja ya” kata Rani

“Biasa aja kalian, awas ya cerita ini jangan sampai keluar dulu, tutup mulut kalian seperti janjimu” kataku

Diana dan Rani bersama sama menempelkan jari jari tangannya dan membuat gerakan tutup mulut dan kami tertawa bersama

Tak terasa jam sudah menunjukan jam 4 sore dan Diana dan Rani pamit pulang dan aku antar sampai rumah masing masing dan baru jam 5 aku kembali ke apartemenku.

Pagi harinya aku di panggil ke ruang BP ketika jam pertama baru mulai aku sudah menduga aku akan di panggil tapi tak menduga reaksi sekolah begitu cepatnya ini hari menagani kasus aku dengan di temani oleh Diana aku masuk ke ruang BP di sana sudah ada Pak Santosa, Bu Anik, Pak Martono dan bu Indah Walikelasku dan pak Sastro Wali kelas XII IPS 2 sedang berbincang bincag satu dengan yang lain aku dan Diana duduk di depan mereka tak beberapa lama Aldo datang masuk ke ruang guru dan langsung duduk di sampung Diana ada bangku kosong.

Sesaat setelah Aldo duduk

“Kamu tahu al, mengapa kamu di panggil” kata bu Anik sebagai guru BP

“Sudah aku duga masah aku dengan Tasya kan” kata Aldo tanpa rasa takut dan tanpa rasa hormat

“Kalau begitu ibu minta kamu minta maaf kepada Tasya” kata bu Anik

“Enak aja aku di surum minta maaf, aku salah apa, apakah aku salah menyukai Tasya dan aku ingin Tasya menjadi pacarku gitu aja kok apa itu salah bu” kata Aldo dengan arogannya

“Ya kamu tidak salah mencintai seseorang tapi caramu yang salah dengan memaksakan kehendakmu, Tasya aja ngak mau jadi pacarmu kok kamu paksa” kata ibu Anik

“Apa alasanmu Tasya menolak Aldo menjadi pacarmu” kata bu Anik untuk mengkorek segala keterangan dari Tasya mengenai Aldo

“Ada dua alasan aku menolak Aldo menjadi pacarku bu, pertama memang aku belum mau pacaran dulu aku mau mengejar pretasiku di sekolah dan ini terbukti berhasil , ke dua aku tahu siapa Aldo sebenarnya dia adalah penjahat kelamin bu” kata ku

“Ini fitnah tuduhan tanpa bukti, buktikan Tasya jangan asal menuduh aja” kata Aldo

“Oh, kamu minta bukti ya, kamu tentunya kenal Indri dan Sari sekarang kelas XI” kataku

Aldo diam ngak bisa bersuara lagi, kemudian

“Ada apa dengan Indri dan Sari Tasya” kata bu Anik

Tasya diam sejenak sambil menarik nafas dalam dalam kemudian “Maaf bu aku keceplosan sebenarnya aku sudah berjanji kepada mereka untuk tutup mulut mengenai kasus dengan Aldo kalau Bapak dan ibu di sini mau bejanji untuk menjaga nama baik dan privasi Indri dan Sari aku akan cerita” kataku

“Aku jamin Tasya, bapak dan ibu disini bisa menyimpan rahasia mengenai privasi seorang murid sehingga kamu jangan ragu untuk menyeritakan yang sebenarnya yang BP tidak tau, tapi entah dengan temanmu Diana” kata bu Anik

“Aku sudah tau lama bu kasus ini, sebab aku adalah sahabat dari Tasya apa yang Tasya tau pasti cerita ke aku sealikya apapun yang aku tahu Tasya pasti tau, semenjak kelas X kami bersabatan kalau pun berita ini keluar pasti dari Aldo” kata Diana, lanjutnya “ Kasus ini terjadi ketika Tasya menjabat ketua OSIS dia selalu ada buat teman teman semua kadang kadang teman teman segan datang ke BP nanti masalahnya akan bertambah parah lagi mereka banyak cerita tentang problematika remaja ke Tasya waktu itu sebagai ketua OSIS dan Tasya selalu bisa mencari jalan keluarnya apapun masalahnya yang di hadapi demikian juga dengan kasus Indri dan Sari biar Tasya sendiri yang cerita” kata Diana

“Ya lanjutkan ceritamu Tasya” kata bu Anik

Jadi begini bu, waktu itu setelah penerimaan rapot semester gasal Indri tiba tiba datang ke padaku dalam keadaan menangis aku cukup terkecut juga atas pengakuan Indri, menurut dia setelah beberapa bulan Indri di terima di sekolah ini Indri ditembak oleh Aldo dan Indri menerima Aldo sebagai pacarnya, semua siswa di kelas itu tau kalau Indri pacarnya Aldo setelah Indri menyerahkan kegadisanya kepada Aldo, Indri ditinggal dan Aldo menyatakan putus hubungan dengan Indri sebeb dia mulai dekat dengan Sari kelas X juga tapi lain kelas Indri dan Sari tidak saling mengenal dan beberapa bulan kemudian Sari di putus setelah menyerahkan keperawanannya ke Aldo sampai sampai berita yang aku dengar Indri dan Sari hamil tapi di gugurkan atas desakan keluarga Aldo yang membiayai operasi itu, aku sendiri baru tahu kemarin kalau Indri dan Sari sempat mengugurkan kandungannya, apa itu bukan namanya penjahat kelamin, hampir semua anak anak terutama yang cewek tau kok bu yang pasti teman teman yang sekelas dengan Indri dan sari” kataku

“Benar Aldo, apa yang di katakana Tasya” kata bu Anik

Aldo hanya diam sejenak dan dengan mata merah menahan amarah dia pergi sambil mengucap: “Bohong itu bu, Awas kamu Tasya aku adukan ke pulisi atas tuduhan menjelekan nama baik” katanya dengan melangkah pergi ke luar ruangan

“Hai Aldo kamu mau kemana” panggi pak Santosa wakasek kesiswaan

Tanpa menoleh dan tanpa jawaban apapun Aldo tetap melangkah meninggalkan ruang BP dengan hati penuh kemarahan.

“Sabar ya Tasya, aku kenal kok dengan ayah Aldo Kolonel Samuel Dandim kota ini” kata pak Santosa, lanjutnya “Besok akan aku panggil orang tuanya ke sekolah bersama ibunya juga dan aku juga mengharap eyangmu Bram juga bisa hadir biar cepat selesai masalahmu dengan Aldo nanti sepulang sekolah aku titip surat panggilan ke eyang mu Bram kusuma ya, jangan lupa Tasya”

“Iya pak, saya permisi dulu bapak, ibu aku dan Diana kembali ke kelas” kataku

“Silahkan Tasya, hati hati ya” kata pak Santosa

Setelah keluar dari ruang BP

“Na tunggu ya aku tak telpun mas Bram dulu” kata Tasya

“Cieee cieee udah kangen nih” ledek Diana

Tasya mengangkat tangannya dan jari telunjuk berada di depan mulutnya “Jangan keras keras dong”

“He he he” Diana sambil tertawa

Tasya mengambil smartphone nya dan menghubungi seseorang

“Assalamualaikum mas” kata Tasya

Wallaikumsalam Tasyajawab mas Bra,​

“Mas bisa ngak sebelum jam 12 sampai di Semarang aku takut mas” kata Tasya

Eh, ada apa Tasya, apa yang kamu takutkankata mas Bram

“Ceritanya panjang mas, nanti aja kalau mas Bram sampai di Semarang aku critain deh” kata Tasya

Ya ya mas Bram segera berangkat ke Semarang, sekarang jam 9 ya nanti jam 11 san mas Bram udah sampai di semarang, kamu masih di sekolahkata mas Bram kawatir

“Masih mas, aku takut mas” kata Tasya

Tunggu Tasya jangan kemana mana tetap di sekolahan aman tunggu sampai mas Bram datangkata mas Bram

“Ia mas, Assalamualaikum mas” kata ku sambil menutup smartphone ku

“Udah kangennya hilang ya” ledek Diana

“Ah kamu nih” kataku sambil mencubit pelan lengan Diana

“Sakit tau” kata Diana sambil melotot

Tasya ngak menjawab hanya meleletkan lidahnya keluar

Satu jam kemudian jam istirahat mulai terdengar Tasya, Diana dan Rani tidak keluar dari kelas dan Bu Indah wali kelas mereka masuk kelas untuk memanggil Tasya

“Tasya” panggil bu Indah

“Ya, bu” jawab Tasya

“Mari ikut ibu sebentar” kata bu indah

“Ya bu” jawab Tasya

Bu indah keluar ruangan dan di ikuti oleh Tasya yang berjalan di belakang bu Indah dan mereka menuju ruang koperasi

“Udah ambil minum dulu Tasya, kamu pasti haus” kata bu I ndah

“Ia bu he he he” kata ku

“Duduk sini Tasya” ajak bu Indah mengajak Tasya duduk di ruang koperasi yang terlihat sepi

“Apa benar apa yang kamu katakan tadi Tasya” kata bu Indah

“Benar bu, apa Tasya berani bohong di depan pimpinan sekolah ini” kata bu Indah

“Ya udah ibu percaya kok sama kamu, dan kamu jangan takut ya sekolah akan melindungi kamu sebatas kemampuan sekolah, karena ibu melihat banyak montor berparkir di depan sekolahan dan ibu menduga itu teman teman Aldo yang tersebar dari berbagai sekolahan” kata bu Indah

“Ibu ngak usah kawatir aku tadi udah telpun eyang kakung katanya sekarang dalam perjalanan ke Semarang” kata ku

“Ya sudah kalau begitu membuat hati ibu tenang sekarang, soalnya ibu tau persis siapa Aldo dan keluarganya” kata bu Indah

“Gimana sih bu keluarga Aldo, kan bukannya ayahnya Kodim ya bu” kata bu Indah

“Ayahnya ngak begitu berperan di dalan keluarga yang dominan ibunya dan parahnya lagi ibu nya selalu mengiyakan keinginan Aldo ibu sih maklun Aldo anak semata wayang dan menganggap emua masalah bisa diselesaikan dengan uang dan Aldo sendiri paling takut pada ayahnya para guru pun banyak mengeluh atas sikap Aldo yang tidak pernah hormat kepada gurunya tapi ibunya selalu membenarkan sikap Aldo yang arogan mengandakan kekuasaan ayahnya yang Dandim” kata bu Indah

“Oya bu, aku baru tahu sebab aku jarang banget bergaul akrap dengan cowok kecuali teman teman sekelas” kata ku

“Tadi pak Santosa akan memanggil ayah dan ibu dari Aldo dan juga eyangmu Tasya, dengan harapan akan meredam kegilaan Aldo yang membuat resah dan membuat sekolah tidak kondosif, Pak Santosa sudah banyak cerita tentang eyangmu Tasya walaupun sudah tidak aktif tapi dalam kemeliteran jenjang komando masih terasa kental sekali dan saya juga guru guru semua eyang mu Bram Kusuma bisa meredan arogansi Aldo yang selama ini membuat resah Aldo sangat takut dengan ayahnya kalau ibunya sih ngak takut sama sekali selalu ancamannya akan bunuh diri didepan ibunya ini diceritakan oleh ibunya sendiri karena terlalu sayang pada anak semata wayangnya dan hanya satu satunya” kata bu Indah

“Terima kasih bu sudah jagain Aku” kata ku

“Aku kagum kepadamu dan tadi semua guru yang ada di ruangan BP juga terkejut dengan keberanianmu seakan kamu ngak punya takut dan ibu percaya kamu sudah tahu kelakuan Aldo selama ini yang bikin resah sekolah ini” kata bu Indah

“Ia bu, aku ngak pernah takut, aku sudah jengkel dengan kelakuan Aldo semenjak 1 tahun yang lalu dengan kasus Indri tapi aku sebagai ketua OSIS ngak bisa berbuat banyak aku ngak punya power untuk berbuat lebih banyak untuk keselamatan teman teman dan aku menjaga prevasi Indri dan Sari kalau kasus ini aku buka secara umum kasian sehingga tadi aku minta jaminan untuk tidak membuka kasus ini di depan umum” kata ku

“Mangkanya aku katakan tadi kamu hebat Tasya, ibu salut denganmu” kata bu Indah

Sementara masih berbincang bincang bel berbunyi tanda berakhirnya aku pamit ke bu Indah kembali ke kelas. Kami semua tungga pelajaran selanjutnya pelajaran Fisika pengampu mata pelajaran Fisika, hampir 20 menitan baru bu Damar masuk ke kelas setelah mengucapkan salam bu Damar memanggil aku ke depan

“Tasya, sini sebentar” panggil bu Damar

“Ya bu” jawabku sambil berjalan mendekati meja guru

“Nanti kalau eyang mu datang langsung ke ruang kepala sekolah di tunggu pak Santosa disana” kata bu Damar dengan berbisik pelan

“Ia bu” kataku sambil meninggalkan meja guru

Bu Damar berdiri di depan kelas sambil memerintahkan buka buku paket halamat 106 di halaman itu hanya ada soal soal pilihan ganda dengan 5 opsent dan di buat 6 kelompok masing masing kelompok mengerjakan 5 soal dengan nomer acak, materi ini materi pengayaan menjelang ebtanas mendatang hanya soal dan soal yang di bahas dari semua mata pelajaran yang ada semua teman teman Tasya sibuk mengerjakan soal soal dari soal yang mudah di buat di papan tulis dan kalau benar akan mendapatkan poin tambahan seperti game dan kalau salah dapat mengurangi poin semua asik mengerjakan soal bu Damar mengawasi semua kegiatan siswa dengan berkeliling dan kadang memberi bantuan

Dua jam pelajaran telah berlalu terasa cepat dan kini memasuki jam terakhir aku mendapat WA dari mas Bram dan aku membalasnya

“Assalamualaikum sayang” WA mas Bram masuk

“Walaikumsalam mas, langsung ke ruang kep sek di tunggu pak Santosa disana”

“Ok aku OTW ke ruan kep sek, masih lama pulangnya” WA dari mas Bram

“Ini jam terakhir mas ½ jam paling kelar”WA ku ke mas Bram

“ Ditunggu, Assalamualaikum” tutup WA mas Bram

“Walaikumsalam mas, di tunggu, kangen” WA ku

Aku menyimpan HP ku kembali di dalam tas dan melajutkan pelajaran jam terakhr bahasa Indonesia membahas soal berbagai majas

Setengah jam kemudian bel akhir pelajaran berbunyi, aku, Diana dan Rani ke dua sahabatku ku ajak ke kantor kep sek mememui mas Bram

“Itu Tasya om” kata pak Santosa

Aku menghampiri mas Bram yang baru duduk dengan pak Santosa dan beberapa guru termasuk pak Ikwan Kep Sek ku juga ada, dan aku berkeliling memberi salam dengan mencium tanga mereka masing masing demikian juga di ikuti oleh Diana dan Rani

“Yang aku tunggu di luar ya” kataku

“Ya sebentar Tasya” jawan mas Bram

Aku bertiga dengan Diana dan Rani menunggu mas Bram di depan ruang Kep Sek

“Ayok Tasya kita pulang” kata mas Bram menghampiri diriku

“Mobil mu di mana” tanya mas Bram

“Diluar yang tu kelihatan” kata ku sambil megacungkan letak mobil ku, ternyata dekat mobil ku banyak di parkir kendaraan geng nya Aldo mereka masih berkeliaran di sekitar sekolah

“Yang, aku ambil dulu tapi aku takut dengan gengnya Aldo” kataku

“Jangan takut eyang jadi penasatan nih dengan yang namanya Aldo” kata mas Bram

“Gini aja kamu bertiga jalan menuju ke mobil dan eyang di dalam mobil eyang mengawasi kamu bertiga, eyang kawal deh, jangan takut ya” kata mas Bram

Aku bertiga berjalan keluar pagar sekolah menuju mobil ku terparkir

“Eh, Tuan Putri datang” aku dengar teriakan dari salah satu teman Aldo

“Tasya, sini dong sayang ngapain tergesa gesa pulang, di anter mas Aldo deh pulangnya” kata Aldo mendekatiku dengan senyuman mesumnya

“Sayang ayo mas antar deh ke surga, mau ya” kata Aldo sambil memegang tanganku dan mau menariknya, sementara teman teman Aldo pada mengelilingi aku, Diana dan Reni, aku bertiga terjebak dan terdiam tidak bisa berkutik, Sementara dari halaman sekolah keluar mobil mas Bram dengan bunyi keras sirene meraung raung sehingga membuyarkan konsentrasi teman teman Aldo lari menyingkir menjauh dari lokasi pengepungan tadi.

Mas Bram keluar dari dalam mobil menampis tangan Aldo yang masih menggengam dan menarik narik tanganku

“Hai anak muda, mau kau apaka cucuku” kata mas Bram

“Aku ngak ada urusan denganmu pak tua” kata Aldo

“Ok, memang aku ngak ada urusan denganmu tapi ini cucuku mau kau apakan” kata mas Bram

“Perlu kau ketahui pak tua, ini pacarku” kata Aldo

“Ha ha ha sejak kapan kau menjadi pacarnya ha” kata mas Bram

“Sejak hari ini pak Tua” kata Aldo

“Aku muak lihat tampangmu al” kata Tasya

“Huh mesra sekali pacaran di tengah jalan dengan paksa paksa segala” kata mas Bram

“Apa maumu pak Tua” kata Aldo sambil memegang krah bajunya mas Bram

“Hai lepaskan tanganmu anak muda, aku kenal Samuel, kamu juga kenal kan” kata mas Bram

“Apa maksudmu dengan menyebut papaku” kata Aldo sedikit grogi sambil melepas tanganmya dari baju mas Bram

“Sebentar aku telpun biar dia datang dan melihat sendiri kelakuan anaknya” kata mas Bram

“Ngak usak melibatkan orang tuaku pak tua” kata Aldo

“Biarkan aku dan cucuku pergi persoalan aku anggap selesai” kata mas Bram

Ok silahkan pergi untuk hari ini tapi lain hari urusanya akan lain juga pak tua” kata Aldo

“Ha ha ha punya nyali juga rupanya kau anak muda silahkan kalau kamu mau berurusan dengan Samuel” kata mas Bram

“Tasya, ajak teman temanlu masuk ke mobil aku kawal dari belakang” kata mas Bram

Tasya menarik tangan temannya setelah membuka pintu otomatis dan mereka masuk ke dalam mobil dan Tasya segera menjalankan mobil perlahan lahan meninggalkan area parkir di depan sekolah dan mas Bram mengikuti dari belakang

“Mas mampir ke CL dulu ya aku lapar” Telpun ku ke mas Bram

“Boleh aku juga lapar nih, ajak teman temanmu sekalian” kata mas Bram

“Pasti mas, masih pada gemetaran nih teman teman termasuk aku juga” kata ku

Ya udah aku ikuti kamu aja” kata mas Bram

Sementara di depan mall CL aku parkir mobil di dalam area parkir yang berdekatan dengan tempat mas Bram parkir kendaraan nya.

Kami ber 4 masuk sebuah kafe dan makan siang bersama

“Sya, masih gemetaran nih kaki” ucap Diana

“Aku juga Sya” sambung Rani

“Apa lagi aku, lemas deh” kataku

“Setelah lemas dan gemetaran lalu lapar ya kan” goda mas Bram

“Tapi seru juga ya” kataku dan kami tertawa bersama

Tiga puluh menitan aku dan teman teman bersama mas Bram menghabiskan makanan kami dan aku menghantar temanku satu persatu sampai dirumahnya masing masing mas Bram teus mengawal aku dari belakang. Pada perjalanan mengantar temanku aku melihat banyak teman teman Aldo mengikuti terus mobil aku tapi aku tenanga aja selama mas Bram ada di samping aku, mas Bram sempat telpun markas kodim meminta pengawalan secara preman tidak menyolok untuk melindungi aku.

Aku pulang ke apartemen bersama mas Bram, sebelum nasuk apartemen banyak teman teman Aldo ber gerombol di sepanjang jalan dan di depan apartemen entah apa yang di rencanakan oleh mereka.

Setelah masuk apartemen mas Bram langsung menarik tanganku memberi ciuman di keningku dan kecupan ringan di bibirku

“Udah ngak usah tegang begitu, aku sudah telpun dan pom untuk memberi pengawalan terselubung demi keselamatan kamu Tasya istri aku” kata mas Bram mesra sambil menciumi bibirku dan aku merasa sangat nyaman saat ini

“Mas besok ada panggilan ke sekolah dan mas Bram harus datang” kataku

“Ya mas juga sudah tau tadi diberi tau oleh Santosa, panggilan juga untuk Samuel dan istrinya dan kamu lihat juga tadi setelah aku sebut nama ayahnya Aldo begitu ketakutan, mungkin Aldo berpikir juga siapa mas Bram ini kok berani menyebut nama papahnya dengan panggilan nama saja tanpa embel embel apa apa, biar Aldo berpikir dan esok dia akan tau siapa aku ini sebenarnya, tenang aja Tasya istriku” kata mas Bram

“Ia mas, selalu membuat aku nyaman bila berada di sisi mas Bram” kataku

“Mas ganti pakaian dulu bau bensin tau” kataku sambil meleletkan lidahku

“Eh Tasya juga ganti baju bau kapur” balas mas Bram dan kami tertawa bersama

Aku masuk kekamar menyiapkan ganti untuk mas Bram dan aku mengambil kimono ku dan masuk kamar mandi untuk cuci muka biar segar dan setelah memakai kimono ku gentian mas Bram masuk kamr mandi besih bersih dan memakai kimono yang aku persiapkan

“Mas sholat dulu ya” kataku

“Ayo” jawabnya

Aku mempersiapkan tempat untuk sholat mengambil mukena dan memakainya mas Bram mengambil kaus dan memaki sarung dan kami berdua melakukan sholat dhuhur berjemaah.

Setelah sholat dhuhur dan sebentar lagi masuk ashar jadi kami hanya bercerita sambil saling raba meraba menghilangkan kangen udah 4 hari in ngak ketemu jadi tambah mesra, setelah shalat ashar aku kembali disibukan dengan pekerjaan menyiapkan minumnan sore sambil menyiapkan makan malam yang sederhana goreng ayam dan sambel trasi kesukaan mas Bram, mas Bram tiduran di sofa di depan TV sambil dengerian siaran berita sore, aku buka buku pelajaran untuk memperdalam matri yang di berikan di kelas tadi sampai terdengar adhan mahrib setelah mandi bersama aku dan mas Bram menumaikan shalat mahrib berjemaah dan setelahnya kami makan malam bersama dengan laukyang sangat sederhana sekali dan mas Bram menerima apa adanya dan aku berjanji akan belajar masak setelah agak santai sedikit

Malam harinya aku bercinta dengan mas Bram melepas rasa rinduku dan kangenku yang 4 hari ngak jumpa dengan mas Bram hanya satu kali permainan saja mas Bram menyetubui aku dengan lebut dan aku merasakan kasih sayang yang tak terhingga mambuat aku tambah cinta mas Bram penuh pengertian ketika aku mulai membuka buku pelajaran untuk besok mas Bram menemani aku belajar sambil sebentar mencium kening dan bibir ku di celah celah belajarku

Jam 9 aku mengakhiri belajar aku dan duduk di pangkuan mas Bram yang masih menggunakan sarong dan aku masih menggunakan kimono aku ciuman sudah patilah di awali dari sana sedikit sedikit mas Bram nulai meremas payudaraku

“Mas kangen sama ini Tasya” kata mas Bram ketika aku berada di pangkuannya

“Lepas saja mas Bram” kataku sambil menarik tali kimono ku sehingga lepas bagian depan sehingga payudarau yang cukup besar ini mendapat ciuman istinewa dari bibir mas Bram dan memberi tanda merah disekitar putting ku aku memejamkan mata dan menikmati ciuman sedotan dan kenyutan pada putting kiri maupun kanan aku tidak kuasa menahan erangan kenikmatan yang di berikan oleh kekasih tuaku ini, aku tarik kaus yang dipakainya dan melepas melalui kepalanya dan mas Bram telanjang dada.

Diangkatnya tubuhku di bawa ke tempat tidur di baringkanya dan di lepas kimonoku sehingga aku sudah telanjang memang sengaja aku tidak pakai cd dan braku biar mudah untuk bercinta malam ini Mas Bra melepas sarung yang di pakainya sehingga dalam sekejap tubuh kami sama sama telanjang. Ciuman mas Bram berseser ke bawah menciumi perut aku dan tangannya membelai memek aku jempolnya menggesek sesek kelenti aku dan aku mendsah desah keenakan

“Masssss oohhhhh ini enak benar masssss” kataku

Pantat mas Bram bergeser ke samping mukaku dan aku mengerti apa yang di maui oleh kekasih tuaku ini burung garuda yang sudah setengah keras akan mertambah keras ketika kepala kontol mas Bram menjadi sasaran ciumanku dan aku merasakan cairan mulai keluar dari ubang pipisnya

“Ohhhhh jeeennngggg ennnaaakkk sekali” rancau masBram ketika mulutku mulai memgulumkontol yang besar aku sedot penis mas Bram dengan sekuat tenaga dan mas Bram tidak kuat menerima sensasi nakal aku

Mas Bram berdiri dan menggeser kedudukannya sehingga penis besar mas Bram berada di pintu masuk memekku dan dengan sekali dorong kontol mas Bram masuk hanya setengah bagian aku melolong ke enakan ketika pertama kali kontol besar mas Bram menerobos masuk ke dalam memekku yang terasa sangat penuh sekali Aku angkat kedua kakiku mengkait ke pinggang mas Bram yang mulai membuat gerakan memompa maju mundur secara teratus dengan dengusan nafasku semakim memburu dan aku merasakan ada cairan yang mau keluar dari dalam memekku

“Maaassss kencengi dikit maaassss” bisiku ketelinga mas Bram

Mas Bram mempecepat genjotan pinggulnya dan aku menggelepar leper nenahan orga yang menjelang datang

“Maaasssssss aahhhhhhhh” kataku sambil menikmati semburan cairan cintaku membasahi penis mas Bram.

Mas Bram menghentikan genjotannya sebentar sekitae 2 – 3 menitan dan menggoyag pinggulnya dengan kecepatan tinggi tidak lama kemudian aku merasakan cairan cintaku mau keluar lagi

“Mmaaaassssss akkuuuuu oorrrrggaaa laaaggiiii” teriakku

Ini menambah semangat mas Bram semakin kesat menggoyang pantatnya maju mundur dan akhirnya di tekan pantatnya ke dalam memekku sehingga kontol mas Bram menyatu sempurna dengan memekku

“jeeennnngggggg oohhhhh” teriak mas Bram choottt choootttt chhoootttt

“Maaasssss ohhhhhh” teriakku hampir bersamaan sseeeeerrrrtttt panjang sekali

Mas Bram terkapar di sampingku dan kami pun saling berciuman melepas rasa kangen yang menggebu

Mas Bram turun dari tempat tidur mengambil air putih di dalam kulkas memberikan kepadaku mematikan lampu dan membentangkan selimut dan tidur disampingku sambil memeluk tubuh ku

“Maaasssss nyaman sekali” kataku setelah berciuman sebentar dan kami tertidur sampai pagi.

Ha ha ha ….. bersambung dulu ya ….


Tasya jangan kebanyakan bergadang ya besok ngantuk disekolah lhoo
 
Part 29: Sang ketua Geng
(Bagian II)

Pov : Tasya Anggraeni

Jam 4 pagi aku sudah bangun dan dalam hati tersenyum melihat kekasih hatiku tidur pulas di sampingku, lama aku pandang wajah nya yang masih terlihat tampan hanya sedikit keriput di dahinya hidung sedikit mancung memeng ada darah arab dari kakeknya dulu dan bibirnya cukup tebat kalau di kulum membuat merinding garis dagu cukup tegas leher agak jenjang yang cukup kompak menyangga kepala yang sudah mulai beruban di potong pendek menambah macho kekasihku tak puas puasnya aku memandang wajah tampannya.

Aku bangunkan mas Bramku untuk sholat shubuh bersama

“Mas bangun” kataku sambil tanganku meggoyang tubuh atlisnya, mata terpejam kini mulai membuka perlahan kelopak matanya dan bibirnya mulai mengembang senyum

“Semamat pagi sayang” kata Mas Bram ambil memberi ciuman di kening

“Mas udah jan 4 lebih tu bangun, sholat dulu” kataku sambil berlalu keluar dari kamar tidur mententeng kimono yang tak sempat kupakai lagi setelah semalem dilepas oleh kekesih hatiku aku masuk kamar mandi dan mandi besar pagi itu untuk melakukan sholat wajib pagi ini, setelah selesai mandi aku ambil mukena dan memakainya aku masuk kamar mas Bram sudah duduk di tempat tidur

“Mas mandi dulu sana air dingin lebih segar tu” kataku

“Baik permaisuriku” kata mas Bram sambil mencium keningku

Setelah mas Bram masuk kamar mandi aku menyiapkan tempat untuk sholat pagi berjemaah bersama dan 10 menit kemudian mas Bram sudah keluar dari kamar mandi memekai sarung dan baju koko dan kami melakukan ibadah pagi bersama sama.

Selesai ibadah aku langsung ke dapur memnuat kopi tubruk kesukaan mas Bram dan coklat susu kegemaranku dan aku taruh dimeja makan, mas Bram duduk di meja makan mengambil lattop nya membuka email dan memeriksa email dan aku menyiapkan sarapan pagi berupa nasi goreng yang mudah dan telur dadar setengah jam sudah rapi dan aku taruh di dekat mas Bram duduk aku masuk kamar ganti pakaian seragam sekolahku batik karena hari jumat

“Mas sarapan dulu nanti keburu dingin ngak enak” kataku

“Ia ia nih sebentar ngirim email dulu ya” kata mas Bram

“Selesai, nanti lagi” kata mas Bram sambil melangkah kearah aku dan mencium keningku

“Wangi” katana setelah mencium kening ku

“Sudah pas lah mas Bram memilih kamu menjadi istri mas Bram cocok, cantik, bisa masak, hot juga di atas ranjang sempurna” kata mas Bram sambil mencium bibirku

“Pasti deh kalau muji muji ada maunya” kataku sambil duduk di samping mas Bram

Aku mengambil piring dan aku isi dengan nasi goreng dan meletakan di depan mas Bram dan aku menuangkan lagi untuk aku selama sarapan pagi tidak banyak topic yang di ceritakan hanya cerita ringgan

Jam 6.30 aku berangkatke sekolah dan mas Bram masih tinggal di apartemen

“Jangan lupa mas nanti jam 8 ke sekolah Tasya, ya” kataku

“Pasti ngak lupa, jam 8 pas nanti udah sampai di sekolahmu” kata mas Bram

“Aku pamit dulu ya mas“ kataku sambil mencium biku biku tangannya dan mas Bram memberikan ciuman di kening dan kecupan di bibirku

Aku melangkah menuju bast camp untuk mengangambil mobil dan menghidupkan mesin sebentar dan keluar dari apartemen menuju ke sekolah sesampainya di sekolah mobil akan aku parkir di tempat parkir siswa tapi pak satpam menyuruh aku parkir di dalam di tempat parkir mobil guru guru biar aman katanya.

Keluar dari mobil melangkah banyak siswa memperhatikan aku mungkin juga mereka heran mobil aku parkir di dalam lingkungan sekolah, aku melihat Indri dan Sari adik adik kelasku berlari menyongsong aku

“Mbak Tasya” teriak mereka berdua

“Ada apa dik” kataku sambil berhenti meneti mereka mendekat

“Mbak ngak kenapa napa to” kata Indri

“Tenang aja dik mbak baik baik saja, kok” kata ku

“Kemarin sempat geger mbak semua melihat peristiwa mbak Tasya dengan Aldo dan aku sempat kawatir dengan keadaan mbak aku kan tau siapa Aldo itu” kata Indri

“Tenang aja dik percaya deh” kataku penuh keyakinan

“Ya udah aku duluan ya” kata ku

“Ya mbak” Jawab Sari dan Indri bersamaan

Diluar pagar sudah banyak montor yang terparlir dari teman teman Aldo dan di dalam pagar sekolah banyak teman teman yang simpati kepadaku saling ber gerombol mengantisipasi segala kemungkinan yang ada dari kelas X, XI dan XII Suasana semakin mencekam setelah aku dengar ada mobil pulisi datang dan beberapa anggota pulisi keluar dari mobil dengan pakain lengkap anti huru hura, benar benar mencekan di luar pagar ada anak anak geng montor dengan Aldo di belakangnya dan di dalam pagar sekolah teman teman OSIS berhasil menggalang dan membuat pagar betis di depan sekolah

Praktis pelajaran hari itu lumpuh walaupun bel jam pertama sudah berbunyi tapi ngak ada siswa yang masuk kelas semua bergerombol di di halaman sekolah tapi masih di dalam pagar sekolah

“Tasya, kamu udah datang” kata Diana sahabatku ketika melihat aku melangkah masuk ke dalan kelas


“Naik apa Tasya” tanya Diana

“Naik mobil” jawab aku

“Parkir di mana” kata Diana lagi

“Di dalam tu dekat parkiran guru guru” kataku

“Ya udah kalau begitu, aku khawatir Aldo semakin menggila” kata Diana

Aku hanya tersenyum melihat kekawatiran teman temanku. Sementara itu siswa yang laki laki bergerombol disepanjang pagar sekolah dan yang perempuan banyak yang bergerombol di lantai dua dan bayak mereka menyapaku dan menayakan ke adaanku sejak kemarin siang setelah peristiwa pengadangan oleh Aldo dan teman temannya .

---skip---

Pov: Bram Kusuma

Jam 8 lebih sebuah kendarai Jeep dauble kabin Rubicon di lengkapi dengan orator dan sirine memasuki pekarangan sekolah mobil berwarna hijau itu langsung terparkir di dekat mobil polisi, aku memakai pakai bisa dan jaket lengkap dengan tanda pangkat dan tanda kebesaran militer ada di dadanya, aku turun dari dari mobil dan seorang pulisi datang menghampiri ku dan memberi hormat secara militer

“Siap ndan” kata pulisi

“Eh kamu AKP Budiono kan” kata ku

“Siap ndan” kata Budiono

“Ada apa nih kok ramai sekali” kata ku

“Pihak kami di minta datang dengan pasukan anti huru hara untuk antisipasi kemungkinan terjadi tawuran antar pelajar” kata Budiono

“Memengnya ada masah apa” kataku

“Kalau masalah itu lebih baik tanyakan ke pihak sekolah” kata Budiono

“Ok saya tinggal dulu” kataku

“Siap ndan” kata Budiono

Aku masuk ke teras sekolah langsung di sambut oleh Santosa dan kami salin berjabat tangan

“Kok banyak anak anak di luar sih” kataku

“Ya anak anak ngak mau masuk kelas semua mereka membuat pagar betis kata ketua OSIS yang mengkoordinir mereka setelah melihat peristiewa kemarin siang beberapa siswa di cegat di depan sekolah dan anak anak merasa di lecehkan oleh kelompok Aldo sehingga mereka atas inisatif sendiri bikin pagar betis dan partisipasi dan toleransi itu om” kelas Santosa

“Oh gitu ya, lalu ada pulisi segala” kata ku

“Sebagai antisipasi aja om, kalau terjadi tawuran, mereka kan udah saling berhadap hadapan dan saling melotot saling ejek”kata Santoso

“Ngapain lama lama pegang dulu pimpinannya pasti anak buahnya pada bubar” kata ku

“Gimana mau tangkap pimpinan mereka kalau pimpinan mereka itu Aldo anak pak Samuel itu” kata Santoso

“Tangkap Samuel bereskan” kata ku sambil tertawa, lanjutnya ”Kalau berani”

“Om ini suka bercanda ya, mungkin hanya om yang berani menagkap mas Samuel” kata Santoso

“Ada ada saja kamu San, aku udah ndak punya gigi udah ompong” kataku

“Nanti sebentar lagi kalau pak Samuel dan ibu datang beres semua, Aldo hanya takut pada ayahnya saja sama ibu nya ngak takut apalagi dengan saya ngak ada hormatnya sama sekali” kata Santosa

“Benar kamu San, kemarin aku sempat bertemu dengan Aldo dalam rangka melindungi cucuku Tasya” kataku

“Jadi yang kemarin itu om ya, sudah ku duga, kata anak anak hanya melihat mobil jeep tentara dengan sirine membuyarkan kepungan teman teman Aldo, pantas” kata Santosa

“Aku harus ngelawan anak ingusan kayak gitu, ngak ada yang di banggain, kalah malu menang ngak tenar” kataku, lanjutnya “Benar kamu San, Aldo paling takut dengan Samuel, ketia aku sebut nama ayahnya dia agak grogi juga dan melepaskan Tasya dan teman temannya tapi tetap nengancam aku dan Tasya”

“Ya itulah Aldo om, jadi nanti ayah dan ibunya Aldo saya panggil ke sekolah dan udah saya konfermasikan juga bahwa mas Samuel mau datang ke sekolah ini” kata Santoso

“Kalau bukan kamu yang menghubungi dia mana mungkin dia mau datang, mungkin mengingat hubunganmu dengan jendral Ahmat ayahmu” kata ku

“Assalamualaikum” terdengan orang masuk ke ruang Kep Sek

“Walaikumsalam” jawab aku dan Santosa bersama

“Ih pak Ikwan dari mana” kata pak Sanrosa

“Dari kandep lah melaporkan peristiwa kemarin siang dan kondisi sekolah yang tidak kondosif kalau aku ngak ngapor salah lah aku” kata ikwan

“Terus langkah apa yang harus ditempuh” kata Santosa

“Ya seperti saranmu San, nanti kita kemukan pak Bram dan pak Samuel untuk mencari solosi terbaik untuk kedepannya” kata Ikwan

“Atau kita adu aja pak antara pak Samuel dengan pak Bram pasti asik yang satu kolonel aktif yang satu Let Jen Purnawirawan sama sama jebolan pasukan elit para” kata Santosa sambil tertawa

“Tak tembak kepalamu dulu San, pasti lebih asik” kata ku

“Canda om” kata Santosa

Sementara di luar suasana semakin memenas kedua kelompok saling ejek dan itu tak lepas dari pengamatan pulisi

Modil Toyota milik Kolonel Samuel masuk halamat sekolah dan agak terkejut keadaan sekolah yang tidak kondosif ini, menurut pengamatan sementara ada dua kelompok siswa yang satu di dalam pagar dan yang lain di luar pagar sekolah saling ejek Samuel dan Istri Santi keluar dari mobil langsung di sambut oleh Satosa di depan pintu

“Apa kabar mas Samuel dan mbak Santi” kata Santosa Ramah

“Baik san, kamu gimana” jawab Samuel

“Baik mas, mari silahkan masuk” kata Santosa sambil mempersilahkan Samuel dan ibu masuk ke ruangan Kepala Sekolah

“Semamat datang pak Samuel” kata pak Ikwan sambil berjabatan tangan

“Selamat datang ibu” ujar pak Ikwan dan menjabat tanggan Santi istri Samuel

“Hai mas Bram. wah lama ngak jumpa” kata Samuel setelah melihat aku ada di sini

“Baik Sam, gimana kabarnya” kata ku

“Baik Mas, aku ikut berbela sungkawa atas meningganya mbakyu Niken” kata Samuel

“Terima kasih Sam, udah lama banget udah 2 tahun lebih” kataku

“Mas Bram Bagai mana kabarnya, sehat” kata Santi sambil menyalami tangan ku

“Baik Santi, sehat juga kan” kataku

“Sehat mas” jawab Santi

“Maaf bapak bapak dan ibu sudah merepotkan bapak bapak dan ibu semua, sebentar San kamu panggil BP kelas XII dan Wali kelas XII IPa1 dan XII Sos2 dan juga Tasya dan Aldo dan Jangan lupa pak AKP Budiono juga dipersilahkan datang kemari biar semua jelas duduk permasalahannya” kata Pak Ikwan Kepala Sekolah SMA XX

“Siap” kata Santosa lalu keluar ruangam Kepala Sekolah dan Kembali lagi dengan orang orang yang di maksud tadi.

Begitu masuk mereka mengambil tempat duduk dan bergabung dengan mereka dan Tasya datang mengucapkan salam dan mengcium tangan masing masing orang yang ada di situ.

“Sini mbak, duduk dekat tante” panggil Santi ke Tasya supaya duduk di dekat wanita itu.

“Bagai mana kabar ibu mu Rini” kata Santi

“Baik bu” jawab Tasya

“Siapa Rini ma” kata Samuel ke istrinya

“Itu istri Wira Sakti pengusaha mebel” kata Santi

“Tante kenal sama mama” tanya Tasya

“Kenal dong, kan teman gereja tante” kata Santi

“Mana nih Aldo, Sam” tanya pak Ikwan

“Udah dipanggil tapi katanya teman ngak masuk hari ini” kata Santosa

“Ma anak mu masuk ngak hari ini” kata Samuel ke istrinya

“Masuk kok, tadi berangkat dari rumah juga” kata Santi

“Telpun aja mah” kata Samuel ke istrinya

Santi mengambil smartphone nya dari dalam tas nya dan mencari nomer Aldo dan menghubungi

“Aldo kamu kemana nak” kata Santi

“Aku di kelas ma, ada pelajaran juga” kata Aldo

“Jangan bohong kamu” kata Santi

Smatphone Santi diminta Samuel

“Kamu di kelas sebelah mana” kata Samuel

“Ya dikelas pa” kata Aldo

“Papa dan mama sekarang ada di kantor kepala sekolah kata temanmu kamu ngak masuk” kata Samuel

“Waduh ketahuan nih” kata Aldo, lanjutnya” ngapain papa mama ke sekolahanku”

“Kamu sekarang di mana” kata Samuel

“Aku lagi duduk duduk di depan sekolaham pah bersama teman teman” kata Aldo

“Cepat kamu kesini saya kasih waktu 10 menit harus sampai di sini” kata Samuel tegas

“Ya pa” jawab Aldo kenudian smartphone Santi di tutup dan di kembalikan ke pemiliknya

“Anak itu pamit berangkat tapi ngak sampai di sekolahan malah nongkong di depan sekolah” kata Samuel

“Sambil menanti kedatangan Aldo baiknya saya mulai saja pertemuan ini” kata pak Ikwan kepala Sekolah SMA XX, lanjutnya: “Sekali lagi saya sebagai orang yang di tuakan disini mohon maaf sudah menggangu ketenangan Bapak dan ibu semua, pak Bram yang sudah meluangkan waktu datang dari Sala dan pak Samuel dan ibu dan juga kepada pak Budiono selaku kapolsekta, Perlu di ketahui bahwa konsisi sekolah ini sudah tidak kondosif lagi para siswa menolak menerima pelajaran karena rasa solidaritas ke teman, Bapak bisa lihat sendiri kalau di luar ada dua kubu saling berhadap hadapan sehingga tadi pagi aku menghubungi pak Budiono minta bantuam pengamanan mengantisipasi terjadinya tawuran antar pelajar, di luar pagar halaman itu teman teman Aldo yang mungkin jumlahnya 100 – 150 anak dari berbagai sekolah dan di dalam pagar adalah anak anak kami yang berjaga untuk mengantisipasi perusak dari gang montor yang di ketuai oleh Aldo, maaf bapak Samuel terpaksa kami cerita yang sebenarnya semua demi kebaikan bersama” kata pak Ikwan

Terdengar ketukan pintu dari luar dan semua yang ada di dalam ruangan menoleh kea rah pintu

“Aldo sini ambil korsi dan duduk di sebelahku” kata pak Santosa

Aldo menngangkat korsi yang ada di pojol dan duduk di samping pak Santosa

“Saya lanjutkan lagi, Mungkin pak Samuel dan ibu bertanya apasih yang menjadi akar permasalan sehingga ada peristiwa ini dan nanti akan di jelaskan oleh bu Anik selaku guru BP kelas XII di SMA ini, silahkan bu Anik ceritakan duduk permasalahan yang sebenarnya tanpa di kurangi atau di tambah” kata pak Ikwan

“Terma kasih pak Ikwan yang telah memberi kepercayaan kepada saya untuk menyampaikan apa yang saya tahu” kata bu Anik guru BP, lanjutnya “Dua hari yang lalu, siang itu saya pak Santosa dan pak Martono baru berbincag bincang di ruang BP, tiba tiba Tasya datang ke tempat saya melapor bahwa dirinya kurang nyaman di sekolah ini hal ini karena ada gangguan dari Aldo yang mengganggunya ketika Tasya mau ke toilet dan karena teriakan Tasya maka anak anak kelas XI yang kelasnya berdekatan dengan toilet bergegas keluar dan itu membuat Aldo kabur. Laporan Tasya langsung di kordinasikan oleh pak Santosa sebagai wakil kepala sekolah bidang kesiswaan dan mengambil sikap memenggil ke dua anak tersebut untuk di mintai keterangan. Pagi harinya saya panggil Tasya dan Aldo ke kantor BP untuk mencari kebenaran dan mengambil langkah antisipasi kedepannya, Tasya dan Aldo menghadap dan seperti kemarinnya Tasya merasa tidak nyaman selalu di ganggu Aldo terus menerus semenjak awal kelas XII dulu hanya pakai SMS dan WA tapi no Aldo di Blokir setelah liburan dan masuk Aldo mulai menggangu buka lagi dengan SMS atau WA tapi juga dengan pegang pegang tagan secara fisik itu yang membuat Tasya menjadi tidak nyaman.

Setelah saya tanya dan jawaban Aldo sunggung di luar dugaan kami, ternyata Aldo jatuh hati ke Tasya dan Tasya pernah di tembak juga tapi semua itu di tolak karena masih mau belajar dan mengejar prestasi, tapi memang terbukti dalan segi akademis Tasya termsuk ranking 2 kelas pararel, Hal itu mungkin membuat Aldo penasaran saya sudah menyuruh Aldo untuk meminta maaf tapi Aldo tidak mau dan tidak merasa bersalah dengan pernyataan apakah mencintai seseorang itu bersalah tentu saya jawab tidak tapi kesalahanmu memaksakan kehendak supaya Tasya membalas cintamu, kemudian siangnya terjadi penghadangan terhadap Tasya dan 2 temannya di hadang oleh Aldo dan teman temannya, menurut teman teman Tasya penghadangan ini di lakukan oleh Aldo tapi seorang menolong Tasya dan membawanya ketempat aman, demikian bapak dan ibu cerita sebenarnya yang saya tahu dan situasi berkembang seperti saat ini.

“Terima kasih bu Anik selaku BP dan menjelaskan awal mula dari kondisi seperti ini, mungkin dari bapak ibu yang lain ingin menambahkan informasi atau dari Tasya atau Aldo sendiri” kata kap Ikwan

“Bapak ibu, tante dan om memeng saya merasa tidak nyaman sekali karena gangguan fisik yang di lakukan Aldo ke saya, waktu di depan toilet kemarin, sudah melampoi batas toleransi kalau hanya menghadang saya dan teman teman itu biasa, sampai kemarin siang ketika saya dan ke dua teman ku mau pulang di hadang oleh Aldo dan teman temannya dan Aldo sempat menarik tangan saya diajaknya pergi tapi tentu saya tidak mau terus di paksa di geret sanpai tangan saya kesakitan entah saya tidak tau apa yang akan terjadi kalau kemarin tidak ada eyang kakung yang menyemput saya mungkin saya sudah di perkosa dengan Aldo dan teman temannya dan saya tambah tidak respek lagi ketika Aldo mengancam eyang kakung dengan melepaskan saya untuk hari itu tapi tidak untuk hari besok besok, mungkin saya menjad target utama untuk Aldo dan kalau memang Aldo mencintai saya seharusnya Aldo mau menjaga saya bukan menyakiti saya saya merasa terancam dengan peristiwa kemarin dan Aldo sempat menantang eyang kakung untuk berduel tapi ancaman itu urung setelah eyang kakung menyebutkan nama om Samuel bukan sebagai teman tetapi sebagai anak buah eyang kakung dengan menyebutkan nama saja tanpa embel embel yang laim, baru Aldo melepas saya dan eyang kakung di biarkan pergi demikinan om tambahan saya” kata Tasya

“Ia Sam kemarin itu memang anakmu menantang aku tapi ngak aku ladeni lah ngak level ha ha ha” kata ku

“Hai Aldo, kamu tau siapa pak Bram eyangnya Tasya” kata Samuel ke Aldo

Aldo hanya menggelengkan kepalanya saja “Dia adalah bekas komanda papa dulu di pasukan elit yang di punyai TNI pasukan Para kamu ngak akan menang melawan nya walaupun kamu dengan 10 orang temanmu pun belum tentu menang” kata Samuel

Aldo terkejut mendengar pengakuan papanya tentang siapa senenarnya aku memamg pasukan komando bukan omong kosong pasukan gabungan ketiga TNI baik darat, laut dan udara

“Sudah berapa kali kamu bikin ulah seperti ini bukan di kampung bukan di rumah sekarang di sekolah papa muak atas kelakuanmu, dulu papa pernah bilang ke kamu kalau kamu bikin ulah lagi semua fasilitas yang di peroleh dari papa akan papa cabut atau namamu tak coret dari daftar keluarga” kata Samuel tegas

“Pah” kata Santi terputus

“Nah ini ni yang bikin kamu manja selalu dibela oleh ibunya apapun kembali ke mama sekarang terserah mama kalau mama masih sayang pada Aldo biarkan Aldo memilih antara dua yang pertama coret dari nama keluarga atau semua fasilitas nya papa cabut, bikim malu keluarga, papa malu dengan mas Bram ngak bisa mendidik kamu papa malu atas semua kelakuanmu selama ini di kira papa diam papa ngak tahu, papa tahu papa punya mata punya telingga semua tindakanmu papa tau sampai kamu menjadi ketua geng montor yang meresahkan itu papa tahu, kelakuanmu di luar sana papa tau dengan siapa saja kamu bergaul karena papa punya mata banyak laporan dari intel papa yang mengawasi selama 24 jam, setiap malam, cukup sebenarnya untuk menjebloskan kamu ke penjara tapi papa masih sayang kamu tapi kalau kamu masih sayang pada papa dan mama tinggalkan hanya ada satu jalan semua tinggalkan” kata Samuel penuh emosi

Aldo berdiri dan melangkah mendekati tempat duduk Samuel dan berlutut di bawah kakinya,

“Pah Aldo minta maaf pah, selama ini Aldo banyak selali menyusahkan papah Aldo berjanji akan meninggalkan semua nya teman teman Aldo, asalkan Aldo jangan di coret dari daftar keluarga ambil semua fasilitas yang di beri papa” kata Aldo sambil mengeluarkan dompet dan mengeluarkan ATM dan kartu Kridit yang dia bawa serta STNK dan kunci montor yang di pakainya semua diserahkan Samuel

Lalu Aldo mergeser di depan mamanya “Mah Aldo minta maaf selalu menyusahkan mama, Aldo berjanji akan berubah Aldo mulai saat ini” kata Aldo

Santi mengangkat wajah Aldo dan mencium keningnya sambil meneteskan air mata

“Ia Al mama sangat gembira kamu sudah berjanji mau berubah, dan sekarang kamu mita maaf kepada Tasya yang dapat membuka hatimu dan benar kata bu Anik cinta memeng tidak bisa dipaksa harus berjalan sejajar” kata Santi

“Ia ma, Aldo sadar” kata Aldo

Lalu Aldo bergeser ke arah Tasya dan memegang tangannya

“Tasya maafkan aku atas semua kelakuanku tapi aku minta kamu masih mau menjadi temanku, jangan benci aku sebab aku sunggung sayang kepadamu” kata Aldo

“Al semua yang sudah terjadi lupakanlah, aku masih mau menjadi temanmu asalkamu mau berubah dan satu lagi aku tidak bisa menerima cintamu sebab aku sudah punya kekasih, nanti pada saatnya kamu pasti tau siapa kekasihku” kata Tasya

“Iya Tasya, maafkan aku” kata Aldo

Aldo bergeser ke arahku dan masih keadaan berlutut”

“Om Aldo minta maaf Aldo tidak tahu siapa om sebenarnya andai Aldo tahu mana berani Aldo kurang ajar” kata Aldo

“Hai anak muda jangan cengeng, ya om maafkan lain kali harus lebih hati hati ya” kataku

Aldo menghadap ke guru guru dan semua yang ada di situ

“Pak Ikwan, Pak Sam, Bu Anik, Pak Martono, Bu Indah, dan Pak Sastro maafkan kelakuan Aldo selama ini yang selalu bikin uah dan menyusahkan bapak ibu semua” kata Aldo

“Aldo kami para guru sudah memafkan kamu sebelum kamu minta, hanya dirimu sendiri yang bisa merubah jadilah seorang pemuda yang membanggakan untuk keluargamu patuilah semua nasehat dari papa dan mama mu yang sungguh menyayagimu” kata pak Ikwan mewakili semua guru yang ada di situ

Aldo duduk kembali di tempat duduknya,

“Aldo, sekarang semua teman temanmu di suruh pulang dan bubar, kamu yang mengundang mereka jadi kamulah yang harus bertanggung jawab saya kasih waktu 30 menit untuk membubarkan diri kalau mereka ngak mau bubar saya ijinkan pak Budiono untuk menagkap siapa saja yang membangkang kamu ngeti maksudku” Kat Samuel

“Siap pah” kata Aldo keluar dari ruang kepala sekolah

Di ikuti oleh pak Budiono, pak Santosa dan beberapa guru sampai di depan pintu gerbang, melihat proses membubarkan diri anggota geng montor

Masih di dalam ruang kepala sekolah

“Sayang ya kamu udah punya calon suami kalau belum tante mau kok menjadikan menantu tante” kata Santi ke Tasya

Tasya ngak bisa menjawan tapi hanya tersenyum sambil matanya melirik kearah aku dan aku balas dengan senyum

===skip===


Pov Tasya Anggraeni

Setengah jam kemudian terdengar bel masuk entah jam pelajaran berapa sebeb dari pagi semua sisiwa menolak menerima pelajaran sebelum anak anak geng montor meninggalan area sekolah setelah gang montor bersih dari depan sekolah bel berbunyi semua siswa dengan patuh masuk ke kelas masing masing.

Aku melangkah meninggalkan ruang kepala sekolah menuju kelasku, teman teman se kelas menanti aku datang mereka duduk duduk di teras yang ada bangku panjang disana

“Wah hebat kau Tasya bisa ngusir teman teman Aldo dari geng mantor yang paling brutal” kata Kalvin teman sekelasku

“Bukan aku kok vin, tapi bokepnya yang menekan Aldo supaya membubarkan mereka” kata ku

“Gimana aku percaya, aku pernah lihat sendiri kalau Aldo itu anak mas mereka ngak pernah ada yang bisa menyakitin dia, kecubit sekikit nyokapnya bisa marah marah” kata Kalvin yang satu kelas denganAldo ketika di kelas X

“Mana aku tahu” jawab Tasya sambil menaikan bahunya

“Bener nih sya, Aldo tu anak mas mereka semua keinginan Aldo pasti terpenui tanpa kecuali ingat kasus Indri, tau siapa yang melindungi nya nyokopnya” kata Indra juga teman Tasya

“Iya sya, ketika kelas XI kan kelas Aldo di samping kelas aku, semua guru pun akan diam dan pura pura ngak tau soalnya takut akan nyokop Aldo, ngak usah jauh jauh masalahmu, adalah guru guru yang memberi suprot kepadamu” kata Ratna

“Ada tu Rat” kata ku

“Paling bu Indah, pak Santosa, bu Anik” lanjut Ratna

“Kamu kok tau sih Rat” kata ku

“Tau dong, mau tahu sya mengapa Aldo pilih jurusan IPS padahal nilainya bisa masuk jurusan IPA, karena ada guru guru itu yang paling ngak disukai okeh Aldo” lanjut Ratna

“Tapi bener kok tadi bukan aku yang membuat Aldo bersimpuh di depan papa dan mama nya setelah bokapnya marah marah dan mangultimatum akan di coret dari daftar keluarga juga dan setelah itu Aldo dengan relanya menyerahkan segala fasilitas yang diberi oleh papanya termasuk sepeda motor ninjanya di disita oleh papanya dan akan di kembalikan kalau Aldo sudah berubah dan akan menyerahkan kasus ini ke tangan polisi kalau Aldo ngak bisa memulangkan teman teman geng montor, gitu critanya pet” kata ku

“Kok pet sih, sya” kata Kelvin

“Ya kalian kopet belum madi bau kapur lagi” jawan ku sambil berlalu masuk kelas

“Asemmmmm” kata mereka bersama

Ternyata sampai bel panjang tidak ada pelajaran karena langung kepala Sekolah mengadakan Rapat bersama jajaran penguasa kota, bersama pak DanDim juga pak Kapolresta sampai menjelang jumatan termasuk mas Bram juga di daulat untuk ikut pertemuan dewan guru dan karyawan.

Aku ditemani oleh Diana dan Reni menanti mas Bram yang ikut di dalam ruang guru dan aku berjalan melewati ruang kepala sekolah melihat tante Santi duduk di dalam ditemani oleh bu Anik dan bu Indah, melihat aku tante Santi langsung memanggil ku

“Tasya sini temani Tante” kata tante Santi

“Ia tante” kataku sambil melangkah masuk ke ruang KS

“Ini siapa, teman teman kamu ya Tasya” tanya tante Santi

“Ia tante ini Diana dan ini Reni sahabat sahabatku tante” kataku

Diana mendekat dan menjabatan tangan sambil menyebutkan namanya demikian juga dengan Reni setelah Diana selesai berjabatan tangan

Serengah jam lebih aku, Diana, Rani, tante Santi bu Indah dan Bu Anik berbincang bincang dan Pak Samuel masuk ke ruangan Kep Sek mengajak tante Santi Untuk pulang

“Ayo mam kita pulang mas Bram katanya mau sholat jumat dulu” ajak Pak Samuel ke tante Santi

“Tasya kapan kamu main ketempat tante” kata tante Santi

“Nanti tante setelah ujian Nasional sekarang masih sibuk sekali menghadapi Ujian Nasional tante, pasti nanti setelah ujian aku mampir ke tempat tante” kata ku

“Ya udah di tunggu ya, awas kalau bohong” kata tante Santi

“Tante jalan dulu ya” kata tante Santi

“Ya tante” kata ku

“Tasya kamu ngak mau jumatan” ajak bu Indah

“Ngak lah bu ngak bawa mukena juga” kataku

“Ya udah aku tinggal dulu ya” kata bu Indah

“Ya bu aku tunggu eyang kakung di luar aja” kata ku

“Tunggu di mana” kata bu Indah

“Di kantin aja bu” kataku

“Ya udah kalau begitu” kata bu Indah

Aku bertiga keluar dari ruang kep Sek menuju kantin untuk sekedar membeli minum begitu duduk banyak teman teman dari berbagai tingkat menyamperin aku dan mereka pada duduk di sekitarku bahkan ada yang berdiri di sekitar tempat dudukku

“Mbak critain dong apa yang terjadi sebenarnya kok memdadak geng montor pergi setelah Aldo keluar” kata seorang teman

“Ngak ada yang perlu di critaan kok dik” kataku

“Masak sih jadi kepo banget sih aku” susul teman yang lain

“Oke tapi janji cerita ngak tersebar ke mana mana hanya untuk kalian saja yang ada disini” kataku

“Baik mbak aku janji” kata mereka serempak

“Jadi gini ya dik tadi ayah Aldo marah marah ke Aldo dengan ancaman akan mengijinkan pulisi menagkap mereka termasuk Aldo juga kalau perlu dan kayaknya Aldo ngak berani menentang perintah ayahnya sehingga dengan terpaksa Alo keluar dan membubarkan teman temannya” kata Tasya tanpa menyinggung peristiwa sebelumnya untuk menjaga prevasi Aldo dan keluarganya

“Siapa sih bokapnya Aldo” tanya seseorang

“Kamu tau ayahnya Dandim kota ini sama kekuasaan dengan Kapolresta atau setara wali kota tapi di bidang keamanan” kata Tasya tanpa menyebutkan nama seseorang

“Layak Aldo ngeper dengan bokapnya, mudah mudaham tidak lagi ada arogansi lagi di sekolah ini” kata salah satu teman Tasya yang lain

“Amin” jawab mereka bersamaan

Sementara aku dan ke dua temanku baru menikmati es sirup Hp ku bergetar ternyata dari mas Bram

“Assalamualikum mas, udah selesai jumatannya” kataku

“Wallaikumsalam cantik, udah nih, kamu dimana” tanya mas Bram

“Aku di kantin mas, kalau udah selesai kita pulang yok, ngnter temen ku dulu yang kemarin” kataku

“Ya udah ayo, Assalamualaikum” jawab mas Bram

“Tunggu ya, wallaikumsalam” balasku

Aku mengajak ke dua temamku meninggalkan kantin menuju tempat mas Bram berada dan mendapatkan mas Bram baru bincang bincang dengan pak Santosa dan pak ikwan di teras depan ruang kepala Sekolah

“Ayo eyang” kataku

“Sini dulu pamin sama gurumu dulu” kata mas Bram

Aku melangkah mendekati mereka dan mengulurkan tangan ke pak Santosa dan pak ikwan dan menciym biku biku tangannya dan diikuti oleh ke dua temanku

Aku pun berjalan bertiga menuju parkiran mobilku mas Bram tetap menunggu di tempat semula sebab mobil mas Bram ada di sekitas situ

Setelah aku dan temanku naik mobil ku dan menjalankannya dan berhenti didepan mas Bram bercerita dengan guruku dan mereka tampak bersalaman dan mas Bram mendekati mobilnya dan menaikinya aku menjalankan mobil kembali diikuti mobil mas Btram dari belakang.

Aku buka HP ku dan mengguhubungi mas Bram.\

“Mas aku laper, mampir cari makan ya” kataku

“Terserah kamu Tasya mas ikuti aja mau kemana” kata mas Bram ya udah ikuti aku ya sayang” kataku sambil mematikan HP ku

Mobil ku arahkan ke jalan Gajah mada sampau perempatan depok belok kiri dan masuk ke rumah makan sup kakap mobil aku parkir di depan warung makan tesebut dan turun di ikuti oleh ke dua temanku dan mas Bram juga memarkir mobilnya di samping mobil ku

“Ayo mas” kataku sambil menggandeng tangan mas Bram masuk warung makan

Setelah sampai di dalam dan memesan nasi sup kakap dan teh manis hangat dan kami menyantap sambil bercerita, mas Bram tampak menikmati makan siang nya dengan santai dan sekali kali melirik kearah ku sambil tersenyum setelah selesai aku bayar makanan kami di kasir dan mengantar pulang ke dua temanku sampau depan rumah masing masing dan langsung pulang menuju apartemen

“Capek juga ya mas” kataku sambil membuka baju yang aku pakai menyisakan cd dan bra saja demikian juga mas Bram juga melepas pakaian nya tinggal cd saja yag masih dipakainya mas Bram duduk di sofa sambil mencari cennel TV sementara aku bikin es sirup kawis 2 gelas dan menaruh di meja depan sofa.

“Mas minum dingin es kawis” kataku

“Aku mau minum susu segar dulu ah” kata mas Bram sambil menarik tubuhku dan duduk di pangkuannya

“Iya mas ini susu ku untuk mas Bram tapi peres sendiri ya” kataku sambil melepas iktan bra ku di punggung mas Bram memandang payudaraku tanpa berkedip dan aku membusung kan dadaku sehingga tanpak mencuat kedepan bibir mas Bram semakin mendekati putting susu ku dan sebelum mulut mas Bram mennyentuh putting ku mata mas Bram menanap mataku seakan minta pesetujuan aku tesenyum dan mengagukkan kepalaku satu menit kemudian aku merasa putingku dijilati oleh lidah mas Bram yang keluar menjilati putting ku denga sangat rakus, aku hanya bisa menikmati jilata jilanan lidah mas Bram yang kasar kearah putting dan sekitas rayudaraku, ke dua tanganku ke atas meremasi kepala dan rambut mas Bram dan menjiumi kening mas Bram yang dekat dengan mulutku, semakin seru juga jilatan ke putting aku dan aku merasakan payudara sebelah kiri di sedotdan di gigit kecil kecil sakit, geli tapi membuat jiwa melayang

“Mas terus buat cupangan di situ maaassss aahhhhh” kataku

“Maaaaas kuuuu piinnnteerrr aahhhh, teeerrruussss mas “ rancauku

“Iaaa massss terussss mmmaaaasssss” teriakanku semakin keras

Teriakanku siang hari itu menggema di ruangan apartemeku sampai aku kehabisan nafasku mas Bram berhenti sebentas dan melihat hasik karyanya cupangan kecil kecil di sekitas buah dadaku sementara mata kami saling memandang dan aku pum mulai memberi kecupan di bibir mas Bram semakin lama kecupan ku berubah menjadi ciuman semakin panas, tangan mas Bram masih dipinggulku dan bergeser meremasi pantatku dari samping, aku pun mengankat kaki kiriku dan mas Bram mengerti tangan kanan nya menyusup menyentuk memeku yang masih terbungkus cd jarinya mecari celah dan terus berhgerak sehingga mencapai titik sasaran memekku di belainya pelan sepanjang belahan dari atas kebawah sehingga menyentuh anusku dan kembali keatas dan berhenti di kelentit ku yang sudah membesar dan basah oleh cairan cintaku

Tiba tiba HP ku berbunyi dan mas Bram menghentikan kegitannya mengambil HP ku dan melihat siapa yang memanggil nafasku masih kejar kejaran tidak terakur

“Dari papamu jeng” kata mas Bram

“Nafasmu biar teratur dulu baru dinagkat 2 menit kemudian nafasku sudah teratus dan aku angkat panggilan dari papa

“Hallo pah” kataku

“Kamu di mana Tasya” tanya papa Jhon

“Aku ada di apartemen pah” kataku

“Ayah Bram besamamu” kata papa Jhon

“Ia pah ada bersamaku” kataku

“Aku ingin bertemu dengan ayah Bram” katanya

“Sebentar pah” kataku ambil mendekap mikrophon di HP ku

“Mas papa ingin ketemu” kata ku

“Mana HP nya” kata mas Bram

“Haloo Jhon ada apa” tanya mas Bram

“Ada sesuatu yang penting yah, yang harus aku bicarakan dengan papa soal Rini” jawab papa Jhon

“Posisi kamu di mana” kata mas Bram

“Masih di jalan yah” kata papa Jhon

“Ya udah aku tunggu di apartemen Tasya ya” kata mas Bram

“Ya yah setengah jam sampai” kata papa Jhon

“Ya udah saya tunggu” kata mas Bram

setelah HP ku di tutup

“Huh bikin kentang tu papamu” omel mas Bram

Aku hanya tersenyum

Tasya kamu pakai baju dulu mungkin setengah jam akan sampai di sini

“Iya mas” kataku dan melangkah memakai pakaian rumahhan aku pilih boby dol pakaian kesenaganku mas Bram juga memakai kaus dan sarung dan duduk kembali di sofa

“Tasya, pakai Bra mu lah itu kelihatan putting nya” kata mas Bram

“Biarin aja dengan papa Jhon ini” kata ku

“Ngak Tasya aku ngak rela papa Jhon melihat putting mu dan papa Jhon itu bukan ayah mu asli jadi bukan mukrimnya” kata mas Bram

“Ia ia aku pakai bra ku” kataku sambil masiuk kedalam kamar memakai bra ku dan cd kembali

Setelah aku kembali ke ruang tamu

“Lha gitu lebih baik Tasya” kata Mas Bram sambil mencium keningku

Tak lama kemudian pintu apartemen ku di ketuk dan mas Bram membukakan pintu untuk papa Jhon mereka saling menyapa dan bersalaman dan aku juga bersalaman dan mencium biku biku tangannya.

“Mau minum apa pah” kataku

“Apa saja boleh Tasya” kata papa Jhon

“Es sirup kawis ya pah” kataku

“Boleh” jawabnya

Setelah papa Jhon duduk dengan tenang

“Ada apa sebenarnya Jhon” kata mas Bram

“Pah Rini pah” kata papa Jhon terputus

“Iya ada apa dengan Rini” kata mas Bram

“Rini selingkung pah” kata papa Jhon

Mas Bram agak terkejut mendengar pengakuan papa Jhon

“Kamu jangan asal ngomong tanpa dasar ya” kata mas Bram agak keras

“Aku punya bukti nya yah” kata papa Jhon

Lalu papa Jhon mengeluarkan Smartphon nya dan menunjukan sebuah rekaman di dalam HP nya dan menunjukan kepada mas Bram

Mas Bram mengambil HP papa Jhon dan memperhatikan dengan seksama dan aku bergeser duduk di samping mas Bram dan melihat video yang berdusasi 15 menit itu

Di sebuah kafe mama Rini baru berciuman dengan seorang pemuda yang tak asing lagi, ciuman panas sampai tangan pemuda itu sampai masuk kedalam baju mama dan meremasnya dengan mesra dan mama sunggung menikmati remasan dan ciuman pemuda itu

“Dari mana kamu dapat video ini” kata mas Bram sambil matanya merah menahan amarah, aku segera memegang tangan mas Bram untuk meredakan kemarahannya remasanku membuat mas Bram sadar dan lama lama bisa mengendaikan diri

“Begini yah, setelah pertemuan dengan papa yang terakhir aku kesulitan sekali bertemu dengan Rini walau kami serumah pagi hari setelah Dion berngkat sekolah Rini juga langsung berkemas untuk pergi pamit si untuk ke butik dan persiapan bikin salon kecantikan dan perawatan kecantikan katanya sih join dengan teman temannya. Kalau aku ingin melihat pembukuan Butik nya pasti ada saja alasan untuk menghindar, pada malam hari juga begitu paling sore jam 9 malam baru sampai di rumah pernah juga sampai jam 11 malam sampai dirumah kemudian aku jurhat ke teman seprovisi dia menyarankan menyewa orang untuk mengamati selama 24 jam selama seminggu dan aku setuju karena aku penasaran sekali 3 hari berlalu dan aku mendapat laporan dari orang suruanku tadi mengirim video yang di buatnya di sebuah café di daerah sraondol, menurutnya café itu konsumsi para mahasiswa sebab berdekatan dengan beberapa kampus baru tadi siang aku mendapat video itu aku binggung harus kemana kemudian timbul keinginanku untuk minta pendapat ke ayah mungkin dapat jalan keluar dari masalah ini” kata papa Jhon

“Pah boleh Tasya berbicara dengan papa dan eyang kakung, senenarnya aku dan Dion sudah tahu lama pah” kataku

Papah dan mas Bram terkejut mendengar pengakuanku

“Hai kalau kamu sudah tau lama mengapa ngak pernah cerita” kata papa agak emosi

“Dengerin dulu penjelasanku pah” kata ku

“Pada pertengahan tahun lalu tepatnya sekitar bulan agustus setelah aku pulang dari konsentrasi menjadi paskibra di Sondrol aku mendengar kabar dari seorang teman kalau mengabarkan mama terlihat mesra dengan seorang pemuda di sebuah café di daerah Srondol dan Café itu selalu ramai oleh pengunjung baik dari kalangan mahasiswa dosen dan karyawan disekitar nya, mula mula aku tidak percaya omongan temanku itu, aku pun berunding dengan Dion untuk mengadakan penyelidikan lebih lanjut, pah asik juga jadi detektif seperti detektif konan gitu, aku memakai pakaina dan jaker tertutup dan Dion juga sama dengan masker untuk menutupi wajahku, pada suatu saat aku mendapat informasi dari temanku tadi langsung melunjur pah ke tkp bersama Dion dan aku mendapatkan mama baru pacaran denag pemuda ya persis dengan pemuda yang ada di video itu pah itu bulan agustus baru aku tahu mungkin sebelumnya sudah sering pertemuan semacam itu, Dion mau emosi dan melabrak mama tapi aku cegah kalau kamu ingin mendapatkan data detail nya jangan emosi tapi pakai otakmu.

Setelah itu aku dan Dion mencari informasi mengenai pemuda itu hampir selama 2 minggu aku mencari identitas pemuda itu, dia bernama Lionif seorang mahasiswa perguruan tinggi suasta yang berkampus di tembalang kalau tidak salah baru semerter 5 dan yang lebih mengejutkan lagi pa selain seorang mahasiswa juga berprofisi sebagai gigolo pemuas nafsu tante tante kesepian dan aku juga takut kalau aku cerita ke papa pada saat itu pasti papa rambah emosi dan kehancuran keluarga dan perceraian, dan itu yang aku dan Dion ngak mau terjadi sehingga aku dan Dion pada kesimpulan biar papa tau sendiri dan semoga itu menjadi pelajaran bagi papa dan mama, kalaupun cerai bukan dari aku dan Dion penyebabnya” kataku melihat reaksi papa dan mas Bram.

Pernah aku omong omong sama mama tentang papa ternyata mama sangat kecewa dengan papa dan terlalu kesepian sering kali di tingga sendiri dan lagi kalau papa dirumah mama merasa seperti di neraka semenjak papa marah dan sering main pukul saja tanpa menanyakan apa masalahnya sebenarnya apa lagi akhir akhir ini papa kebingungnan mencari dana tambahan mama takut modal yang di beri papa 2 tahun yang lalu di ambil kembali karena menurut mama butik nya berjalan lancar tapi selalu pas ngak untung dan ngak rugi seperti jalan di tempat mama sebernanya takut kalau modal yang 2 M itu di ambil papa kembali ditambah papa sering main tangan juga membuat mama ngak nyaman ada dirumah.

“Pah, aku juga wanita pah seperti mama juga, perasaan cinta itu bisa berangsur angsur hilang karena perasaan tidak nyaman, dan itu yang mama rasakan saat ini, kalau papa ingin mama kembali seperti dulu lagi papa harus bisa jujur pada mama, jangan jangan papa juga punya wil sehingga pancaran aura papa sampai ke mama juga” kataku

Papa Jhon termenung mendengar penuturan ku demikian juga mas Bram diam merenung tapi aku melihat sorot mata mas Bram sudah berubah tidak seperti tadi kelihatan merah menahan emosi sekarang kembali teduh, sejuk dan menenangkan hati.

“Aku malu kepada mu Tasya, aku tadi ngak bisa menahan emosi ku mendengar dan melihat perselingkuhan dari Rini melalui video dan ngak bisa berpikir secara jernih, terima kasih Tasya telah membuat aku sadar” kata mas Bram

Aku meraih tangan mas Bram dan menggenggam tangannya erat di depan papa dan tersenyum mungkin kalau tidak ada papa ciuman mas Bram pasti sudah mendarat di bibirku

“Jhon sekarang aku bertanya kepadamu, jawab se jujur jujurnya sebab berdasarkan jawabanmu aku akan mengambil sikap” kata mas Bram

“Apakah kamu punya Wil” tanya mas Bram

“Kalau Wil sih aku ngak punya kalau sekedar pacar ada beberapa sih, tapi semua tidak ada di kota ini” Jawab Jhon

“Apa bedanya Wil dengan pacar Jhon ha ha ha” kata mas Bram, lamjutnya “Katamu tadi ada beberapa pacarmu dan di kota mana”

“Ada di Surabaya, kudus, Jepara” jawab Jhon

“Apa dengan mereka kamu pernah janji untuk mengawini salah satu dari mereka” kata mas Bram

“Ngak pernah yah, aku ngak permah menjajikan apa apa dan mereka juga tahu kalau aku sudah punya istri sebab mereka juga mengenal Rini” kata Jhon

“Apakah mereka juga keluargamu” tanya Mas Bram

“Ada juga yang sudara sepupu atau ipar tapi juga ada yang hanya teman bisnis biasa” jawab Jhon

“Ternyata kamu juga play boy juga ya” kata mas Bram sambil tersenym, lanjutnya ”Sekarang bagai mana keinginnanmu saat ini”

“Aku masih sangat sayang dan masih cinta kepada Rini dan ingin kembali seperti dulu lagi sebab hanya dengan Rini aku menjadi tentram dan nyaman, tapi dengan mereka hanya nafsu belaka tanpa di dasari cinta” kata papa Jhon

“Ok Jhon aku sekarang mengerti keinginanmu dan aku akan membantumu mencari jalan keluar yang terbaik untuk keluargamu juga untuk keluarga ku juga sih sebab Rini bagaimana pun tetap menjadi anakku, tapi aku ingin mendengar dari Rini juga alasan mengapa dia berani selingkuh dan keingian Rini apakah masih ingin mempertahankan perkawinan yang sakral ini yang sudah di persatukan Tuhan lebih dari 15 tahun ini, aku tidak bisa menjanjikan apa apa semua ini tergantung dengan kalian berdua hal ini terjadi karena kamu dan Rini tidak ada keterbukaan dan ke jujuran itu kunci utama dalam membina keluarga ini bisa di buktikan aku dan ibumu Niken walau kami selalu berjauhan tapi kami selalu tebuka dan jujur sehingga dapat menghindari kesalahpahaman” kata mas Bram

“Ia yah, aku juga malu ke Tasya anakku sendiri sehingga dapat membuka wawasan pada diriku dulu hal ini saya anggap sepele aku punya pacar selama Rini ngak tau ngak menjadi masalah dan aku salah ternyata sekarang aku mengerti arti sebuah kejujuran dalam membina keluarga, dulu ketika Rini mau ikut aku meninjau proyek baik ke Surabaya ataupun di daerah lain aku berusaha melarangnya tapi kini aku sadar atas ketololanku selama ini dan aku sudah siap dengan apapun yang menjadi keputusan Rini” ujar papa Jhon

“Sekarag kamu pulang dulu nanti kalau Rini sampai jam 7 belum pulang kabari aku, biar aku dan Tasya menjadi detektif konan” kata mas Bram

“Diminum dulu pah mubadir nanti” kata ku

Papa Jhon segera meminum sirup yang telah aku bikin dari tadi demikian juga mas Bram juga minum sirup kawis yang aku buar tak lama kemudian papa Jhon mohon diri pulang kerumah.

Setelah papa Jhon pulang

“Huh bikin ketang aja si Jhon, sini” kata mas Bram memegang tanganku dan mendudukan aku di pangkuannya, dan ciuman bibir sangat lembut

“Jeng ini menjadi pelajaran buat kita ya selama tidak ada kejujuran di antara kita percuma juga ritual penyatuan jiwa dan raga kemarin” kata mas Bram

“Benar mas ke jujuran adalah kunci dari segala permasalahan hidup dan hubungan antara manusia sebagai human right” kata Tasya

“Wah pinter juga nih istri ku sekarang” kata mas Bram

“Istri siapa dulu dong, mas Braam” kataku sambil mencium kedua pipinya

Bersambung dulu kali ….

Ke part selajutnya part 30 …..

hehehehe..... eyank Bram mo ditonjok ma brondong ya
 
Part 30 Menjebak mama
(Bagian II)

Pov: Rini Kusumawardani

Lionif melangkah kearah dapur dan menyiapkan dua minuman dalam cangkir satu cangkir coklat dan satu cangkit kopi dan membawan dan menyerahkan cangkir yang berisi coklat kepadaku lalu duduk di samping aku

“Tante aku mau ngomong sedikit ke tante” kata Lionif sambil memandang aku

“Mau ngomong apa Lion kok serius banget sih, jadi takut tante nih” kataku

“Tante minggu besok ada acara ngak” kata Lionif

“Ngak ada tu, ada apa sih” kata ku

“Begini tante hari minggu om aku dari Jakarta akan datang dan dia ingin berkanalan dengan Tante yang cantik” kata Lionif

“Apa urusannya dengan aku” kata ku

“Dia mencari mitra bisnis untuk mengembangkan bisnisnya di daerah Semarang dan sekitarnya dan aku menawarkam tante sebagai mitra bisnis dan dia tertarik untuk mengenbangkan bisnisnya karena dia menilai bisnis tante mempunyai prospek yang bagus kedepannya Butik pakaian jadi adalah bisnis sepanjang masa yang selalu di cari setiap orang oleh sebab itu dia sangat tertarik dan sebagai mitra bisnis dia akan menanamkan modal nya ke tante, hanya ….“ kata Lionif berhenti

“Hanya apa Lion” desak ku

“Hanya tante mau menemani jalan jalan selama 1 hari saja hari minggu biar dia punya teman untuk sering dan ngobrol bareng” kata Lionif

“Kalau aku bersamamu aku mau tapi kalau aku di tinggal sendiri aku ngak mau” kataku

“Kalau tante bisa mengambil hatinya uang 1 M tidak ada artinya buat dia” kata Lionif

“Siapa sih dan bagaimana orangnya” kataku

“Namanya om Hartono Kartaatmaja putra dari konglomerat ternama Kartaatmaja, tentunya tante pernah mendengar nama Kartaatmaja bukan” kata Lionif

“Ya ya aku pernah mendengar nama Kartaatmaja apa yang punya MMC ya Mega Mandiri Corporetian ya” kata ku

“Benar tante, Om Hartono sendiri priya ganteng masih muda umurnya sekitar 35 tahun dan tajir nya bukan main tante” kata Lionif

“Apa kamu rela kalau aku berduaan dengan Hartono” kataku

“Sebenarnya sih ngak rela tante, tapi demi masa depan tante dan kita berdua dan percayalah aku akan semakin cinta dan sayang ke tante melebihi apapun juga” kata Lionif

“Awas ya kalau kamu menyesal di kemudian hari” kata ku

“Ngak akan Tante, justru aku akan semakin sayang ke tante dan ingin menikahi tante biar suami tante gigit jari karena aku sunggung sayang dan cinta dengan tante Rini Kusumawardani” kata Lionif

“Ok Lion aku mau tapi tempatnya dimana” kata ku

“Nanti aku kabari lagi waktu dan tempatnya” kata Lionif

“Tapi jangan malam, aku banyak ngak bisanya minggu pagi sampai malam boleh tapi paling lambat jam 8 aku harus udah sampai di rumah kembali” kataku

“Bisa diatur tante, yang penting tante mau menemui dulu om Hartono nanti urusan itu mudah aku yang mengatur dan om Hartono akan menyetujuinya” kata Lionif sambil memegang kepalaku dan mencium bibir ku denag sangat mesra

Waktun sudah menunjukan jam7 malam

“Lion alu harus pulang dan besok ngak usah ketemuan dulu badanku nasih pegal semua dan capek ingin istirahat dan tidur sepuasnya” kata ku

“Ya udah tante pasti kalau boleh quik dulu ya ½ jam sebelum berpisah” kata Lionif

“Ya udah cepetan” kata ku

Lionif mengangkat tubuh ku dipangkunya dan memeluk tubuhku dan tangannya sudah melepas braku dan mencium putting ku dengan penuh nafsu dan aku mengimbangi keinginan pacar mudaku yang selalu menggebu ngebu saat bercinta di bangunkan aku dan di angkatnya kaki kiriku ke atas membuka cd ku langsung menciumi memekku sehingga basah dan aku mulai merasakan kenikmatan bercinta dengan Lionif, Lionif berdiri membuka celana boxer dan tertampang kontolmya sudah mengeras sekali aku raba kontolnya dan aku membelakanginya dan kontol Lionif segera masuk ke dalam memekku dan langsung di genjot dengan cepat dan demikian juga libidoku mengimbangi genjotan kontol Lionif di dalam memekku tidak lama aku merasakan cairan cintaku mulai meleleh karena genjotan Lionif dengan cepat

“Lioooon akuuuuu maaauuuu ooorrrrggggaaaa”teriaku

“Akuuuu juuugggaaaa tttaannnteeeeee bbaaarreeengiiinnn” jawab Lionif dan

“Ohhhhh Liiioooonnn “ sseeeerrrrtttt sseeerrrtttt ssseeerrrrrttttt luga aku setelah ini

“Ohhhhh ttaannntteeeeee” chooootttt chhooootttt cchhhoooootttttt dengan menekan kontolnya se dalam dalamnya

Nafas kami saling bekejar jejaran sampai reda masih dalam posisi kontol Lionif masih tetancap dalam memekku dan mengecil dan akhirnya keluar sendiri tanpa diminta aku langsung ambruk di sofa dan Lionif juga terkulai lemas duduk disampingku sama sama telanjang

Seperempat jam kemudian aku sudah memakai pakain kembali dan siap siap meninggalkan kos kosan lionif dan Lionof sudah mengeluarkan montornya dan siap mengantarku ke café untuk mengambil mobil yang aku tinggal di café tersebut

“Tante sebaiknya kita makan dulu tu ada ayam geprek enak deh” kata Lionif

Aku dan Lionif mampir dulu di warung makan pinggir jalan yang banyak terdapat di sekitar kampus ini, dan aku makan dengan lahapnya kerena memeng sudah lapat banget sejak tadi siang ngak terisi makana apapun kecuali minuman

Jam 8 lebih aku sudah sampai di rtempat parkir mobil ku di pelataran café dan Lionif mengantar aku sampai di depan mobil ku sebelum kali berpisah Lionif sempat mencium bibiku mesra dan aku balas dengan cuman yang tak kalah mesranya ketika aku sudah berada di belakang setir mobil Lionif sempat memasukkan kepalanya mengecup bibir ku lagi hanya sesaat tapi punya dampak yang cukup besar dalam diriku

===skip===

Pov Tasya Anggraeni

Setelah pertemuan dengan Kapten Suryadi, aku dan mas Bram langsung pulang ke apartemen. Sesampainya di Aperteman aku langsung melepas semua pakaian masuk kamar mandi cuci muka gosok gigi dan naik tempat tidur ambil selimut dan tidur dalam keadaan telanjang. Mas Bram memperhatikan aku dengan kepala gelang geleng kepala biarin aja

Sementara aku sudah ada di atas tempat tidur mas Bram duduk di sofa mengecek beberapa chat dan membalasnya

Mas Bram masuk ke tempat tidur duduk di meja riasku dan memandang ku

“Nih jeng mama baru pulang jam 9 nan” kata mas Bram

“Mas tau dari mana” kataku

“Chat yang di kirim Jhon lah dari siapa lagi” kata mas Bram

“Sini mas tiduran sini dekat aku, masih kangen nih seminggu ngak di peluk mas Bram terasa setaun” kataku

“Sebentar Tasya mas Bram ganti baju dulu” kata mas Bram

Mas Bram keluar dari kamar tidur melepas baju dan celana yang di pakainya beserta cd nya sekalian masuk kamar mandi gosok gigi dan cuci muka da membali ke tempat tidur dan merebahkan diri di samping aku dalam keadaan telanjang sama seperti aku.

“Sini massss peluuukk akuuuu” kata ku sambil membentangkan ke dua tanganku menyambut tubuh telanjang mas Bram

Mas Bram rebahan di tengah tengah tempat tudur dengan terlentang dan aku juga rebah di atas tubuh mas Bram yang terlentang kepalaku pada dadanya yang bidang nyaman sekali rasanya aku angkat kepalaku memandag wajah mas Bram yang tersenyum manis aku taruh jari telunjuk tangan kananku ke atas bibir mas Bram dan memainkan kumis tipis walau sudah dua warna, jariku terus merabai semua wajah mas Bram dari mulut, hidung, mata, kening dagu, telingga dan kembali ke mulutnya lagi. bibir mas Bram terbuka mengulum jariku dan menciumi jari jari tanganku satu persaru, dari jempol dikulumnya pindah ke ketunjuk, jari tengah, jari manis dan terakhir kelingking dan menahan telapak tanganku dan aku hanya bisa melihat semua perlakuan mas Bram denga mata sedikit sayu, di angkatnya tangan kananku sampai ke atas bibir mas Bram berada di dekat ketiaku kanan langsung menjadi santapan malam itu, dijilat, dicium, digigit kecil sehingga tubuhku mulai menggelinjang gelinjang karena geli

Diangkaynya wajah ku dan di dekatkan bibirnya ke bibirku hanya sebuah kecupan dan jilatan pada bibirku basah dan seluruh wajahku terkena jilatan mas Bram dari kening, mata, hidung, pipi telinga ngak ada yang terlewat, ini lah mas Bram selalu membuat kejutan kejutan yang membuat hati ini selau berbungan bunga

“Maaaasss risiii aahhh” kataku sambil menjauhkan wajahku dari muka mas Bram

Diambil nya bantal dan ditaruh di samping kiri wajahnya dan menempatkan kepalaku diatas bantal dan kecupan dan ciuman panjang di atas bibirku sehingga aku kehabisan nafas

“Maaassss aku bisa mati kalau di cium mas Bram kayak gitu” kataku setelah mas Bram melepas ciumannya

“He he he” kata mas Brak

“Ihhh nyebelin“ protesku sambil mencubit pinggang mas Bram

“Tasyaaa sakit, ampun deh” kata mas Bram sambil memegang pinggang yang kena cubit

“Biarin” kataku

“Maaf sayang, gadisku, wanitaku, cintaku, kekasihku apalagi ya” kata mas Bram

“Pacarku, suamiku, calon ayah anak anakku” sambung ku

“Tasya ya bener”jawab Mas Bram sambil mencium keningku, lanjutku “Tasya mas ingin nenen bokeh”

“Boleh mas, bilang lah dari tadi pasti tak kasih kok” kata ku manja sambil menggeser tubuklu ke atas sehingga mulut mas Bram tepat di depan putting ku

“Ayo mas minum se puaspuasnya biar kuat” kataku sambil memegang teteku dan menyodorkan ke mulut mas Bram, mas Bram menerima nenenku dengan jilatan halus dan kuluman pada putting ku akupum mulai mendesah desah ngak aturan.

“Maaaasssss” suaraku tertahan kenikmatan

Karena tubuhku bergeser ke atas maka pentat ku berada disamping perut mas Bram dan mengangkatnya sehingga tibuhku berada di atas tubuh mas Bram dengan ke dua tangan mas Bram meremasi bongkahan pantat ku dan bibir mas Bram tetap pada di putting susuku, tanganku yang bebes hanya bis mengusapi kepala dan Rambut mas Bram

“Maaaassssss” suaraku mengalun memanggil namanya

Aku merasakan kontol mas Bram menyundul lubang anus ku dan tanganku ke bawah menaikan kontol mas Bram agak ke atas dan aku tarik tangan mas Bram hingga menyentuh memeku

“Mas itil ku” kataku

Mas Bram agak terkejut mendenagr aku menyebutkan itil yang biasanya aku menyebutnya dengan kelentit, tapi hanya sebentar keterkejutan mas Bram tangannya mulai menggesek itil ku yang semakin membesar dan tangan yang satu lagi menusuk lubang peranakanku eem nikmatnya aku merasakan belombang orga akan segera datang, aku tegakkan badan ku

“Mas masukin ya” kataku

Mas Bram hanya mengacungkan jempol nya keatas tanda setuju, aku posisikan lubang memeku di depan kontol mas Bram dan menekannya ke bawah dengan melepas nafasku yang dalam

“Aaahhhhhhh mmaaaasssss” kata ku sambil mendorong kembali memekku sehingga kontol mas Bram sukses masuk ke liang peranakanku blleeeeesssss kepala ku agak mengadah ke atas dan mataku terpejam ketika kontol mas Bram sukses masuk lubang memekku

“Maaaaasssss meeennttooookkkkk” kataku dan mas Bram hanya tersenyum

Aku diamkam sebentar biar memeku beradaptasi sempurna

Posisi aku berupah ke dua kakiku disaming tubuh mas Bram sehingga memeku terbuka lebar aku goyang maju mundur dan kekanan dan kekiri hanya sebentar aku mau organ yang tadi tertunda, aku percepat gosokan memek ku ke kontol mas Bram

Sepuluh menit berlalu aku merasan akan datang orga ku lagikan sampai aku goyangkan pantatku lebih cepat dan

“Mmaaasssss aahhhhhhh” tubujke terkulai di atas tubuh mas Bram denga sugam peraih tubuh ke di tidurkan miring dan kami saling befadap hadapan kali mas Bram mentysup di celah kakiku dan memdorongnya kontolnya masuk lebih dalam dan menekan pantatku ke depan dan menggerakan pinggul nya dengan kecepatan sedang serrt seert seert gersekan kontol mas Bram ke memeku terasa peret walau aku baru saya orga tak lama 5 – 10 aku merasakan lagi orgaku akan sampai aku merapatkan tubuh ku menyatu dan kaki mengejang dan

“Ohhhhh mmmaaaasssss” teriaku histeris

Mas Bram mendorong tubuhke terlentang dan ke dua kakiku ku dibukanya lebar lebar segingga kaki mes Bram ada di antara kakki ku mas Bram bengan semangat memaju mundurkan pantatnya dengan cepat plok plok plok ….terdengar tumbukan suara kelamin kami tidak berselang lama 10 menitan mas Bram menekan kontolnya masuk ke dalam memekku lebih dalam dan bersamaan dengan itu aku pun bereaksi yang sama menekan memeku keatas sehingga kedua kelamin kami menyatu sempurna

“Jeeennngggg Taaassssyyyyaaaa Ohhhhhh” teriak mas Bra, dan Choott choott choott muntahan seperma mas Bram memenui memeku dan

“Maasssssss Brrraammmmm eennnaaakkkkk” kataku san serrtttt seerrtttt sseeerrrttt cairan cintaku juga memenui rongga memekku dan kami sama sama lemas dan mas Bram tergulis kesamping kiriku dan meraih kepalaku dan mencium bibirku nafas kami masih tersenggal senggal seperti di kejar setan

“Terima kasih jenggg” kata mas Bram

“Aku juga terima kasih obat kangennya sunggung mujarap” kataku sambil terus berciuman

Mas Bram bangkit dari tempat tidur keluar mengambil air putih dingin dari dalam kulkas dan menuangkan ke dalam gelas dan memberikan kepadaku

“Jeng minum dulu” katanya sambil menyodorkan segelas air putih dingin, setelah air dalam gelas habis mas Bram menuangkan lagi air putih dingin ke dalam gelas yang aku pakai dan meminumnya sampai habis

Kerinat kami bercucuran deras di sekujur tubuh kami dam mas Bram kembali berbaring kembali di sampingku

“Mas kayaknya sulit deh menyatukan kembali mama dan papa melihat kedekatan mama dengan Lionif dan bagai gelas yang pecah tak akan mudah bersatu kembali kalaupun bisa pasti tidak lah sempurna seperti sedia kala” kataku

“Ya mungkin benar juga pendapat mu jeng gelas yang sudah pecah ngak mudah di sambung kembali pasti ada cacatnya” sangga mas Bram, lanjutnya” tapi kalau di biarkan akan tambah parah jeng, apa kamu bisa menjamin mama mu akan bisa bertahan dalam posisi seperti ini, jeng walau bagai mana hubungan mereka menurut semua agama adalah jinah, beda dengan kita kita sudah dapat ijin resmi dari mendiang istriku Niken dan mendapat suprot dari pak Margono ayah walianmu”

“Lalu bagaimana menurut mas Bram” kata ku

“Ya kalau dengan cara halus mereka sulit di temukam ya dengan cara sedikit karas membuat sok terapi buat Rini dan Lionif agar sedikit jera

“Kalau mama ngak mau kembali ke papa gimana coba” kataku

“Ya itu urusan nanti jeng yang penting disini memisahkam Rini mamamu dengan Lionif sang gigolo gila” kata mas Bram

“Kalau mama ngak mau pisah dan Lionif juga” kataku

“Akan aku ancam seperti masalah dengan Yudistra yang kini sudah mati, pasti Rini akan berpikir dua kali untuk itu” kata mas Bram

“Semoga mas” kataku sambil memberi pelukan ke mas Bram yang kini berubah menjadi pahlawan keluarga dan memeng benar mas Bram harus menjaga semuanya orang orang yang dekat dengannya dan di cintainya, aku meneteskan air mataku ketika kepalaku di dada mas Bram

“Eii kamu kok malah yang nangis sih” kata mas Bram

“Ngak papa mas, aku terharu atas sikap mas Bram untuk melindungi keluarga seperti tadi siang mas melindui aku dari semena mena Aldo sekarang melindungi mama dari perasan Lionif aku sunggung terharu dan semakin cinta dan sayang ke mas Bram” kataku

“Itu sudah menjadi tugas ku sebagai ayah dan suami yang harus melindungi Rini sebagai anakku dan kamu sebagai istriku” kata mas Bram sambil menyeka air mata ku dari pipiku

Malam pun sangat panjang sehingga kami mengulang dua kali lagi persetubuhan kami sampai menjelang pagi entah berapa kali aku orgamus ngak terhitumg lah dan yang jelas mas Bram sempat sampai tiga laki membuang sepermanya ke dalam memekku jam 2.30 aku merasa lapar karena hajaran terus ke memekku dan aku sempat bikin bakmi instan ditambah telur dan setelah makan mie aku dan mas Bram tidur masih dalam keadaan teanjang

----skip---

Pov Bram Kusuma

Pagi hari itu aku dan Tasya baru bangum jam 6.30 dan aku terbangun karena ke dua tanggan Tasya menggoyang lembut tubuhku

“Mas Bram, banun mas udah setengah tuju nih aku terlambat” kata Tasya setengah panik Aku raih tubuh Tasya sambil memeberi kekuatan dalam peluakanku

“Udah Tasya ngak usah panik begitu kalau memang udah telat ya udah ngak usah masuk nanti mas Bram mintakan ijin melalui Santosa

“Benar ya mas ngak bohong kan” kata Tasya

“Mas janji sambil mengangkat ke dua jari keatas membentuk huruf V

Tasya berdiri dan mencium pipiku dan berlari ke kamar mandi untuk mandi, setelah selesai mandi Tasya menakai kimono nya dan melakukan tugas sebagai seorang istri menyiapkan kopi kesukaanku dan coklat panas untuk dirinya dan membuat nasi goreng untuk sarapan pagi ditambah goreng telur dan semuanya siap dan menggampiri aku yang masih duduk di sofa sambil melihat acara TV dari stasiun swasta.

“Mas mandi dulu bau” kata Tasya sambil memegang hidungnya

“Masa mas Bram bau” jawab ku

“Pokoknya bau” kata Tasya sambil di tariknya tangan mas Bram tapi malah Tasya jatuh dalam pelukannya

“Sebelum aku mandi ingin meluk dulu istri tercinta semenjak bangun tidur tadi sempat meluk” kata ku

“Tapi terus mandi ya” kata Tasya sambil tersenyum manja bikin aku tambah gemes

Setelah mandi aku dan Tasya diam dirumah saja sambil berpacarn berpelukan, berciuman tapi ngak ada bosen bosennya

“Mas katamya mau telp pak Santosa, cepetan” kata Tasya

“Alasan apa Tasya” kata ku

“Ya terserah mas lah” kata Tasya, lanjutnya “Boleh, sakit juga kan memeku di sodokin terus sama kontol mas Bram”

“He he he memangnya sakit ya tapi kok ngerang ngerang keenakan gitu” goda mas Bram

“Ya deh sakit enak kalau gitu, cepetan” kata Tasya

“Ambilin HP ma di samping tempat tidur” kata mas Bram

Tasya berdiri melangkah masuk kamar tidur dan mengambil HP ku dan memberikan kepadaku

Aku mencari no Santosa Wakil kepala sekolah Tasya dan memencet tombol hijau

“Assalamualaimum om Bram” kata Santosa

“Walaikumsalam San, mau menberi tahu kalau Tasya pagi ini ngak bisa datang ke sekolah agak meriang dia mungkin kecapaian kemarin” kata ku

“Ngak papa kok, belum banyak pelajaran juga, malah nanti minggu depan aka nada uji coba sekolah 5 hari om, santai aja” kata Santosa

“Lalu pulangnya mundur lagi ya San” kata ku

“Ya om, kalau biasanya pulang setengah dua nanti bisa setengah empat tapi masih uji coba selama satu bulan nanti dievakuasi lagi” kata Santosa

“Jadi sabtu minggu libur ya” kata ku

“Ya tapi khusus hari sabtu hanya di pakai kegiatan ekstra saja jadi libur untuk yang ngak ikut ekstrakurikuler gitu om” kata Santosa, lanjutnya “Besok Senin tetap bawa surat resmi dari orang tua atau wali ya om”

“Ok Senin saya titipkan ke Tasya boleh” kataku

“Boleh om ngak usah datang ke sekolah lagi” kata Santosa

“Makasih San Assalamualaikum” katalku

“Sama sama om, Wallaikumsalam” jawab Santosa

Setelah telp di tutup

“Udah jeng puas sekarang, sini ongkos telpun nya” kata mas Bram

“Hix hix hix mas Bram kaya tukang perau” kata Tasya

“Kok kayak tukang perau sih” kataku

“Habis sedikit sedikit minta upah (bayaran), apa tu namanya kalau bukan tukang perau” kata ku

“Kan Tasya yang bilang sendiri di dunia ini ngak ada yang katanya gratis” kata ku

“Ia ia deh, ini opahnya” kata Tasya ambil mencium bibir mas Bram yang duduk disampingnya

“Thank sayang opahnya sunggung manis apa lagi Tasya ngak pakai baju seperti tadi malam pasti lebih asiiikk” kata mas Bram

“Nanti agak siangan ya mas opah yang telanjang sekarang masih pagi mending kita pacaran aja” kata Tasya

“Ok kita pacaran dulu nanti siang baru tak telanjang kamu“ kataku

Jam 10 mas Bram dapat WA dari papa Jhon yang mengatakan Rini hari ini ngak pergi kemana mana hanya ada di dalam kamar sekarang jarang duduk duduk bersama kalau di tanya jawaban nya males, itu reaksi anakku Rini, aku jadi pesimis tentang rumah tangga Jhon dan Rini tapi aku juga ngak bisa memaksa mereka harus rukun kembali kalaupum harus bercerai aku juga akan merelakan asalkan tidak dengan gigolo itu pasti tubuh Rini akan dimanfaatkan untuk mendapat keuntungan yang besar.

“Mas nanti malam minggu mas aku ingin keluar yaa, cari angin di dalam apartemen seharian juga bosan ya” kata Tasya

“Ayoo, Tasya ingin kemana” kata ku

“Aku sih ngak ingin kemana mana tapi hanya ingin berduanan dengan mas Bram aja tapi malas di apartemen” kata Tasya

“Belum pernah ke Diskotic kan” kata mas Bram

“Belum mas, mas mau kencanin aku ke diskotic ya, aku mau, mau pakai sekali” jawab Tasya sambil memasang wajah gembira

“Sebagai seorang owner sebuah perusahaan seperti Larasati Group harus mengenal kehidupan malam tapi tidak boleh keseringan untuk menjaga penampilan dan kalau sewaktu waktu di undang metting di suatu diskotic atau bar arau tempat karoke tidak memalukan” kata mas Bram, lanyutnya “Yang penting tau batas, banyak pria hidung belang dan wanita panggilan disana”

“Habis gimana dong” kata Tasya

“Ya gak papa nanti Tasya dekat mas Bram jangan telalu jauh juga” kata mas Bram

“Ok mas aku nurut” kata Tasya

“Mas mau makan apa, di rumah aku punya daging sapi dan lidah sapi” kataku

“Wah enak tu di bikin semur aja di tambah kentang cocok” kata ku

“Semur ya, itu sayurnya lauknya” kata Tasya

“Seadanya lah Tasya mau bikin apa asalkan yang bikin dengan cinta pasti enak” kataku

Sememtara Tasya berkutat di dapur aku membuka beberapa email dan membalasnya melalu lattop yang aku bawa kemana mana ketika aku pergi aku bisa mengerjakan member intruksi kepada para meneger Larasati Group.

Jam sudah menunjukan jam setengah satu siang dan kayaknya Tasya sudah selesai menyiapkam makan siang kali ini, aku akan mencoba masakan istriku tersayang dalam hal masak memasak karena aku baru tau kalau Tasya juga bisa memsak

“Mas udah siap tu makan yok” kata Tasya

Aku bepaling menghentikan pekerjaanku dan Tasya menghampiriku dan dudukdi pangkuanku, aku kecup pipinya dan aku cium keningnya

“Udah selesai masaknya” kataku

“Udah mas, tapi jangan di ejek ya rasanya ngak karu karuan” kata Tasya

“Aku berdiri dari sofa yang aku duduki dan mengangkat tubuh Tasya dalam gendonganku sementara kedua tangan Tasya ada di leher ku aku berjalan mendekati meja makan yang sudah di tata rapi, Aku turunkan Tasya di depan meja makan, Tasya menarik kursi dan mempersilahkan aku duduk dan aku duduk di salah satu korsi yang di mundurkan tadi, tapi Tasya tidak menarik korsi yang lain malah duduk di pangkuanku dengan miring

“Mas sepiring ber dua ya” kata Tasya manja

“Boleh, tapi suapin ya” kataku

“Gantian lah mas saling menyuap gitu, dan ini suapan aku pertama” kataTasya

Dikekatkan mulutnya ke mulutku dan di lumatnya bibirku dengan pelen setelah sekitas satu Tasya menghentikan ciumanya

“Jeng ini suapan yang paking menggairahkan” kataku

“Ah mas Bram bisa aja” jawab Tasya

Tasya membuka piring yang ada di depan ku dan mengisi nasi yang agak banyak dan menuangkan lauk di atasnya dan menyendok nasi dan menyuapi aku

“Hak mas” kata Tasya sambil menyodorkan sendok berisi nasi ke mulutku, alu membuka mulut dan mererima suapan nasi yang pertama, aku pegang pinggan Tasya aku rapatkan ke tubuh ku dan aku kecup keningnya

“Terima kasih Tasya kamu selalu pandai membuat mas bahagia” kata ku

“Apa sih yang ngak buat mas Bram tersayang” kata Tasya, lanjutnya “Kalau mas Bram bahagia aku juga turut bahagia kok jadi ada timbak baliknya juga kalau mas bersedih aku juga ikut bersedih”

“Ia Tasya” kataku dan melihat Tasya sudah mengisi sendok nya demgan nasi kembali dan menyodorkan ke dalam mulut ku, ini sendok ke dua masuk ke dalam mulutku dan aku sampat senang di manja oleh cucuku sendiri dan entah kenapa air mataku tumpah keluar bagai tetes embum membasai kelopak mataku

“Mas kok menagis sih” kata Tasya

“Ini tangissan haru Tasya” kata ku dan Tasya meletaklan sendok nasinya dan mengusap mataku dengan jarinya menghapus air mataku

“Kenapa” kata Tasta

“Aku merasa kasih sayang mu ke aku yang sudah tua ini membuat aku menjadi anak kecil lagi yang selalu butuh perlindungan dari ibunya, ternyata hati ini sangat rapuh menghadapi cinta kasih seorang cucu ke kakek nya sunggu Tasya aku merasa rapuh di hadapanmu” kata ku

“Tidak mas, mas harus kuat sebagai pelindung dan panutan aku dan anak anak kita kelak mas harus kuat” kata Tasya

Aku langsung memeluk tubuh nya dari samping dan mata kami saling bertemu dan ciuman kasih sayang pun mulai berjalan dengan lembut bibir kami saling menempel kemudia lepas saling pandang lagi dan bibir kami saling menempel bibir Tasya sedikit terbuka dan aku selipkan lidah ku di antara bibir Tasya yang membuka Tasya agak mendoyongkan wajahnya sehinga hidung kami pun saling menenpel hembusan nafas Tasya semakin terasa di sekitar mulut dan hidung ku terasa hangat tak lama Tasya pun menghentikan ciumannya dan nengambil sendok kembali dan menyuapi aku aku pun membuka mulut namun baru saya satu dua kunyahan bibir Tasya menempel di bibirku dan pagutan pun ngak bisa dihindarkan lidah Tasya mengorek ngorek rongga mulut seakan meminta kembali makanan yang baru mengisi rongga mulutku Aku dorong makanan yang baru masuk dengan lidahku seakan menstrafer nasi bersama lauknya masuk kedalam mulut Tasya dan Tasya menerima Transfer nasi dan lauknya langsung ke dalam mulutnya dan mengunyaknya kembali dan melepas ciumannya.

Ditangan Tasya sudah siap kembali sendok berisi nasi dan lauknya masuk ke nulutku kembali dan Tasya tersenyum dan pandangan kami pun saling bertemu dan Tasya mencium pipiku sepintas

“Terima kasih mas telah menyuapin aku langsung dari mulut mas” kata Tasya sambil mengulang ciumannya dipipi sebelahnya, aku hanya tersenyum dari ide nakal cucu tersayang setelahnya kami selalu saling menyuapi langsung melalui mulut ke mulut

“Gantian mas, sekarang aku juga mau disuapin kok” kata Tasya manja

Aku mengambil sendok mengisi dengan nasi dan lauk dan menyuapi Tasya dengan hati hati setelah 3 – 4 kali kunyahan Tasya mencium mulutku dan aku menerima ciumannya dengan bibir sedikit terbuka dan Tasya mengdorong makanan ke mulutku dan aku menelan nya dengan perasan senang demikian juga secara bergantian saling suap tapi dengan media mulut ke mulut

Baru asik asiknya aku dan Tasya saling menyuapin tangan ku melepas tali kimono yang aku pakai dan dada di selah depan terbuka payudara Tasya langsung menyundul keluar dari ikatan kimononya dan tangan ku mengnyentuh lembut.

“Ahhhhh mmaaaasssss nnaaakkaaalll” kata Tasya sambil menepis tanganku dari daerah dadanya

“Sekarang giliranku untuk menyuapi Tasya aku mengambil sendok dari tangan Tasya dan mengisi dengan nasi dan lauk dan menyuapin ke mulut Tasya lalu aku mencium bibirnya sambil tanganku merabai payudaranya yang sekal kencang dengan putting merah muda mengacung ke kepan, tangan Tasya yang bebes menaikan kaus ku sehingg terlepas dari badanku

Sekarang giliran Tasya menyuapi aku, ketika Tasya mengisi sendok dengan nasi dan lauknya tanganku di pundak Tasya dan menarik kimononya hingga telepas dari tubuhnya dan kerika aku dan Tasya saling berciuman tanganku langsung meremas payudara dan memainkan putting nya dan Tasya sudah dalam keadaan telanjang bulat akhirnya Tasya berdiri melepas sarung yang aku pakai dan kami saling bugil dan berdiri saling tatap dan saling raba ke tubuh masing masing nafsuku mendadak naik dan aku angkat tubuh Tasya aku bawa ke dalam kamar dan menindurkan pada ranjang dan kedua selangkangannya aku buka lebar dan bibirku sudah menciumim bibir memek Tasya dengan cepat penuh nafsu dan Tasya pasrah dan nurut apa yang aku lakukan atas dirinya.

Sebentar aku melihat memek Tasya sudah basah dan aku langsung berjongkok di belakang pinggul Tasya dan mengangkat selakangan nya di atas dan menindih selakanganku kontol besarku sudah berada persis di belahan memek Tasya dan kepala kontomku menyundul nyundul lubang memeknya, mata Tasya membuka dan melihat posisiku tangan kiring ke bawah menyentuh kontolku dan meletakkan pada posisis yang benar

“Maaasssss tekan pelan” kata Tasya

Dan aku menekan pinggul ku ke depan dan blleeeesssss hingga setengah lebih aku mengambil nafas lagi dan menekan ulang blleeeessss masuk sampai dasar

“Maaassss mmeeennntttooookkkk” kata Tasya sambil tersenyum

Tanpa diperintah lagi aku maju mundurkan pantatku pelan dan gesekan pada batang kontol dengan dinding memek Tasya terasa sempit padahal udah berulang kali kontol panjangku masuk kedalam memek Tasya yang masih terasa sempt menggigit

“Maaasssss ennaaaakkk” kata Tasya sambil tersenyum manis ke arahku akupun membalas senyuman manisnya dengan meremas payudara yang menggelantung bebas di dadanya tampak besar dan sekal putting nya berwarna merah muda sangat seraso dengan tetek yang mempunyai warna merah terang hampir sama kulit Tasya yang putih bersin tanpa cacat
.
Tasya mulai merespon sodokam pantatku dengan bergoyang kekiri dan kekanan dan aku merasa kontolku terasa di peras peras

“Taasssyyyyaaaa” ucapku sambil menyatukan kedua selangkangan Tasya hingga berimpit, aku semakin bersemangat memek Tasya terasa semakin simpit

“Maasssss eennnaaakkk” kata Tasya diesrtai mata mulai terpejam dan dan kepala bergoyang kekiri dan kekanan menikmati persetubuhan ini

“Jengggg eennnaaakkkk ya” kata ku

“Maaassss eenneeekkk nggaakkk” kata Tasya

“Ennnnaaakkkkk bbaangggeetttt jeng” kata ku

“Massss bbrrraammmmm ttammmbbaahhhh mmaacccoooohhhh” kata Tasya

“Jeeenngggg jjuuggaaaa ttaammmbbaahhhh ccaannnttiikkk” kataku

Massss ccciiummm doooonngggg” kata Tasya

Aku melepas ke dua kakinya ke sampuing tubuh dan tubuhku rebah menidih tubuh Tasya yang terlentang dan tangganku yang satu menahan tubuhku agar ngak terlalu kuat meneka tubuh Tasya yang mungil tangan Tasya langsung menyambut tubuhku dengan pelukan dan ciuman

“Gini nih paling enak mas bisa merasakan tindihanya tubuh mas Bram” kata Tasya di selah selah nafas yang semakin ngak teratur

“Gini enak ya” kataku sambil tanganku yang sati menyusup di celah celah payudara yang terhimpit oleh tubuh ku

“Masss jangan di gituin berat” taka Tasya menahan perutku agar ngak terlalu menekan, kaki ku tertumpu pada kedua lututku sehingga bisa mengangkat purut ku agak menjauh

“Mas lanjutkan lagi ya” kataku

“Iaa maaasssss, eennnaakkk eennttootttttaannnnnyyyaaa” kata Tasya sambil memejamkan mata dan menggoyang pinggulnya sehinng pinggul kami saling bergoyan dan membiat sensasi yang lebih nyaman, 10 menit kemudian Tasya sudah merasakan orga yang akan datang

“MMaaaassss aakkuuuu mmaaauuuu ssaaammmmppaaaiiii mmaaasss, du duuhhh eeennnaakkkk bbaanngggeetttt” kata Tasya

Aku tingkatkan genjotan pinggulku denga sedikit sepat dan

“Maaaassssssss” kata Tasya sambil menekan pinggul nya ke atas seeerrrrttttt sseeerrrrtttt kontol aku disiram cairan cinta Tasya sedikit basah

Aku diamkan sejenak 2 – 3 menit dan tidak ada 5 menit Tasta sudah menjerit lagi

“Maaaasssss aakkkuuuu kkelluuaarrrr” kata Tasya seerrrrtttt ssseeerrrtttt … tubuh Tasya lungkai lemas tapi aku juga sudah sampai di ujung aku hentakkan 2 menitan langsng mengayun pinggul ku dengan kecepatan penuh

“Maaasssssss ooohhhhhhh mmmaaasssssss” kata Tasya keluar lagi sseerrrtttt sseeerrrtttt

Jennnggggg mmmaassssss ….oohhhhhhh” kataku dan Chooootttt chhooottttt chhoootttt beberapa kali air maniku menyembur ke memek Tasya yang masih berkedut kedut seakan penis ku di semas remas sempurna

“Ennnaakkkkk mmeeemmmeeekkk mmuuuuu jeenngggg” kataku dan aku mencium bibirnya mesra

Tasya duduk di tepi tempat tidur mengangkat kakinya tinggi tinggi

“Mas ambilin tissue itu” kata Tasya ke aku

Aku melangkah megambil Tisu diatas meja rias

Setelah Tissu ada di tanggan Tasya memnganbil memerpa lembar dan membersihkan memek nya dengan Tissu dam itu di ulang sampai 5 kali


Bersambung lagi ya ….

Semoga berkenan

Jaga jarak, Pakai masker, Cuci tangan sesering mungkin pakai sabun dan air mengalir .


Wadidaa...... Mama Rini kejebak dah
 
Part 30 Menjebak mama
(Bagian I)

Pov Tasya Anggraeni

Jam 7 aku mendapat telpun dari papa Jhon yang mengabarkan kalau mamaku belum sampai di rumah aku dan mas Bram bergegas meninggalkan apartemen meuju sebuah kafe di dareah srodol dan memarkir mobil ku di pinggir jalan karena café kelihatan masih ramai sekali aku dan mas Bram masuk café tersebut dengan menyamar aku memakai jaket ponco dengan tutup kepala di atas kepalaku dan memakai masker demukian juga mas Bram juga menggunakan jaket dan memakai masker menutupi hidung dan mulutnya

Baru melangkah aku melihat mobil mama masih terparkir di halaman café

“Mas lihat mobil mama masih ada di parkiran” kataku sambil menunjukan sebuah mobil warna merah menyala mobil mama

“Ya kita tunggu di sini kamu duduk didalam mengamati mobil mamamu aku keliling mencari posisi tempat duduk mamamu” kata mas Bram

Aku mengangkat jari ku tanda setuju, kebetulan di dekat pintu masuk ada bangku kosong aku segera duduk menghadap mobil mama membelakangi jalan masuk ke café, mas Bram keliling café sambil melihat menu yang ada di dalam café dan memesan makanan untuk kami berdua. tapi mas Bram ngak menemukan keberdaan mama disana

“Jeng di dalam ngak ada, tapi mobilnya masih ada, kita tunggu aja di sini sambil makan mas udah laper nih” kata mas Bram

“Mau makan apa mas” kataku

“Itu ada es kopyor dan berger aja gimana” kata mas Bram

“Aku ikut deh” kataku

“Mas Bram memanggil waiter dan memesan seperti tadi, aku menunggu tidak lama kemudian pesanan kami datang dan kami menikmati makanan kami.

Jam 8 lebih aku melihat mama masuk dari luar café bersana seorang penuda yang aku yakini sebagai Leonif pacar mama, mereka tidak masuk café langsung menuju mobil mama yang terparkir sebentar mereka berbincang di samping mobil dan mereka berciuman mesra sampai aku dan mas Bram terbengong bengong seakan ngak percaya atas kelakuan mamaku sendiri kemudian mama masuk kedalam mobil dan menghidupkan mesin dan Leonif mendekatkan wajahnya ke jendela dimana mama duduk dan sekali lagi ciuman bibir pun terjadi lagi.Pakaian mama terlihat lusuh dan rambut juga agak awut awutan memang tempat parkir kelihatan sepi banyak pengunjung berada di dalam café.

“Itulah mama sudah berani ciuman didepan umum di area terbuka sekali” kata ku

“Kamu mau seperti itu Tasya” kata mas Bram

“Ngak maulah seperti nya ngak punya harga diri, menurut aku Leonif sudah meleceh kan mama di depan umum dan juga ngak mau menjaga kehormatan pasanganya” kataku

“Benar juga pendapatmu tapi namanya nafsu bisa mengalahkan akal sehat seharusnya mamamu menolak diperlakukan demikian oleh Leonif tapi kelihatannya mamamu in joy saja ya” kata mas Bram

“Itulah yang aku ngak mengerti jalan pikiran kaumku sendiri, kalau udah terbelenggu dengan namanya cinta apapun akan dilakukan asal pasangannya merasa senang dan mendapat kepuasan batin” ucapku

“Ha ha ha tambah matang juga pikiranmu persis seperti eyang putrimu” kata mas Bram

“Kayak nya mama sudah ngak bisa di pisahkan lagi deh dari Leonif mas” kataku

“Masih bisa tapi dengan gertak Semarangan” kata mas Bram

“Gertak Semarangan apa tuh”kata ku

Mas Bram tidak menjawab pertanyanku malah bilang

“Kayaknya aku harus minta bantuan dari Den Pom lagi deh” kata mas Bram

Lalu mas Bram mengambil HP nya menghubungi seseorang

“Sur kamu di mana sekarang” kata mas Bram

“Aku ada di kawasan simpang lima ndan” jawab orang di sebrang sana.

“Aku mau minta bantuanmu, Sur” kata mas Bram

“Siap ndan” jawabnya

“Aku meluncur ke simpang lima ya, serr lokasimu” kata mas Bram

“Baik ndan” jawabnya dan mas Bram menutup telpunnya

“Ayo Tasya kita menemui kapten Suryadi kepala serse Danpom Semarang” kata mas Bram

“Sebentar mas aku bayar dulu makanannya” kata ku sambil berdiri dan melangkah ke kasir untuk membayar makanan yang kami makan berdua

Mas Bram menanti di tempat duduk dan setelah aku kembali aku dan mas Bram meninggalkan lokasi café dengan bergandengan tangan

Sampai di mobil mas Bram langsung memegang kepalaku dan memberi ciuman di bibirku

“Nih pasti gara gara mama nih” kataku

“He he he” mas Bram tanpa menjawab hanya tertawa

Mobil bejalan meninggalkan café menuju kawasan simpang lima untuk memenui kapten Suryadi dalam perjalanan menuju kawasan simpang lima

“Mas kayakya mama sudah ngak mungkin bisa dipisahkan lagi dengan Lionif karena mama sudah begitu nyaman sekali dengan nya, tadi melihat sikap mama ciuman di parkiran saja sudah membuktikan hal itu, sedangkan mama sudah ngak nyaman dengan papa ya itu karena olah papa sendiri sih menganggap mudah dengan berselingkuh sebagai istri pastilah merasa kalau pasangannya sudah selingkuh kini, dulu sebelum aku menyerahkan segalanya pada mas Bram aku juga merasakan pantulan kasih sayang mas Bram begitu tulus kepadaku dan ketika mas Bram menyatakan menjaga hati selama 2 tahun terakhir ini akupun langsung berpikir dampaknya juga pada aku mas, peristiwa Aldo bisa dijadikan contoh mas ketika Aldo menembak aku segera aku tolak karena aku selalu teringat pada mas Bram dan aku juga menjaga semuanya untuk mas Bram” kataku

“Ia jeng, mas mengerti maksudmu kembali ke masalah mamamu, kalau mama mu ngak bisa di pisahkan dengan Lionif terus bagaimana pandanganmu mengeni masah ini” kata mas Bram

“Mungkin dengan paksa mama bisa pisah secara fisik dengan Lionif tapi aku merasa kasihan ke mama juga sih, belum tentu mama bisa memaafkan papa dengan pengakuan papa semacam itu, kalau itu terjadi keluarga Jhon Wira sakti akan hancur sehancur hancurnya, aku ngak kasiahan dengan papa Jhon memang aku ngak punya hubungan apa apa dengan papa Jhon sih, aku Cuma kasihan dengan mama saja dia akan kehilangan semuanya, dan aku ngak bisa membayangkan kalau mama sampai sters berkempanjangan, dan akhirnya gila mas” kata ku

“Lalu apa yang harus kita lakukan, membarkan mamamu terus berhubungan dengam bajingan Lionif, mas Bram ngak rela, jeng” kata mas Bram

“Aku juga ngak rela kok mas mama jatuh ke tangan Lionif mahasiswa gigolo itu, yang kerja nya memeras harta kekayaan tante tante kesepian tentunya kalau ada tante tante yang ngak mampu lagi sudah dapat dipastikan akan di tinggalkan, persis sama dengan WP ada uang om senang, ngak ada uang om tendang” kata Tasya

“Bener juga kamu, mas Bangga ke kamu pikiran mu sunggung dewasa mas ngak nyangka” kata mas Bram sambil membelai rambut ku dengan tangan kirinya, lanjutnya” nanti dilanjutkan lagi ya diskusinya, kita sudah masuk kawasan simpang lima” kata mas Bram

Mas Bram mengambil HP nya menghubungi kapten Suryadi

“Hallo Sur aku udah masuk kawasan simpang lima posisi kamu di mana” kata mas Bram

“…….”

“Ok tunggu aku ya” kata mas Bram sambil menutup HPnya

“Kamu tahu RS Telogorejo, jeng” kata mas Bram

“Tau mas” jawab ku

“Di depan RS ada gang masuk disana ada cemacam café kira kira 500 meteran dari pertiggan itu” kata mas Bram

“OK mas menuju RS dulu” kata ku

Aku memberi arah ke RS dan didepan RS ada jalan masuk agak gelap memang orang tidak mengira kalau disitu ada café cuma kaya rumah tangga biasa, dan Kapten Suryadi sudah berdiri di depan café tersebut

Aku dan Mas Bram turun dari mobil dan melangkah kearah kapten Suryadi

“Selamt malam Boss” kata Suryadi

“Gini kok café sih Sur, bayanganku kaya café gitu hinggar binggar” kata mas Bram

“Ya namanya aja café remang jadi ya remang remang gitu boss” kata Kapten Suryadi sambil tertawa

“Ayo bos masuk” ajak Kapten Suryadi

Setelah masuk ke dalam ternyata rame juga café ini banyak pengunjungnya juga dan aku dan mas Baram memilih tempat duduk agak ke tepi

“Kenalkan dulu calon istriku” kata mas Bram mengenalkan aku

“Tasya om” kataku sambil menyodorkan tanganku dan disambut dengan tangan kanannya dan kami berjabatan tangan

“Suryadi dik” kata Kapten Suryadi

“Tasya, ini Suryadi komandan intel DanPom, anak buah Samuel” kata mas Bram\

“He he he bos bisa aja” kata Suryadi

“Aku mau minta tolong kepadamu Sur, ini di luar dinas karena menyangkut keluargaku juga” kata mas Bram

“Ia bos, kalau boleh tau masalah apa ya” kata Suryadi

“Tadi tu aku mendapati anak ku Rini selingkuh dengan seorang pemuda di kawasan srondol” kata mas Bram

“Mbak Rini selingku boss, dengan brandong maksut nya” kata Kapter Suryadi

“Ia entah apa namanya, aku hanya minta kamu dan mau menjebaknya saja dan di bawa ke suatu tempat dan urusan selanjutnya biar aku tangani sendiri” kata Mas Bram

“Ha ha ha urusan mudah boss” kata Kapter Suryadi, lamjutnya ”Kapan boss”

“Kapannya tergantung sikon Sur, dan tempat tarjet juga tegantung sikon” kata mas Bram

“Jadi harus di intai duku ya boss” kata kapten Suryadi

“Tehnik nya kamu yang lebih tahu” kata mas Bram

“Punya photonya, baik mbak Rini atau pasanganya” kata Kapten Suryadi

“Kamu bawa photo mamamu dan photo Leonif” kata mas Bram

“Kalau photo mama ada, tapi kalau Leonif ngak punya mas” kata ku

“Siapa nama pemida itu boss” kata Kaptrn Suryadi

“Leonif sur, kamu kenal” kata mas Bram

“Kenal sih ngak, tapi merupakan target operasi senyap” kata Kapten Suryadi

“Kasus apa tu” tanya mas Bram

“Protirusi online dan pencucian uang” kata Kapten Suryadi

“Memeng masih dalan taraf mengumpulkan data data masih kurang kuat untuk menagkapnya” kata Kapten Suryadi, lanjutnya “Dengan kasus ini jadi lebih mantab untuk mengeksekusinya”

“Baik usulku tangkap Lionif saat berdua dengan Rini anakku langsung kamu bawa di suatu tempat terserah tapi aku mau kasus ku sekesai dulu setelah itu urusanmu dengan Lionif silahkan aku hanya akan mengertak Lionif saja agar mau menjauh dari kehidupan Rini, ok” kata mas Bram

“Siap boss, tapi boss jangan tinggakan semarang dulu sampai kasus ini terungkap, kan aku ngak tahu waktu nya mereka berdua baru memadu kasih” kata Kapten Suryadi

“Ok aku akan pulang ke Solo setelah kasusu ini selesai” kata Mas Bram

“Ngak minum minum dulu Bos” tanya Kapter Suryadi

“Kapan kapan aja aku temani kau minum sampai teller, ha ha ha” kata mas Bram

“Janji ya boss awas kalau bohong” kata Kapten Surryadi

“Ok aku cabut dulu” kata mas Bram

“Ajok jeng” ajak mas Bram menggandeng tanganku

“Om Sur aku pamit dulu” kata ku

“Ati ati mbak, dan boss juga” kata kapten Suryadi

Aku dan mas Bram melangkah pergi ke menuju parkiran mobil dan kembali ke Apartemenr.

-----skip-----

Pov Rini Kusumawardani

Hari ini jumat siang aku ada janji dengan Leonif pacar ku ketemuan di sebuah café di daerah kampusnya. jam 11 aku sudah berada di dalam mobil yang meluncur pelan di derah srodol aku parkir mobil city carku dan turun masuk ke café tersebut dan memilih tempat duduk di pojok kiri tempat yang biasa aku gunakan bila aku bertemu dengan pacar mudaku Lionif.

Tak lama kemuian Lionif datang langsung mencium keningku

“Sudah lama sayang” katanya sambil duduk di samping kiriku

“Baru aja kok sayang, belum ada 10 menitan” kataku

“Sudah pesan belum” katanya

“Belum” jawabku singkat

“Mau di pesenin, sayangku” kata Lionif

“Boleh seperti biasanya ya, colkat dingin” kataku

“Ok’ Kata Lionif sambil melangkah kearah kasir

Aku ambil smartphone ku, ngecek kalau ada pesan yang masuk, ternyata ada pesan masuk dari cik Lani, teman bisnisku

“Rin kamu dimana” katanya

“Aku di café biasalah bersama Lionif” balasku

“Oh, ya sudah besok besok aja kita ketemuan ya” kata cik Lani

“Ok, tar aku kabari kapan aku senggang” kataku

“Ok selamat bersenag senang, tu burung Lionif sudah mau terbang“ kata cik Lani

“Mau tau aja kamu cik” kataku

Setelah smartphone ku ku tutup, Lionif sudah duduk kembali di sampingku

“Dari siapa” kata Lionif

“Dari cik Lani, katanya salam buat burung mu” kataku sambil tersenyum

“Itukan dulu tante, sekarang hanya untuk tante seorang” katanya

‘Masak seehh, ngak kangen sama memek tante tante yang lain” kataku

“Ngak lah tante, sekarang mah hanya untuk tante Rini yang cantik seorang” katanya

“Yang benar aja Lion, tu Marisa, Survyani dan siapa itu yang rambutnya pendek” kataku

“Tante Klara” kata Lionif

“Ya itu Klara juga cantik cantik semua kan semua cantik cantik juga” kataku

“Ya sih, tapi menurut aku Tante Rini tercantik, ke ibuan, wajahnya esotik, bibirnya tipis, buah dadnya besar dan pantatnya itu lho yang bikin selalu kangen” kata Lionif dengan fulgar

“Mosok seehh” kataku sambil tersenyum

“Ia tante, bener deh ngak bohong” kata Liomih sambil tangan kanannya ada di pinggangku dan menarik, merapatkan ketubuh ku kearahnya sehingga sebagian tubuh ku menempel di tubuh nya, tanganku kini berada di atas selakangannya yang masih memakai jean ketat dan tak sengaja burung Lionih tersenggol oleh tanganku.

“Lion burungmu udah mau manggug ya” kataku sambil tersenyum

“Habis tante sih terlalu cantik sehingga burung ku bersorak gembira he he he” kata Lionih

Candanku berhenti karena waiters membawa pesananku dan Lionif, Lionif agak bergeser menjauh dari tubuhku

“Silahkan mas, tante” kata waiters tersebut

“Makasih mbak” balasku sambil tersenyum

Setelah waiters pergi, tangan Lionif kembali di pinggangku sekarang bukan hanya menarik tapi bibirnya mulai mencium pipi kananku

“Lion janga di sini, malu” kataku

“Mengapa harus malu, tu lihat di pojok kanan anak baru pacaran malah yang perempuan ada di pangkuan yang priya” kata Lionif sambil menunjukkan posisi remaja yang baru pacaran

“Kan mereka sama sama remaja” kataku

“Apa bedanya tante mereka juga baru pacaran kita juga sama kan” kata Lionif

“Tapi aku malu Lionif” kataku

“Tante aku berjanji akan menjaga tante dan akan menbuat tante nyaman” kata Lionif sambil mencium bibir Rini dengan lembut, pada awalnya Rini hanya diam saja di perlakukan demikian oleh Lionif bahkan Rini merasa tenang dan perasaan nyaman terus meliputi jiwa yang gersang oleh belaian dan cinta laki laki suaminya sudah tidak dapat diharapkan dia selalu sibuk dengan nurusannya hampir setiap hari keluar kota sampai 4 – 5 hari hari seminggunya hanya 2 – 3 hari saja suaminya Jhon Wira sakti ada di kota ini itu pun tidak pernah bercinta berbicara pun sangat jarang kalau tidak ada urusan yang penting mereka sama diam.

Rini merasakan mendapat cintanya kembali dengan lelaki muda usia yang sanggup membuat hati Rini bergetar getar sepeperti ketika Rini berpacaran dengan Yudistra laki laki yang sangat di cintainya sekaligus sangat di bencinya dan sampai saat ini menghilang tidak tau kabarnya seakan tertiup angin dan menghilang

Akhirnya Rini membalas ciuman Lionif dengan tak kalah mesranya, lama mereka berciuman dan tangan Lionif sudah berada di payudaranya walau masih di luar masih terhalang bra dan baju yang dipakainya.

“Lion, ohhhh Lion” tanpa sadar Rini menyebut nama Lionif berkali kali dan Lionif hanya tersenyum karena berhasil menaikan libido tante Rini yang cantik.

Merka berhenti berciuman dan Rini mengambil es colkat dan meminimnya sampai setengah gelas

“Haus ya tante” kata Lionif

Rini hanya tersenyum malu

“Lion pindah ke kosmu saja yok, aku lebih tenang dari pada disini terlallu terbuka takut ada yang melihat teman teman suamiku” kata Rini

“Ayo tante” kata Lionif sambil menggandeng tangan Rini dan dibawanya ke kos kosannya

“Tante, mobil tante biar disini aja ya, ke kos kosanku naik montor aku aja biar cepat dan disana sulit untuk parkir” kata Lionif

“Terserah kami aja Lion, tapi nanti pulangnya kesini juga harus kamu antar” kata Rini

“Tentu tante, masak tega sih aku nyuruh pacar cantiku pulang sendiri” kata Lionif berjalan kearah parkiran sepeda montor

Lionif mengabil sepeda montornya dan membawanya ke samping Rini berdiri, lalu memberikan Helem kepada Rini dan Rini memboceng montor Lionif dengan menyamping sehingga tubuh Rini rebahan ke depan dan payudara Rini menempel ketat ke puggumg Lionif dan ini yang di sukai oleh Rini maupun Lionif selama perjalana ke kos koasan Lionif Rini memeluk pinggang Lionif.

Sesampainya di kosan Lionif mengajaknya masuk kamar kosnya,

“Lion, mana kimono ku, aku gerah banget” kata Rini sesampainya masuk kamar kosnya Lionif

“Iya tante didalam almari pakaian ku” kata Lionif

Rini membuka Almari pakaian dan mengeluarkan kimoninya dan melepas semua pakaiannya termasuk bra dan celana dalamnya dan memakai kimono tipis warna merah muda terbuat dari saten mahal dan lionif juga melepas pakainan dan celana juga cdnya dan merganti dengan selana boxes tanpa memakai baju lagi

Lionif duduk di bangku meja belajar disebelah tempat tidur dan Rini langsung duduk di pangkuannya Lionif,

“Tante aku punya JAV yang tebaru baru tadi pagi aku dapat kirinam dari temanku dua keeping CD dan aku belum juga nonton, kalau tante berkenen aku ingin nanton bareng tante” kata Lonif

“Boleh dan mau praktek sekalian juga boleh, kita nonton di atas pempat tidur aja biar santai” kata Rini

“Ok tante’ kata Lionif berduri sambil mengangkat tubuh Rini di bawanya ke tempat tidur dan merebahkan nya dengan hati hati dan melangkah mengambil bungkusan dari atas meja belajarnya dan membuka satu keeping VCD dan memasukan ke player dan menghidupkan TV32 in

Rini rebahan di tempat tudur menghadap menyamping kearah TV berada

Liomif mengambil remut dan duduk di samping Rini dan memberikan kecupan pada bibir Rini dan Rini membalas kecupan bibirnya dengan ciuman yang hangat kedua bibir mereka saling melumat dan kecipak kecipik suara yang timbul dari adu bibir mereka

“Kapam mau lihat VCD nya kalau ciumannya ngak berhenti” kata Rini

“Maaf tante kebawa suasana dan tubuh tante yang semok membuat sensasi sendiri” kata Lionif

Lionif menekan tombol Play dan dilayar terlihat seorang ibu baru berbicara dengan seorang pemuda di sebuah ruangan, tak begitu lama mereka saling melumat bibir dan tangan si priya langsung meremas kedua payudara si ibu yang mulai mendesah

Aku sunggung menikmati pemutaran VCD kali ini di samping Lionif yang tangannya sudah menyusup di balik kimono yang aku pakai dan merems remas nya dengan lembut sekali kali jarinya memainkan putting aku dan mulai mendesah seperti dalam VCD tersebut

Leonif bergeser dan tiduran di belakangku dan membuka kimonoku meleps tali ikatan dan terbuka lah bagian depan, aku memedang wajah Lionif yang ganteng habis dan mata kami bertemu bibir kamu saling bertauan, diratiknya tubuh ku terlentang menghadap langit langit kamar kos Lionif dan mulut Lionif sudah berada di depan putting ku dan mencium payudaraku sekai kali menyedot putting nya dan raga geli dan nikmat yang aku rasakan

“Lion ohhhh pintar kamu bikin tante seperti ini” kataku

Lionif tidak menjawab kicauanku malah tangan kirinya mengusap perut ku, mau tidak mau perut ku bergerak gerak meningmati sensasi yang Lionif berikan

“Tante sunggung cantik sekali” sambil melepas ciumannya di putting ku dan memciumi bibiku yang sedikit terbuka, ciumannya bergeser ke samping menguulum telinga kananku dan aku mulai mendesis desis ngak karuan

“Kamu juga ganteng kok, mirip dengan pacar tante yang pertama dan kamu selalu mengingatkan kepadanya laki laki yang begutu aku cuta dan sekaligus sangat aku benci” kata ku, lanjutnya “Lion … ohhhh …. Lion …. ohhhh ….. geeliiii …..ohhhh” kata ku memberi semangat pada Lion, diangkat tangan kanam ku dan ciuman Lionif menciumi ketiakku yang gundul aku semakin seru medesah dan reaksi tubuh ku menahan rasa geli yang amat sangat ampai ketiakku basah oleh liur lionif tubuhku di seser sehingga ketiak kiriku ada di atas langsung diangkat tangan kiriku dan bibir Lionif sudah berada di ketiaku sebelah kiri dan menciumnya sedikit di gigit dengan lembut membuat aku terus blingasan menahan rasa geli dan nikmat ngak terhingga.

Lima menit berlalu Lionif menggentikan ciumannya

“Geli banget tadi lion” kata ku manja

“Tante suka kan” komennya, lanjutnya “Tadi mau cerita apa tante siapa sih laki laki yang beruntung mendapat cinta Tante bilin cemburu aja” kata Lionif

Aku hanya tesenyum sambil mengganggukkan kepalaku

“Nanti tante cerita deh” kataku dan diciumnya bibir ku kembali dengan mesra dan aku membalas ciuman yang diberikan Lionif kepadaku

“Ohhhh Lion” kataku diselah selah ciuman yang panjang

Tangan Lionif bergeser kebawah menuju ke selanganku dan membelai lembut memeku yang sudah terbuka dan aku memberikan akses khusus untuk tangannya dengan membuka selakangananku semakin melebar di elus elus kelentit ku dengan lembut dan sensasi berbeda kini aku rasakan nikmat nikmat sekali sampai aku terpejam pejam menikmati kedua simpul rangsangan yang di berikan Lionif ke aku memek dan bibirku, dibukanya memekku dan membuka garis melintang dari atas ke bawah dan menusuk dua jari langsung masuk lubang peranakanku

“Lion ohhhh niiiikkmmaatttt” kataku

Lionif tambah semangat kini ciumanku sudah terlepas dari mulutku dan dan langsung tubuh nya bergeser ke samping dan kepala Lionif berada di depan memeku menjalurkan lidahnya mennyentuh kelentik ku yang sudah mengeras dari tadi

“Ohhhh Lioooon leeebiiih ceeeepaaaatttt akuuuu mmaaauuu orrrrgaaaa” teriakku dan Lionif mempercepat gerakan tangannya, pinggulku bergerak tidak teratur dan akhirnya aku angkat pantatku keatas memilmati orgaku yang pertama hanya dengan jari jarinya dan mulutnya

Setelah agak reda Lionif bergeser ke bawah memposisikan tubuhnya di antara selalanganku dan aku menambah lebar membuka selakanganku, aku mengira kontol Lionif yang akan masuk ke dalam memeku namun aku salah bukan kontol yang masuk tapi mulutnya memjilati memekku dan membersihkan cairan cintaku yang belepotan kemana mana

“Lion ohhh piiinnntteeerrrr kaaammuuuuhhh” rancauku dalam waktu yang relative sigkat aku merasakan akan orga kembali, di ciumnya dan disedot sedot lubang memekku seakan vakum clener membersih kan memekku, setelah bersih dan aku merasa memeku kering

“Lion masukin dong rudalmu ke memeku” kataku

“Basai dulu kontol aku tante” pinta Lionif

“Sini” kata ku sambil duduk di hadapan Lionif dan aku pegang kontolnya yang besar dan aku jilati kepala kontolnya dan Lionif meleguk panjang ketika mulitku mulai mengulum dan menyedot batang kontolnya yang masuk ke dalam mulutku aku lepas kontol ngacengnya dan aku mulai menjilati batang kontolnya sampai basah sampai pelir pun aku basahi dengan ludahku, aku masukkan lagi kontol Lionif ke dalam mulut ku tapi sekarang aku tekan masuk ke ke dalam mulut ku sampai mentok ngak bisa masuk lagi tenggorokan ku terasa mengembang dan kontol berhenti dalam posisi ¾ masuk ke dalam mulut ku dan aku tersedak.

“He he he enak Lion” kataku

“Ia tante sampai umbun umbun rasanya” jawab Lion

Lionif merebahkan tubuh ku terlentang dan memposisikan kontolnya di mulut rahim ku aku pegang kontol nya dan mengarahkan kontol Lionif di depan libang rahim

“Ayo Lion tekan tunggu apa lagi” kataku

Dengan pelan dikekannya kontolnya masuk ke dalam memekku

“Ahhhhh tante memek tante nomer one deh, sempit menggigit lagi” katanya

Aku hanya tersenyum mendengar koment nya ketika kontolnya masuk perlahan lahan ke dalan rahim ku

“Lion ohhhh” kata ku sambil meraih badan Lionif dan aku tarik tubuh nya mendekat tubuh ku sehingga tubuh Lionif berhimpit dengan tubuhku, tangan kakan Lionif menyanggan tubuhnya sedang yang kiri meremas payudaraku dan memeinkan putting nya, aku raih bibir Lionif dengan bibir ku dan ciuman panjang pun tidak dapat dielakan lagi

Pinggul Lionif perkasa diatas pantat ku dengan pompaan nya yang bertenaga walau pun pelan tapi aku merasa nyaman dan kakiku aku silangkan ke pinggul Lionif dan aku merasa orgamue ku akan menjelang datang walau baru lima menitan tubuh Lionif berada di atas tubuh ku

“Ohhhhh liiiioooonnn yaaaanngggg kennnceeenggg” kataku terputus putus Lionif mempercepat genjotannya

“Ohhhh Liiiioooonnnn aakkuuuuu ppiiii….piiiiiissss lllaaaggggiiiii” kataku dan seeerrrrtttt sseeeerrrrtt tubuh ku terhemas dan melayang layang ke angkasa terasa ringgan aku terbang sambil memejamkan mataku, sementara lionif berhenti goyangan pinggulnya memberi kesempatan aku untuk menikmati orga ku yang kedua, nafas ku memburu ngak aturan setelah agak reda tanpa aba aba Lionif menggerakan pinggulnya kembali dengan kecepatan sedang dan dalam waktu 10 menit kemudian aku orga lagi dan Lionif tersenyum bangga dapat membuat aku multi orgamus dalam waktu yang sangat singkat

Dicabutnya kontolnya dari dalam memekku

“Kok dileps Lion, kamu belum orga kan” kataku

“Ia tante belum, aku ingin ganti posisi dari samping biar aku dapat merasakan kekenyalan payudara tante dan bisa netek” kata Lionig sambil mengatur posisi rebah menyamping kaki ku yang kiri diangkatnya sehingga posisiku agak miring kearah Lionif di masukan kembali kontol ke dalam memeku sambil meremas payu daraku dan menyedot putting ku tangan kiri ku ada di bawah kepalanya sambil membelai rambut gondrongnya posisi kaki ku dan kaki LIonif saling menyilang sehingga kontol yang panjang dan besar kalau ditarik kelintitku ikut gergesekan nikmat setelah lima belas menit aku merasakan akan orga lagi

“Lion aakkkkuuuuu ppiii…ppiiissss lllaagggiii” kataku

Lion segera melepas kontolnya dan air cintaku muncrat muncrat membasahi kasus dan selangkangku nafas ku seperti di kejar setan ngos ngos san tapi aku merasakan nikmat tiada tara

“Liom isyirahat sebentar ya, tante capek banget” kata ku

“Ia tante” jawab Lionif sambil bangun dan melangkah kearah meja belajar mengambil tissu dan membersihkan memeku dengan hati hati, aku merasa tersanjung atas perbuatan Lionif walau sangat sederhana membersih kan memeku dengan tissue

“Sebentar ya Lion setelah ini tante ingin di atas ya” kata ku

“Ia tante sayang apa sih yang ngak buat tante tersayang cintaku” kata Lionif sambil menciumi bibirku dan aku menerima ciuman itu dengan hati berbunga bunga

Sepuluh menit kemudian aku bangun dari tiduran ku memandang tubuh Lionif yang terlentang dengan kedua tangan di atas kepalanya, aku melihat penis Lionif sudah melai surut tidak tegang aku pikir pastilah kentang dia, tanganku mulai menyentuh penis dan memainkan dengan jariku, Lionif sadar dari lamunanya dan memandang wajah ku dan tersenyum manis

“Sudah ngak capek sayang” kata Lionif sambil merain kepalaku dan memberi ciuman dikening ku aku hanya tersenyum dan merebahkan kelapaku diatas perut septiknya, aku gapai penis yang mulai tegang di jelah jelah jari tanganku, mulutku pun mulai mencium kepala kontolnya yang berkembang bagai bunga yang sedang mekar aku jilati batang kontolnya yang semakin menegang aku ciumi testis dan aku masukan salah satu bola nya kedalam mulutku dan perlahan aku tarik keluar dari mulut ku dan plop suara ketika tesris besarnya keluar dari mulut ku semakin lama semakin tegang dan ngaceng maksimal

Aku geser pantat lu menduduki pingul Lionif dan meraih kontol besarnya, aku gesek gesek kea rah bibir vaginaku yang sudah mulai basah dan bleeeeesssss kontol Lionif masuk sucses kedalam memeku

“Ohhhhh liiioooonnnn” erang ku seketika

Lionif melihat aku dan tersenyum dan bergerak medekatkan tubuhnya ke tubuhku meraih pinggangku dan mulai menciumi payudaraku dengan seksama dan eranganu betambah keras

“Ayo tante, in enak sekali tante” kata Lionif

Aku bertambah semangat menggoyang pinggul ku dan aku bisa mengarahkan kontol Lionif tarsus menggesek kearah g-spot ku sehingga sebentar saja aku merasakan orga akan datang pantat ku tambah keras menggosok kontol Lionif dan

“Ohhhhhh Liooooonnnn” tubuhku mengejang dan terlempar ke belakang tapi dengan sugap Lionif menahan tubuh ku pada posisi nya aku cepat meraih pundaknya dan memeluk tubuhnya kemudian Lionif mencium bibirku

“Tante nungging ya” kata Lionif dan mencium bibirku pelan aku masih lemas dan mulai melepas penis Lionif dari dalam rahim ku dan aku merangkah memamerkan pantat besarku sambil bergoyang ke kiri dan ke kanan

Lionif berdiri memposisiskan tubuhnya di belakang tubuh ku dan memegang kontol besarnya yang sudah mengarah ke memeku yang mekar dan bleeeessssss kontol besar Lionif sucses masuk kedalam memekku

“Ahhhhh Lioooonnn peellaaannnn” kataku

Lionif menggenjot pantatnya dengan sangat cepat sampai tubuhku merosot ke tempat tidur sambil menggangkat pantatnya meraih bantal dan memberikan kepadaku dan aku menerima memeluk bantal dan pantatku mungging ke atas Lionif dengan semangat sekali mengenjot pantatku dengan kasar dan hanya lima menit aku mengalami orga lagi

“Ohhhhh Liiiioooonnnn” teriaku menggema

Tapi Lionif tidak berhenti malah mempercepat sodokan kontolnya ke memek ku aku hanya bisa menjaga pantatku supaya tetap nungging

“Taaannnntteeeee Riiiinnniiii, Ohhhhhh eennaaakkkk mmeemmeeeekkk mu” sambil menekan sedalam dalamnya kontol kedalam memek ku choootttt chhooootttt chhhooootttt semburan air mani Lionif keras menghantam dalam rahimku dan rahim ku pun membuat reaksi seerrrrtttt ssseeeerrrrttttt sseeeerrrrttttt

“Ohhhhhh Liiioooonnnn” teriaku sambil mendekap bantal lebih kedalam tubuh ku dan Lionif tumbang jatuh tersungkur menindih tubuhku dan meraih payudaraku dan meremasnya dengan kasar dan bergulir kesamping kiri dan aku menokeh ke kanan tepat bibirku berada di dekat bibir Lionif ciuman pun ngak bisa dihindari

Tubuh ku penuh keringgan dua ronde terakhir ini membuat aku benar benar capek dan tertidur dengan pulas

Bangun bangun sudah jam 5 lebih, aku pandang kekasih gelapku masih tidur sambil memeluk aku dalam ketelanjangannya tersungging senyuman mengambang di bibir nya

Aku kucup keningnya dan aku cium bibirnya Lionif membuka matanya

“Selamat pagi sayang” kata Lionif

“Kok pagi Lion, ini jam 5 sore hix hix hix” kataku sambil tersenyum

“Oh ia tak kira pagi hari” kata Lionif

“Ayo mandi Lionif badanku gerah” kata ku

“Ayo sayang ku” kata Lionif sambil berdiri dan menggendong tubuh ku di bawanya ke dalam kamar mandi

Diturumkannya tubuh ku dan mengambil gayung dan mengambil air di dalam kolam yang ada dalam kamar mandi dan menuangkan air diatas tubuh ku dan aku merapat ke badan Lionif sehingga tubuh ku dan tubuh Lionif bersatu Lionif terus menuangkan air dingin di atas tubuh ku sementara tanganku berada di pundaknya dan kepalaku renahan di dada bidang nya nyaman.

Aku mengambil sabun cair aku tuangkan ditelapak tanganku dan meratakan di tubuh Lionif sehingga merata tidak aka satu jengkal kulit yang terlewat apalagi bagian penis nya aku usap lembut seakan benda yang mudah pecah, Lionif hanya memendang ku dengan tersenyum dan Lionif pun menuangkan sabun cair ke telapak tangannya dan meratakan nya di sekujur tubuhk sehingga rata pada memek dan kedua payudaraku Lionif paling lama sambil memainkan kelentit ku dan ke dua putting ku bergantian

“Sampai kapan Lion selesainya” kataku sambil tersenyum

“Sebentar lagi tante di memek tante ngak bersih bersih sih, apa lagi di putting tante” kata Lionif

“Terserak kamu lah” kataku

Sebentar kemudian Lionif mengambil air lagi dan membilas tubuh ku dan tubuhnya sehingga sabun telah lenyap dari permukaan tubuh ku dan Lionif, masih dalam keadaan telanjang Lionif menuntun aku keluar dari kamar mandi dan mengambil anduk dari dalam almari dan menganduki tubuh ku hingga kering dan mengambil celana dalam dan bra ku dan memasangnya pada tempatnya dan Lionif mengeringkan tubuhnya sendiri dan memakai celana boxer yang tadi dipakainya

“Tante mau minum apa, teh atau coklat” kata Lionif

“Coklat saja Lion” kataku sambil duduk di sofa di dalam kamar kos nya



Bersambung dulu ya
Part 30 Bagian II

asyiiiiikkkk Mama Rini asyiik asyiik
 
Bimabet
Part 30 Menjebak mama
(Bagian III)


Pov: Bram Kusuma

Lanjut ….

“Mas ambilin tissue itu” kata Tasya ke aku

Aku melangkah megambil Tisu diatas meja rias

Setelah Tissu ada di tanggan Tasya memnganbil memerpa lembar dan membersihkan memek nya dengan Tissu dan itu di ulang sampai 5 kali

“Mas banyak sekali sperma mas di memeku” kata Tasya sambil tersenyum

“Itu benih cinta ku kepadamu Tasya kamu akan menjadi ibu dari anak anak kelak dan menjadi pelabuahan hati tempat aku sandakan hatiku yang terakhir sebelum aku di panggil ke rahmat Allah tempat aku berkumpul kembali dengan Nilen” kata ku

Tasya berdiri menghampiriku mengalungkan tangannya ke pundaku sehingga tubuh kami saling berimpit tanganku merukuh pinggan Tasya dan sedikit menekan di perutku aku merasakan payudara Tasya menempel sempurma di dada bidangku wajahnya sangat dekat dengan wajahku hempusan nafas Tasya terasa sampai pipi dan hidungku

“Mas aku sunggung mencintaimu dengan sepenuh jiwaku” kata Tasya sambil menempelkan bibir mungilnya ke bibirku yang setengah terbuka

“Jeeengg” aku tidak bisa melanjutkan kalimatku bibir Tasya telah menyumbat mulutku dan memainkan lidahnya dan aku pun segera membalasnya ciuman Tasya dengan segala kelembutan

“Maaasssss” erang Tasya panjang ketika bibirku kembali menyentuh leher jenjang Tasya sambil mengadah keatas tanganku kini berada di pantat Tasya dan meremasinya dan kontolku semakin membesar dan tegak di antara kedua perut kami.

“Maaaasssss” leguan Tasya membahana di telinggaku, bibirku turun lagi kearah payudaranya Tasya semakin mejatukkan badannya ke belakang dam bertumpu pada ke dua tangan nya pada pudakku bibirku menghisap putting Tasya denga sekuat tenaga

“Maaaassssss iinnnniiiii nniikkkmmmaattttt sseekkaalliii” kata Tasya sambil menggoyangkan badannya kiri dan kanan dan menggesek kontol ku ke perut Tasya, lima menit berlalu aku angkat kaki Tasya sebelah kiri dan menahannya sehingga memek Tasya terbuka lebar Tasya memegang kontolku dan di gesek gesekan ke lubang memek nya dan menyentuh kelentit Tasyanya sambil menjerit nyerit

“Maasssss oohhhhh eennaaaakk” kata Tasya penuh gairah, diarahkan moncong kontol ku yang sudah tegang sempurna kearah lubang peranakannya

“Massss teekan” perintah Tasya

Aku segera menekan Penisku masuk ke lubang peranakannya

“Maaaasssss mmenntttoooookkkkk” kata Tasya sambil menggoyang pantat ke kiri dan kekanan aku pun ngak mau diam aku meju mundurkan kontol ku menusuk musuk keliang senggama Tasya, semakin lama semakin cepat tusukanku dan Tasya meresponnya dengan goyangan semakin cepat juga dan suatu ketika Tasya mengghentikan goyangan pantat nya dan menekan memeknya kearah kontolku semakin dalam dan menekan pantatku lebih ke dalam lagi aku pun mendiamkan kontol ku menencap sempurna ke lubang senggama Tasya

“Mmaaassssss” kata Tasya, seerrrtttt sseerrrtttt sseerrtttt kontol ku di basahi oleh cairan cinta Tasya yang mengalir melalui celah memek dan kontolku saling berihimpit.

Aku cabut kontolku dari lubang cintanya aku balik tubuh Tasya sehingga membelakangiku dan menekan tubuh Tasya agak ke depan aku atur posisi kaki Tasya agak melebar dan aku melihat memek Tasya agak kemerahan waktu Tasya menungging sempurna, aku berjongkon di belakang pantat Tasya dan mulai menjilati airan cinta Tasya dengan mulutku dan aku menyedotnya ke lubang peranakannya banyak juga cairan cinta Tasya yang mengalir ke dalam mulutku aku telan dan menjilati memek Tasya hingga bersih

“Maaaassss itu kotor” komen Tasya, tapi aku ngak meresponnya setelah kering dan bersih aku berdiri di belakang kontol ku tegang berat, aku pegang dan mengarahkan ke lubang memek Tasya dan bbllleeeessss kontol ku masuk sempurna sekali tekan, aku berhenti sebentar untuk mengisi rongga dadaku dengan Oksigen hingga penuh, dan mulai mengoyang pantat ku maju mendur dengan cepat sampai sampai Tasya gelagapan menerima seranganku secara tiba tiba tapi Tasya cepat menyesuaikan diri dan menggoyang pantatnya kekiri dan kanan dengan cepat

“Taaasssssyyyyyyaaaaa sssaaaayyyaaannngggggg” teriakanku sambil menarik tubuh Tasya ke belakang sehingga punggung Tasya menempel di dadaku tangan ku langsung meremas payudara Tasya dengan keras dan mennyentuh putting Tasya dengan jempol tanganku dan menggoyangkannya ke dua bibirku membuat cupangan di leher Tasya di bagian bawah telingga Tasya dan jeritan Tasya terdengar lagi

“Maaaassssssss aaahhhhhhh” kata Tasya

“Taaassssyyyyaaaaa” kata ku sambil menekan penisku masuk lubang peranakan sampai mentok dan chhooootttttt cchhhooooottt cchhoooooottttt air mani keluar membasahi memek Tasya

“Maaaasssss nniiiikkkkmmmmaaaaatttttt aaahhhhhhh” kata Tasya sambil memejamankan mata dan menekan memeknya kearah penis ku yang msuk di dalam lubang memek Tasya seeerrrrtttt seeeerrrrttttt sseeeeerrrrrtttttt …..

Tubuhku dan Tasya lemas sampai jatuh ke bawah dan sama sama duduk di lantai kamar dan aku masih memeluknya dari belakang ciuman pun terus berlangsung sampai semua reda kembali.

Aku berdiri dan mengangkat tubuh Tasya membawanya ke kamar mandi dan menghidupkan shawer dan memandikan Tasya yang pasrah dengan apa yang aku lakukan pada tubuh nya, aku mengambil sampo dan mengkramasi tubuh Tasya dan mengambil sabun cair menggosok semua bagian Tubuh Tasya tanpa ada yang terlewatkan Tasya hanya memandang semua perlakuan ku denga sorot mata teduh dan penuh cinta

----skip---

Malam hari setelah istirahat yang cukup Aku dan Tasya memasuki sebuan night club yang ada di kota ini, waktu sudah menunjukan jam 9 malam aku dan Tasya bergandengan tangan melangkah memesuki ruang yang remang dan lampu disco berkelap kelip di iringi lagu keras memekakkan telingga, aku gandengan tangganTasya menuju sebuah bangku kosong menggadap arena dancing flour di tengah tengah

Aku memesan minuman martini untuk Tasya dan Jack Daniels untuk ku.

“Gimana cara minum nya mas” kata Tasya

“Ini martini jeng, minumnya sedikit sedikit sambil di goyang pelan biar larutannya bisa bercampur dengan sempurna, dan manis juga rasanya” kata ku

Tasya mengambil minuman dengan gelas khusus lalu menggoyang pelan biar ngak tumpah kemudiam meminumnya sedikit manis juga sih tapi di tenggorokan terasa sedikit panas pengaruh dari alcohol nya.

“Manis juga ya mas di mulut tapi setelah di tenggorokan terasa panas” kata Tasya

“Ia lah jeng kan ada alkoholnya jangan banyak banyak ini bisa memabukkan lho” kata ku

Sambil bercengkrama dan cirita macam macam, tiba tiba aku melihat Lionif masuk night clup ini bersama laki laki dan aku tidak mengenal kali laki itu.

“Tuh lihat Tasya aku lihat Lionif” kataku

“Mana” katanya

Aku menunjuk dengan kerlingan mataku dan Tasya mengikuti arah kerlingan mataku

Di belakang mereka ada dua orang yang aku kenal mereka adalah eks anak buahku di satuan para yang satu Kapten Suryadi dan Kolonel Singgi dari Interpol dan seorang lagi aku tidak tau namanya, mereka melihat aku dan Tasya sedang duduk dan mereka melangkah ke arahku

“Hallo mas Bram apa kabar” kata Kolonel Singgih sambil menjabat tanganku

“Baik dik Singgih, bagaimana dengan kabar mu” kata ku

“Baik mas, nih kenalkan dari Kepolisian, AKBP Hanung” kata Singgih dan aku pun menjabat tanggan AKBP Hanung

“Bram Kusuma” kataku

“Hanung mas” katanya sambil berjabatan tangan

“Kalau yang ini tentunya mas Bram sudah saling mengenal kan” kata Singgih

“Sudah aku kemarin malam baru aja ketemuan dengan nya” kataku

“Apakabar boosss” kata Kapten Suryadi

“Apaan kamu pakai bosss segala” kata ku

“Benar kan boss Larasati Group itu” kata Kapten Suryadi

“Kenalkan ini calon istriku” kataku kepada teman temanku

“Tasya om” kata Tasya sambil menjabat tangan Kolonel Singgih

“Singgih” ucap Singgih

“Tasya om” kata Tasya sambil menjabat Hanung

“Hanung” jawab AKBP Hanung

“Apakabar om Sur” kata Tasya sambil bersalaman dengan Kapten Suryadi

“Baik mbak, mbak sendiri” kata Kapten Suryadi

“Baik Om” kata Tasya

“Ayo silahkan duduk, mau minum apa” kata ku sambil memenggil pelayan

Setelah mereka duduk semeja dengan ku dan memesan minuman

“Ada apa nih dik Singgih tiba tiba muncul di Semarang” kata ku

“Biasa mas tugas Negara, mematai burunan Interpol, begitu ya mas Hanung” kata Kolonel Singgih

Hanung hanya tertawa sambil mengangukan kepalanya

“Kan aku koordinasi yang punya wilayah dulu Kapten Sutyadi, ehh ngak taunya ketemu mas Bram disini” kata Kolonel Singgih

“Mas Hanung perlu mas kenal mas Bram ini berpangkat Let Jen dari mabes jabatan terakhir sebagai kepala intel di mabes Cilangkap jadi ya atasan langsung kami nih, aku dan Suryadi” kata Kolonel Singgih mengenalkan aku

“Itu dulu dik Hanung sebelum purna, sekarang jadi manusia biasa wong cilik” kataku

“Ha ha ha gini kok wong cilik to mas Bram, wong tambah ganteng, tambah muda lagi, apalagi calon mas Bram masih kinyis kinyis gitu jadi ngiri aku” kata Kolonel Singgih

“Bisa aja kamu dik” kata ku

“Ngomong ngomong siapa sih burananmu” kata ku

“Aku jadi berterima kasih ke mas Bram nih, soalnya buronanku berteman baik dengan buronan mas Bram” kata Kolonel Singgih, lanjutnya “Aku kemari bersama mas Hanung mendapat tugas dari Interpol untuk menagkap Hartono sebagai penadah kejahatan dan selakigus sebagai petugas pencuci uang dari berbagai kejahatan di dunia ini dana yang datang bukan dari satu Negara saja tetapi dari berbagai Negara yang terorganisir sangat rapi sehingga Interpol sendiri sukar mendeteksinya, dari penyelidikam kasus berbagai Negara tadi semua mengarah ke satu orang ialah Hartono, dia bisa sembunyi di bawah lindungan ayahnya yang salah satu konglomerat di Negara ini mungkin mas Bram ngak asing dengan Kartaatmaja” kata Singgih, lanjutnya “Aku sudah punya data tapi masih kurang untuk apa dana sebesar itu di gunakan oleh Hartono sebagai petugas money laundre dari organosasi itu, setelah mengamati dari Jakarta kemarin, si Hartono ke Bandung ke Jogya dan hari ini ke Semarang ternyata si Hartono mengembangkan beberapa proyek Mega Raksasa atas nama MMC tentunya untuk melegalkan usaha money laundre dengan dana kejahatan dari organisasi itu dan salah kawan bisnis mereka yang aku tau adalah Leonif seorang mahasiswa swasta di kota ini adalah salah satu tangan kanan dari si Hartono itu dan aku dengar kabar juga besok akan ada pertemuan dengan salah satu rekanan bisnis nya di sebuah holel berbintang dan aku tidak tau rencana apa yang Leonif berikan ke Hartono untuk mengembangkan usaha Hartono dalam kasus pencucian uang” kata Kolonel Singgih

“Lalu apa hubunganya dengan aku” kata ku

“Kemarin mas Bram bilang ke Suryadi ingin menagkap Lionif yang merupakan selingkuah putri mu sendiri” kata Singgih, lanjutnya “Kalau prediksi ku tidak meleset Hartono akan mengadakan pertemuan dengan putrimu dan Lionif itu aku dan mas Hanung akan membeck up operasi itu dengan satu harapan dapat menagkap Hartono bukan sebagai pencuci uang tapi sebagai penjahat kelamin dari situ akan aku kembangkan sendiri” kata Kolonel Singgih penuh keyakinan

“Boleh asalkan tidak ada korban jiwa dan Lionif menjadi target ku dulu sebelum masuk ke kasus Hartono” kata ku tegas

“Aku dan Mas Hanung setuju atas usul mas Bram, operasi besok biar di pimpin oleh Kapten Suryadi di dukung oleh satuan Bereskrim dan dari satuan Danpom dan aku namakan operasi Senyap” kata Kolonel Singgih

“Apa kamu sudah ijin Samuel” kataku

“Sudah mas dan dia mendukung operasi ini penangkapan Hartono CS sebagai petugas pencuci uang” kata Singgih

----skip----

Pov 3rd

Rumah Rini Kusunawardhani

Jam 9 Sepulangnya dari kebaktian di Gereja Rini pamit ke Suaminya Jhon Wira Sakti untuk ketemu rekanan bisnis di Resto Condong Raos di Jln Pemuda, untuk membicarakan lelangsungan Bisnis pakaian jadi yang Rini geluti selama ini, Jhon Wira Sakti mau mengantar Rini tapi ditolaknya dan tidak mau pakai mobil sendiri Rini memilih menggunakan Taksi on line.

Memeng hubungan dengan Suami Jhon agak renggang akhir akhir ini karena Jhon tidak sependapat dengan Rini tentang anaknya Tasya yang ingin menikah dengan kakeknya sendiri yaitu Bram Kusuma ayah kandung sendiri itulah sebabnya Rini agak menjauh dari suami Jhon disamping itu juga Jhon sudak tidak sayang lagi dengan Rini ini terjadi seringnya perselsihan dengan Jhon tentang berbagai masalah keluarga dan bisnis semenjak 2 tahun yang lalu Rini minta modal ke Jhon untuk mendirikan Butik pakaian jadi sebesar 2 M dan pada awalnya Bisnis Rini berjalan dengan normal dan baik baik saja dan setelah 1 tahun yang lalu bisnis Rini agak goyah semenjak berteman dengan cik Leni istri penggusaha garment dari Jakarta dan mengenalkan dengan Lionif melalui arisan sex yang diadakan oleh cik Leni dengan beberapa teman yang menjadi kolega koleganya.

Mula mula Rini ngak mau bergabung arisan tersebut dengan segala upaya dan tipu muslihat akhirnya Rini masuk dalam lingkaran yang di buat oleh cik Lani. Apalagi pertemuan dengan Lionif pemuda yang mirip dengan pacarnya yang pertama Yudisrta yang mengambil kegadisanya lalu meninggalkannya ketika tahu kalau Rini dalam keadaan hamil, tapi dalam hati paling dalam Rini masih sangat mencintai Yudistra ayah biologis dari anaknya Tasya Anggraeni, bayang bayan Yudistra selalu dipelupuk mata, selalu membayangi dalam setiap mimpi yang dialami nya.

Hubungan dengan suaminya Jhon semakin lama semakin terasa hambar Jhon sering pergi keluar kota untuk mengurusi bisnisnya sudah lebih dari 3 tahun ini Jhon sering keluar kota awalnya Rini selalu mengikuti kemana Jhon pergi mengurus bisnis nya lama lama Rini merasa bosan juga ikut suaminya semakin jaranglah Rini ikut dan tidak sama sekali ketika Rini punya bisnis sendiri berupa butik dan pakaian jadi sebuah conter yang di namakan Kusuma Butik

Tapi bisnis yang Rini kelola semula maju dengan pesat tapi setelah kenal denga cik Lani dan sering nya di tinggal pergi dengan memadu kasih dengan Lionif sehingga semakin surut dan banyak hutang si sana sini sehingga kehidupan Rini di ambang kehancuran dan Rini bertambah setres setelah mendenar dari anaknya Tasya ingin menikah dengan ayahnya sendiri Bram Kusuma dan sudah mendapat restu dari ibu kandungnya Niken Larasati dan juga restu dari ibu susuannya Tasya, Sulastri istri dari Margono

Rini tambah setres dalam menata kehidupan dan kemarin dia mau di kenalkan oleh Hartono anak seorang konglomerat Karta Atmaja yang akan memberi dana tamnahan untuk mengelola bisnisnya, tanpa banyak bertanya Rini langsung menyetujui pertemuan dengan Hartono dengan syarat harus di dampingi oleh Lionif sebagai pacarnya dan Hartono pun menjetujuinya

Rumah makan Condong Raus

jam 10.00

Rini sudah ada janjian dengan Lionif disebuah rumah makan Condong raus di jalan pemuda dari sana akan merangkat bersama menemui Hartono di sebuah hotel yang di tentukan oleh Hartono sendiri

Sesampainya di rumah makan condong raos Rini berganti pakaina dengan pakaian yang sedikit seksi dan ketat sehingga lekuk tubuh Rina tampak menonjol dan menunggu Lionif datang dan memesan makanan gudeg Jogya kesukaannya rasa manis dari gudeg Jogja membikin lidahnya lebih cetar dan santan kental menghiasi di atasnya

Baru sesuap nasi dan lauknya ada telp masuk ke HP nya setelah diangkatnya ternyata dari Lionif

“Hallo sayang” kata ku

“Tante sebelah mana aku sudah di depan Condong Raus nih” kata Lionif

“Aku di dalam Lion, masuk aja di sebelah kanan ruang utama” kataku

“Ok tante aku kesana” kata Lionif

Setelah Lionif masuk langsung aku berdiri dan Lionif mencium keningku

“Udah makan belun Lion” kataku

“Belum Tante” jawab Lionif

“Tak pesenin makan ya, biar strong nanti tempurnya” kata Rini

“He he he bisa aja tante” kata Lionif

Rini memanggil pelajan dan memesan nasi yang sama dengan yang aku pesan dengan Es jeruk kesukaan Lionif

Sementara Rini tenggelam dalam enaknya sarapan bersama Lionif, tanpa di sadari 2 mata selelu mengawasi segala gerak gerik ke dua insan yang lagi kasmaran dan mengirim berita ke pemesan

“Boss 2 TKO sudah ada di depan aku boss” kata pengintai

“Jangan bikin gerakan yang mencurigakan dulu” kata orang yang di panggil boss

“Siap boss” kata pengintai

Setelah Rini dan Lionif selesai makan Rini membayar makanannya dan meniggalkan rumah makan Condong Raos itu tapi si pengintai mengirimkan WA ke temanya yang ada di luar Rumah Makan Condong Raus

“Pantau dan ikuti TKO pergi dan laporkan segera kemena tujuan mereka” kata si pengintai

“Siap ndan” kata teman pengintai

Rini tidak membawa kendaraan dan seperti biasanya Rini membonceng motor milik Lionif

“Tante sudah suap bertemu dengan boos ku” kata Lionif

“Asal Lion ada di samping aku terus aku siap” kata Rini

“Ok tante nanti aku selau mendampingi tante, percaya deh”kata Lionif

“Kalu kamu pergi aku juga pergi lho” kata Rini

“Aku akan selalu mendamping tante apapun kondisinya” kata Lionif

Setelah Lionif memberikan helm dan memekainya di kepala Rini dan mengunci helem tersebut, Lionif juga memakai helm sendiri

“Ayo tante naik” kata Lionif

Rini pun langsung naik ke boncebgan montor lionif

“Siap tante” kata LIonif

“Udah siap Lion” kata Rini sambil menepuk pundak Lionif, Rini duduk dalam boncengan Lionif dengan menyamping kedua tangan Rini ada di pingga Lionif dan payudara Rini menempel di punggung Lionif dengan sempurna dan Lionif merasakan buah dada Rini kenyal menempel di punggug nya, pada waktu motor di rem secara mendadak Lionif merasakan desakan payudara semakin terasa “aduh makkk ini mah enak dan kenyal banget” batin Lionif

Lobby Holel XYZ

Jam 11.00

Pov: 3rd

Seorang laki laki duduk seorang diri ditemani oleh secangkir kopi dan sedang memainkan smartphone yang ada di tangannya dan sebentar bentar melihat layar smartphone nya kalau kalau ada notif yang masuk kalau diperhatikan lebih jauh lagi, kali kali dengan menggunakan kaus damin warna biru muda di padu dengan celana jean dengan warna yang senada dengan menggunakan sandal yang disiapkan oleh pihak hotel, wajah cukup ganteng juga hidung mancung mata agak sipit memang dia seorang keturunan ayah dari daerah Yunan tiongkok daratan yang sudah lama merantau di tanah air ini sedang ibunya asli sunda kulit kuning ada sedikit kumis tipis menghiasi diatas bibirnya, badan cukup tegap cenderung berisi tonjolan otot pada dada dan punggung terlihat seksi purut septik, Dia adalah bekas atlit beladiri wushu sudah pada taraf yang lumayan tinggi

Hati laki laki itu sunggung gelisah menanti kabar dari Lionif seorang tangan kanan nya yang dipercaya untuk mengembangkan bisnis nya di daerah Semarang dan Jawa tengah bagian utara bukan karena Lionif semata mata karena seorang wanita yang membuat hati ini berdesir desir dan jantung lebih cepat bekerja kaki menjadi lemas ya Wanita yang photonya di kirim Lionif sepekan yang lalu seorang wamita dengan kecantikan luar biasa bisa menggetar kan jiwa dan ragaku yang akan dipertemukan sebentar lagi wanita yang anggun denga paras cantik khas putri Sala yang terkenal luwes dan lemah gemulai semenjak seminggu yang lalu wajahnya selalu membayang di pelupuk mata bagai dewi kahayangan yang turun dari kayangan bidadari tak bersayap yang membuatnya menjadi seperti ini

Smartphon ku bergetar ada telp masuk aku lihat di layar ternyata dari Lionif

“Hallo Lionif kamu di mana” kata Hartono

“Nih baru OTW ke tempat om Hartono berada” kata Lionif

“Cepat lah aku sudah ngak sabar menanti kedatangannya” kata Hartono

“Ya aku segera ke Hotel XYZ seperti rencana kemarin” kata Lionif

“Aku tunggu di Lobby Hotel ya”kata Hartono

“Ya 10 menit aku merapat dengan tante Rini” kata Lionif

Telp segera Hartono matikan menanti Lionif yang akan datang denan wanita yang menjadi pujaan hati, tak berapa lama dari luar aku melihat Lionif datang dengan seorang wanita anggun menggunakan dress merah muda cantik.

“Selamat siang om Hartono” kata Lionif sambil mengulurkan tangan kearah seorang laki aki ganteng yang duduk seorang diri di lobbi hotel.

“Semamat siang juga Lionif, lama bener sih” kata Hartono

“Kenal kan ini tante Rini yan aku ceritakan kemarin” kata Lionif

“Rini Kusumawardani, panggil Rini aya” kata Rini sambil mengulurkan tangannya

“Hartono Karta Atmaja, panggil Hartono atau Tono aja juga boleh” kata Hartono sambil menyambut tangan Rini sambil mencium tangan Rini.

Laki laki aneh pikir Rini sambil tersipu melihat melihat Hartono mencium biku biku tangannya

“Silahkan duduk mbak Rini” kata Hartono sopan

“Terima kasih mas Tono” kata Rini

“Mbak Rini duduk disampingku ya biar Lionif duduk disebrang situ” kata Hartono

Rini pun duduk di samping Hartono

“Mbak aku boleh jujur ya ke mbak Rini” kata Hartono

“Ada masalah apa ya” kata Rini ngak tau meksud Hartono

“Kemarin aku dengan Lionif sebenarnya sudah meninjau conter mbak Rini yang di mall itu, aku melihat barang barang yang ada di conter mbak Rini kurang menarik dan pelanggan mbak tidak berminat intuk membelinya” kata Hartono

“Ya gimana ya mas, modalku bayak yang hilang karena aku terlilit hutang yang tidak sedikit mas” kata Rini, lanjutnya” aku ngak punya solosinya, kalau mas Tono berniat untuk memberi aku modal tambahan mungkin akan lebih banyak pelanggan yang datang membeli daganganku mas”

“Memeng aku sudah punya rencana aku akan memberikan modal tambahan untuk mengembangkan bisnis mbak tapi dengan satu syarat mbak mau jadi kekasih ku” kata Hartono, lanjutnya “Mungkin mbak terkejut ya mendengar aku juga berminat menjadikan mbak kekasiku, aku sudah setengah tahun yang lalu menjadi duda istriku si Meilan di panggil oleh Tuhan untuk menghadap nya setelah melawan kangker yang di deritanya, dan seminggu yang lalu Lionif mengirin photo mbak dan aku sunggung jatuh cinta dengan mbak setiap malam aku selalu terbayang wajah mbak di pelupuk mata”

“Aku wanita yang bersuami mas” kata Rini

“Aku tahu mbak masih bersuami dan Lionif sudah cerita semuanya kemarin dan aku juga tahu mbak sudah pisah ranjang selama hampir 6 bulan yang lalu, dan selama itu mbak ngak pernah diberi nafkah batin oleh suami mbak, malah nafkah batin mbak dapatkan dari Lionof” kata Hartono

“Ya aku jadi malu mas, ketahuan selingkuh sama brandong” kata Rini sambil tersipu malu

“Mengapa harus malu mbak, kalau menurut saya itu adalah sesuatu yang wajar kok, suami mbak ngak pernah memberi nafkah ke mbak dan mbak mencari nafkah batin dari orang lain secara kebetulan aja mbak merasa nyaman dengan Lionif, dan aku menduga suami mbak seperti itu mungkin juga punya simpanan wanita lain, itu pun menurut logika mengapa suami mbak sampai melakukan KDART yah mukin sudah tidak nyaman hidup berdampingan dengan mbak”

“Ia sih mas, terima kasih atas kejujuran mas Tono ke aku tapi kan kita baru ketemu mas belum tau sifat dan tabiatku dan aku juga belum mengenal secara pribadi dengan mas Tono saya takutnya bukan cinta yang terjadi malah nafsu hewani yang ada” kata ku menolak secara halus tawaran Hartono untuk memjadi kekasihnya

“Santai aja mbak, aku juga ngak akan menaksa kehendaku kok mbak, asal mbak tau aja aku sedah jatuh hati pada pandangan pertamaku dengan mbak walau masih melihat dari photo nya saja, apalagi sekarang aku sudah bertatap muka dengan mbak semakin yakin hati ini untuk mempersunting mbak menjadi calon istriku ke depannaya” kataku

“Aku ingin mendengar pendapat Lionif rentang tembakan mas Tono ke padaku” kata Rini ambil memgang tangan Lionif yang ada di atas meja

“Silahkan mbak” kata Hartono, lanjunya “Saya akan merokok dulu ya mbak di teras sana” sambil menunjukan tempat teras

“Ya mas tunggu ya mas” kata Rini

Setelah Hartono pergi untuk sekedar merokok

“Lion gimana dong, aku bingung atas sikap Hartono langsung menembak aku, aku belum tau sifat sifatnya belum tau juga, hanya kamu yang bisa ku andalkan sebab aku percaya kepadamu karena aku juga sangat sayang kepadaku melebihi apapun yang ada di dunia ini, lion” kata Rini

“Tante, wajar lah kalau tante menjadi bingung aku pun binggung atas sikap om Hartpno kali ini kok, tanpa ada angin tanpa hujan langsung nembak mbak menjadi kekesihnya. Jujur mbak kalau mbak dengan om Hartono, mbak akan hidup enak dan aku akan melepas mbak dengan hati yang tenang karena aku tau karakter om Hartono kaya apa, dan kalau sudah menyatakan sesuatu dia penuh konstisten terhadap suatu komitmen” kata Lionif

“Apa kamu rela kalau aku menjadi istri Hartono” kata Rini

“Aku rela 100 % tante, melepas tante dengan orang yang tepat, aku dulu pernah hidup di Jakarta sebelum aku kuliah, selepas dari SMA oleh ayah aku di titipkan ke keluarga Karta Atmaja dan aku sunggung dekat keluarga Karta Atmaja terutama dengan Om Hartono dan sedikit banyak aku tau sifat dan tabiat ke sehariannya” kata Lionif

“Apakah kamu masih saudara dengan Hartono” kata Rini

“Dibilang saudara ya bukan tapi keluarga Karta Atmaja sudah menganggap keluarga ku sebagai saudara ayah om Hartono teman sahabat baik dengan kakekku sampai sampai rumah yang ada di jombang juga atas pemberan pak Karta Atmaja rumah beserta isinya dan kakek punya dua orang anak yang pertama ayahku dan yang ke dua tante Laras adik dari ayahku dan ayah akupun bekerja di penggilingan padi milik keluarga Karta Atmaja itu, dan mereka tidak minta bagianya tapi hanya minta laporan keuangan tiap tahun saja dan itu sudah berlangsung lama sekali semenjak aku masih duduk di bangku kelas 4 SD dan setelah aku lulus dari SMA dan om Hartono melihat aku masih ngagur maka di tarik untuk menjadi supir pribadinya sehingga satu tahun lebih dan akhirnya om Hartoni menyuruh aku kuliah sini pun atas biaya om Hartono, sehingga aku dan keluargaku sunggung berhutang budi dengan keluarga om Hartono dan sekarang om Hartono menyatakan cinta kepada tante Rini saya kira itu tidak main main kerena semua tindakan dan komitmen mempunyai tanggung jawab sendiri sendiri dan itu salah satu keputusan om sendiri akan mengambil tante sebagai calon istrinya, perlu tante tahu bahwa semenjak istri om Hartono meninggal aku jarang mendengan om main perempuan yang memeng pernah sih tapi sangat jarang, dalam perjalanan kali ini pun om Hartono tidak mau ditemani oleh kerabat atau sahabat sahabatnya” kata Lionif

“Aku jadi terharu mendengar ceritamu Lion, tapi kalau aku menerima cinta Mas Tono maka kamu ngak akan mendapat jatah dari tubuh ku Lion” kata Rini

“Aku sangat bersukur kalau tante Rini mau menerima cinta om Har dan aku akan selalu menjaga tante selalu untuk om Har aku pun sadar kalau tante Rini mererima om Hartono sebagai kekasih aku tidak akan minta jatah lagi ke tante kecuali tante yang menginginkan nya, kan aku ngak bisa menolak nya” Kata Lionif

“Itu mah sama saja Lion” kata Rini

“Beda juga tante, kalau tante yang mengininkan tentunya akan seijin dari om Hartono tapi kalau aku yang menginginkan tanpa persetujuan om juga artinya kita mengulang perselingkuhan juga” kata Lionif

“Bener juga kamu, tapi sekarang aku masih staus istri Jhon Wirasakti” kata ku

“Anggap ini perselinghan tante dari Jhon suami tante bukan dengan saya tapi dengan Om saya om Hartono” kata Lionif

“Ok aku akan menerima pinangan om mu tapi aku akan menemaninya sampai selepas isha ya tidak lebih dari jam 8 dan kamu harus tetap di sampingku juga seperti janji mu kemarin akan menemani aku, kalau kamu pergi aku juga akan pergi, dan ini terserah kamu hanya itu syarat aku minta dari kamu semenjak kemarin malam kan” kata Rini

“Aku kan ngak enek sama om Har, tante” kata Lionif

“Terserah kamu kalau kamu masih sayang pada om mu ikuti permintaanku ini” kata Rini tegas

“Yaaahh apa boleh buat, tapi hanya menemani tante saja kalau nanti om menghendaki ML dengan tante aku ngak akan mengganggu tante dan om, kadang cinta itu akan bersemi kalau sudah merasakan setubuh dengan orang yang di inginkan, tapi ya terserah tante aku hanya mengikuti tante dan om saja” kata Lionif

Kamar 238 Hotel XYZ

Jam 12.00

Hampir satu jam Rini, Hartono dan Liomif berada di lobby Hotel XYZ di kota ini dan ada kata sepakat Rini menerima pinangan dari Hartono tanpa syarat dan semua berjalan sebuai dengan rencana Hartono dan akan segera merasakan memek Rini di dalam kamar Hotel tersebut yang sudah di boking semenjak kemarin malam ketika pertama Hartono masuk ke kota ini.

“Mbak bagai mana udah ada gambaran mengenai diriku belum” kata Hartono selesai merokok di teras lobby hotel tersebut

“Udah mas, aku udah mantab atas penjelasan Lion tadi”kata Rini

“Nah aku punya sesuatu untuk mbak tapi akan aku berikan di dalam kamar ku saja” kata Hartono

“Ok aku ikut, ayok Lion temani aku” kata Rini

Mereka berrtiga meninggalkan lobby hotel menuju kamar no 238 yang sudah di pesan sebelum nya, mereka menuju life ke lantai 2 yang terletak di pojok kanan dari gedung itu. Tak banyak yang di bahas selama perjalanan menuju kamar 238 itu.

“Mbak silahkan masuk” kata Hartono penuh kesopanan dan mempersilahkan masuk ke dalam kamar tersebut, kamar yang cukup besat, mewah dan berhawa dingin Rini langsung duduk di sofa di dalam kamr itu
“Mbak aku ingin berduaan dengan mbak di kamar ada sesuatu yang akan aku bicarakan khusus dengan mbak” kata Hartono

Aku meandang Lionif minta persetujuannya dan Lionif menganggukan kepalanya tanda setuju

“Tunggu ya Lion awas jangan pergi sampai aku selesai” kata Rini ke Lionif

Rini dan Hartono melangkah masuk kamar tidur yang cukup besar dan nyaman, ada meja rias dan kaca lebar se dinding menghadap tempat tidur, Rini duduk di tepi tempat tidur dan Hartono melangkah membuka almari dan mengeluarkan sesuatu dari dalam almari tersebut.

“Mbak ini sebagai tanda cintaku ke mbak Rini, aku mohon diterima ini pemberianku untuk melunasi semua hutang mbak, mengurus perceraian mbak dengan suami dan sisanya untuk modal usaha mbak untuk membesarkan Kusama butik dan kalau masih kurang silahkan isi chek ini sesuai keinginan mbak” kata Hartono

“Apa ini” kata Rini

“Hanya dua lembar chek yang satu sudah saya isi nominalnya dan ke dua silahkan mbak mengisi sendiri sesuai kebutuhan mbak” kata Hartono, dengan memberikan 2 lembar chek kepada ku aku menerimanya, aku sempat melihat nominal yang tertera pada chek yang di berikan 5M, who sunggung fantastis sekali

“Yang dalam bungkusan ini apa” kata Rini

“Buka aja mbak” kata Hartono

Rini membuka ke dua bungkusan amplop coklat yang satu berisi 100 lembar uang 10.000 US dolar dan yang satu 100 lembar uang 5.000 US dolar, Rini tercengang melihat tumpukan uang dolar US

“Ini salah satu tanggung jawab saya ke mbak Rini sudah mau menerima saya sebagai kekasih mbak, dan tanda keseriusan saya meminang mbak sebagai calon istri saya setelah mbak bercerai dengan suami mbak tentunya” kata Hartono

“Ini bukan sebagai pembayaran atas tubuh saya kan” kata Rini

“Demi Tuhan mbak aku ngak membeli tubuh mbak tapi sebagai rasa tanggung jawab saya sebagai kekasih mbak yang baru medapat kesulitan untuk mengembangkan usaha mbak dan untuk mengirus perceraian mbak” kata Hartono

“Kok ini ada dua amplop yang satu untuk siapa” kata Rini

“Yang satu untuk Lion mbak, aku titipkan ke mbak mungkin aku ngak ketemu lagi hari ini karena aku besuk pagi harus terbang ke Surabaya untuk meninjau proyek aku yang ada disana” kata Harrono

“Ok aku terima, seperti aku menerima mas Tono sebagai kekasih ku dan aku selepas dari sini aku akan mimta cerai dari suamiku Jhon, aku masukkan dulu ya mas ke dalam tas aku, nanti baru cerita yang lainnya” kata Rini dan Hartono hanya menganggukkan kepalanya

Rini mengambil tas nya dan memasukkan ke dua amplop dan dua lembar chek itu ke dalan tasnya.

“Itu yang aku harapkan mbak jadi aku akan segera meminangmu dalam waktu dekat ini ke orang tua mbak setelah mbak cerai dari suamimu” kata Hartono

“Mas Tono, mulai saat ini jangan panggil aku dengan mbak ah, kan aku sudah menjadi pacar nya mas Tono jadi panggil nama aja ya” kata Rini

“Baik Rini sayangku, kekasih ku, bidadariku” kata Hartono sambil membelai rambut Rini yang panjang terurai dan bau wangi

“Ya sayangku, mas Hartono tercinta, kalu boleh aku melihat photo diriku yang di kirim Lion ke mas, boleh ya” kata Rini

“Semuanya ada 5 lembar photo yang di kirim ke aku yang membuat aku jatuh cinta ke Rini” kata Hartono sambil mengeluarkan smsrtphonnya dan membuka galeri pada smartphone nya dan di perlihatkan kepada Rini pun tercengang melihat photo photo dirinya yang ada di smartpho Hartono

“Ah ternyata ini to photo yang diberikan pada mu” kata Rini sambil tersenyum malu

Ada lima photo yang pertama phose wajah yang baru tersenyum, ke dua photo sebadan penuh dengan pakaina santai, photo ketiga Rini memakai kebaya cantik, ke empat ketika Rini memakai Bikini di pantai, ke lima Rini telanjag bulat di kamar kos lionif

“Mas, diantara 5 photo yang dikirim lion mana yang mas paling suka” kata Rini

“Nomer 3 ketika Rini memakai kebaya” kata Hartono

“Sungguh mas bukan yang no lima yang telanjan bulat” kata Rini

“Ya jujur itu untuk nomer 3 dan yang nomor duanya photo Rini setengah badan yang membuat aku tergila gila kepada Rini, tapi itu sebelum aku ketemu Rini seperti saat ini ternyata Rini lebih anggun dan lebih menarik sekarang dari pada melihat photo nya lebih suka berhadapan langsung bisa merasakan getaran, coba pegang ini” kata Hartono sambil memegang tangan Rini di bawanya ke dada sebelah kiri, lanjutnya “ Rini merasakan getaran jantung Hartono bukan terasa tidak teratur”


Sambung dulu ya ….

Mama Rini sungguh bikin ngaceng berat ini
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd