Secret and Desire
Chapter 1
Sebuah Pernyataan Cinta
“Jadi sejak aku pertama kenal sama kamu.....,” gadis itu menghentikan kalimatnya. Menggenggam kedua lengan lawan bicaranya dan mempertajam arah matanya.
“Aku sebenernya sudah suka sama kamu, aku bener – bener sayang sama kamu Galih.”
Ternyata inilah ujung pembicaraan yang dimulai 30 menit yang lalu. Diawali terima kasih akan ucapan selamat dari Galih, lalu berlanjut akan ungkapan kebahagian Danila yang baru saja diterima dikedokteran sebuah universitas negeri terkemuka. Tak sedikitpun Galih menebak akhir dari kalimat yang keluar dari gadis yang baru berulang tahun seminggu yang lalu. Saat ini Galih berharap kalimat itu terhenti dikata
“ sayang “ sebab ia tidak tahu lagi harus apa kalau kata itu berubah manjadi “cinta”
“Kamu mau kan nerima cinta aku ?, maukan menjadi kekasihku ?” Lanjut Danila memohon.
“Tapi aku kan masih kelas X loh kak!” tegas galih meyakinkan
“Galih,
please deh.. aku kan bilang jangan pernah panggil aku pake sapaan kak lagi!”
“lagi pula kita ini kan seumuran.”
Galih memberikan jawaban yang sangat mudah terbantahkan, ia lupa kalau alasan satu itu sudah ia buang dari daftar cara menolak wanita. Setidaknya pada momen kelulusan siswa kelas XII hari ini, Galih sudah menyiapkan 5 jawaban ampuh yang ia yakini akan membuat gadis manapun merubah pandangan akan dirinya.
Beberapa saat yang lalu Galih mengungkapkan kalau dirinya sebenernya penyuka sesama jenis, dia seorang agen ilumiati dan merupakan perwujudan dajjal di dunia. Galih memiliki darah
Targaryen dan dibesarkan sebagai seorang
Stark, ia dipercaya menjadi pangeran yang dijanjikan, yang memiliki takdir untuk menyatukan
Seven Kingdom dari tirani jahat yang bernama ketamakan.
Galih juga sebenarnya dilahirkan disebuah tempat bernama planet Vegita. Ia ditakdirkan menjadi seorang prajurit petarung. Namun kekaisaran Freeza hendak menghancurkan planet leluhurnya. Lalu oleh kedua orang tuanya Galih diterbangkan menggundakan
pod menuju sebuah planet damai bernama bumi. Ia ditemukan oleh seorang petani, dibesarkan dan dilatih menjadi ahli bela diri yang senantiasa melindungi bumi dari kekuatan jahat yang ingin merusak dan menguasai kehidupan.
Paling tidak dengan alasan konyol itu Galih tidak akan menyakiti hati gadis – gadis yang menaruh perasaan padanya. Tidak tumbuh perasaaan benci dan dendam dari setiap penolakan terhadap cinta sejak Galih menginjak kelas 1 SMP. Bukan karena ia sok ganteng karena pada dasarnya ia terlahir tampan. Tetapi ia memilih untuk tidak membuka hatinya terlebih dahulu. Galih selalu berpegang pada nasihat orang tuanya agar tidak tergoda akan sesuatu yang ia yakini akan menghampat tujuan hidup sebenarnya.
“Lagi pula aku suka kamu bukan karena aku tahu siapa kamu sebenarnya. Aku gak peduli sama masa lalu kamu, aku hanya peduli sama kamu yang sekarang.”
“ Aku menyukai kamu bukan karena kamu ganteng, bukan karena kamu keren dan idola banyak cewek - cewek, tapi karena kamu itu beda, kamu berbeda dari kebanyakan cowok yang selama ini juga ngejar ngejar aku.” Danila kembali meyakinkan kalimatnya terdengar serius berbeda dari gadis lain yang terdengar cengeng dan manja.
Maaf Danila, aku minta maaf. Bagaimana mungkin kamu bisa tahu siapa aku sebenarnya, sementara aku sendiri tidak tahu aku ini sebenarnya apa, ungkap Galih dalam diamnya. Lelaki yang mengenakan seragam osis yang terlihat sempit di tubuh kekarnya selalu beranggapan bahwa manusia hidup selalu memiliki satu tujuan. Namun sampai wajahnya mulai ditumbuhi brewok tak juga ia menemukan jawaban yang memuaskan hati.
Tiga tahun yang lalu tepat sepekan setelah Galih berusia 15 tahun, keluarganya memutuskan untuk kembali tinggal di kota ini. Kota yang sudah memberikan banyak warna pada keluarga kecil itu, kota dimana semua bermula dan seharusnya juga berakhir. Saat itu Galih sepakat, karena ia yakin sudah tidak ada lagi yang mengenalinya. Saat itu ia hanya dikenal sebagai remaja berperawakan atletis yang gemar mengarahkan lensa pada suatu objek yang ia anggap menarik. Ia hanya seperti halnya remaja pada umumnya yang suka mencoba hal – hal baru, bermain skatboard, basket hingga menggambar di tembok kosong.
Tetapi suatu hari pada sebuah portal berita gosip muncul sebuah artikel; Ingat artis cilik berbakat ini? Dulu gemuk, sekarang penampilannya bikin pangling; yang membuat semuanya berubah. Tidak adalagi ketenangan hidup yang diidamkan, karena setiap langkah kakinya selalu diiringi langkah lain yang sekedar ingin berfoto. Kebanyakan remaja gadis namun lebih banyak ibu – ibu yang mengaku sebagai fans beratnya dan selalu ikut menangis pada setiap adegan tangis disinetron yang galih perankan.
Andai saja doa Galih dikabulkan oleh tuhan untuk bisa memiliki kekuatan kembali ke masa lalu, ia akan kembali pada dua waktu yang telah mengubah hidupnya. Pertama ia akan menyinggahi tahun dimana seorang kampret yang dengan kampretnya menulis sebuah artikel yang saat itu membuat trafik websitenya meningkat pesat. Paling tidak ia akan menarik satu persatu bulu hidung dari si penulis kampret itu biar dia kapok menulis berita yang dimasa depan bisa merubah hidup seseorang. Dasar kampret.
Kedua, Galih akan menarik mundur waktu jauh kebelakang. Waktu dimana seorang produser tv hendak menemui Ibunya disebuah cafe sesaat setelah Ibunya menjemput Galih dari taman kanak – kanak. Paling tidak Galih akan kembali 15 menit sebelum si botak itu berhasil menemui dan membujuk Ibunya agar mengijinkan Galih dikontrak untuk peran sebuah sinetron sebanyak 3 session. Galih akan menghampiri Mercedes yang baru saja ditinggalkan si Gundul untuk buang air di sebuah SPPU.
Rencana pertama adalah menggembosi keempat ban sedan itu agar si Gundul terlambat sampai dan membuat Ibunya menganggap ia sedang dikerjai. Rencana kedua sedikit lebih sadis, Galih akan memotong selang minyak rem hingga mobil itu akan menabrak tiang listrik dan si Gundul akan mati seketika dengan menyisakan benjol sebesar bakpai dikepala gundulnya.
Kejam? Lebih kejam mana membiarkan seorang anak kehilangan masa keemasannya. Masa dimana seorang anak itu seharusnya hanya menggenal bermain dan tertawa, bukannya malah beradu akting dengan pemeran dewasa. Seharusnya seorang anak menikmati kehangatan sebuah keluarga , malah dipaksa menikmati sajian drama dibalik tayangan drama. Mereka pertontonkan air mata murni sang balita hanya untuk memuaskan nafsu hiburan para pemirsa. Pemirsa yang tak pernah mau tahu apakah sang anak bahagia atau menderita. Yang kalian inginkan hanya duduk santai usai bekerja, melepas dahaga dari teriknya kehidupan dunia, mencari bahagia didepan layar kaca. Meski tidak bermakna.
Popularitas dan kekayaan memang diraih beriringan dengan letih dan air mata. Meskipun Galih tetap memulai sekolah dasar pada usia 9 tahun. Menjalani setiap jenjangnya dengan menyesuaikan diri dilingkungan yang 2 tahun lebih muda darinya. Memang tidak gampang, tidak pernah ada yang bilang kalau itu akan menjadi perjalanan mudah. Namun Galih tidak mau menjadi cengeng dengan selalu menyalahkan. Galih tumbuh dewasa dengan berkompromi dan upaya perdamaian kepada takdir dan keadaan
Semua pengalaman itu pada akhirnya menempa Galih menjadi pribadi yang kuat. Menjadi pemuda yang tak mudah menangis bila dihadapkan beragam persoalan. Tak ada ujian yang membuatnya terhenti bahkan ujian matematika sekalipun ia lalui dengan mudah dengan hasil tertinggi pada ujian nasional tingkat SMP setahun yang lalu.
Cukup lama Galih membuat Danila menunggu. Seharusnya ia hanya perlu menjawab “ya” atau “tidak”, “mau” atau “tidak mau”. Kenapa pula pemuda gemini ini harus membuat sang gadis memerah padam.
“Kaa... hmmm .. Danila mau aku menjawabnya?”
“untuk apa aku tanyakan kalau aku sendiri tak mau jawabanya?”
Galih mencoba mencari objek lain untuk dijadikannya alasan agar tidak terus menatap mata bulat kecolatan yang terlihat indah dibawah sinar matahari yang siang itu terasa sejuk. Pagi tadi Gali juga mandi cukup bersih sehingga rasanya tak mungkin ia menggaruk bagian tubuhnya sebagai alasan agar jemari lentik itu tak terus – menerus menggenggam lengannya. Galih tak punya pilihan lain selain terus meandang sebuah keindahan yang Tuhan turunkan dalam wujud Danila.
Keindahan paras itu sejenak memberikan tenang ditengah kebisingan seluruh siswa kelas XII akan kelulusannya. Keindahan itu seolah menyerbakkan wangi yang mampu mengaburkan aroma aerosol yang tercium dari kejauhan sana.
“Danila..”
“Ya..” Danila menggigit bibirnya “apa jawaban kamu”
“Aku bisa aja jawab sekarang, tetapi..” Galih terhenti sejenak mencoba mencari kalimat yang meyakinkan.
“tetapi ...”
“Tetapi.. temen – temen kamu dari tadi nyariin kamu loh. Jangan sampai hanya karena aku, kamu kehilangan satu kenangan terakhir bersama teman – teman kamu disekolah ini.” Kata Galih dengan yakin Danila akan mengerti
Namun reaksi berbeda terlihat dari raut wajah Danila yang tiba – tiba berubang masam. Ia segera melepas genggamannya dari Galih, membalikan tubuh dan sedikit menjauh darinya. Wajah cantiknya berubah kesal, ia meyakini ini salah satu bentuk baru dari ratusan cara Galih menolak pernyataan cinta.
Meski mendapat reaksi yang tak terduga Galih tetap senang “ Kamu jangan salah paham dulu, baju kamu kan masih putih...”
“Memang apa hubungannya baju aku sama pertanyaanku sebelumnya?” Danila memotong
“Maksud aku, kamu bergabunglah sema temen – temen kamu, kamu minta mereka menuliskan juga sebuah kenangan dibaju yang kamu pake, tapi sisakan satu tempat kosong di baju kamu, disitulah aku akan menulis jawaban dari pertanyaan kamu sebelumnya.”
“Deal” Sambung Galih
Danila kembali menghadap kearah galih, wajahnya tidak setegang sebelumnya “Tapi apa jaminan kamu masih ada disini? Ini pasti akal – akalan kamu aja kan? Habis ini kamu tiba-tiba ngilang entah....”
“Sttttttt” Galih meletakan telunjuknya didepan bibir merah ranum yang terlihat basah
“aku emang gak bakalan tetep disini, tapi aku akan ada di gedung E, aku bakalan nunggu disana sampai pensi ini selesai.”
Danila menaikan sebelah alisnya” Janji? Gak bohong?”
“Sejauh ini sih aku gak pernah mengikuti mata pelajaran berbohong dan aku juga belum pernah ikutan kursus berbohong”
Wajah itu kembali tersenyum
Bersambung ??